DISUSUN OLEH
Nama : NUR ANDANI
Stambuk : 14420191045
Kelompok : 2
A. PENGERTIAN
Resusitasi jantung paru merupakan tindakan pijatan yang diberikan pada
jantung luar dengan tujuan untuk mempertahankan kepatenan jalan napas, bantuan
pernapasan dan sirkulasi.
B. TUJUAN
1. Mengembalikan fungsi jantung
2. Mengembalikan fungsi paru-paru
3. Mempertahankan fungsi sirkulasi
C. INDIKASI
1. Henti jantung
Pada kondisi henti jantung, berdasarkan hasil analisis elektrokardiogram
menunjukkan irama elektris jantung yakni tidak terkoordinasi, tidak teratur dan
otot jantung hanya bergetar tetapi tidak berkontraksi. Jika tidak ditangani
segera maka akan mengakibatkan aktivitas listrik jantung, denyut jantung akan
berhenti, denyutan nadi akan berhenti. Penanganan yang paling diperlukan
adalah kompresi dada (CPR) yang dikombinasikan dengan AED.
Henti jantung biasanya disebabkan dengan kejadian lain, seperti trauma
mayor atau penyakit pada sistem respirasi. Oleh karena itu, petugas kesehatan
atau penolong harus mampu mengenali dan segera melakukan penanganan
tanda-tanda awal dari kegagalan respirasi dan gangguan sirkulasi untuk
mencegah terjadinya henti jantung .
2. Henti napas
Henti napas dapat terjadi akibat sumbatan jalan napas seperti lidah jatuh ke
belakang, sumbatan epiglotis, benda asing, dan kerusakan jaringan karena luka
bakar atau trauma pada laring dan trakea, luka tusuk atau benturan benda
tumpul. Selain itu, henti napas juga diakibatkan karena infeksi pada saluran
pernapasan, asma, dan penyakit paru obstruksi kronis.
D. INDIKASI DIHENTIKANNYA CPR
1. Sirkulasi dan ventilasi spontan secara efektif telah membaik.
2. Pelayanan dilanjutkan oleh tenaga medis ditempat rujukan atau ditingkat
pelayanan yang lebih tinggi seperti di ICU.
3. Ada kriteria yang jelas menunjukkan sudah terjadi kematian yang ireversibel
(seperti pupil mata dilatasi maksimal, reflex cahaya negatif, rigormotis atau
kaku mayat, dekapitasi, dekomposisi atau pucat), atau tidak ada manfaat
fisiologis yang dapat diharapkan karena fungsi vital telah menurun walau telah
diberi terapi maksimal.
4. Penolong sudah tidak bias meneruskan tindakan karena lelah atau ada
keadaan lingkungan yang membahayakan atau meneruskan tindakan resusitasi
akan menyebabkan orang lain cedera.
5. Pasien berada pada stadium terminal suatu penyakit atau keterangan DNAR
(do not attempt resuscitation) diperlihatkan kepada penolong.
E. PROSEDUR TINDAKAN
1. Berdoa sebelum memulai tindakan
2. Jelaskan tujuan prosedur tindakan pada keluarga pasien dan minta persetujuan
tindakan secara cepat (sesuaikan dengan kondisi)
3. Pakai alat pelindung diri (masker, handscon/sarung tangan, celemek, dan lain-
lain)
4. Pastikan bahwa semua aman untuk memberikan pertolongan (aman penolong,
anak/korban dan lingkungan)
5. Cek respon pasien apakah pasien sadar, tidak sadar atau hanya tidur dengan
cara:
a. Tepuk bahu sambil panggil pasien atau menekan/goyang-goyang bagian
mid sternum dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, seperti
“Pak..Pak.. bangun Pak.. Siapa namanya Pak?”
b. Sambil observasi pernapasan dengan memperhatikan pengembangan
dada dan abdomen korban
c. Hati-hati menguncangkan bahu pasien yang mengalami cedera cervical
d. Bila kondisi di luar rumah sakit (pra hospital, pada pasien yang tidak
berespon perlu evakuasi segera ke rumah sakit)
6. Bila pasien tidak berespon/unresponsive dan tidak bernapas atau hanya
bernapas tersengal-sengal/ gasping segeralah bertindak:
a. Minta segera pertolongan (Call For Help) atau mengaktifkan EMS
(Emergency Medical Services). Nomor panggilan darurat untuk Indonesia
adalah 119
b. Jika seseorang telah datang untuk membantu katakan dengan suara jelas
“panggilkan ambulance 119, bawakan AED”
1) Lokasi pasien, berikan nomer telpon
2) Kejadian (tidak sadar, henti nafas dan jantung)
3) Berapa orang yang dibutuhkan untuk membantu
4) Katakana butuh ambulance dan AED secepatnya
5) Terima instruksi dari ambulance 119
Jika kondisi kejadian di dalam IGD atau ruangan intensif lainnya cukup dengan
mengatakan “pasien mengalami henti jantung, segera kesini bantu saya persiapkan
alat emergency”
Catatan:
1) Korban terlihat jatuh pingsan, maka aktifkan sistem tangga darurat
terlebih dahulu sebelum melakukan CPR
2) Korban tidak terlihat jatuh pingsan maka berikan CPR selama 2 menit
terlebih dahulu kemudian mengaktifkan sistem tanggapan darurat dan
mengambil AED
7. Perbaiki posisi Korban dengan posisi supinasi/telentang pada tempat yang
datar dan keras. Balikkan tubuh anak dengan teknik log roll (kepala, leher, dan
tubuh secara bersamaan) pada posisi segaris (in line position)
8. Atur posisi penolong dengan berlutut di samping Korban (jika di luar rumah
sakit) dan berdiri di samping tempat tidur pasien (jika di dalam rumah sakit)
Khusus ibu hamil
Geser secara manual uterus ke samping kiri agar menghilangkan
kompresi aortavacal
Bila perlu, miringkan ke samping kiri 15-30 0
CIRCULATION
9. Periksa tidak adanya nadi dengan mempalpasi arteri karotis dengan cara:
a. Pertahankan posisi head tilt dengan satu tangan
b. Letakkan jari tengah pada mid tracheal
c. Tarik 2-3 cm ke sisi lateral/samping trachea ke arah penolong
d. Palpaso denyutan arteri karotis selama (<10 detik) dan rasakan ada atau
tidaknya denyutan arteri karotis
e. Jika nasi tidak teraba, lakukan kompresi dada
Posisi ini digunakan untuk mempertahankan jalan napas paten pada orang yang
tidak sadar
19. Sampaikan hasil tindakan pada pasien dan atau keluarga pasien
20. Evaluasi perasaan pasien
21. Rapikan pasien dan berikan posisi nyaman
22. Cuci dan rapikan kembali alat dan bahan yang telah digunakan
23. Dokumentasikan hasil tindakan
24. Berdoa setelah melakukan tindakans