Anda di halaman 1dari 9

REFLEKSI KASUS

RESUSITASI JANTUNG PARU DAN OTAK (RJPO)

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Bedah RSUD Tjirowardjojo

Disusun Oleh :
HELMI AZIZ
20194010166

Diajukan kepada :
dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes.

SMF BAGIAN ILMU ANESTESI


RSUD TJITRO WARDOJO PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
PEMBAHASAN

RJPO merupakan serangkaian tindakan gawat darurat penyelamatan nyawa yang


dilakukan dengan usaha meresusitasi secara manual seseorang yang mengalami henti
jantung.
Pada RJPO terdapat tiga tahap resusitasi yang ditandai dengan awalan sesuai
abjad. Tahap pertama yaitu Bantuan hidup dasar meliputi A (airway), B (breathing)
dan C (circulation). Tahap kedua yaitu Bantuan hidup lanjut meliputi D (drugs and
fluid), E (electrocardiography) dan F (fibrillation treatment). Tahap terakhir yaitu
Bantuan hidup jangka panjang meliputi G (gauging), H (human mentation) dan I
(intensive care).

1. Bantuan Hidup Dasar


Adalah suatu tindakan oleh HCP atau orang terlatih untuk mengusahakan keselamatan
nyawa seseorang yang terkena respiratory arrest, cardiac arrest, atau airway
obstruction.
BLS ini meliputi Cardio Pulmonary Resucitation (CPR)/ RJP, penggunaan AED
(Automated External Defibrilator dan penanganan sumbatan jalan nafas.

Cardiac Arrest
Kondisi dimana jantung tiba-tiba berhenti berdetak à sirkulasi darah ke otak dan
organ vital lainnya terganggu

Kebutuhan tubuh terhadap O2


 0-1 menit : Iritabilitas Jantung
 6-10 menit : kerusakan otak sangat mungkin
 10 menit : kerusakan otak permanen

Indikasi
 Serangan Jantung
 Tersedak
 Tenggelam
 Tersengat arus listrik
 Overdosis obat (amphetamine, morphine, beta blocker, digitalis etc )

Tujuan Utama RJP


• Aktivasi Aliran Darah
• Maksimalisasi Oxygen
• Return of Spontanious Circulation
• Minimalisir Kerusakan Neurologis

RJP berhenti dilakukan ketika


 Bantuan datang
 Penolong kelelahan
 Korban sadar

PRINSIP

SAFETY
RESPONSIVENESS
SHOUT FOR HELP
CIRCULATION
AIRWAY
BREATHING

SAFETY
– Penolong : Perkenalan diri secara singkat + Informed consent + lingkungan

– Korban : Keadaan korban (cedera cervical, spinal) + lingkungan + Pindahkan ke


tempat lebih aman atau jauhkan dari bahaya

RESPONSIVENESS
Cek Respon
– Menepuk pundak atau dada korban
– Berteriak / berkata keras
Respon
– Rintihan
– Gerakan
• Nafas abnormal / gasping tidak dinilai sebagai respon
• Identifikasi Penderita Dicurigai Henti jantung mendadak
– Tidak ada respon
– Tidak bernafas atau tidak adekuat

SHOUT FOR HELP


• Segera telpon 420 118 dan ambil AED (jika tersedia)
• Beri informasi:

1. Identitas penolong

2. Nomor telepon penolong yang bisa dihubungi

3. Identitas korban

4. Kondisi korban (apa yang terjadi, misalnya serangan jantung / tidak


sadar)

5. Lokasi spesifik

6. Meminta bantuan (AED) dan Menanyakan instruksi

• Tutup telepon setelah diinstruksikan oleh petugas

CIRCULATION
CPR Chest Compressions
• Cek nadi (dilakukan oleh tenaga kesehatan maksimal 10 detik)
• Posisi penolong berlutut pada sisi dada penderita atau berdiri disamping tempat tidur
• Posisi Penderita terlentang pada alas datar dan keras
• Posisi pijatan ½ bawah tulang dada
• Posisi tangan letakan tumit tangan pada daerah pijatan dan tangan lain diatasnya
Pijat dada efektif (Hight Quality CPR)
a. Frekuensi 100 – 120 kali per menit
b. Kedalaman minimal 5 cm / 2 inchi tetapi tidak lebih dari 6 cm / 2,4 inci
c. Memberi kesempatan dada kembali mengembang sempurna (complete recoil)
d. Minimalkan interupsi
e. Ventilasi secara adekuat, tetapi tidak berlebihan

AIRWAY
• Gerakan Head tilt – Chin lift jika tidak ada kecurigaan cedera servikal
o Letakkan tangan penolong pada dahi korban dan dengan lembut “tilt”/
dorong kepala pasien ke belakang

o Dengan menggunakan jari dibawah ujung dagu korban, naikkan dagu


korban untuk membuka jalan nafas (Hooking Action)

• Gerakan jaw thrust jika ada kecurigaan cedera servikal.

BREATHING
• Lakukan ventilasi 2 kali tiap kali selesai 30 pijat dada
• Melihat pergerakan dada
• Mendengarkan suara napas
• Merasakan hembusan napas dengan pipi

AED – Automated External Defibrilator


Cara menggunakan AED
 Nyalakan alat AED
 Pasangkan pads pada dada korban
 Pastikan tidak ada yang menyentuh korban
 AED akan memberitahu kapan harus memencet shock button

Recovery Position

→ →
2. Bantuan Hidup Lanjut
Bantuan Hidup Lanjut (BHL) merupakan tindakan yang dilakukan secara
simultan dengan bantuan hidup dasar dengan tujuan memulihkan dan
mempertahankan fungsi sirkulasi spontan sehingga perfusi dan oksigenasi jaringan
dapat segera dipulihkan dan dipertahankan. BHL memiliki tiga tahapan, yaitu terapi
obat dan cairan, electrokardiografi, dan terapi fibrilasi
3. Bantuan Hidup Jangka Panjang
a. Gauging
Pada tahap ini, menentukan dan memberi terapi penyebab kematian dan menilai
sampai sejauh mana pasien dapat diselamatkan.
b. Human Mentation
 Mentasi manusia diharapkan dapat dipulihkan dengan tindakan resusitasi otak
yang baru.
 Tindakan-tindakan ini meliputi penggunaan agen vasoaktif untuk memelihara
tekanan darah sistemik yang normal, penggunaan steroid untuk mengurangi
sembab otak, dan penggunaan diuretik untuk menurunkan tekanan intrakranial.
c. Intensive Care
 Post cardiac arrest, korban harus dirawat di ICU
 Langkah ini merupakan pengelolaan intensif berorientasi otak pada penderita
dengan kegagalan organ multiple pascaresusitasi
REFERENSI

American Heart Association. 2015. AHA Guideline Update for CPR and
ECC.Circulation Vol. 132.

American Red Cross. 2015. Basic Life Support for Healthcare Providers
Handbook.

Latief SA. 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. FKUI. Jakarta

American Heart Association. Highlights of the 2015 American Heart


Association Guidelines Update for CPR and ECC. 2015.

Safar P. Resusitasi Jantung Paru Otak. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. 1984.

Anda mungkin juga menyukai