Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HARI KE 3

SUB MATERI TRAUMA

Seorang laki-laki usia 37 tahun mengalami kecelakaan di jalan raya , motor yang ditumpangi
ditabrak minibus dari belakang. Saat kecelakaan tidak memakai helm. Kondisi upadate : pasien
tidak sadarkan diri keluar darah dari hidung dan teling, RR= 48/menit cepat dan dangkal, dan
distress pernafasan, Deviasi Trakhea + JVD +, nadi radialis tidak teraba, terdapat open fraktur
femur detra disertai pendarahan dan ada jejas di abdomen region ll, TD=90/palpasi, SaO 2 = 86%,
Diaporesis dan sianosis.

Anda adalah team leader untuk menangani kasus tersebut, apa yang akan anda lakukan
bersama team dan jelaskan advice anda!

 Dalam team dengan jumlah 5 orang disini saya akan membagi tugas yang dimana masing
orang akan melakukan tindakan seperti berikut
1. Untuk penanganan dengan pasien tidak sadarkan diri keluar darah dari hidung dan
teling, RR= 48/menit cepat dan dangkal, dan distress pernafasan, Deviasi Trakhea +
JVD +, nadi radialis tidak teraba disini di butuhkan
A. 2 orang penolong untuk memabntu meberikan BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)
dengan cara berikut:
Langkah-Langkah Resusitasi Jantung Paru yang direkomendasikan oleh
American Heart
Assosiation adalah :
a. Danger (D) :
1. Pastikan keamanan penolong (menggunakan Alat Perlindungan Diri(APD)
2. Keamanan pasien
3. Keamanan lingkungan (keamanan dari tempat kejadian apakah aman bagi
penolong maupun pasien)
b. Respon (R) :
Periksa respon pasien dengan AVPU (Alert, Verbal, Pain dan Unresponsive).
Memastikan kesadaran pasien terlebih dahulu, menepuk bahu sambil
merangsang respon verbal dengan memanggil “Buka mata pak/buk “. Bila
tidak berespon berikan rangsang nyeri. Rangsang nyeri dapat diberikan
dengan melakukan penekanan yang keras pada ujung kuku pasien atau dengan
penekanan pada sternum pasien. Bila tidak berespon dengan rangsang nyeri
dapat dipastikan pasien dalam kondisi Unresponsive.
c. Should for Help (S)
Segera berteriak minta pertolongan untuk mengaktifkan EMS (Emergency
Medical System) 119. Meminta bantuan untuk mengambilkan AED. Dan
meminta bantuan untuk memposisikan pasien. Untuk melakukan tindakan
BHD yang efektif, pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada
permukaan yang datar dan keras. Jika pasien ditemukan dalam posisi miring
atau tengkurap, ubahlah posisi pasien dengan mempertahankan kepala, leher
dan badan dalam garis lurus. Ingat...! Penolong harus membalikkan pasien
sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakan secara bersama-
sama (kontrolservikal). Mengatur posisi penolong berlutut disamping pasien
atau sejajar dengan bahu pasien agar saat memberikan bantuan penolong tidak
perlu mengubah posisi.
d. Circulation (C)
Dilakukan dengan cara:
1. Memastikan ada tidaknya denyut nadi pasien.
2. Denyut nadi pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di
daerah leher pasien dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan
tengah) penolong meraba 2 – 3 cm disamping trachea dalam waktu
maximal 10 detik sambil melihat adanya pernafasan atau tidak.
3. Bila arteri karotis tidak teraba lakukan kompresi jantung luar dengan
perbandingan 30 : 2 (kompresi : ventilasi) baik 1 atau 2 orang
penolong dengan teknik sebagai berikut :
a) Letakkan salah satu pangkal telapak tangan penolong pada
pertengahan dari seperdua bagian bawah tulang dada
(sternum)
b) Letakkan tumit telapak tangan yang satu lagi menumpang
diatas tangan yang pertama. Letakkan jari-jari kedua tangan
atau saling mengait untuk memastikan bahwa penekanan yang
dilakukan tepat pada sternum dan tidak pada tulang iga atau
bagian atas perut.
c) Tepatkan badan penolong vertikal diatas pasien dengan
bertumpu pada kedua lengan yang diluruskan diatas`sternum
pasien dan tekan sternum tegak lurus sedalam 2’ - 2,4’ inchi
(5-6 cm), rekoil dada maksimal dan meminimalkan interupsi.
d) Kecepatan kompresi adalah 100-120x/ menit
Kedalaman kompresi dada (AHA, 2015) :
Kedalaman Rasio
1) Dewasa 2 – 2,4 inchi (5 – 6 cm) 30:2 (1 atau 2 penolong)
2) Anak 1/3 diameter AP dada 30:2 (1 penolong) 15:2 (2
penolong)
3) Bayi 1/3 diameter AP dada 30:2 (1 penolong) 15:2 (2
penolong)
e. Airway (A)
Setelah melakukan tindakan kompresi sebanyak 30 kali maka dilanjutkan
dengan pemberian bantuan nafas sebanyak 2 kali yang diawali dengan
membersihkan jalan nafas bila ada sumbatan dan membuka jalan nafas. Benda
asing dapat dikeluarkan dengan menggunakan finger sweep selanjutnya
dikeluarkan manual. Pembebasan jalan nafas dapat dilakukan dengan head tilt
- chin lift dan Jaw thrust (jika dicurigai adanya cedera servikal).
f. Breathing (B)
Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau
mulut ke stoma, mulut ke masker dengan cara memberikan 1 bantuan nafas
setiap 6 detik antara bantuan nafas berikutnya, volume udara yang
dihembuskan sesuai kapasitas volume tidal atau sampai dada pasien terlihat
mengembang/naik saat diberikan tiupan. Cara Memberikan Bantuan
Pernafasan:
1. Mulut ke Masker
2. Mulut Ke Stoma
Pasien dengan lobang (stoma) yang menghubungkan trakhea langsung
ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan pernafasan maka harus
dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.
3. Bag Valve Mask (BVM)
Digunakan alat bag dan mask dengan diantaranya ada katup. Dengan
teknik ” EC Clamp ”. Ibu jari dan telunjuk membentuk huruf C
memegang masker dan tiga jari lainnya membentuk huruf E ekstensi
kepala.
g. Sesudah dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) selama 2 menit (5 siklus
ventilasi dan kompresi) pasien di evaluasi. Jika nadi tidak teraba Resusitasi
Jantung Paru dilanjutkan sebanyak 30:2 (kompresi : ventilasi).
h. Jika nadi karotis teraba, tetapi nafas belum ada maka diberikan Rescue
Breathing sebanyak 10 – 12 kali/menit selama 2 menit dan di evaluasi lagi.
i. Jika nadi teraba dan nafas sudah spontan maka berikan recovery position
(posisi pemulihan) yang bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas tetap
paten dan mengurangi risiko sumbatan jalan nafas dan aspirasi.

B. 1 orang membawa AED


penggunaan AED harus dilakukan dengan benar dengan langkah langkah
sebagai berikut:
1. Lepaskan pakaian pasien dan benda lain yang menempel ditubuh pasien.
2. Hidupkan AED dengan menekan tombol power. AED akan memberikan panduan
dalam bentuk suara mengenai langkah yang akan dilakukan.
3. Tempelkan pads AED yang sesuai dengan ukuran pasien di dada. Tempatkan pads
sesuai posisi yang tampak pada gambar. (sesuaikan dengan jenis AED yang
digunakan, manual dan automatic)
4. AED menganalisis denyut jantung pasien, setelah analisis selesai AED akan
menginformasikan apakah pasien perlu segera dilanjutkan kompresi atau AED
menyarankan agar kejutan dilakukan.
5. Bila diindikasikan untuk dilakukan kejutan listrik, pastikan tidak ada penolong yang
menyentuh pasien, lalu tekan tombol “shock “ pada AED untuk memberikan kejutan
listrik, AED akan memberikan arahan kepada penolong untuk melakukan
pemeriksaan pada pernafasan atau denyut nadi pasien, melanjutkan RJP. Setelah 2
menit AED akan kembali menganalisis denyut jantung kembali dan akan
menentukan apakah perlu dilakukan kejutan listrik lagi.
6. Jika kejutan listrik tidak diperlukan tapi penderita belum menunjukkan tanda tanda
kehidupan, terus lakukan RJP sesuai arahan AED hingga bantuan professional
datang.
C. 2 Penolong untuk terdapat open fraktur femur detra disertai pendarahan dan ada jejas
di abdomen region ll, TD=90/palpasi, SaO2 = 86%, Diaporesis dan sianosis Pengobatan
dan pertolongan pada pasien trauma abdomen memerlukan tenaga medis. Untuk
pemeriksaan awal, pasien trauma harus ditanganin sesuai dengan algoritma
Advanced Trauma Life Support (ATLS), yaitu:

A (Airway): Apakah pasien berbicara dalam kalimat penuh?

B (Breathing and Ventilation): Apakah pasien mengalami kesulitan bernapas?


Apakah ada bunyi napas dan gerakan dada saat bernapas?

C (Circulation): Apakah denyut teraba?

D (Disability): Apakah pasien dapat bergerak? apakah pasien dalam keadaan


sadar?

E (Exposure): Apakah terdapat darah?

Jika pemeriksaan awal pasien sudah dilakukan, resusitasi (tindakan pertolongan


selanjutnya) dapat dimulai

Anda mungkin juga menyukai