Anda di halaman 1dari 6

Panduan Tata Laksana Bantuan Hidup Dasar

RUMAH SAKIT MATA UNDAAN SURABAYA


2022
Bantuan Hidup Dasar adalah Langkah awal dalam penyelamatan nyawa

pasien setelah terjadi henti jantung yang meliputi pengaktifan Code Blue,

pemberian resusitasi jantung paru, dan defibrilasi secara tepat dengan penggunaan

Automated External Defibrilator (AED). (Kleinman, et. Al., 2015)

1. Pengertian

Resusitasi jantung paru adalah Teknik kompresi dada yang

dikombinasikan dengan pemberian bantuan nafas yang bertujuan untuk membantu

mempertahankan oksigenasi pada otot jantung dan otak sampai bantuan atau alat

khusus tersedia. (ANZCOR, 2016)

Pemberian resusitasi jantung paru yang berkualitas dapat meningkatkan

peluang keberhasilan penyelamatan nyawa bila :

a. Memberikan kompresi dada dengan kecepatan memadai (100-120 kali

permenit)

b. Memberikan kompresi dada dengan kedalaman memadai (2-2,4 inchi /

5-6cm)

c. Memaksimalkan recoil dada saat ventilasi

d. Meminimalkan interupsi saat kompresi dada

e. Menghindari ventilasi yang berlebihan

2. Tujuan

Tujuan resusitasi jantung paru merupakan bagian dari pengelolaan awal

gawat darurat medis yang bertujuan :

a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pernafasan

b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi

3. Langkah – Langkah Resusitasi Jantung Paru :


a. Danger (D)

a) Pastikan keamanan penolong (menggunakan alat pelindung diri)

b) Pastikan keamanan lingkungan

c) Pastikan keamanan pasien

b. Respon (R)

Periksa respon pasien dengan AVPU (Alert, Verbal, Pain,

Unresponsive)

c. Shout for help (S)

Segera lakukan aktifasi code blue dengan menghubungi ekstensi *3302

dan sebutkan “Code Blue + lokasi kejadian” dan diulang sebanyak tiga

kali. Bila penolong berada di area yang jauh dari intercom, gunakan

gawai pribadi untuk menghubungi staf rumah sakit yang anda ketahui

untuk melakukan aktifasi Code Blue. Untuk melakukan Tindakan Pijat

jantung yang efektif, pasien harus dalam kondisi terlentang dan berada

pada permukaan yang datar dan keras.

d. Circulation

a) Memastikan ada tidaknya denyut nadi pasien dengan meraba nadi

karotis dan dilakukan maksimal 10 detik

b) Bila tidak ditemukan nadi karotis maka lakukan kompresi dada

dengan perbandingan 30 : 2 yaitu 30 kali pijatan dada diselingi

dengan 2 kali tiupan nafas.

c) Letakkan salah satu pangkal telapak tangan penolong pada

pertengahan dari seperdua bagian bawah tulang dada (sternum)


d) Letakkan pangkal telapak tangan yang lain menumpang diatas

tangan yang pertama. Letakkan jari-jari kedua tangan saling mengait

untuk memastikan bahwa penekanan yang dilakukan tepat pada

sternum dan tidak pada tulang iga atau bagian perut

e) Tempatkan badan penolong vertical diatas pasien dengan bertumpu

pada kedua lengan yang diluruskan diatas sternum pasien dan tekan

sternum tegak lurus sedalam 2-2,4 inchi atau 5-6 cm (dewasa) atau

1/3 kedalam diameter anteroposterior (bayi dan anak-anak),

maksimalkan recoil dada dan minimalkan interupsi

f) Kecepatan kompresi adalah 100-120 kali permenit

e. Airway

Proses pembebasan jalan nafas dapat dilakukan dengan dan tanpa alat.

Tanpa alat dengan head tilt, chin lift, jaw thrust. Dengan alat dapat

dilakukan dengan orofaring tube, endotrakeal tube (tersedia di instalasi

gawat darurat dan masing-masing emergency box), dan laryngomask

(hanya tersedia di kamar bedah)

f. Breathing

Bantuan nafas melalui mulut ke mulut sudah tidak direkomendasikan

sehingga wajib menggunakan alat bantu. Alat bantu nafas yang terdapat

di rumah sakit Mata Undaan antara lain :

a) Mouth to Mask dengan HEPA filter (terdapat di Instalasi Gawat

Darurat)

b) Bag Valve Mask (terdapat di Instalasi Gawat Darurat, Kamar Bedah,

dan masing-masing emergency box)


c) Jackson Rees (terdapat di Instalasi Gawat Darurat dan Kamar Bedah)

d) Jika nadi karotis teraba, tetapi nafas belum ada maka berika rescue

breathing sebanyak 10-12 kali permenit selama 2 menit dan evaluasi

Kembali

e) Jika nadi teraba dan nafas sudah spontan maka berikan recovery

position yang bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas tetap

paten dan mengurangi resiko sumbatan nafas dan aspirasi

g. Defibrilasi

Terdapat dua alat defibrilasi di Rumah Sakit Mata Undaan yaitu :

a) Automated External Defibrilator (Terdapat di Instalasi Gawat

Darurat)

b) Defibrilator (Terdapat di Instalasi Gawat Darurat dan Kamar

Bedah)

Langkah-langkah Penggunaan AED adalah sebagai berikut :

a) Lepaskan pakaian pasien dan benda lain yang menempel ditubuh

pasien

b) Hidupkan AED dengan menekan tombol power. AED akan

memberikan panduan dalam bentuk suara mengenai Langkah yang

dilakukan

c) Tempelkan pads AED yang sesuai dengan ukuran pasien di dada

kanan atas dan rusuk kiri bawah.

d) AED menganalisis denyut jantung pasiem , setelah analisis selesai

AED akan mengonfirmasikan apakah pasien perlu segera


dilanjutkan kompresi atau AED menyarankan agar kejutan

dilakukan.

e) Bila diindikasikan untuk dilakukan kejutan listrik, pastikan tidak

penolong yang menyentuh pasien, lalu tekan tombol “shock” pada

AED untuk memberikan kejutan listrik, AED akan memberikan

arahan kepada penolong untuk melakukan pemeriksaan pada

pernafasan atau denyut nadi pasien, melanjutkan pijat jantung.

Setelah 2 menit AED akan kembali menganalisis denyut jantung

kembali dan akan menentukan apakah perlu dilakukan kejutan

listrik lagi.

f) Jika kejutan listrik tidak diperlukan tapi penderita belum

menunjukkan tanda-tanda kehidupan, terus lakukan pijat jantung

sesuai arahan AED hingga bantuan profesional tiba.

Anda mungkin juga menyukai