Anda di halaman 1dari 11

AIRWAY MANAGEMENT

PENDAHULUAN
Perhatian utama dalam manajemen pasien dengan kondisi kritis atau tidak sadar adalah kepatenan jalan
nafas. Obstruksi pada jalan nafas atas adalah kondisi yang sering terjadi pada pasien yang tidak sadarkan
diri, dan kemungkinan terjadi juga pada pasien dengan cidera mandibula maupun cidera pada otot-otot yang
menyokokng hypopharynx (Robert, Hedges, 2014). American Heart Asscosiation (AHA) mengemukakan
bahwa manuver Head tilt/chin lift adalah tekhnik yang paling efektif untuk membuka jalan nafas pada pasien
yang tidak sadar ( Finucance, Tsui, Albert, 2014). Manuver Head tilt/chin lift adalah cara pembebasan jalan
nafas dasar yang dapat dilakukan perawat dalam pertolongan pertama kasus obstruksi jalan nafas.
Tindakan ini merupakan tindakan yang harus dikuasai oleh setiap perawat atau medis, karena masalah jalan
napas merupakan penyebab utama kecacatan otak dan kematian pada pasien dengan kondisi Gawat
Darurat.
A. PENGERTIAN
Basic Airway Management (Manajemen Jalan Napas) merupakan suatu tindakan pembebasan jalan
napas pada pasien yang mengalami sumbatan jalan napas parsial ataupun total, dengan menggunakan
alat dan tanpa alat. (uraikan konsep teori secara singkat)
B. TUJUAN
Peserta didik diharapkan mampu :
1) Mengenali tanda gangguan jalan napas.
2) Melakukan tindakan pembebasan jalan napas tanpa alat dan menggunakan alat.

(uraikan tujuan dilakukan tindakan tersebut)


C. INDIKASI
Indikasi dilakukan tindakan ini adalah :
1) Pasien yang mengalami gangguan atau sumbatan pada jalan napas.
2) Pasien yang mengalami penurunan kesadaran/coma.

(uraikan inikasi yang mungkin muncul dari tindakan tersebut)


D. EFEK SAMPING
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
(uraikan jika ada efek samping)
E. PENGKAJIAN
Lakukan pengkajian pada pasien dengan Cepat dan Tepat. Pengkajian Airway pada
pasien dapat dilakukan dengan prosedur Look, Listen, and Feel :
1) Look
Perhatikan pernapasan pasien, dan cobalah bertanya pada pasien, “Keluhannya apa
pak?”. Jika pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, maka dipastikan jalan
napas normal. Jika pernapasan pasien terlihat tidak normal, maka perhatikan tanda
hipoksia, dan amati pergerakan dada pasien. Bila ada kelainan dipastikan ada masalah
pada jalan napas.
2) Listen
Sambil mempehatikan pergerakan dada pasien, dengarkan suara napas pasien dengan
stetoskop ataupun tanpa stetoskop. Bila ada bunyi napas tambahan (Ronchi,
Wheezing, Gurgling, Crowing) dipastikan jalan napas mengalami sumbatan parsial,
jika tidak ada suara napas, dipastikan jalan napas tersumbat total.
3) Feel
Rasakan hembusan udara dari hidung atau mulut pasien dengan menggunakan
pipi/punggung tangan anda. Bila hembusan lemah, dipastikan sumbatan parsial jalan
napas. Jika tidak ada hembusan dipastikan sumbatan total pada jalan napas.

(jelaskan pengkajian yang harus dilakukan sebelum atau sesudah tindakan)

F. PELAKSANAAN

No. Uraian Langkah Kerja Gambar


1. Persiapan alat
a. Handscoon Steril/On Steril
b. Kassa
c. Gel Lubrikasi (Water based Gel)
d. Oropharing Airway (ukuran menyesuaikan)
e. Nasopharing Airway (ukuran menyesuaikan)
f. Cervical Collar (pada pasien Trauma)

2. . Persiapan pasien dan lingkungan


a. Posisikan pasien supinasi, waspada adanya cidera
area cervikal.
b. Amankan pasien dan penolong sebelum tindakan
dilakukan.
3. Tahap-tahap breast care dilakukan sesuai Standart
Operating Pocedure (SOP).
1) Chin Lift
a) Pakai Handscoon
b) Kaji jalan napas pasien (Look, Listen, and
Feel).
c) Posisikan pasien supinasi.
d) Angkat dagu pasien ke arah depan dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
e) Pastikan suara napas tambahan sudah
berkurang atau hilang.
2) Head Tilt
a) Pakai Handscoon.
b) Kaji jalan napas pasien (Look, Listen, and
Feel).
c) Posisikan pasien supinasi.
Gambar . tekhnik head tilt chin lift
d) Ekstensikan kepala pasien dengan (Sumber: Thim, T., Krarup, N. H.,
Grove, E. L., Rohde, C. V., & Løfgren,
menggunakan telapak tangan yang diletakan B. (2012).)

pada dahi pasien.


e) Pastikan suara napas tambahan sudah
berkurang atau hilang.
3) Head Tilt & Chin Lift

Manuver ini merupakan kombinasi antara Head


tilt dan Chin lift yang dilakukan secara
bersamaan.
4) Jaw Thrust
Manuver ini dilakukan pada pasien yang
dicurigai mengalami trauma cervical atau
semua pasien trauma yang tidak sadar.
a) Pakai Handscoon.
b) Kaji jalan napas pasien (Look, Listen, and
Feel). Gambar . tekhnik Jaw Thrust
(Sumber: Queensland Government
c) Posisikan pasien supinasi. (2016).)
d) Pertahankan posisi leher tetap sejajar, bila
memungkinkan pasang Cervical Collar.
e) Posisi penolong berada diatas kepala pasien
dan posisikan lengan penolong sejajar
dengan kepala pasien.
f) Posisikan telapak tangan penolong pada
tulang pipi pasien, ibu jari menekan pada
bagian dagu pasien, dan jari yang lain
mendorong Angulus Mandibula pasien ke
atas. Pastikan posisi mulut pasien
membuka.
g) Pastikan suara napas tambahan berkurang
atau hilang.
h) Pertahankan posisi ini sampai bantuan
datang atau pasien telah terpasang Definitif
Airway.
5) Finger Sweep
Prosedur ini digunakan jika benda yang
menyebabkan sumbatan jalan napas dapat
terlihat oleh penolong ketika membuka mulut
pasien.
a) Pakai Handscoon.
b) Kaji jalan napas pasien (Look, Listen, and
Feel).
c) Posisikan pasien supinasi.
d) Buka mulut pasien dengan manuver Cross
Finger.
e) Balut jari penolong dengan kassa/kain
bersih.
f) Lakukan manuver Gambar . tekhnik Cross Finger
mengcungkil/mengambil sumbatan dengan (Sumber: The American national
Red Cross (2011))
satu atau dua jari ke arah luar.
g) Ulangi hingga sumbatan hilang.
h) Pastikan suara napas tambahan berkurang
atau hilang.
6) Oropharing Airway
a) Pakai Handscoon.
b) Kaji jalan napas pasien (Look, Listen, and
Feel).
c) Posisikan pasien supinasi.
d) Pilih ukuran OPA yang sesuai dengan
pasien.

Gambar . Jenis Ukuran OPA


(Sumber: The American national
Red Cross (2011) )

e) Sesuaikan ukuran OPA dengan jarak


antara ujung bibir dengan Angulus
Mandibula pasien, atau;
f) Sesuaikan ukuran OPA dengan jarak
antara sudut bibir dengan Tragus pasien.

Gambar . Tekhnik mengukur OPA


g) Buka mulut pasien dengan manuver Cross (Sumber: The American national
Red Cross (2011) )
Finger.
h) Masukkan OPA dengan posisi pangkal
menghadap ke palatum, masukkan hingga
menyentuh palatum dan putar dengan
cepat kebawah sampai masuk ke pharing.

Gambar . Tekhnik memasang OPA


(Sumber: The American national
Red Cross (2011) )
i) Pastikan posisi OPA sesuai dan suara
napas tambahan berkurang atau hilang.

j) Jangan pernah fiksasi OPA dengan plester,


untuk antisipasi jika kesadaran dan reflek
muntah pasien mulai membaik. Gambar . Posisi OPA terpasang
(Sumber: The American national
7) Nasopharing Airway Red Cross (2011) )

a) Pakai Handscoon.
b) Kaji jalan napas pasien (Look, Listen, and
Feel).
c) Posisikan pasien supinasi.
d) Pilih ukuran NPA yang sesuai dengan
pasien.

Gambar . Pilihan Ukuran NPA


(Sumber: The American national
Red Cross (2011))

e) Sesuaikan panjang NPA dengan jarak


antara lubang hidung dengan Angulus
Mandibula.
f) Sesuaikan diameter NPA dengan lubang
hidung (Dewasa Pria No. 7, Wanita No. 6).

Gambar . Mengukur NPA


(Sumber: The American national
Red Cross (2011) )

g) Berikan gel untuk lubrikasi sepanjang


NPA.

Gambar . Melapisi NPA dengan


lubrican
(Sumber: The American national
Red Cross (2011) )

h) Masukkan dengan hati-hati hingga pangkal


NPA menempel di lubang hidung.
i) Bila memungkinkan pasang klip NPA agar
tidak masuk kedalam hidung atau fiksasi
dengan plester. Gambar . Memasukkan NPA pada
lubang hidung
(Sumber: The American national
Red Cross (2011) )

j) Pastikan posisi NPA tepat dan suara napas


tambahan berkurang atau hilang.

Posisi NPA setelah terpasang


(Sumber: The American national
Red Cross (2011) )

4. Evaluasi setelah tindakan


a. Evaluasi respon pasien
b. Evaluasi kembali jalan napas pasien dengan
Look, Listen, and Feel.
c. Pastikan suara napas tambahan berkurang
atau hilang.
d. Evaluasi kembali tanda-tanda hipoksia.

e. Segera berikan tambahan oksigen bila


memungkinkan.dst
5. Dokumentasi
a. Jenis sumbatan Airway
b. Aliran O2 (liter/menit)
c. Waktu pelaksanaan tindakan didokumentasikan
d. Nama dan tanda tangan perawat sudah
didokumentasikan
e. Dst.

G. DAFTAR TILIK

ELEMEN BOBOT
NO. KRITERIA UNJUK KERJA BOBOT SCORE
KOMPETENSI X
SCORE

1. Pengkajian a. Keadaan umum pasien diidentifikasi.


b. ...............................................
1
c. ..............................................
d. dst.
2. Persiapan Alat a. Peralatan dipersiapkan secara lengkap
dan tepat.
b. Peralatan sudah disusun secara 2
ergonomis.
c. Dst.
3. Persiapan Pasien a. Terjalin hubungan saling percaya.
dan Lingkungan b. Informed consent sudah dilakukan.
c. Privasi klien dijaga. 1
d. Posisi klien diatur sesuai kebutuhan.
e. Dst.
4. Pelaksanaan Tahap-tahap breast care dilakukan sesuai
Standart Operating Pocedure (SOP). 3

5. Evaluasi a. Evaluasi respon pasien


b. Evaluasi kembali jalan napas
pasien dengan Look, Listen, and
Feel.
c. Pastikan suara napas tambahan
berkurang atau hilang. 1
d. Evaluasi kembali tanda-tanda
hipoksia.
e. Segera berikan tambahan oksigen
bila memungkinkan.

6. Dokumentasi a. Jenis sumbatan Airway


b. Aliran O2 (liter/menit)
c. Waktu pelaksanaan tindakan
didokumentasikan 1
d. Nama dan tanda tangan perawat
sudah didokumentasikan
e. Dst.
7. Sikap a. Komunikatif dan sopan
b. Hati-hati
1
c. Tidak tergesa-gesa
d. Dst.
JUMLAH 10
Keterangan Score :
1 = Mahasiswa tidak melakukan tindakan
2 = Mahasiwa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan maksimal
3 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan minimal
4 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan tepat secara mandiri

∑ Bobot x score
Total Nilai = x 100 =
40
DAFTAR PUSTAKA
(Maksimal 5-10 tahun terakhir)

Thim, T., Krarup, N. H., Grove, E. L., Rohde, C. V., & Løfgren, B. (2012). Initial assessment and treatment
with the Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE) approach. International
journal of general medicine, 5, 117-21.
Finucance T. Brendan, Tsui C.H Ban, Santora Albert. 2014. Principles of Airway Management fourth edition.
New York: Springer.
Robert R. James, Hedges R. Jerris. 2014. Robert and Hedges’ Clinical Procedures in Emergency Medicine.
Philadelphia: Elsevier Saunder.
Queensland Government. 2016. Clinical practice procedures: airway management/triple airway manouvre.
Online https://ambulance.qld.gov.au/clinical.html
Finucane B.T., Tsui B.C.H., Santora A.H. (2010) Basic Emergency Airway Management and
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR). In: Principles of Airway Management. Springer,
New York, NY
The American national Red Cross.2011. Administering Emergency Oxygen. Online
https://www.redcross.org/content/dam/redcross/atg/PDF_s/AirwayAdjunctsFactandSkill.pdf
...........................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai