Anda di halaman 1dari 28

TUBERKULOSIS

OLEH : 2A / S1 KEPERAWATAN

DEFINISI

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi


yang menyerang parenkim paru-paru,
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian
tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang dan
nodus limfe (Somantri, 2009).
Mycobacterium tuberculosis merupakan
kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru / berbagai organ tubuh lainnya yang
bertekanan parsial tinggi.

ETIOLOGI

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun


dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun
dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman
dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis
aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam
hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi
dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

Etiologi

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan.


Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran
napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer
(ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan
terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis
primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami
penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis
yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut
tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh
karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk

PATOFISIOLOGI

Tanda & Gejala Klinis

Gejala pada tuberkulosis terbagi menjadi dua, yaitu :


1. Gejala Respiratorik
Batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu
Dahak yang mukoid sampai mukopurulan
Nyeri dada, sampai batuk darah
Sesak napas (bila ada tanda-tanda penyebaran ke
rongga lain)
2. Gejala Sistemik
Malaise, anoreksia, BB menurun, keringat malam
Akut: demam tinggi, menggigil
Millier: demam akut, sesak napas, sianosis

Penatalaksanaan

Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada


riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi
TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC
(gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan
bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan
pemberian INH 510 mg/kgbb/hari.
Pencegahan (profilaksis) primer
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).
INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).
Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang
menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak
ada.

Penatalaksanaan

Pencegahan (profilaksis) sekunder


Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak
ada gejala sakit TBC.
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua
kelompok yaitu :
Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol,
Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang
masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat
disembuhkan dengan obat-obat ini.
Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,
Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

Penatalaksanaan

Dosis obat antituberkulosis (OAT)


Obat

Dosis harian

Dosis 2x/minggu

(mg/kgbb/hari)

Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari)

(mg/kgbb/hari)
5-15 (maks 300

15-40 (maks. 900

15-40 (maks. 900

mg)
10-20 (maks. 600

mg)
10-20 (maks. 600

mg)
15-20 (maks. 600

mg)

mg)

mg)

Pirazinamid

15-40 (maks. 2 g)

50-70 (maks. 4 g)

15-30 (maks. 3 g)

Etambutol

15-25 (maks. 2,5 g)

50 (maks. 2,5 g)

15-25 (maks. 2,5 g)

INH
Rifampisin

Streptomisi
n

15-40 (maks. 1 g)

25-40 (maks. 1,5


g)

25-40 (maks. 1,5 g)

Penatalaksanaan

Pengobatan TBC pada orang dewasa


Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap
hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin
tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
Penderita baru TBC paru BTA positif.
Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
Penderita kambuh.
Penderita gagal terapi.
Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.

Penatalaksanaan

Pengobatan TBC pada anak


Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9
bulan, yaitu:
2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama,
kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7
bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan
pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu
selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi
terhadap INH).
Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan
bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15
mg/kgbb.
Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:

Penatalaksanaan

TB tidak berat

INH

: 5 mg/kgbb/hari

Rifampisin

: 10 mg/kgbb/hari

TB berat (milier dan meningitis TBC)

INH

: 10 mg/kgbb/hari

Rifampisin

: 15 mg/kgbb/hari

Dosis
prednison

: 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

Asuhan Keperawatan

Pengkajian
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas
pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap,
lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40
-410C) hilang timbul.
Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub
kutan.
Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent,
mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe,
terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu
(penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak

Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Objektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku
distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan,
perasaan takberdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas,
ketakutan, mudah tersinggung.
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak teratur.
Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
Daya tahan tubuh yang menurun.
Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

Riwayat Pengobatan Sebelumnya:


Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya.
Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan
bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu,
masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
Faktor Pendukung:
Riwayat lingkungan.
Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri.
Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.


Pemeriksaan Diagnostik:
Kultur sputum
Tes Tuberkulin
Photo torak
Bronchografi
Darah
Spirometri

Diagnosa Kep.
No.

Dx Keperawatan

Tanggal

Tanggal

muncul

Teratasi

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental


1

atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema


trakeal/faringeal.s

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya


keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar
2

kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial.


Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya
tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inmenetap,

Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi,


Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi
kuman.
Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea,


Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan

berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang


salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya
pengetahuan/kognitif .


Intervensi

No No. Dx
1.

Tujuan
Pasien

Kriteria
a.Mempertahan Mandiri

memperlih

kan jalan

atkan

napas px.

frekuensi

Tindakan

Hasil

b.Mengeluarka

Mandiri

1. Kaji fungsi pernapasan : Bunyi napas,

1. Penurunan bunyi napas indikasi

kecepatan, irama dan kedalaman, dan

atelektasis, ronki indikasi akumulasi

penggunaan otot aksesori.

secret/ketidakmampuan membersihkan

pernapasa

n sekret

2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan

n yang

tanpa

secret atau batuk efektif, catat karakter,

digunakan dan kerja pernapasan

efektif.

bantuan.

jumlah sputum, adanya hemoptisis.

meningkat.

c.Menunjukkan 3. Berikan pasien posisi semi atau Fowler,

jalan napas sehingga otot aksesori

2. Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum

perilaku

Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan

berdarah akibat kerusakan paru atau luka

untuk

napas dalam.

bronchial yang memerlukan

memperbaiki/ 4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea,


mempertahan
kan napas.
d.Berpartisipasi
1

Rasional

suction bila perlu.


5. Pertahankan intake cairan minimal 2500
ml/hari kecuali kontraindikasi.

dalam

Kolaborasi

program

6. Lembabkan udara/oksigen inspirasi.

evaluasi/intervensi lanjut.
3. Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi
maksimal membuka area atelektasis dan
peningkatan gerakan sekret agar mudah
dikeluarkan.
4. Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction

pengobatan, 7. Berikan obat: agen mukolitik,

dilakukan bila pasien tidak mampu

dalam tingkat

bronkodilator, kortikosteroid sesuai

mengeluarkan sekret.

kemampuan/

indikasi.

situasi.
e.Mengidentifik
asi potensial
komplikasi &
melakukan

8. Bantu inkubasi darurat bila perlu.

5. Membantu mengencerkan secret sehingga


mudah dikeluarkan.
Kolaborasi
6. Mencegah pengeringan membran
mukosa, membantu pengenceran sekret.
7. Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran

tindakan

ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika

tepat.

terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas


8. Diperlukan pada kasus jarang
bronkogenik. dengan edema laring atau


Implementasi

No.

No.

TTD+Nama

Tindakan

Dx

Mandiri

1.

a.

Respon Px

Prwt.

Mengobservasi fungsi pernapasan : Bunyi

a.

menurun, jalan napas berangsur bersih,

napas, kecepatan, irama dan kedalaman,


dan penggunaan otot aksesori.
b.

Mencatat kemampuan untuk

mengeluarkan sekret atau batuk efektif,

Bunyi napas px menurun, mengi


kerja otot aksesori pernapasan menurun.

b.

Px mengeluarkan sekret atau batuk

c.

Px dalam posisi semi fowler, berlatih

catat karakter, jumlah sputum, adanya


hemoptisis.
c.

Memberikan pasien posisi semi atau

napas dalam danbatuk efektif.

Fowler, Membantu/ mengajarkan batuk


1

efektif dan latihan napas dalam.


d.

Mempertahankan intake cairan minimal


2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.

Kolaborasi
f.

e.

Px bersedia menerima intake cairan.

Kolaborasi
f.

Membran mukosa px tetap terjaga


kelembabannya. Sekret sedikit demi

Melembabkan udara/oksigen inspirasi

sedikit mengencer.
g.

g.

Px bersedia dilakukan suction karena


tidak bisa mengeluarkan sekret.

Membersihkan sekret dari mulut dan


trakea, suction bila perlu.

e.

d.

Px minum obat teratur dan sesuai dosis

Memberikan obat: agen mukolitik,

sehingga memudahkan pembersihan

bronkodilator, kortikosteroid sesuai

jalan napas, ukuran lumen meningkat,

indikasi.

tahanan aliran udara turun.

No.

No.
Dx

1.

Evaluasi

SOAP

S : Px mengeluh sesak napas, kesulitan tidur


pada malam hari, kelemahan tubuh, batuk.
O : Adanya ronki, dispnea, frekuensi
1

pernapasan, irama, kedalaman tak normal,


batuk tidak efektif, tidak mampu
mengeluarkan sekret.
A : Bersihan jalan napas efektif kembali
P : Lakukan intervensi nomor a,


Thank you 4
attention
^^

Anda mungkin juga menyukai