Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PERAN PERAWAT DALAM KEGAWAT DARURATAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Praktik mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat

Dosen Pembimbing: Nur Intan Hayati Husnul K, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

Iseu Rahmawati AK 118 084

3D

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
A. Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darurat
Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan keperawatan yang berada pada area
khusus atau spesialis dalam keperawatan yang memiliki peran dan fungsi sebagai
berikut:
1. Pemberi pelayanan kesehatan (direct care provider) keperawatan langsung pada
klien dan keluarga yang mengalami masalah kesehatan karena sakit kritis, akut,
labil dan cedera. Serta memberikan pelayanan kesehatan/ perawatan langsung
pada keluarga, kelompok pasien dan masyarakat yang membutuhkan karena
mengalami masalah kesehatan tersebut karena berbagai sebab.
2. Manajer klinis (leadership); perawat gawat darurat dapat berperan sebagai
administrator atau manajer klinik/ unit gawat darurat yang bekerja untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan gawat darurat.
3. Pendidik (educator); perawat gawat darurat berperan sebagai pembimbing klinik
pada peserta didik keperawatn dan; dalam upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan cedera atau injuri melalui program pendidikan kesehatan kepada
masyarakat.
4. Peneliti (researcher); perawat gawat darurat berperan sebagai peneliti diarea
kesehatan terkait pelayanan gawat darurat.
5. Praktik kolaboratif (collaborative practice); berperan untuk membangun koloasi
antar profesi dan melakukan praktik kolaboratif untuk mengoptimalkan hasil dan
pelayanan klinis yang diberikan.

B. Pengkajian Gawat Darurat


1. Assessment (Airway)
Pengkajian airway atau jalan napas, tindakan yang pertama dilakukan untuk
memeriksa jalan napas seorang pasien apakah mengalami sumbatan atau tidak
yaitu dengan memeriksa responsivitas pasien. Waktu panilainnya jalan napas
harus dalam tempo yang snagat singkat (<10 detik).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien, antara
lain adalah :
a. Kaji kepatenan jalan napas pasien, apakah pasien dapat berbicara atau
bernapas dengan bebas
b. Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan napas pada pasien:
c. Adanya snoring (mendengkur) berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara
mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring,
pemasangan pipa endotrakeal
d. Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara
mengatasinya : finger sweep, pengisapan/suction
e. Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis atau daerah laring/trachea.
Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi
f. Agitasi (hipoksia)
g. Penggunaan otot bantu pernapasan
h. Sianosis
i. Bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial
penyebab obstruksi dapat dilihat dengan adanya:
 Muntahan
 Perdarahan
 Gigi lepas atau hilang
 Gigi palsu
 Trauma wajah
 Lidah jatuh ke belakang
j. Tindakan yang dapat dilakukan untuk membuka jalan napas adalah :
 Chin lift Maneuver (tindakan mengangkat dagu)
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan.
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang
dagu pasien kemudian angkat
 Head Tilt Maneuver (tindakan menekan dahi)
Dilakukan bila jalan napas tertutup oleh lidah pasien. Tindakan Head
Tilt Maneuve tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur
servikal. Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan
tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher
tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
 Jaw Thrust Maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan kea rah depan sehingga
barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas
 Untuk memeriksa jalan napas terutama di daerah mulut, dapat
dilakukan dengan teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan
bawah
 Bila jalan napas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga
mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari
 Kegagalan membuka bapas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain
yaitu adanya sumbatan jalan napas di daerah faring atau adanya henti
napas (apnea)
 Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara
melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada
sumbatan pada jalan napas dan dilakukan Maneuver Heimlich
k. Tindakan yang dilakukan untuk membersihkan jalan napas : yaitu dengan
sapuan jari (finger sweep). Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena
adanya benda asing pada rongga mulut belakang seperti adanya gumpalan
darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan napas hilang.
Cara melakukannya yaitu :
 Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher)
kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila
otot rahang lemas (maneuver emaresi)
 Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah yang bersih atau
dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan
rongga mulut dengan gerakan menyapu
l. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi sumbatan napas parsial
misalnya pada kasus chocking yaitu:
 Abdominal Thrust (Maneuver Hemlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang, tapu pada saat ini
abdominal thrust dengan cara terlentang sudah tidak dianjurkan
berdasarkan ILCOR yang terbaru. Adapun caranya abdominat thrust
yaitu penolong berdiri dibelkanga pasien, kepalkan salah satu tangan,
letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang
sternum, genggam kepalan tangan tersebut dengan kuat, lalu beri
tekanan ke atas kearah diagfragma dengan gerakanya yang cepat.
Kontraindikasi abdominal thrust adalah kehamilan tua dan bayi serta
dewasa yang gemuk.

 Chest Thruts (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
1. Jika posisi klien duduk/berdiri :
a. Anda berdiri di belkang klien
b. Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di
area midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti
pada posisi saat kompresi jantung luar).
c. Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kea rah spinal. Jika
perlu ulangi chest thrust beberapa kali untuk menghilangkan
obstruksi jalan napas
d. Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan
tindakan ini
2. Jika posisi klien supinasi :
a. Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien
b. Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda dan
posisikan bagian bawah lengan kanan anda pada area
midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada
posisi saat kompresi jantung luar)
c. Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kea rah spinal. Jika
perlu ulangi chest thrust beberapa kali untuk menghilangkan
obstruksi jalan napas
d. Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan
tindakan ini
3. Pada bayi bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan
tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari
di bawah garis imajinasi anatara kedua putting susu pasien.

 Back Blow
Bila penderita sadar dapat batuk keras observasi ketat. Bila napas tidak
efektif atau berhenti lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada
punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang
punggung/vertebrae).

2. Breathing (Pernapasan)
Pengkajian ini dilakukan untuk menilai kepatenan jalan napas dan keadekuatan
pernapasan pada pasien. Dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain:
a. Look : Lihat gerakan napas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga,
warna mukosa/kulit dan kesadaran
b. Listen : Dengar aliran udara pernapasan
c. Feel : Rasakan adanya aliran udara pernapasan dengan menggunakan pipi
penolong
d. Tentukan laju dan tingkat kedalaman napas pasien : kaji lebih lanjut mengenai
karakter dan kualitas pernapasan pasien
e. Lakukkan penilaian kembali status mental pasien
f. Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
g. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan atau oksigenasi
 Pemberian terapi oksigen
 Bag-Valve Masker
 Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang
benar), jika diindikasikan
 Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway
procedures.
h. Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan
terapi sesuai kebutuhan

3. Circulation
Pengkajian sirkulasi dengan memeriksa kulit, akral dan nadi khususnya nadi
karotis, bila ada tanda syok maka segera untuk diatasi.
Seorang pasien atau penderita dikatakan mengalami syok apabila terdapat
ketidakseimbangan perfusi oksigen dan zat gizi ke dalam sel-sel tubuh. Adanya
kegagalan dalam memperbaiki perfusi menyebabkan kematian sel yang progresif,
gangguan fungsi organ dan akhirnya berujung pada kematian.
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara
lain :
a. Cek nadi dan mulai lakukan Cardio Pulmoanri Resusitation (CPR) jika
diperlukan
b. Cardio Pulmoanri Resusitation (CPR) harus terus dilakukan sampai
defibrilasi siap untuk digunakan
c. Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian
penekanan secara langsung
d. Palpasi nadi radial jika diperlukan
 Menentukan ada atau tidaknya nadi
 Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
 Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
e. Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksi
f. Lakukan treatment terhadap hipoperfusi.

C. Aspek Etik dan Legal Dalam Keperawatan Gawat Darurat


Prinsip-Prinsip ETIKA
Penerapan etika keperawatan gawat darurat mengacu pada prinsip etika
keperawatan secara umum dimana perawat gawat darurat haruslah memperhatikan
aspek etika dalam hubungannya dengan sesame sejawat, dengan tim kesehatan lain,
dan tentunya dengan pasien dalam kondisi apapun di unit kerja gawat darurat.
Dengan demikian pemahaman terbaiknya adalah mengetahui bahwa pasien memiliki
hak-hak dalam pelayanan kesehatan yang harus diutamkan yakni prinsip patient
safety (keselamatan pasien) adalah diatas segalanya, sehingga nilai-nilai etika
keperawatan tentu mengutamakan keuntungan dan perlindungan pada pasien dengan
mengacu pada asas-asas sebagai berikut :

a. Asas Beneficence
b. Asas Nonmaleficence
c. Asas Menghormati Hidup Manusia
d. Asas Tidak Mementingkan Diri Sendiri
e. Asas Kerahasiaan (Konfidentialitas)
f. Asas Budi Pekerti dan Tingkah Laku Luhur
Bahwa perawat gawat darurat dalam bekerja harus memperhatikan dan
mengaplikasikan konteks etika sebagai berikut :
a. Menghargai klien dimana manusia atau pasien adalah individu yang utuh dan
unik sehingga perawat tidak boleh membedakan umur, statussosial, latar
belakang budaya, suku, ras, kepercayaan dan agama.
b. Menghargai kerahasiaan dan privacy klien.
c. Menghargai keputusan yg dibuat klien & keluarga.
d. Memberikan asuhan keperawatan yang bermutu.
e. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan.
f. Bekerja sama dgn teman sejawat, tim kesehatan untuk pelayanan keperawatan
yang terbaik.
g. Bekerja sesuai dengan kewenangannya.
Kode etik keperawatan gawat darurat :

 Perwawat emergency memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat


kemanusiaan dan keunikan klien
 Perawat emergency memeprtahankan kompetensi dan tanggung jawab dalam
praktek keperawatan emergency
 Perawat emergency melindungi klien manakala mendapatkan pelayanan kesehatan
yang tidak cakap, tidak legal, sehingga keselamatan terancam

Alasan penting aspek legal dalam konteks pelayanan keperawatan gawat darurat:

 Membuat kontrak kerja (memahami hak dan kewajiban)


 Praktek yang kompeten hanya dilakukan oleh seorang perawat yang kompeten
 Tambahkan penyuluhan kesehatan dan konseling dalam pemberian asuhan
keperawatan
 Melaksanakan tugas delegasi, sesuai dengan kemampuan perawat yang akan
diberikan delegasi
 Pastikan semua data didokumentasikan secara benar dan dikomunikasikan secara
jelas
 Ketenagaan yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Kurniati Amelia, dkk. Ed.1. keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy : ELSEVIER

Nusdin. 2020. Keperawatan Gawat Darurat. Surabaya : CV. Jakad Media Publishin

https://id.scribd.com/document/409152351/BAB-1-Etika-Aspek-Legal-Finish

Anda mungkin juga menyukai