FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSIAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2019/2020 ANALISA SINTESA TINDAKAN BASIC LIVE SUPPORT (BLS) Minggu ke : 1 1. Prinsip Tindakan a. Danger (Perhatikan Keamanan) i. Aman Diri: Memakai Alat Pelindung Diri (APD) ii. Aman Lingkungan: Pastikan lingkungan aman. Bila Banyak berkerumun orang/banyakkerabat mengantar, instruksikan untuk menunggu diluar ruang tindakan. iii. Aman Pasien: Pastikan pasien dalam kondisi aman. b. Response : Cek respon pasien dengan cara menepuk bahu dan memanggil korban c. Call For Help : Bila pasien tidak ada respon, segera panggil bantuan. i. Pra rumah sakit: telepon pusat komando kegawatdaruratan setempat untuk mengirim ambulance dan petugas medis. ii. Perkantoran/area bekerja: aktifkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja/protokol gawat darurat setempat atau hubungi purat komando kegawatdaruratan. iii. Rumah sakit: aktifkan kode biru/timreaksi cepat. Bila penolong sendiri, segera ambil AED. Bila ada orang lain, minta orang tersebut untuk mengaktifkan sistem penanganan gawat darurat dan mengambil AED. d. Penilaian nadi dan penapasan: cek nadi dan pernapasan secara bersamaan 5-10 detik. i. Raba nadi karotis dengan cara: Arahkan lengan penolong kebagian trakhea (sisi terdekat dari penolong), menggunakan 2 atau 3 jari. Tarik jari penolong tersebut ke lekukan antara trakhea dan otot disisi leher. Rasakan denyut nadi dalam waktu tidak kurang dari 5 detit tetapi tidak lebih dari 10 detik. ii. Bila nadi tidak teraba dalam waktu maksimal 10 detik, segera lakukan High Quality CPR, dimulai dengan kompresi dada. iii. Cek Pernapasan: Scan/lihat sekilas pengembangan dada pasien. e. Compression: buka baju pasien sampai bagian dada pasien terlihat jelas, sehingga penolong dapat meletakkan tangan penolong di posisi yang tepat untuk melakukan kompresi dada. Selain itu juga memungkinkan penempatan pad Automated External Defibrilator/AED sudah datang. Teknik Kompresi Dada: i. Posisi penolong di samping pasien ii. Pastikan korban berbaring di atas permukaan yang datar dan keras.Bila posisi terlungkup, balikkan badan pasien dengan hati-hati. Bila paien dicurigai mengalami cedera kepala atau leher, lakukan teknik logroll untuk membalikkan badan pasien. iii. Posisikan tangan dan tubuh penolong sebagai berikut: Letakkan tumit telapak tangan ditengah dada korban, setengah dada bagian bawah dari tulang sternum. Letakkan telapak tangan lainnya di atas tangan yang pertama. Posisikan lengan penolong lurus dan posisi bahu tepat diatas lengan. iv. Kopresi dada dengan kecepatan 100-120x/menit v. Kedalaman kompresi dada sekurangkurangnya 2-inch (5cm), namun tidak lebih dari 2,4 inch (6cm). vi. Beri kesempatan dada untuk mengembang penuh disetiap akir dari kompresi dada. vii. Minimalkan interupsi antar kompresi (tidak lebih dari 10 detik). f. Airway: Perhatikan pasien terdapat kecurigaan cedera servical/spinal/kepala (trauma) atau non-trauma. Pasien yang tidak terdapat kecurigaan terhadap cederaservical/spinal/kepala, buka jalan napas dengan teknik head tilt-chin lift. Bila diduga mengalami cedera servucal/spinal/kepala, lakukan manuver jaw thrust untuk mengurangi pergerakan pada leher dan tulang spinal. g. Breathing: Saat menberikan bantuan napas, selalu perhatikan pencegahaninfeksi. Hindari pemberian bantuan napas dengan teknik mouth to mouth, kecuali pada pasien yang memilki kedekatan dengan penolonh/karib kerabat. Beberapa teknik bantuan napas yaitu : i. Mouth to mask ii. Bag valve mask Pemberian 2 kali napas diantara 30 kpmpresi (perbandingan 30:2). Berikan bantuan napas lebih dari 1detik pada setiap tiupan napas. Selalu arahkan mata penolong pada dada pasien untuk mematikan adanya pengembangan dada pada tiap pemberian ventilasi. Segera lanjutkan kompresi setelah pemberian 2 kali bantuan napas, jeda antara kompresi dada dengan pemberian bantuan napas tidak lebih dari 10 detik. h. Segera gunakan AED/Defibrilator Saat penolong kedua datang membawa AED, penolong kedua segera mengoperasionalkan AED. i. Lanjutkan High Quality CPR, mulai kembali dengan kompresi dan ikuti arahan AED selanjutnya hingga tim advance datang. Penolong harus bertukar posisi dalam melakukan kompresi setiap 2 menit atau 5 siklus. Bila menggunakan AED, bertukar posisi dilakukan saat AED menganlisa irama. j. Bila AED tidak tersedia, hanya terdapat BVM. i. Penolong pertama posisi di samping pasien melakukan kompresi. ii. Penolong kedua posisi diatas kepala pasien untuk memberikan ventilasi dengan BVM. iii. Tukar posisi setiap 2 menit atau 5 siklus, atau jika penolong keelahan. 2. Analisa Tindakan Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung yang tidak diharapkan mati pada saat itu. Tindakan RJP ini tidak hanya berlaku dalam ruangan operasi, tapi dapat juga diluar jika terdapat suatu kejadian dimana ada seorang pasien atau korban, dalam usaha mempertahankan hidupnya dalam keadaan mengancam jiwa. Hal ini dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Basic Life Support (BLS). Sedangkan bantuan yang dilakukan dirumah sakit sebagai lanjutan dari BHD disebut Bantuan Hidup Lanjut atau Advance Cardiac Life Support (ACLS). Basic life support atau bantuan hidup dasar (BHD) adalah pendekatan sistemik untuk penilaian pertama pasien, mengaktifkan respon gawat darurat. BHD sangat bermanfaat bagi penyelamatan kehidupan mengingat dengan pemberian sirkulasi dan napas buatan secara sederhana. BHD memberikan asupan oksigen dan sirkulasi darah ke sistem tubuh terutama organ yang sangat vital dan sensitif terhadap kekurangan oksigen seperti otak dan jantung. ( Jurnal ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 58-64). 3. Bahaya dilakukan Tindakan Basic Live Support atau Bantuan Hidup Dasar harus dilakukan segera setelah korban ditemukan. Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak hanya akan mampu bertahan jika ada asupan gula/ glukosa dan oksigen. Otak dalam waktu lebih dari 10 menit tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena itu, golden periode (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam waktu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil. (JURNAL ILMU KEPERAWATAN, Volume 5 No. 1, Mei 2017)
4. Daftar Pustaka
Indikasi dan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP), E- ISSN:
2503-3638, Print ISSN: 2089-9084 ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 58-64.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN POLISI
LALU LINTAS TENTANG BASIC LIFE SUPPORT (BLS) DI KABUPATEN PONOROGO, JURNAL ILMU KEPERAWATAN, Volume 5 No. 1, Mei 2017.