Trend adalah hak yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga dapat didefenisikan salah satu gambaran ataupun informasiyang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang populer dimasyarakat. Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang. Isu adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun masih belum jelas faktanyaatau buktinya Trend dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang tentang praktek / mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak (Rahmi, 2017). 1. TREND ISSUE KEGAWATAN KASUS HENTI NAPAS Sumbatan jalan napas harus diwaspadai pada beberapa keadaan yaitu saat terjadinya trauma pada wajah, fraktur ramus mandibula terutama bilateral, perlukaan daerah leher yang menyebabkan rusaknya laring atau trakea, perdarahan dalam jaringan lunak, terdapatnya cairan berupa muntahan, darah, atau yang lainnya dan keadaan edema laring akut karena trauma, alergi, atau infeksi. Pembebasan jalan napas merupakan tindakan untuk mengontrol dan memastikan pertukaran udara normal dengan cara membuka jalan napas sehingga pasien tidak mengalami kondisi hipoksia atau hiperkarbia. Langkah yang dapat dilakukan untuk pembebasan jalan napas adalah sebagai berikut: a. Pasien diajak berbicara. Jika pasien dapat menjawab dengan jelas berarti jalan napas bebas. Pasien yang tidak sadar berpotensi terjadi sumbatan jalan napas sehingga memerlukan tindakan pembebasan jalan napas. Penyebab obstruksi pada pasien tidak sadar umumnya adalah jatuhnya pangkal lidah ke belakang. b. Berikan oksigen. Oksigen diberikan dengan simple masker atau masker dengan reservoir (rebreathing/non rebreathing mask) atau nasal kateter atau nasal prong walaupun belum sepenuhnya jalan napas dapat dikuasai dan dipertahankan bebas. Jika memang dibutuhkan pemberian ventilasi bisa menggunakan Jackson-Reese atau BVM. c. Penilaian jalan napas. Sebelum melakukan tindakan untuk membebaskan jalan napas lanjut maka yang harus dilakukan pertama kali yaitu memeriksa jalan napas sekaligus melakukan pembebasan jalan napas secara manual apabila pasien tidak sadar atau kesadaran menurun berat (koma). Cara pemeriksaan dapat dilakukan secara simultan dengan Teknik LLF yaitu look, listen, feel. Pemeriksaan look dengan cara melihat Gerakan napas atau pengembangan Gerakan dada dan perut ketika pasien mencoba untuk bernapas, dada ditarik ke dalam dan perut mengembang keterlibatan penggunaan otot aksesori terbukti, misalnya otot leher dan bahu selain itu melihat warna mukosa dan kulit, juga tingkat kesadaran. Pemeriksaan listen dengan cara mendengarkan ada atau tidaknya suara tambahan seperti snoring yaitu suara seseorang mendengkur dimana posisi pangkal lidar seperti terjatuh atau terjadinya sumbatan pada pangkal lidah, gurgling yaitu suara seperti seseorang sedang berku,ur yang terjadi akibat adanya cairan didaerah hipofaring, stridor yaitu suara kasar atau serak yang terjadi akibat adanya sumbatan pada plika vokalis, wheezing yaitu suara seperti biola yang dikarenakan adanya penyempitan di bronkus. Pemeriksaan feel dengan cara merasakan adanya aliran udara pernapasan. 2. TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAPAS Tindakan pengelolaan sumbatan jalan napas meliputi Teknik menjaga atau mempertahankan jalan napas, jalan napas definitive (termasuk surgical airway), dan bantuan ventilasi (Rini et al., 2019). Pembebasan jalan napas harus memperhatikan kemungkinan atau mencurigai adanya cidera servical, sehingga harus dipasangkan alat imobilisasi servikal (neck collar) sampai kemungkinan fraktur atau cidera servikal dapat disingkirkan melalui pemeriksaan penunjang (Musliha, 2010). Bila tidak memiliki neck collar, lakukan fiksasi leher semaksimal mungkin, misalnya dengan menyangga kedua sisi kepaka dan leher pasien dengan bantal pasir, dan bila harus melakukan penatalaksaan jalan napas dengan melakukan penatalaksanaan jalan napas dengan melakukan penatalaksaan jalan napas dengan melakukan sapuan jari (finger swab), pengisapan (suction), intubasi, trakeostomi, pertahankan kesegarisan kepala-leher-punggung, demikian pula jika harus melakukan elevasi kepala 30 derajat (Atmadja, Sekeon, & Ngantung, 2021). 3. TINDAKAN YANG DILAKUKAN UNTUK MEMBUKA JALAN NAPAS Tahap-tahap pembebasan jalan napas: a. Apabila korban dalam keadaan tidak respons, segera evaluasi keadaan jalan napas korban. Pastikan bahwa korban dalam posisi telentang. b. Korban ditelentangkan dengan hati-hati. c. Pada korban yang tidak sadarkan diri dengan mulut yang menutup terdapat metode untuk membuka jalan napas, yaitu head-titl/chin -lift technique (tehnik tekan dahi/angkat dagu) dengan menekan dahi sambal menarik dagu hingga melewati posisi netral tetapi jangan sampai menyebabkan hiperekstensi leher dan jaw-thrust manuver (manuver dorongan rahang) yang dilakukan bila dicurigai adanya cedera pada kepala, leher atau tulang belakang pada korban kemudian membuka mulut korban. Metode ini disebut Triple Airway Manuver. a. Cara melakukan triple airway manuver yaitu d. Berlutut di atas kepala pasien. e. Menumpukkan siku penolong pada lantai dengan dua tangan yang diletakkan pada sisi kepala korban. f. Meletakkan jari-jari di sudut tulang rahang dengan tumpuan ibu jari di sekitar mulut. g. Mengangkat rahang ke atas dengan jari jari membuka mulut dengan mendorong dagu ke arah depan.
Tindakan yang dapat dilakukan dalam pembebasan jalan napas
a) Chin lift Maneuver (tindakan mengangkat dagu) b) Head Tilt Maneuver (tindakan menekan dahi) c) Jaw Thrust Maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah) Caranya dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas. d) Untuk memeriksa jalan napa terutama di daerah mulut, dapat dilakukan dengan tehnik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah. e) Bila jalan napas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari. f) Kegagalan membuka napas dengan car aini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan napas daerah faring atau adanya henti napas (apnea). g) Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan napas dan lakukan Maneuver Heimlich. 4. TINDAKAN YANG DILAKUKAN UNTUK MENGATASI SUMBATAN NAPAS PARSIAL (CHOKING) 1. Abdominal Thrust (Maneuver Heimlich) Adapun caranya adalah penolong berdiri di belakang pasien, kepalkan salah satu tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepalan tangan tersebut dengan kuat, lalu beri tekanan ke atas kearah diagfragma dengan gerakan yang cepat. Kontraindikasi abdominal thrust adalah kehamilan tua dan bayi serta dewasa yang gemuk.
2. Chest Thrust (untuk bayi, anak gemuk, dan wanita hamil)
a. Jika posisi klien duduk/ berdiri maka penolong berdiri dibelakang pasien, lingkarkan lengan kanan dengan tangan kanan terkepal di area midsternal di atas prosesus xipoideus (sama seperti posisi kompresi jantung luar), lakukan dorongan lurus ke bawah kearah spinal, lakukan berkali-kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas. Kaji jalan napas untuk memastikan keberhasilan tindakan. b. Jika posisi klien supinasi maka penolong berlutut atau mengangkangi paha klien, tempatkan lengan kiri diatas lengan kanan dan posisikan bagian bawah lengan kanan pada area midsternal di atas prosesus xi[oideus, lakukan dorongan lurus ke bawah kerah spinal, ulangi beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas. Kaji jalan napas untuk memastikan keberhasilan tindakan ini. c. Pada bayi bila penderita sadar, lakukan chest thrust sebanyak 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau gais tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). d. Back Blow dilakukan jika klien sadar dapat batuk keras, observasi ketat, bila napas tidak efektif lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung) 5. MEMPERTAHANKAN JALAN NAPAS MENGGUNAKAN JALAN NAPAS DEFINITIF Jalan napas definitif membutuhkan suatu pipa dalam trachea yang terfiksasi dengan baik, balon yang terkembang, dan memerlukan bantuan ventilasi menggunakan oksigen (Rini et al., 2019). Terdapat beberapa macam alat bantu jalan napas definitif, antara lain pipa orotracheal, nasotracheal, laryngeal mask airway, dan airway surgical (cricithyroidektomy) (Wijaya, 2019). 1. Intubasi Orotracheal Intubasi endotracheal dapat dimasukkan melalui mulut (orotracheal) atau melalui hidung (nasotracheal) dengan metode visual (menggunakan laringoskopi), atau blind method (melalui lubang hidung), digital dan atau dapat menggunakan fasilitas fiberoptik bronkoskopi atau peralatan lainnya (Rini et al., 2019). Perhatikan posisi pasien saat intubasi, teknik pre-oksigenasi yang tepat, dan meminimalkan tingkat keberhasilan laringoskopi (first-pass) dan meminimalkan komplikasi pada pemasangan ETT (Low & Hulme, 2015). 2. Intubasi Nasotracheal Jika akses oral gagal, maka intubasi nasal dapat dilakukan dengan dukungan oksigenasi serta visualisasi yang optimal (Low & Hulme, 2015). Intubasi nasotracheal adalah tindakan memasukkan pipa ET ke dalam trakea melalui lubang hidung penderita tanpa menggunakan alat bantu laringoskop, dimasukkan secara manual dengan mengikuti irama napas pasien (Wijaya, 2019). 3. Laringeal Mask Airway Merupakan sebuah pipa dengan ujung distal yang menyerupai sungkup dengan tepi yang mempunyai balon di sekelilingnya, di mana bagian sungkup harus terpasang pada hipofaring sehinggga saat balon dikembangkan maka bagian terbuka dari sungkup akan menghadap kearah lubang trakea membentuk bagian dari jalan napas (Lumbabtoruan et al., 2017). LMA tidak dapat mencegah aspirasi lambung, LMA dimasukkan melalui mulut melewati lidah sampai ke laring, setelah masuk, collar dikembangkan dengan udara untuk memfiksasi LMA (Hammod & Zimmermann, 2018). 4. Needle Cricothyroidoktomy Dilakukan untuk menjaga jalan napas ketika usaha intubasi gagal atau ketika intubasi endotrakeal diketahui tidak memungkinkan, misalnya pada pasien dengan trauma berat pada wajah, obstruksi jalan napas akibat edema, dan massa atau benda asing yang menutup jalan napas (Hammond & Zimmermann, 2011). DAFTAR PUSTAKA
Rahmi, N. (2017). Peran Pemimpin dalam Menghadapi Trend Perpustakaan di Kantor
Perpustakaan Arsip Daerah ( KPAD ) Gunung Kidul Yogyakarta Nurul Rahmi. Libria, 9(2), 133–147. Siagian, Alexander, dkk. 2020. Pedoman Bantuan Hidup Pasar Untuk Dokter Gigi. (n.p.): Deepublish. Munanda, Arif, dkk. 2022. Keperawatan Kegawatdaruratan dan Keperawatan Kritis. (n.p.): Media Sains Indonesia. Nusdin. 2020. KEPERAWATAN GAWAT DARURAT. Surabaya: Jakad Media Publishing.