Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TREND ISSUE KEPERAWATAN


Trend adalah hak yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend
juga dapat didefenisikan salah satu gambaran ataupun informasiyang terjadi pada saat
ini yang biasanya sedang populer dimasyarakat.
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang. Isu adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh
banyak orang namun masih belum jelas faktanyaatau buktinya
Trend dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang
tentang praktek / mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak
(Rahmi, 2017).
1. TREND ISSUE KEGAWATAN KASUS HENTI NAPAS
Sumbatan jalan napas harus diwaspadai pada beberapa keadaan yaitu saat
terjadinya trauma pada wajah, fraktur ramus mandibula terutama bilateral,
perlukaan daerah leher yang menyebabkan rusaknya laring atau trakea, perdarahan
dalam jaringan lunak, terdapatnya cairan berupa muntahan, darah, atau yang
lainnya dan keadaan edema laring akut karena trauma, alergi, atau infeksi.
Pembebasan jalan napas merupakan tindakan untuk mengontrol dan
memastikan pertukaran udara normal dengan cara membuka jalan napas sehingga
pasien tidak mengalami kondisi hipoksia atau hiperkarbia. Langkah yang dapat
dilakukan untuk pembebasan jalan napas adalah sebagai berikut:
a. Pasien diajak berbicara. Jika pasien dapat menjawab dengan jelas berarti jalan
napas bebas. Pasien yang tidak sadar berpotensi terjadi sumbatan jalan napas
sehingga memerlukan tindakan pembebasan jalan napas. Penyebab obstruksi
pada pasien tidak sadar umumnya adalah jatuhnya pangkal lidah ke belakang.
b. Berikan oksigen. Oksigen diberikan dengan simple masker atau masker
dengan reservoir (rebreathing/non rebreathing mask) atau nasal kateter atau
nasal prong walaupun belum sepenuhnya jalan napas dapat dikuasai dan
dipertahankan bebas. Jika memang dibutuhkan pemberian ventilasi bisa
menggunakan Jackson-Reese atau BVM.
c. Penilaian jalan napas. Sebelum melakukan tindakan untuk membebaskan jalan
napas lanjut maka yang harus dilakukan pertama kali yaitu memeriksa jalan
napas sekaligus melakukan pembebasan jalan napas secara manual apabila
pasien tidak sadar atau kesadaran menurun berat (koma). Cara pemeriksaan
dapat dilakukan secara simultan dengan Teknik LLF yaitu look, listen, feel.
Pemeriksaan look dengan cara melihat Gerakan napas atau pengembangan
Gerakan dada dan perut ketika pasien mencoba untuk bernapas, dada ditarik
ke dalam dan perut mengembang keterlibatan penggunaan otot aksesori
terbukti, misalnya otot leher dan bahu selain itu melihat warna mukosa dan
kulit, juga tingkat kesadaran. Pemeriksaan listen dengan cara mendengarkan
ada atau tidaknya suara tambahan seperti snoring yaitu suara seseorang
mendengkur dimana posisi pangkal lidar seperti terjatuh atau terjadinya
sumbatan pada pangkal lidah, gurgling yaitu suara seperti seseorang sedang
berku,ur yang terjadi akibat adanya cairan didaerah hipofaring, stridor yaitu
suara kasar atau serak yang terjadi akibat adanya sumbatan pada plika vokalis,
wheezing yaitu suara seperti biola yang dikarenakan adanya penyempitan di
bronkus. Pemeriksaan feel dengan cara merasakan adanya aliran udara
pernapasan.
2. TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAPAS
Tindakan pengelolaan sumbatan jalan napas meliputi Teknik menjaga atau
mempertahankan jalan napas, jalan napas definitive (termasuk surgical airway),
dan bantuan ventilasi (Rini et al., 2019). Pembebasan jalan napas harus
memperhatikan kemungkinan atau mencurigai adanya cidera servical, sehingga
harus dipasangkan alat imobilisasi servikal (neck collar) sampai kemungkinan
fraktur atau cidera servikal dapat disingkirkan melalui pemeriksaan penunjang
(Musliha, 2010). Bila tidak memiliki neck collar, lakukan fiksasi leher
semaksimal mungkin, misalnya dengan menyangga kedua sisi kepaka dan leher
pasien dengan bantal pasir, dan bila harus melakukan penatalaksaan jalan napas
dengan melakukan penatalaksanaan jalan napas dengan melakukan penatalaksaan
jalan napas dengan melakukan sapuan jari (finger swab), pengisapan (suction),
intubasi, trakeostomi, pertahankan kesegarisan kepala-leher-punggung, demikian
pula jika harus melakukan elevasi kepala 30 derajat (Atmadja, Sekeon, &
Ngantung, 2021).
3. TINDAKAN YANG DILAKUKAN UNTUK MEMBUKA JALAN NAPAS
Tahap-tahap pembebasan jalan napas:
a. Apabila korban dalam keadaan tidak respons, segera evaluasi keadaan jalan
napas korban. Pastikan bahwa korban dalam posisi telentang.
b. Korban ditelentangkan dengan hati-hati.
c. Pada korban yang tidak sadarkan diri dengan mulut yang menutup terdapat
metode untuk membuka jalan napas, yaitu head-titl/chin -lift technique (tehnik
tekan dahi/angkat dagu) dengan menekan dahi sambal menarik dagu hingga
melewati posisi netral tetapi jangan sampai menyebabkan hiperekstensi leher
dan jaw-thrust manuver (manuver dorongan rahang) yang dilakukan bila
dicurigai adanya cedera pada kepala, leher atau tulang belakang pada korban
kemudian membuka mulut korban. Metode ini disebut Triple Airway
Manuver.
a. Cara melakukan triple airway manuver yaitu
d. Berlutut di atas kepala pasien.
e. Menumpukkan siku penolong pada lantai dengan dua tangan yang diletakkan
pada sisi kepala korban.
f. Meletakkan jari-jari di sudut tulang rahang dengan tumpuan ibu jari di sekitar
mulut.
g. Mengangkat rahang ke atas dengan jari jari membuka mulut dengan
mendorong dagu ke arah depan.

Tindakan yang dapat dilakukan dalam pembebasan jalan napas


a) Chin lift Maneuver (tindakan mengangkat dagu)
b) Head Tilt Maneuver (tindakan menekan dahi)
c) Jaw Thrust Maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
Caranya dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan
gigi bawah berada di depan barisan gigi atas.
d) Untuk memeriksa jalan napa terutama di daerah mulut, dapat dilakukan
dengan tehnik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah.
e) Bila jalan napas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.
f) Kegagalan membuka napas dengan car aini perlu dipikirkan hal lain yaitu
adanya sumbatan jalan napas daerah faring atau adanya henti napas (apnea).
g) Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui
mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada
jalan napas dan lakukan Maneuver Heimlich.
4. TINDAKAN YANG DILAKUKAN UNTUK MENGATASI SUMBATAN
NAPAS PARSIAL (CHOKING)
1. Abdominal Thrust (Maneuver Heimlich)
Adapun caranya adalah penolong berdiri di belakang pasien, kepalkan salah
satu tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung
tulang sternum, genggam kepalan tangan tersebut dengan kuat, lalu beri
tekanan ke atas kearah diagfragma dengan gerakan yang cepat. Kontraindikasi
abdominal thrust adalah kehamilan tua dan bayi serta dewasa yang gemuk.

2. Chest Thrust (untuk bayi, anak gemuk, dan wanita hamil)


a. Jika posisi klien duduk/ berdiri maka penolong berdiri dibelakang pasien,
lingkarkan lengan kanan dengan tangan kanan terkepal di area midsternal
di atas prosesus xipoideus (sama seperti posisi kompresi jantung luar),
lakukan dorongan lurus ke bawah kearah spinal, lakukan berkali-kali untuk
menghilangkan obstruksi jalan napas. Kaji jalan napas untuk memastikan
keberhasilan tindakan.
b. Jika posisi klien supinasi maka penolong berlutut atau mengangkangi paha
klien, tempatkan lengan kiri diatas lengan kanan dan posisikan bagian
bawah lengan kanan pada area midsternal di atas prosesus xi[oideus,
lakukan dorongan lurus ke bawah kerah spinal, ulangi beberapa kali untuk
menghilangkan obstruksi jalan napas. Kaji jalan napas untuk memastikan
keberhasilan tindakan ini.
c. Pada bayi bila penderita sadar, lakukan chest thrust sebanyak 5 kali (tekan
tulang dada dengan jari telunjuk atau gais tengah kira-kira satu jari di
bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien).
d. Back Blow dilakukan jika klien sadar dapat batuk keras, observasi ketat,
bila napas tidak efektif lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada
punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang
punggung)
5. MEMPERTAHANKAN JALAN NAPAS MENGGUNAKAN JALAN
NAPAS DEFINITIF
Jalan napas definitif membutuhkan suatu pipa dalam trachea yang terfiksasi
dengan baik, balon yang terkembang, dan memerlukan bantuan ventilasi
menggunakan oksigen (Rini et al., 2019). Terdapat beberapa macam alat bantu
jalan napas definitif, antara lain pipa orotracheal, nasotracheal, laryngeal mask
airway, dan airway surgical (cricithyroidektomy) (Wijaya, 2019).
1. Intubasi Orotracheal
Intubasi endotracheal dapat dimasukkan melalui mulut (orotracheal) atau
melalui hidung (nasotracheal) dengan metode visual (menggunakan
laringoskopi), atau blind method (melalui lubang hidung), digital dan atau
dapat menggunakan fasilitas fiberoptik bronkoskopi atau peralatan lainnya
(Rini et al., 2019). Perhatikan posisi pasien saat intubasi, teknik pre-oksigenasi
yang tepat, dan meminimalkan tingkat keberhasilan laringoskopi (first-pass)
dan meminimalkan komplikasi pada pemasangan ETT (Low & Hulme, 2015).
2. Intubasi Nasotracheal
Jika akses oral gagal, maka intubasi nasal dapat dilakukan dengan dukungan
oksigenasi serta visualisasi yang optimal (Low & Hulme, 2015). Intubasi
nasotracheal adalah tindakan memasukkan pipa ET ke dalam trakea melalui
lubang hidung penderita tanpa menggunakan alat bantu laringoskop,
dimasukkan secara manual dengan mengikuti irama napas pasien (Wijaya,
2019).
3. Laringeal Mask Airway
Merupakan sebuah pipa dengan ujung distal yang menyerupai sungkup dengan
tepi yang mempunyai balon di sekelilingnya, di mana bagian sungkup harus
terpasang pada hipofaring sehinggga saat balon dikembangkan maka bagian
terbuka dari sungkup akan menghadap kearah lubang trakea membentuk
bagian dari jalan napas (Lumbabtoruan et al., 2017). LMA tidak dapat
mencegah aspirasi lambung, LMA dimasukkan melalui mulut melewati lidah
sampai ke laring, setelah masuk, collar dikembangkan dengan udara untuk
memfiksasi LMA (Hammod & Zimmermann, 2018).
4. Needle Cricothyroidoktomy
Dilakukan untuk menjaga jalan napas ketika usaha intubasi gagal atau ketika
intubasi endotrakeal diketahui tidak memungkinkan, misalnya pada pasien
dengan trauma berat pada wajah, obstruksi jalan napas akibat edema, dan
massa atau benda asing yang menutup jalan napas (Hammond &
Zimmermann, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Rahmi, N. (2017). Peran Pemimpin dalam Menghadapi Trend Perpustakaan di Kantor


Perpustakaan Arsip Daerah ( KPAD ) Gunung Kidul Yogyakarta Nurul Rahmi.
Libria, 9(2), 133–147.
Siagian, Alexander, dkk. 2020. Pedoman Bantuan Hidup Pasar Untuk Dokter
Gigi. (n.p.): Deepublish.
Munanda, Arif, dkk. 2022. Keperawatan Kegawatdaruratan dan Keperawatan
Kritis. (n.p.): Media Sains Indonesia.
Nusdin. 2020. KEPERAWATAN GAWAT DARURAT. Surabaya: Jakad Media Publishing.

Anda mungkin juga menyukai