Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PERTUSIS
Kelompok 3:
Ainil Hamni 190003
Divah Nahdya1902006
Ratna Sofianti 190014
Widya Rahmah 19020
Natasya Fadila Zahara 1902026
Definisi
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas
yang mengenai setiap pejamu yang rentan, tetapi
paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman,
1992).
Definisi Pertusis lainnya adalah penyakit infeksi
akut pada saluran pernafasan yang sangat menular
dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri
dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal
disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993).
Etiologi
Pertusis biasanya disebabkan diantaranya Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis). Suatu
penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para pertusis, B.
Bronchiseptiea dan virus.
Ciri-ciri organisme ini antara lain :
• Berbentuk batang (coccobacilus)
• Tidak dapat bergerak
• Bersifat gram negative.
• Tidak berspora, mempunyai kapsul
• Mati pada suhu 55 º C selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10º C)
• Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik
• Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap
penicillin
• Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
• Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)
• Endotoksin (lipopolisakarida)
Patofisiologi
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran
nafas. Pada awal penyakit terjadi hyperplasia
limfoid penbronklas yang disusun dengan
nekrosis yang mengenai lapisan tegah bronkus,
tetapi bronkopnemonia disertai nekrosis dan
pengelupasan epitel permukaan bronkus.
Obstruksi bronkhiolus dan atelaktasis terjadi
akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadi
bronkiektasis yang bersifat menetap.
Next…
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada
orang lain melalui percikan-percikan ludah
penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat
pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat
makan yang dicemari kuman-kuman penyakit
tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang
yang menderita pertusis dapat menularkannya
kepada orang lain selama sampai 3 minggu
setelah batuk dimulai.
Pathway / WOC
Manifestasi Klinis
Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu
atau lebih dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :
1. Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal
• Lamanya 1-2 minggu
• Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan
bagian atas, yaitu timbulnya rinore dengan lender yang jernih:
• Kemerahan konjungtiva, lakrimasi
• Batuk dan panas ringan
• Anoreksia kongesti nasalis
• Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold
• Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi semakin
hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket
Next…
2. Stadium paroksimal / stadium spasmodic
• Lamanya 2-4 minggu
• Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yang
bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik nafas pada
akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5 – 10 kali, selama batuk anak tak
dapat bernafas dan pada akhir serangan batuk anak mulai menarik nafas
denagn cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi melengking (whoop) dan
diakhiri dengan muntah.
• Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan tanpa
adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.
• Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol, lidah
terjulur, lakrimasi, salvias dan pelebaran vena leher.
• Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal menangis dan
aktifitas fisik (makan, minum, bersin dll).
Next...
3. Stadium konvaresens
• Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal
• Gejala yang muncul antara lain : Batuk berkurang
• Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang
• Anak merasa lebih baik
• Pada beberapa penderita batuk terjadi selama
berbulan-bulan akibat gangguan pada saluran
pernafasan.
Penatalaksanaan
• Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat ini
dianggap paling efektif dibandingkan dengan amoxilin,
kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis yang
dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis
selama 5-7 hari. Kortikosteroid
– Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
– Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari
kemudian diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
– Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari Berguna dalam pengobatan
pertusis terutama pada bayi muda dengan seragan proksimal
Pencegahan
Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman
bordetella pertusis yang telah dimatikan untuk
mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama
vaksin difteri dan tetanus. Dosis yang dianjurkan 12 unit
diberikan pada umur 2 bulan. Kontra indikasi pemberian
vaksin pertusis :
– Panas lebih dari 33ºC
– Riwayat kejang
– Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya
misalnya: suhu tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran,
syok atau reaksi anafilatik lainnya
Komplikasi
Pada saluran pernapasan:
• Bronkopnemonia,
• Otitis media / radang rongga gendang telinga
• Bronkhitis
• Atelaktasi
• Emphisema Pulmonum
• Bronkhiektasis
• Aktifitas Tuberkulosa
• Kolaps alveoli paru akibat batuk proksimal yang lama pada anak-
anak sehingga dapat menebabklan hipoksia berat dan pada bayi
dapat menyebabkan kematian mendadak.
Next…
Pada saluran pencernaan:
• Emasiasi dikarenakan oleh muntah-muntah
berat.
• Prolapsus rectum / hernia dikarenakan
tingginya tekanan intra abdomen.
• Ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada
gigi atau tergigit pada saat batuk.
• Stomatitis.
Next…
Pada system syaraf pusat terjadi karena kejang:
• Hipoksia dan anoksia akibat apneu yang lama
• Perdarahan sub arcknoid yang massif
• Ensefalopat, akibat atrof, kortika yang difus
• Gangguan elektrolit karena muntah
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Data subyek :
• Paling banyak terdapat pada tempat yang padat
penduduknya Usia yang paling rentan terkena penyakit
pertusis adalah anak dibawah usia 5 tahun
• Cara penularanya yang sangat cepat
• Imunisasi dapat mengurangi angka kejadian dan
kematian yang disebabkan oleh pertusis
• Batuk ini disebabkan karena bordetella pertusis
• Disalah satu Negara yang belum melaksanakan prosedur
imunisasi rutin, masih banyak terdapat penyakit pertusis
Next…
Data obyek :
• Anak tiba-tiba batuk keras secara terus menerus
• Batuk yang sukar berhenti
• Muka menjadi merah
• Batuk yang sampai keluar air mata
• Kadang sampai muntah disertai keluarnya
sedikit darah, karna batuk yang sangat keras.
• Biasanya terjadi pada malam hari
Diagnosa Keperawatan
• Pola napas tidak efektif b/d dispnea (Kelas 4,
domain 4, hal 228)
• Nyeri b/d agens cidera (Kelas 1, domain 1, hal
445)
Intervensi
Dx1. Pola napas tidak efektif b/d dispnea
Tujuan: Menunjukkan pola napas efektif dengan
frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan
paru jelas atau bersih.
Kriteria Hasil:
– Frekuensi pernapasan normal
– Bunyi paru jelas/bersih
– Kedalaman paru dalam rentang normal
– Bunyi napas normal
– Pengembangan dada normal antara inspirasi dan ekspirasi
Next…
Intervensi:
– Kaji frekuensi,kedalaman pernafasan, ekspansi dada. Catat upaya
pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu/ pelebaran masal.
– Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius,
seperti krekels, mengi, gesekan pleural.
– Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien
turun tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin
– Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien
turun tempat tidur dan ambulasi sesegera mungki
– Dorong/bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk.
Pengisapan peroral atau naso trakeal bila diindikasikan.
– Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan bila diindikasikan
Next…
Dx2. Nyeri b/d agens cidera
Tujuan: : mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil : Nyeri berkurang
– Intervensi: Kaji skala nyeri yang dialami klien.
– Berikan hiburan untuk mengalihkan rasa nyeri

Anda mungkin juga menyukai