Anda di halaman 1dari 7

GAWAT DARURAT

Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam kedaan emergency) sehari hari adalah hak azasi
manusia/hak setiap orang, dan merupakan kewajiban yang dimiliki setiap orang. (Seri
PPGD/GELS/SPGDT Dirjen Buk Depkes RI tahun 2004).

Dalam pelaksanaan pelayanan penanggulangan kegawat-daruratan sehari hari klasifikasi


gawat darurat dibagi dalam beberapa kategori :
1. Pasien gawat darurat adalah Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat adalah Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat adalah Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
mengancam jiwa dan anggota badannya, misal : luka sayat dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat Misalnya pasien TBC kulit. Kecelakaan (accident) adalah
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial). Cedera adalah Masalah
kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan. (Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
Depkes RI 1995).
Tujuan Pelayanan Gawat Darurat
adalah untuk memberikan pertolongan pertama yang cepat dan tepat antara lain :
1. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada penderita gawat gawat darurat, hingga
dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang
memadai.
3. Menanggulangi korban bencana. (Pedoman pelayanan gawat darurat Kemkes RI, 1995)

BLS ( BASIC LIFE SUPPORT )


Basic Life Support (BLS) atau yang dikenal dengan Bantuan Hidup
Dasar
(BHD) adalah penanganan awal pada pasien yang mengalami henti
jantung, henti
napas, atau obstruksi jalan napas
Penilaian awal pada korban tidak sadarkan diri
a. Level of Conciousness (Tingkat kesadaran)3
Pedoman berikut digunakan secara bertahap untuk menilai tingkat
kesadaran si
korban:
A - Alert/Awas: Kondisi dimana korban sadar, meskipun mungkin
masih
dalam keadaan bingung terhadap apa yang terjadi.
V - Verbal/Suara: Kondisi dimana korban merespon terhadap
rangsang
suara yang diberikan. Oleh karena itu, si penolong harus memberikan
rangsang suara yang nyaring ketika melakukan penilaian pada tahap
ini
P - Pain/Nyeri: Kondisi dimana korban merespon terhadap rangsang
nyeri yang diberikan oleh penolong. Rangsang nyeri dapat diberikan
melalui
penekanan dengan keras di pangkal kuku atau penekanan dengan
menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang
sternum/tulang
dada. Namun, pastikan bahwa tidak ada tanda cidera di daerah
tersebut
sebelum melakukannya.
U - Unresponsive/tidak respon: Kondisi dimana korban tidak
merespon
semua tahapan yang ada di atas.

b. Airway – Breathing – Circulations (Jalan napas - Pernapasan -


Sirkulasi)
A ( Airway / Jalan Nafas )
Pada korban yang tidak sadarkan diri dengan mulut yang menutup terdapat
metode untuk membuka jalan napas, yaitu Head-tilt/chin-lift technique
(Teknik tekan dahi/angkat dagu) dengan menekan dahi sambil menarik
dagu hingga melewati posisi netral tetapi jangan sampai menyebabkan
hiperekstensi leher dan Jaw-thrust maneuver (maneuver dorongan rahang)
yang dilakukan bila dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau tulang
belakang pada korban. Lalu membuka mulut korban. Metode ini yang biasa
dikenal dengan Triple Airway Manuever.

Gambar 1. Triple airway manuever (Head-tilt, chin-lift, jaw-thrust)


B ( Breathing / Pernafasan )
Look – Listen – Feel
Lakukan pengecekan napas dengan melihat naik-turunnya dada
korban, dengarkan dan rasakan dengan pipi udara yang dihembuskan
oleh korban.
C ( Circulation / Sirkulasi )
Lakukan pengecekan nadi dengan meraba arteri karotis yang ada di
leher dengan meletakkan 2 jari di bawah sudut rahang yang ada di sisi
penolong

TINDAKAN CPR / RJP


Cardio Pulmonary Resucitation / Resusitasi Jantung Paru
1 Letakkan korban pada permukaan datar dan keras untuk memastikan
bahwa korban mendapat penekanan yang kuat.
2 Pastikan bagian dada korban terbuka untuk meyakinkan
penempatan tangan yang benar dan untuk melihat rekoil dada.
3 Letakkan tangan di tengah dada korban, tupukan salah satu pangkal
tangan pada daerah separuh bawah tulang dada dan tangan yang lain
di atas tangan yang bertumpu tersebut.
4 Lengan harus lurus 90 derajat terhadap dada korban, dengan bahu
penolong sebagai tumpuan atas.
5 Tekan dada dengan kecepatan 100-120 kali per menit, dengan
kedalaman minimal 5 cm tetapi tidak boleh lebih dari 6 cm.
6 Selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dinding dada
diberikan kesempatan untuk mengembang kembali ke bentuknya
semula (rekoil penuh).
7 Berikan 2 kali bantuan napas setiap selesai melakukan 30 kali
penekanan dada, dengan durasi selama 1 detik untuk tiap pemberian
napas. Pastikan dada mengembang untuk tiap pemberian bantuan
napas.
8 Untuk penolong yang tidak terlatih dalam melakukan RJP,
disarankan untuk melakukan penekanan dada saja secara terus-
menerus.
9 Letakkan korban pada permukaan datar dan keras untuk
memastikan bahwa korban mendapat penekanan yang adekuat.
- Pastikan bagian dada korban terbuka untuk meyakinkan
penempatan tangan
yang benar dan untuk melihat rekoil dada.
- Letakkan tangan di tengah dada korban, tupukan salah satu pangkal
tangan
pada daerah separuh bawah tulang dada dan tangan yang lain di atas
tangan
yang bertumpu tersebut.
- Lengan harus lurus 90 derajat terhadap dada korban, dengan bahu
penolong
sebagai tumpuan atas.
- Tekan dada dengan kecepatan 100-120 kali per menit, dengan
kedalaman
minimal 5 cm tetapi tidak boleh lebih dari 6 cm.
- Selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dinding dada
diberikan
kesempatan untuk mengembang kembali ke bentuknya semula (rekoil
penuh).
- Berikan 2 kali bantuan napas setiap selesai melakukan 30 kali
penekanan
dada, dengan durasi selama 1 detik untuk tiap pemberian napas.
Pastikan dada
mengembang untuk tiap pemberian bantuan napas.
- Untuk penolong yang tidak terlatih dalam melakukan RJP,
disarankan untuk
melakukan penekanan dada saja secara terus-menerus.

Gambar 3. Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Video : Tahapan RJP

RECOVERY

Posisi pemulihan
Bahkan jika individu tersebut bernapas tetapi tidak sadar, masih ada risiko obstruksi jalan napas
yang signifikan. Posisi pemulihan mengurangi risiko bagi pasien. Seorang penolong pertama
harus melakukan hal berikut:

1. Jika orang tersebut memakai kacamata, lepaskan.


2. Berlutut di samping orang tersebut, dan letakkan lengan terdekat Anda pada sudut yang
tepat ke tubuh.
3. Dekatkan lengan lainnya di dada. Pegang punggung tangan Anda di pipi terdekatnya.
4. Dengan tangan lainnya, pegang paha terjauh dari Anda dan tarik lutut. Pastikan kaki rata
di atas tanah.
5. Perlahan tarik lutut yang terangkat, dan putar tubuh ke arah Anda.
6. Gerakkan sedikit kaki bagian atas, sehingga pinggul dan lutut ditekuk pada sudut siku-
siku. Ini untuk memastikan bahwa mereka tidak berguling ke wajah mereka.
7. Miringkan kepala ke belakang dengan lembut agar jalan napas tetap terbuka.

Anda mungkin juga menyukai