Modul BLS ini mengacu pada American Heart Association (AHA) 2015 karena
didasari oleh proses evaluasi bukti internasional yang melibatkan ratusan peneliti
dan ahli dari seluruh dunia.
Pengenalan dini henti jantung mendadak yang bisa dikaji pada pasien yang
tidak
sadar atau tidak bernafas.
Mengeliminasi “Look, Listen and Feel” dalam prosedur RJP.
Urutan tindakan penolong dilakukan C – A – B bukan A – B – C.
Penekanan pada kualitas tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) berkenaan
dengan kecepatan dan kedalaman kompresi yang tepat serta interupsi
minimum, serta ventilasi yang tidak berlebih.
Guideline oleh American Heart Association (AHA) 2015 memiliki 5 mata rantai
yang saling berkesinambungan yang disebut sebagai “Chain of Survival”. Kelima
mata rantai ini mengilustrasikan rangkaian tindakan yang penting dalam
penyelamatan korban dengan henti jantung pada orang dewasa dengan latar
belakang diluar lingkungan rumah sakit.
Untuk persiapan tindakan RJP, letakkan korban pada alas atau tempat yang
keras dalam keadaan terlentang, jika korban yang tidak sadar dalam keadaan
tengkurap, atur posisi ke terlentang.
B. Pemeriksaan Kesadaran
Pada bayi, Letakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah pada
pertengahan dada, tepat dibawah mammary line.
Fig 2.4
Cara
memberikan
kompresi
dada pada
bayi
Tekanlah tulang dada sedalam 2 inch (± 4‐5 cm), namun tidak lebih dari
2,4 inch (± 6 cm) dan membiarkan dada kembali ke posisi normal
(recoil).
Lakukan metode ini untuk membuka jalan nafas dari korban. Jangan
lakukan Head Tilt-Chin Lift apabila korban dicurigai memiliki cedera pada
leher.
Lakukan metode ini jika korban dicurigai memiliki cedera pada leher.
Lakukan dengan cara berlutut diatas kepala korban (memandang kearah
kaki korban). Tumpu siku pada tanah atau lantai. Lalu tepatkan satu tangan
pada setiap sisi kepala korban dengan menempatkan telunjuk jari dan jari
tengah di bawah sudut dari rahang korban. Tempatkan ibu jari pada rahang
tepat dibawah setingkat gigi. Lalu angkat jari untuk mengangkat rahang ke
depan (atas). Biasanya tindakan ini membuat kepala korban miring
kebelakang.
Posisi sisi mantap dipergunakan untuk korban dewasa tidak sadarkan diri
dengan napas normal dan sirkulasi yang efektif. Posisi ini dibuat untuk
menjaga agar jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko sumbatan jalan
napas dan aspirasi. Korban diletakkan pada posisi miring pada salah satu sisi
badan dengan tangan yang berada dibawah didepan badan.
Fig 2.10
Posisi sisi
mantap
(Recovery
Position)
Fig 2.11 Ringkasan perbandingan Bantuan Hidup Dasar pada Dewasa, Anak, dan Bayi
MODULE : 2016
Tanda – tanda korban tersedak antara lain kesulitan bernapas, sianosis, sulit
berbicara. Korban biasanya memegang lehernya, segeralah bertanya "apakah
anda tersedak?" jika korban menganggukkan kepalanya atau memberi tanda
positif, prosedur pembebasan sumbatan jalan napas perlu segera dilakukan.
Aksi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengangkat diafragma dan memaksa
paru-paru untuk mendorong benda yang menghalangi jalan nafas sehingga
diharapkan benda tersebur dapat keluar.
Korban harus diletakkan pada posisi telentang dengan wajah menghadap keatas.
Penolong berlutut disisi kaki korban. Letakkan salah satu tangan pada perut
korban di garis tengah sedikit di atas pusat dan jauh dibawah ujung tulang
sternum, tangan kedua diletakkan diatas tangan pertama. Penolong menekan
kearah perut dengan hentakan yang cepat kearah atas. Manuver ini dapat
dilakukan pada korban sadar jika penolongnya terlampau pendek untuk
memeluk pinggang
korban.
Fig C.
Abdominal
Thrust
(Heimlich
Maneuver)
pada korban
dalam
keadaan
tergeletak
D. Manuver Heimlich oleh Korban
Letakkan bayi dalam posisi telungkup di lengan. Gunakan paha atau pangkuan
sebagai penyangga. Pegang dada bayi dengan salah satu tangan dan pegang
dagu dengan jari-jari. Posisikan kepala bayi kebawah, lebih rendah dari
tubuhnya. Gunakan tumit dari telapak tangan yang bebas untuk menepuk
punggung bayi sebanyak 5 kali, tepat diantara tuliang belikat bayi.
Fig E.
Abdominal
Thrust
(Heimlich
Maneuver)
pada bayi