Anda di halaman 1dari 35

CARDIO PULMONARY RESUSCITATION

(CPR) /RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

TIM BTCLS HIPGABI PROV. SUMSEL


Ns. H. Darsono Ronsam, S.Kep, M.Kes
HP/WA : 0813 670 85558
Outline

1 Pendahuluan

2 Prinsip BHD

3 Defenisi

4 Rantai Kelangsungan Hidup

5 Resusitasi Jantung Paru


Pendahuluan

Penurunan Kesadaran  Otak - Jantung  Kematian otot jantung

“3 – 8” menit

tidak dapat O2

mati
Prinsip BHD
Defenisi

 Suatu prosedur penyelamatan darurat yang dilakukan


ketika terjadi henti jantung. Resusitasi Jantung Paru dapat
menggandakan atau tiga kali lipat peluang bertahan
hidup setelah serangan jantung. (AHA, 2017).

 Teknik kompresi dada yang dikombinasikan dengan


pemberian bantuan nafas yang bertujuan untuk
membantu mempertahankan oksigenisasi pada otot
jantung dan otak sampai bantuan atau alat khusus
tersedia (Anzcor, 2016)
RJP Berkualitas :

 Memberikan kompresi dada dengan kecepatan memadai (100 - 120 x/menit)

 Memberikan kompresi dada dengan kedalaman memadai (2-2,4 inchi/5-6 cm)

 Memaksimalkan recoil dada saat ventilasi

 Meminimalkan interupsi saat kompresi dada


 Menghindari ventilasi yang berlebihan
Rantai Kelangsungan Hidup
Indikasi RJP

 Penyakit Jantung Iskemik


 Penyakit Pernafasan Kronis
 Keracunan dan toksisitas obat
 Tenggelam
 Trauma
 Kelainan Elektrolit
 Aritmia
 Koma

Tujuan RJP
 Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pernafasan
 Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi
Respon (-)

Respon (+)
DANGER

 Kenali bahaya yang ada


 Sumber daya yang anda miliki
 Jenis pertolongan yang anda perlukan
 Tetap tenang dan terkendali
 Pastikan keadaan aman baru lakukan
pertolongan.
RESPONS
 Periksa kesadaran korban dengan cara AVPU Scale
(Alert, Voice, Pain, Unresponsive)
 Hati-hati, perhatian indikasi Trauma Servical

Hasil Pemeriksaan : ???


 Jika RESPON (+) = bergerak atau bersuara maka:
Tenangkan korban
Jangan pindahkan korban (jika
keadaan tidak ada bahaya)
Panggil bantuan segera (S)
Sambil menunggu batuan tiba,
periksa :
- Jalan napas (A),
- Pernapasan (B), dan
- Sirkulasi (C)
 Jika RESPON (-) lakukan Langkah : SCAB
Syarat cek nadi Posisi Pasien in-line

 Cek Nadi & Napas Bersamaan < 10 dtk


Pada Pemeriksaan Awal Head Tilt &
Chin Lift tidak dilakukan
 Jika Nadi : Tidak Teraba
Beri Kompresi 30 x : 2 Ventilasi
selama 2 menit = 5 siklus
Ingat : Sebelum Ventilasi pastikan
Jalan nafas (A) bersih
 Jika Nadi : Teraba
Beri Ventilasi tiap 6 detik (10x/mnt)
 orang dewasa
Tindakan :
1. Volume udara : 700 – 1000 ml ( 10 ml/kg )
dengan konsentrasi 16-17%
2. Tutup rapat-rapat dg mulut atau mask

3. Durasi : > 1 detik (1 -1,5 detik)


Pernafasan Normal

• Dewasa : Rata 10 x/menit


• Anak /Remaja : Rata 20 x/menit
• Bayi : Rata 30 x/menit
• Neonatus : Rata 40 x/menit
.... Evaluasi

1. Circulation
 Cek nadi carotis bersamaan cek
Breathing < 10 detik
 Stop sumber perdarahan
 Bila nadi (-) CPR selama 2 menit = 5
siklus
1 siklus = 30 (compresi) : 2 (Ventilasi)
.... Evaluasi
2. Breathing – Pernafasan
Cek pernafasan korban
 Head Tilt – Tekan Kepala
 Chin Lift – Angkat Dagu
 Look - adanya pergerakan dada
 Listen - suara nafas korban
 Feel - hembusan udara yang keluar

Lama Pemeriksaan (2 x Respirasi) :


Look-Listen-Feel :
Dewasa : 6 - 12 detik
Anak/Remaja : 3 - 6 detik
Bayi : 2 – 4 detik
3. Airways – Jalan Nafas

Bila pasien (+)


 Evaluasi Gangguan jalan nafas :
• Gurgling : Suction / tisue
• Snowring : Extensi maksimal – OPA/NPA
• Stridor : Intubasi pemasangan ETT

Nafas bersih (clear)  Posisi mantap / Posisi


Pemulihan (recovery posisition)
1. Mengurangi paparan tenaga kesehatan ke COVID-19.

Strategi:
a. Sebelum memasuki lokasi, semua penyelamat harus mengenakan
APD yang sesuai (disarankan level 3) untuk menjaga dari kontak
dengan partikel udara dan droplet. ‘
b. Batasi personil di ruangan resusitasi.
c. Pertimbangkan untuk mengganti kompresi dada manual dengan
perangkat CPR mekanis untuk mengurangi jumlah penyelamat yang
diperlukan untuk orang dewasa dan remaja yang memenuhi kriteria
tinggi dan berat sesuai dengan mesin mekanis.
d. Berkomunikasi tentang status pasien COVID-19 ke tenaga kesehatan
yang akan datang sebelum kedatangan mereka di tempat kejadian
atau menerima pasien saat mentransfer ke rumah sakit rujukan.
2. Prioritaskan strategi oksigenasi dan ventilasi dengan risiko
aerosolisasi yang lebih rendah
Strategi:
a. Pasang filter HEPA dengan aman (jika tersedia) ke perangkat
ventilasi manual atau mekanis di jalur exhalation sebelum
memberikan napas.
b. Setelah menilai ritme dan melakukan defibrilasi aritmia ventrikel,
pasien yang mengalami henti jantung harus diintubasi dengan ET
yang memiliki cuff sesegera mungkin. Hubungkan ET ke ventilator
dengan HEPA filter.
c. Minimalkan kemungkinan gagal intubasi dengan:
1) Menetapkan orang yang paling mahir dalam untuk intubasi
untuk melakukan intubasi
2) Menghentikan kompresi dada saat intubasi
3) Gunakan video laringoskopi untuk mengurangi paparan
intubator pada partikel aerosol dan hal ini harus
dipertimbangkan (jika tersedia).
3. Pertimbangkan ketepatan untuk memulai dan melanjutkan
resusitasi.
Strategi:
 Dalam konteks COVID-19, risiko terhadap tim meningkat dan
sumber daya dapat jauh lebih terbatas, terutama di daerah yang
mengalami beban penyakit yang tinggi.
 Hasil untuk henti jantung pada COVID-19 masih belum diketahui,
sementara mortalitas untuk pasien COVID-19 yang sakit kritis
adalah tinggi dan meningkat dengan bertambahnya usia dan
komorbiditas, khususnya penyakit kardiovaskular. ‘

 masuk akal untuk mempertimbangkan usia, komorbiditas, dan


keparahan penyakit dalam menentukan perlunya tindakan resusitasi
dan mempertimbangkan kemungkinan keberhasilan terhadap risiko
untuk tenaga kesehatan dan serta sumber daya yang digunakan
 Timbul sirkulasi dan nafas yang efektif dan spontan.
 Dilanjutkan ke tenaga profesional.
 Pasien dinyatakan meninggal
 Penolong tidak dapat melanjutkan karena kelelahan/
atau sudah 30 menit tidak ada respon, ada bahaya
lingkungan.
 Terdapat kondisi valid Do Not Resusitation (DNR)
 Akibat bantuan napas :
 inflasi gaster
 regurgitasi

 Akibat kompresi :
 fraktur iga, pneumothoraks, hemothoraks,
kontusio paru, laserasi hati dan limpa serta
emboli lemak
 Automated External Defibrillator (AED) aman dan efektif bila
digunakan oleh orang awam dengan pelatihan minimal.

 Disarankan bahwa program AED untuk korban dengan OHCA (Out


Of Hospital Cardiac Arrest)

 Diterapkan di lokasi umum tempat adanya kemungkinan korban


serangan jantung terlihat relatif tinggi (misalnya bandara dan
fasilitas olahraga).
 Banyak evidence yang menyatakan
keberhasilan dalam tingkat
kelangsungan hidup korban setelah
serangan jantung bila diberikan
Resusitasi Jantung Paru dan secara
cepat menggunakan AED.
 Lepaskan pakaian pasien dan benda lain yang menempel di tubuh
pasien.
 Hidupkan AED dengan menekan tombol power. AED akan
memberikan panduan dalam bentuk suara mengenai langkah yang
akan dilakukan.
 Tempelkan pads AED yang sesuai dengan ukuran pasien di dada.
Tempatkan pads sesuai posisi yang tampak pada gambar. (sesuaikan
dengan jenis AED yang digunakan, manual dan automatic)

 AED menganalisis denyut jantung pasien,


setelah analisis selesai AED akan
menginformasikan apakah pasien perlu
segera dilanjutkan kompresi atau AED
menyarankan agar kejutan dilakukan.
 Automated External Defibrillator (AED) aman dan efektif bila
digunakan oleh orang awam dengan pelatihan minimal.

 Disarankan bahwa program AED untuk korban dengan OHCA (Out


Of Hospital Cardiac Arrest)

 Diterapkan di lokasi umum tempat adanya kemungkinan korban


serangan jantung terlihat relatif tinggi (misalnya bandara dan
fasilitas olahraga).
 Banyak evidence yang menyatakan
keberhasilan dalam tingkat
kelangsungan hidup korban setelah
serangan jantung bila diberikan
Resusitasi Jantung Paru dan secara
cepat menggunakan AED.
Prinsip prinsip Perawat tindakan kegawatdaruratan
sebagai berikut :

 Memperkenalkan diri, senyum dan sapa


 Melakukan Informed consent
 Melakukan edukasi pada pasien atau keluarga saat memberikan
terapi dan tindakan
 Melakukan komunikasi Terapeutik pada pasien atau keluarga
 Melakukan tindakan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
(SPO) dengan mengutamakan keselamatan pasien.
 Melakukan Monitoring dan pelaporan perkembangan kondisi pasien
secara berkala

Anda mungkin juga menyukai