Anda di halaman 1dari 7

BASIC LIFE SUPPORT (BLS), AHA (2015)

Basic life support mengacu pada penanganan pada pasien yang mengalami henti napas, henti
jantung, atau obstruksi jalan napas. BLS meliputi beberapa keterampilan berikut:

a. Mengenali kejadian henti jantung mendadak


b. Aktivasi sistem tanggapan darurat
c. Melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR)/ resusitasi jantung paru (RJP) awal
d. Cara menggunakan automated external defibrillator (AED)

1. Pada saat tiba di lokasi kejadian


Perhatian:
a. Apakah keadaan aman
1) Perhatikan segala yang berpotensi menimbulkan bahaya seperti lalulintas kendaraan,
jalur listrik, asap, cuaca ekstrem, atau emosi berlebihan dari orang awam di sekitar.
2) Gunakan alat perlindungan diri (APD) yang sesuai.
b. Apakah terdapat ancaman bahaya
1) Jangan memindahkan korban bila tidak ada ancaman bahaya, misalnya api atau gas
beracun: anda harus mecapai korban dengan cedera yang lebih berat: atau anda harus
memindahkan korban yang cedera untuk memberikan penanganan yang tepat tanpa
berada di area yang berpotens bahaya
2) Jika anda harus memindahkan korban, lakukan secepat mungkin dan seaman
mungkin dengan sumber daya yang tersedia.
c. Apa yang terjadi? Apa penyebab cedera atau mekanisme cedera?
1) Perhatikan petunjuk yang mungkin menjadi pertanda penyebab terjadinya kegawatan
dan bagaimana korban mendapatkan cederanya, misalnya terjatuh dari tangga,
tabrakan antar kendaraan, atau adanya tumpahan obat dari botolnya
2) Tanyakan kepada saksi mata apa yang terjadi dan gunakan informasi tersebut untuk
menilai apa yang terjadi
3) Tanamkan dalam pikiran anda bahwa mungkin saja korban telah di pindahkan dari
tempat kejadian, baik oleh orang disekitar lokasi atau oleh si korban sendiri
d. Berapa banyak korban
1) Jangan pernah berasumsi bahwa korban hanya ada satu
2) Tanya saksi mata apakah ada orang lain jadi korban
3) Amai keadaan sekitar
e. Apakah ada orang lain yang bisa membantu anda emberian pertolongan
1) Apakah ada tenaga tambahan yang membantu
2) Apakah anda membutuhkan peralatan tambahan untuk dibawakan ketempat kejadian
f. Apakah kesan awal
1) Perhatiakan gejala dan tanda yang mengindikasikan kedaruratan yang mengancam
nyawa korban

2. Penilaian awal pada korban tidak sadarkan diri


a. Setelah memastikan bahwa keadaan aman untuk memberikan pertolongan, lakukan
penilain awal terhadap korban
Tingkat kesadaran
jika korban ditemukan dalam keadaan tidak bergerak, mungkin korban jatuh pada
keadaan tidak respon,. Gunakan pedoman berikut secara bertahap untuk menilai tingkat
kesadaran si korban.
1) A- alert/awas: korban bangun, meskipun mungkin masih dalam keadaan bingung
terhadap apa yang terjadi
2) V- verbal/suara: korban merespon rangsang suara yang diberikan oleh penolong. Oleh
karena itu si penolong harus memberikan rangsang suara yang nyaring ketika
melakukan penilaian pada tahap ini.
3) P-pain/nyeri: korban merespon terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh
penolong. Rangsang nyeri dapat diberiakan melalui penekanan dengan keras di
pangkal kuku atau penekanan dengan menggunakan sendi jari tangan yang di
kepalkan pada tulang sternum/ tulang dada. Namun, bahwa tidak ada tanda cedera
didaerah tersebut sebelum melakukannya.
4) U-unresponsif/tidak respon: korban tidak merespon semua thapan diatas.

Jalan napas
Ketiak mendapati bahwa korban dalam keadaan tidak respon, segera evaluasi keadaan
jalan nafas korban. Pastikan bahwa korban dalam posisi telentang. Jika korban telungkup,
anda harus melentangkannya hati-hati dalam melakukannya jangan sampai membuat atau
memperparah cedera korban.

Pada korban yang tidak sadarkan diri dengan mulut yang menutup anda harus
membukanya. Ada 2 metode untuk membuka jalan napas yaitu sebagai berikut:

1. Head tilt/chin lift technique


Teknik tekan dahi/ angkat dagu: tekan dahi sambil menarik dagu hingga melewati
posisi netral tetapi jangan sampai menyebabkan hiperektensi leher.
2. Jaw trusth manueuver dorongan rahang : dilakukan bila dicurigai terjadi cedera pada
kepala, leher/ tulang belakang pada korban. Cara melakukannya dengan melutut diatas
kepala pasien, tumpukan siku pada lantai letakkan tangan pada setiap sisi kepala,
letakkan jari di sekitar sudut tulang rahang dengan ibu jari yang ada di sekitar mulut,
angkat rahang ke atas dengan jari-jari anda, dan ibu jari bertugas untuk membuka
mulut dengan mendorong dagu kearah depan, sembari mengangkat bahan. Pastikan
anda tidak menggerakkan kepala atau leher korban ketika melakukannya.

Pemeriksaan napas dan nadi secara simultan

Periksa napas dan nadi carotis (nadi leher) secara bersamaan setidaknya selama
5detik tetapi tidak boleh lebih dari 10 detik. Lakukan pengecekan napas naik dengan
melihat naik turunnya dada korban, dengarkan dan rasakan dengan pipi udara yang di
hembuskan oleh korban. Lakukan pengecekan nadi dengan meraba arteri karotis yang ada
dileher dengan meletakkan dua jari dibawah sudut rahang yang ada di sisi penolong.

Hasil pemeriksaan awal

Dari penilaian awal ini anda dapat memperoleh informasi tentang korban apakah
sikorban hanya mengalami pingsan, henti napas, atau bahkan henti jantung.

a. Henti napas
Jika korban tidak bernapas tetapi didapatkan nadi yang adekuat maka pasien dapat
dikatakan henti napas. Aktifkan system tanggapan darurat, kemudian penolong dapat
memberikan bantuan napas. Pastikan jalan napas bersih dari sumbatan, berikan 1kali
bantuan napas setiap 5-6detik, dengan durasi sekitar 1detik untuk tiap pemberian
napas. Pastikan dada korban mengembang pada setiap pemberian napas. Periksa nadi
setiap 2menit. Pemberian napas harus dilanjutkan hingga:
1. Korban mulai menapas spontan
2. Penolong pelatih tiba
3. Nadi korban menghilang, pada kasus ini anda mulai melakukan CPR dan
pasangkan AED bila tersedia
4. Keadaan lingkungan menjadi tidak aman

b. Henti jantung
Jika korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan pasien tidak berespon. Maka pasien
dapat dikataan mengalami henti jantung. Pada keadaan ini dilakukan langkah sebagai
berikut:
1) Aktifkan system tanggap darurat, hubungi pusat layanan kesehatan darurat
terdekat
2) Segera lakukan kordiopulmonari resuscitation (CPR). CPR yang benar dilakukan
dengan cara berikut:
1. Letakkan korban pada permukaan datar dan keras untuk memastikan bahwa
korban mendapatkan penekanan yang adekuat
2. Pastikan dada korban terbuka untuk meyakinkan penempatan tangan yang
benar dan untuk melihat recoil dada
3. Letakkan tangan ditengah dada korban, tupukan salah satu panggakal tangan
pada daerah separuh bawah tulang dada dan tangan yang lain di atas tangan
yang bertumpu tersebut
4. Lengan harus lurus 900 terhadap dada korban, dengan bahu penolong sebagai
tumpuan atas
5. Tekan dada dengan kecepatan 100-120 x/menit, dengan kedalam 5cm tetapi
tidak boleh lebih dari 6 cm
6. Selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dinding dada diberikan
kesempatan untuk mengembang kembali kebentuk semula (recoil penuh)
7. Berikan 2 kali bantuan napas setiap melakukan 30 kali penekanan dada,
dengan durasi selama 1 detik untuk setiap pemberian napas
8. Untuk penolong tidak terlatih dalam melakuka CPR, melakukan penekanan
dada secara terus menerus
3) Pasangkan outomated eksternal defibrillator (AED) bila tersedia. AED adalah alat
elektronik votabel yang secara otomatis dapat menganalisis ritme jantung pasien
dan dapat melakukan defibrilasi. AED dapat dilakukan pada korban dengan henti
jantung, segera setelah siap digunakan. AED memberikan defebrilasi pada dua
keadaan disridmia jantung, yaitu ventricular fibrilasi (VF) dan ventricular
tachicardi (VT).
Cara melakukan AED sebagai berikut:
1. Nyalakan alat AED
2. Pastikan dada pasien terbuka dan kering
3. Letakkan pad pada dada korban. Gunakan pad dewasa untuk korban dewasa
dan anak-anak dengan usia 8 tahun/ dengan berat diatas 55 pound (55kg).
tempatkan satu pad di dada kanan atas dibawah tulang selangka kanan, dan
tempatkan pad yang lain didada kiri pada tengan ketiak, beberapa inci di
bawah ketiak kiri
4. Hubungkan konektor dan tekan tombol

ANALYZE

1. Beritahukan pada semua orang dengan menyebutkan clear sebagai tanda untuk tidak
menyentuh korban selama AED menganalisis. Hal ini dilakukan agar analisis yang
didapatkan akurat
2. Ketika clear disebutkan, penolong yang bertugas untuk melakukan CPR harus melakukan
penekanan dada dan mengangkat tangan nya beberapa inci di atas dada, tapi masih berada
pada posisi untuk bersiap melanjutkan penekanan dada segera setelah kejut listrik di berikan.
3. Amati analisis AED dan siap kan untuk kejut listrik bila diperlukan. Kemudian berikan kejut
listrik dengan menekan tombol syok bila ada indikasi
4. Setelah kejut listrik diberikan, segera lanjutkan penekanan dada dan lakukan selama 2 menit
(sekitar 5 siklus), hingga AED menyarankan untuk melakukan analisis ulang adanya tanda
kembalinya sirkulasi spontan, atau anda diperintahkan oleh ketua tim atau anggota terlatih
untuk berhenti.

Hentikan CPR bila terdapat tanda:

a. kembalinya sirkulasi spontan seperti adanya gerakan pasien atau adanya napas spontan.
Kemudian posisikan paisen dengan recovery position
b. AED siap untuk menganalisis ritme jantung korban
c. penolong terlatih tiba
d. Anda sendirian dan kelelahan untuk melanjutkan CPR
e. Lingkungan menjadi tidak aman
f. Pasien dinyatakan meninggal

Daftar pusraka

American Heart Association. 2015. AHA guideline update for CPR and ECC. Circulation
Vol.123.

American Red Cross. Basic Lfe Support for Healthcare Providers.2015

Anda mungkin juga menyukai