Anda di halaman 1dari 8

Nama : Kadek Cintya Saraswati

Nim : 202201269
Kelas : NR5D

Pengertian BHD adalah Pertolongan pertama yang dilakukan pada korban henti jantung atau henti napas:
Tahapan BHD :
SAFETY -> PERIKSA RESPON -> PANGGIL BANTUAN, BAWA AED -> LIHAT PERNAFASAN -> 30
PIJAT DATA -> 2 PERNAFASAN BUATAN -> RESPON SPONTAN ? ->
LIHAT PERGERAKAN DADA : JIKA ADA BERARTI POSISI MANTAP , JIKA TIDAK ADA MAKA
BERIKAN BANTUAN NAFAS SETIAP 10-12 x/mnt
DANGER
Ketika kita menemukan korban, pastikan :

1. AMAN DIRI (penolong)


2. AMAN KORBAN
3. AMAN LINGKUNGAN

RESPONSE
Cek Kesadaran :

1. Panggil Korban

Teriak “bangun pak/bu” atau buka mata pak/bu

2. Tepuk Bahu

3. Rangsang Nyeri

Bila Tidak Ada Respon :


Shout For help (Minta bantuan)
Tetap Bersama Korban -> Teriak Minta Tolong
Tetap bersama korban, gunakan handphone untuk panggil bantuan, aktifkan speaker untuk berkomunikasi dan
mendengarkan instruksi tenaga kesehatan.
Atau
Jika sendirian tanpa handphone, berteriak meminta tolong dan ambil AED (jika dapat tersedia segera) sebelum
memulai RJP

CIRCULATION
Lakukan kompresi dada dengan ketentuan :

1. Atur posisi korban


Korban telentang di atas permukaan yang kerasa dan datar

2. Penolong berlutut di samping kanan korban

3. Letakkan tumit telapak tangan pada pertengahan dada dengan telapak tangan di tumpuk dengan jari
ditautkan

(Posisi tangan pada lower half of sternum)

4. Perbandingan antara kompresi dada dan bantuan nafas 30:2

5. Lakukan kompresi (Kedalaman 5-6 cm ke dalam dada)

6. Kecepatan 100x/menit

7. Dilakukan selama 5 siklus

BREATHING
Beri nafas buatn 2x
Dengan Volume tidal, dengan teknik :

1. Mouth to mouth (mulut ke mulut)


2. Mouth to Barrier Device (Mulut dengan penghalang/tisu/kain)
3. Mouth to nose (mulut dengan hidung)
4. Mouth to Stoma (mulut dengan lubang yang dibuat untuk memasukkan alat bantu nafas yang
dilakukan oleh tenaga medis yang berkompeten)
5. Bag Valve Mask (Masker bertekanan)

EVALUASI
Evaluasi dilakukan tiap 2 menit

A. Jika napas (-) dan nadi (-) à kompresi dan ventilasi 30:2
B. Jika napas (-) dan nadi (+) à Ventilasi 10 kali/menit
C. Jika napas (+) dan nadi (+) à beri recovery position

Kapan pijat jantung dihentikan ?

1. Pasien sudah ada yang respon


2. Datang tim yang lebih ahli (advance)
3. Penolong kelelahan
4. Terdapat tanda kematian yang jelas
5. Do not Resuscitate/DNR (keluarga menolak untuk dilakukan tindakan resusitasi)
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

TUGAS INDIVIDU : James Christian

DOSEN :Ns, Rahmat Doko, S.ST., M. Tr.Kep

UNIVERSITASWIDYANUSANTARA

2023
CONTOH KASUS :

Ketika anda duduk di ruang perawat, anda mendengar teriakan perawat


minta tolong ada seorang tidak sadar, setelah anda cek pasien tidak
bernafas dan tidak teraba nadinya. Apa yang harus anda lakukan? (catatan
tidk ada monitor dan alat keju listrik di ruangan)

JAWABAN :

Resusitasi jantung paru segera. Penolong segera melakukan resusitasi


jantung paru (RJP) pada penderita henti jantung mendaak sampai bantuaan
dataang. Metode RJP penting untuk membantu sirkulasi dengan
mengkombinasikan kompresi dada dan pemberian nafas buatan untuk
pemberian oksigen yang di perlukan bagi kelangsungan hidup fungsi sel
tubuh.

Saat menemukan orang dengan tanda henti jantung, yaitu tidak berespon, tidak
teraba denyut nadi, dan tidak bernapas atau pola pernapasan abnormal, maka
penolong harus segera memanggil bantuan untuk mengaktifkan sistem
penanggulangan gawat darurat terpadu .

RJP dapat dilakukan tanpa peralatan khusus. Jika ada, peralatan yang diperlukan
adalah alat pelindung diri (APD), misalnya sarung tangan dan masker. Namun,
RJP tetap harus dilakukan segera walaupun APD tidak ada. Belum ditemukan
hubungan yang signifikan mengenai penularan penyakit melalui RJP.

POSISI PASIEN

Posisi pasien terbaik untuk RJP adalah terlentang (supinasi) pada permukaan yang
keras, sehingga kompresi jantung di area sternum menjadi efektif. Posisi penolong
yang melakukan kompresi dada harus lebih tinggi daripada pasien, untuk
mencapai regangan lengan yang cukup sehingga dapat menggunakan berat
badannya untuk mengkompresi dada. Jika terdapat 2 orang, penolong yang lain
berada di sebelah kepala pasien untuk melakukan bantuan napas.
Di rumah sakit, posisi yang sesuai dapat diperoleh dengan menurunkan tempat
tidur pasien atau petugas kesehatan menggunakan tangga kecil. Sedangkan di luar
rumah sakit, posisi pasien berbaring di lantai dan penolong berlutut di samping
pasien.

PROSEDUR BANTUAN HIDUP DASAR

Prosedur standar RJP berdasarkan pedoman AHA tahun 2020, terdiri dari
kompresi dada (circulation), jalan napas (airway), dan pernapasan
(breathing), yang disingkat menjadi C-A-B. RJP harus segera dilakukan dalam
waktu <2 menit sejak pasien henti jantung. Angka survival berkurang 10‒15%
setiap menitnya jika pasien tidak segera ditolong dengan resusitasi jantung paru.

Prosedur Circulation / Kompresi Dada

Penolong meletakkan tumit salah satu tangan di atas sternum pasien, sementara
tangan lainnya di atas tangan pertama dengan jari-jari yang bertautan. Siku
diekstensikan dan badan seperti dijatuhkan ke pasien.

Syarat kompresi dada yang baik adalah:

 Kompresi diulang sebanyak 30 kali, dengan kecepatan 100‒120 kali/menit

 Kompresi dilakukan dengan cepat dan kuat, dengan kedalaman minimal 5


cm dan maksimal 6 cm

 Pastikan dada recoilsempurna, yaitu kembali ke posisi awal sebelum


ditekan kembali

 Rasio kompresi:ventilasi dengan 1 orang penolong adalah 30:2, sedangkan


dengan 2 penolong adalah 15:2

 Satu kali rasio kompresi:ventilasi disebut 1 siklus RJP. Untuk mencegah


penurunan kualitas kompresi dada akibat kelelahan, penolong diganti
setiap 5 kali siklus

 Kompresi diizinkan untuk berhenti sementara (<10 detik), yaitu saat


pemberian 2 kali ventilasi
o Fase jeda kompresi dada sebelum dan sesudah dilakukan shockharus
seminimal mungkin[2-5]

Pada resusitasi jantung paru yang dilakukan tanpa ventilasi (hanya kompresi
dada), kompresi dilakukan terus-menerus sampai petugas kesehatan
profesional datang. Penggunaan alat kompresi dada mekanik hanya
dianjurkan jika tidak ada petugas kesehatan yang bisa melakukan kompresi
dada dengan baik.

Prosedur Airway / Jalan Napas

Penolong mengamankan jalan napas dengan manuver head-tilt dan chin-lift.


Selain itu, pastikan tidak ada sumbatan jalan napas dengan melihat apakah
terdapat benda asing yang menyumbat. Penggunaan oropharyngeal
airway atau selang intubasi dapat membantu mengamankan jalan napas.

Prosedur Breathing / Pernapasan

Saat ini, pemberian napas buatan mulut ke mulut pada pasien dewasa sudah
tidak dianjurkan. Pemberian ventilasi dilakukan menggunakan bag-valve-
mask (BVM), jika tidak ada maka penolong cukup melakukan kompresi dada
saja.[2,3]

Prosedur bantuan napas yang baik adalah:

 Pastikan tidak ada celah antara masker BVM dengan wajah pasien

 Bagdiremas dengan satu tangan selama +1 detik, untuk memasukkan


sekitar 500 mL udara ke paru-paru pasien

 Ventilasi dilakukan tidak lebih dari 8‒10 napas/menit, untuk


mencegah pasien mengalami hiperventilasi

 Rasio kompresi:ventilasi dengan 1 orang penolong adalah 30:2,


sedangkan dengan 2 penolong adalah 15:2.
 Pada pasien yang terintubasi, ventilasi diberikan kontinyu dengan
kecepatan 1 kali setiap 6 detik, atau 10 kali/menit) selama kompresi
dada dilakukan[1-4]

Follow Up Saat Resusitasi

Pemantauan saat tindakan RJP adalah memastikan kompresi dilakukan dengan


baik, yaitu:

 Kecepatan 100‒120 kali/menit

 Kedalaman minimal 5 cm dan maksimal 6 cm

 Pastikan dada recoilsempurna[2-5]

Banyak studi yang menyimpulkan bahwa survival rate akan lebih tinggi jika
kompresi lebih banyak. Namun, kompresi yang terlalu cepat (>140 kali/menit)
berhubungan dengan kedalaman kompresi yang tidak adekuat.

Kedalaman kompresi yang adekuat akan meningkatkan tekanan intratorakal dan


jantung, sehingga menghasilkan aliran darah ke jantung dan otak. Kompresi dada
yang terlalu dalam berhubungan dengan cedera tulang dada yang tidak
mengancam nyawa.

Rekoil penuh diperlukan untuk menjamin aliran darah balik vena, tekanan perfusi
koroner, dan aliran darah miokardium. Penolong sebaiknya tidak bertumpu di atas
dada pasien di antara kompresi, agar rekoil dada tetap penuh.

Follow Up Setelah Resusitasi

Pasien dengan sirkulasi spontan kembali perlu mendapat perawatan khusus, agar
tidak kembali mengalami henti jantung. Terlepas dari apapun penyebab henti
jantung, kerusakan banyak organ dapat terjadi akibat hipoksemia, iskemi, dan
reperfusi yang terjadi selama henti jantung dan resusitasi.

Penanganan pasca RJP mencakup identifikasi dan tata laksana penyebab henti
jantung, dikombinasikan dengan penilaian kerusakan organ untuk mengurangi
dampak buruk.

Ventilasi dan Oksigenasi

Pasien yang berhasil melewati fase henti jantung harus segera mendapat ventilasi
dan oksigenasi yang cukup, yaitu:

 Saturasi oksigen dipertahankan ≥94%

 Kecepatan terapi oksigen awal 10−12 kali/menit

 Kecepatan kemudian dititrasi hingga mencapai target PET CO 235−45


mmHg

 Hiperventilasi harus dihindari, karena dapat meningkatkan tekanan


intratorakal yang berakibat menurunkan curah jantung.

Anda mungkin juga menyukai