Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

BASIC LIFE SUPPORT (DEWASA & AED)

CLINICAL SKILL LAB (CSL)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

1. SUCI REVIANI (R011181010)


2. MEGAWATI AMIN (R011181032)
3. WULANDARI (R011181324)
4. ANDI NILAWATI (R011181302)
5. FAHRUDDIN NURDIN (R011181346)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
BANTUAN HIDUP DASAR DEWASA

A. Definisi
Bantuan hidup dasar merupakan aspek dasar tindakan penyelamatan sehubungan dengan
kejadian henti jantung. Untuk menunjang keberhasilan dan kualitas hidup pasien, aspek
dasar bantuan hidup dasar termasuk pengenalan segera henti jantung mendadak (SCA)
dan aktivasi sistem tanggap darurat, resusitasi jantung paru dini (CPR), dan defibrilasi
cepat dengan defibrilator eksternal otomatis (AED).
B. Tujuan
Tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) memiliki berbagai macam tujuan (Krisanty, 2009)
yaitu:
● Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ-organ vital (otak,
jantung dan paru).
● Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
● Memberikan bantuak eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari dari korban
yang mengalami henti jantung, atau henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru
(RJP).
C. Indikasi
Indikasi Bantuan Hidup Dasar: pasien menunjukkan tanda-tanda sirkulasi. Bila terjadi
henti napas atau pernapasan spontan tidak memadai, pembuatan jalan napas paten dan
pernapasan penyelamat dapat menyelamatkan nyawa karena dapat mempertahankan
oksigenasi dan dapat mencegah serangan jantung.
D. Alat dan Bahan
● masker resusitasi saku yang digunakan untuk mencegah kontak dengan air liur pasien
ketika melakukan bantuan pernapasan mulut ke mulut, bag-valve-mask

E. Prosedur kerja

NO TINDAKAN RASIONAL
1. Proteksi diri Pastikan keselamatan anda dan korban Mencegah penularan.
apabila anda menemukan pasien
2. Periksa kesadaran korban dan temukan dengan cepat Untuk mendeteksi dan
memahami kondisi kesadaran
bagaimana respon korban:
pasien.
- Penolong harus menepuk korban dengan hati –
hati pada bahunya dan berteriak pada korban.

3. Panggil bantuan
Bila berada diluar rumah sakit maka harus segera
mengaktifkan sistem gawat darurat / Emergency
Medical System (EMS).
4. Memperbaiki posisi korban dan posisi penolong Memberikan posisi nyaman dan
mengurangi resiko cedera
a. Posisi korban
berlebih
- Supain, permukaan datar dan lurus
- Memperbaiki posisi korban dengan cara log roll/
in line bila dicurigai cidera spinal.
- Jika pasien terlentang, misalnya operasi tulang
belakang lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru)
dengan posisi tengkurap.
b. Posisi penolong
- Posisi penolong harus diatur senyaman mungkin
dan memudahkan untuk melakukan pertolongan
yakni disamping atau di atas kepala korban.

5. Circulation
a. Kaji nadi Mengetahui status nadi
- Tentukan denyut nadi tidak ada,
- pemeriksaan nadi dilakulan pada arteri karotis
selama 5-10 detik,
- bila denyut nadi ada, tetapi pernafasan tidak ada
maka pertolongan pernafasan dilakukan 2x nafas
awal (1,5 – 2 detik setiap nafas) kemudian 12x/
menit pertolongan pernafasan,
- bila denyut nadi tidak teraba maka lakukan
kompresi dada.

b. Kompresi dada Untuk mengembalikan denyut


nadi yang tidak teraba .
● Posisi tangan yang tepat waktu kompresi :

- Dengan jari telunjuk dan jari tengah menentukan


batas bawah iga pasien.
- Jari-jari menelusuri titik dimana iga bertemu
dengan sternum bagian tengah bawah.
- Jari telunjuk diletakkan disebelahnya pada
bagian bawah sternum.
- Bagian telapak tangan yang dekat dengan kepala
pasien diletakkan pada bagian bawah sternum.
- Tangan yang lain diletakkan diatas tangan yang
berada pada sternum sehingga kedua tanggan
berada pada posisi sejajar.
- Jari-jari dapat diluruskan atau menyilang tetapi
tidak boleh menyentuh dada.
- Karena terdapat berbagai bentuk dan ukuran
tangan , maka posisi tangan adalah
menggunakan pergelangan tangan yang berada
di bagian bawah sternum.
● Tehnik kompresi yang tepat :
- Melakukan kompresi kecepatan minimal 100
kali permenit
Berlutut di samping korban Tempatkan tumit
tangan di tengah dada korban; (yang mana
berada di mid sternum)

- Tempatkan tumit tangan lainnya di atas tangan


pertama tadi
Tautkan jari-jari tangan dan pastikan untuk tidak
menekan tulang rusuk korban
Jaga lengan kita untuk tetap lurus
Jangan menekan bagian abdomen atas atau
ujung bawah sternum
- Posisikan diri secara vertical di atas dada korban
dan tekan turun pada sternum sekitar 5 cm
- Setelah tiap kompresi, lepaskan semua tekanan
pada dada tanpa memutuskan kontak antara
tangan dan sternum
- Ulangi dengan kecepatan 100-120 x/menit
dengan kedalaman kompresi minimal 2 inci/ 5
cm, rasio kompresi dada dan ventilasi adalah 30
kompresi : 2 ventilasi.

Indikasi dihentikannya RJP (Resusitasi Jantung Paru)


- Korban telah menunjukkkan tanda-tanda
kematian.
- Sudah ada respon dari korban ( nafas dan nadi
mulai ada).
- Ada penolong yang lebih kompeten.

6 AIRWAY
Buka jalan nafas :
Membersihkan dan membuka jalan napas (jika curiga
cedera servikal) dan pastikan korban tidak bernapas
Cara melakukan chin lift-head tilt :
Tehnik chin lift-head tilt
- Posisikan pasien dalam keadaan terlentang,
letakkan satu tangan di dahi dan letakkan ujung
jari tangan yang lain dibawah daerah tulang pada
bagian tengah rahang bawah pasien (dagu).
- Tengadahkan kepala dengan menekan perlahan
dahi pasien.
- Gunakan ujung jari anda untuk mengangkat
dagu dan menyokong rahang bagian bawah.
Jangan menekan jaringan lunak di bawah rahang
karena dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas.
- Usahakan mulut untuk tidak menutup. Untuk
mendapatkan pembukaan mulut yang adekuat,
anda dapat menggunakan ibu jari untuk menahan
dagu supaya bibir bawah pasien tertarik
kebelakang.

Tehnik jaw thrust

- Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala,


leher dan spinal pasien tetap satu garis.
- Ambil posisi diatas kepala pasien , letakkan
lengan sejajar dengan permukaan pasien
berbaring.
- Perlahan letakkan tangan pada masing-masing
sisi rahang bawah pasien , pada sudut rahang
dibawah telinga.
- Stabilkan kepala pasien dengan lengan anda.
- Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong
sudut rahang bawah pasien kearah atas dan
depan.
- Anda mungkin membutuhkan mendorong
kedepan bibir bagian bawah pasien dengan
menggunakan ibu jari untuk mempertahankan
mulut tetap terbuka.
- Jangan mendingakkan atau memutar kepala
pasien

7. BREATHING
Bantuan nafas dilakukan dengan cara :
1. Bantuan nafas dilakukan dengan cara : Memberikan bantuan nafas
a. Mulut ke mulut

- Penolong memberikan bantuan nafas langsung


ke mulut korban dengan menutup hidung dan
meniupkan udara langsung ke mulut, namun hal
ini sangat beresiko untuk dilakukan apalagi
pasien yang tidak dikenal mengingat bahaya
penyakit menular.
b. Mulut ke hidung

- Penolong memberikan bantuan nafas langsung


kehidungt korban
c. Ventilasi mulut ke mask

d. Ventilasi mulut ke bag-valve-mask

2. Memberikan bantuan napas sebanyak 2 kali

- Jangan menghentikan kompresi lebih dari 10


detik karena pemberian bantuan napas.
Kemudian kembalikan tangan dalam posisi yang
benar pada sternum dan lanjutkan kompresi dada

8. Defibrilasi dengan AED (Automatic External Mengatasi henti jantung akibat


kelainan irama jantung
Defibrilation) AED adalah suatu terapi kejut jantung
dengan memberikan energi listrik. Hal ini dilakukan jika
penyebab henti jantung adalah kelainan irama jantung
yang disebut dengan fibrilasi ventrikel seluruh.
9. Evaluasi dan posisi pemulihan (recorvery position) untuk menjaga jalan nafas paten
dan mengurangi resiko obstruksi
Jika ada nafas dan ada nadi tetapi pasien masih belum
jalan nafas dan aspirasi.
sadar, letakkan pasien korban pada posisi pemulihan.

Langkah-langkah pemberian posisi pemulihan , sebagai


berikut :
- Lengan yang dekat penolong diluruskan kearah
kepala.
- Lengan yang satunya menyilang dada, kemudian
tekankan tangan tersebut kepipi korban.
- Tangan penolong yang lain raih tungkai diatas
lutut dan angkat.
- Tarik tungkai hingga tubuh pasien terguling
kearah penolong. Baringkan miring dengan
tungkai atas membentuk sudut dan menahan
tubuh dengan stabil agar tidak menelungkup.
- Periksa pernafasan terus-menerus.

F. Link Video BLS Dewasa


1. https://youtu.be/ra19o7r7No4
2. https://youtu.be/n7kqiAu2gC8
G. Evidance Based

Berdasarkan hasil penelitian Vera sesrianti dengan judul “HUBUNGAN PENDIDIKAN


DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN
HIDUP DASAR” didapatkan data bahwa 30% responden melakukan tindakan BHD
sesuai SOP dan 70% responden melakukan tindakan BHD tidak sesuai dengan SOP hal
ini karena pengaruh tingkat pendidikan dan lama kerja. sehingga dapat disimpulkan
bahwa adanya pengaruh pendidikan dan lama kerja terhadap keterampilan perawat dalam
melakukan BHD.

H. Diagnosa Keperawatan terkait


● Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan Ketidakmampuan membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan
napas contohnya pasien karena tenggelam, obstruksi jalan nafas oleh benda asing
dll. Sehingga perlu dilakukan tindakan BHD khususnya AIRWAY (jalan nafas)
untuk membersihkan jalan nafas dan membukan jalan nafas pada pasien yang tidak
bernafas karena jalan nafas yang terganggu.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

AED (AUTOMATED EXTERNAL DEFIBRILLATION)

A. Definisi
Defibrilasi adalah tindakan kejut listrik untuk menghentikan disritmia yang mematikan
seperti fibrilasi ventrikel/takikardi ventrikel tanpa nadi. Defibrilasi eksternal otomatis
(AED) memungkinkan individu yang hanya dilatih dalam bantuan hidup dasar untuk
defibrilasi. AED adalah defibrilator yang menggabungkan sistem analisis ritme.
Perangkat dipasang ke pasien dengan dua bantalan perekat dan kabel penghubung.
Kebanyakan AED adalah kotak yang berdiri sendiri dengan fungsi tiga langkah yang
sangat sederhana dan petunjuk verbal untuk memandu responden. Setelah identifikasi
ritme, beberapa AED secara otomatis memberikan peringatan verbal, diikuti dengan
sengatan listrik. AED lain merekomendasikan kejutan listrik, jika perlu, dan kemudian
minta responden untuk menekan tombol shock (Perry & Potter, 2019).
B. Tujuan
Mendepolarisasi sel-sel jantung dan menghilangkan fibrilasi ventrikel/takikardi ventrikel
tanpa nadi.
C. Indikasi
Gunakan AED ketika korban yang diduga menderita serangan jantung memiliki gejala
kekurangan sirkulasi darah (CSC, 2013), yang ditandai dengan :
● Tidak sadarkan diri
● Tidak adanya pernapasan normal
● Tidak adanya denyut atau tanda-tanda peredaran darah.
D. Kontraindikasi
Menurut CSC, 2013 jangan gunakan AED jika korban :
● Dalam keadaan sadar
● Sedang bernapas
● Memiliki denyut yang terdeteksi atau tanda-tanda lain adanya sirkulasi
darah.
E. Alat dan bahan
● Defibrilasi eksternal otomatis (AED)
● Sepasang bantalan perekat AED
F. Prosedur kerja

No. Langkah-Langkah Rasional

1. Pastikan kesadaran pasien, tidak ada Ini adalah informasi yang membantu
respons, dan panggil bantuan dalam menentukan apakah pasien
tidak responsif tidur, mabuk,
gangguan pendengaran.
Respon cepat oleh profesional yang
berkualifikasi memastikan dukungan
resusitasi berkelanjutan
2. Pastikan tidak adanya pernapasan dan Menunjukkan perlunya tindakan
sirkulasi kurang dari 10 detik: tidak ada darurat, termasuk AED
denyut nadi, tidak ada pernapasan, tidak
ada gerakan
PERINGATAN KESELAMATAN AED harus diterapkan hanya pada pasien yang tidak
sadarkan diri, tidak bernapas, dan tidak berdenyut. Untuk anak-anak di bawah usia 8
tahun, bantalan AED yang dirancang untuk anak-anak harus digunakan. Jika bantalan
anak tidak tersedia, gunakan bantalan AED dewasa.

3. Aktifkan tim kode sesuai dengan Orang pertama yang tersedia yang
kebijakan dan prosedur rumah sakit membawa kereta resusitasi dan AED

4. Mulailah kompresi dada, dan lanjutkan Untuk meminimalkan waktu


hingga AED dipasang ke pasien dan gangguan pada kompresi dada,
perintah lisan perangkat Anda, "Jangan lanjutkan CPR saat AED diterapkan
sentuh pasien." dan dihidupkan.

5. Letakkan AED di dekat pasien di dekat Pastikan akses mudah ke perangkat


dada atau kepala

PERINGATAN KESELAMATAN Jika AED segera tersedia, pasang ke pasien sesegera


mungkin. Defibrilasi yang lebih cepat diberikan, semakin baik tingkat kelangsungan
hidup.
6. Nyalakan power Menghidupkan daya memulai perintah
verbal untuk memandu Anda melalui
langkah berikutnya
7. Pasang perangkat. Tempatkan bantalan Penempatan bantalan alternatif dari
AED(elektroda pads) pertama di tepi bantalan AED tidak disarankan. AED
kanan atas sternum tepat di bawah menganalisis sebagian besar irama
klavikula. Tempatkan bantalan jantung menggunakan lead II
AED(elektroda pads) kedua di samping
nipel kiri dengan bagian atas bantalan
beberapa inci di bawah ketiak Pastikan
kabel tersambung ke AED
PERINGATAN KESELAMATAN Jangan memasang bantalan ke permukaan basah, di
atas penutup obat, atau di atas alat pacu jantung atau defibrilator tertanam. Permukaan
basah, defibrilator implan, dan tambalan obat mengurangi keefektifan upaya defibrilasi
dan mengakibatkan komplikasi.

8. Saat AED meminta Anda, berhentilah Setiap merek AED berbeda, jadi
menyentuh pasien. Jangan sentuh pasien pengenalan dengan model itu penting.
setelah perintah ini. Arahkan penyelamat
dan pengamat untuk menghindari Tidak menyentuh korban mencegah
menyentuh pasien dengan mengumumkan kesalahan artefak, menghindari semua
"Clear!" Biarkan AED menganalisis gerakan selama analisis, dan
ritme. Beberapa perangkat memerlukan mencegah kejutan dikirim ke
penekanan tombol analisis. AED pengamat
membutuhkan waktu sekitar 5 hingga 15
detik untuk menganalisis ritme
9. Sebelum menekan tombol shock, Membersihkan pasien memastikan
umumkan dengan keras untuk keamanan bagi mereka yang terlibat
membersihkan korban dan lakukan dalam upaya penyelamatan
pengecekan visual untuk memastikan
tidak ada yang bersentuhan dengan
korban
10 Segera mulai kompresi dada setelah Melanjutkan perfusi jantung
shock, dan lanjutkan selama 2 menit
dengan perbandingan 30: 2 (30 kompresi
dan 2 tarikan napas). Jangan lepas
bantalannya
11 Berikan dua napas menggunakan Dalam pengaturan rumah sakit di
mulut-ke-mulut dengan perangkat mana metode ventilasi buatan yang
penghalang atau perangkat dilindungi tersedia, mulut ke mulut
mulut-ke-masker atau perangkat kantong tanpa perangkat penghalang tidak
masker Perhatikan dada naik dan turun. disarankan karena risiko kontaminasi
berikan 10 sampai 12 napas / menit mikroba

12 Setelah 2 menit CPR, AED akan meminta Anda untuk tidak menyentuh pasien dan
melanjutkan analisis ritme pasien. Siklus ini akan berlanjut sampai pasien
mendapatkan kembali denyut nadi atau dokter menentukan kematian

13 Periksa adhesi bantalan ke dinding dada. Kontak bantalan-kulit yang buruk


Jika bantalan tidak bersentuhan baik mengurangi keefektifan syok,
dengan dinding dada, lepaskan dan menyebabkan kulit terbakar, atau
pasang satu set bantalan baru ke AED meningkatkan kemungkinan
mengejutkan mereka yang terlibat
dalam upaya penyelamatan. selalu
gunakan satu set bantalan baru.
Jangan gunakan kembali

14 Lanjutkan upaya resusitasi sampai pasien mendapatkan kembali nadi atau sampai
dokter menentukan kematian

Rangkaian tindakan penggunaan AED menurut (Gavin , Anthony , & Koster, 2015)
RANGKAIAN /
Deskripsi Tindakan
Tindakan
SAFETY

Pastikan kita
sebagai penolong,
korban, dan orang
lainnya dalam
kondisi aman
RESPON Goyangkan bahunya dan
memanggil dengan suara keras:
“Bangun, Pak” atau “Buka
Cek respon
matanya Pak”
korban

Meminta Minta seseorang untuk


memanggil layanan gawat
pertolongan (call
darurat (mis. 112), jika tidak
for help) atau memungkinkan, hubungi
mereka sendiri
mengaktifkan
EMS Tetap bersama korban saat
sedang memanggil jika
memungkinkan

Aktifkan speaker telepon untuk


membantu komunikasi dengan
operator
Dapatkan AED Utus seseorang untuk
mendapatkan dan membawa
Utus seseorang
sebuah AED jika tersedia
untuk
mendapatkan
AED
Memperbaiki - Memperbaiki posisi korban:
posisi telentang di tempat datar
dan keras
- Mengatur posisi penolong:
berlutut di samping korban
CIRCULATION Memeriksa nadi dengan
mempalpasi denyut nadi karotis
Periksa nadi dan
bersamaan dengan scan
scan pernapasan
pernapasan < 10 detik

Mulai kompresi Berlutut di samping korban


dada 30 kali
Tempatkan tumit tangan di
tengah dada korban; (yang
mana berada di mid sternum)

Tempatkan tumit tangan


lainnya di atas tangan pertama
tadi

Tautkan jari-jari tangan dan


pastikan untuk tidak menekan
tulang rusuk korban

Jaga lengan kita untuk tetap


lurus

Jangan menekan bagian


abdomen atas atau ujung
bawah sternum
Posisikan diri secara vertical di
atas dada korban dan tekan
turun pada sternum sekitar 5
cm

Setelah tiap kompresi, lepaskan


semua tekanan pada dada
tanpa memutuskan kontak
antara tangan dan sternum

Ulangi dengan kecepatan


100-120 x/menit
AIRWAY Membersihkan dan membuka
jalan napas dengan head tilt
Buka jalan napas
dan chin lift atau jaw thrust
(jika curiga cedera servikal) dan
pastikan korban tidak bernapas

BREATHING Memberikan bantuan napas


sebanyak 2 kali
Berikan bantuan
Jangan menghentikan kompresi
napas
lebih dari 10 detik karena
pemberian bantuan napas.
Kemudian kembalikan tangan
dalam posisi yang benar pada
sternum dan lanjutkan
kompresi dada
SAAT AED TIBA Segera setelah AED tiba:
Nyalakan AED dan tempelkan
Nyalakan AED dan electrode pads pada dada
korban
lekatkan
electrode pads Jika terdapat lebih dari satu
penolong, CPR harus terus
berlanjut saat electrode pads
sementara ditempelkan ke dada
korban

Ikuti arahan lisan Pastikan tidak ada yang


menyentuh tubuh korban di
saat AED menganalisis ritme

Jika shock Pastikan tidak ada yang


menyentuh korban
diindikasikan,
berikan shock Tekan tombol shock sesuai
arahan (AED akan memberikan
shock secara otomatis)

Segera mulai kembali CPR 30:2


Lanjutkan seperti yang
diarahkan oleh petunjuk suara
Jika shock tidak Segera lanjutkan CPR. Lanjutkan
diindikasikan, seperti yang diarahkan oleh
lanjutkan CPR petunjuk suara

Evaluasi tiap 5 Melakukan evaluasi tiap 5 siklus


(setiap 2 menit)
siklus (setiap 2
menit) Jika nadi dan napas belum ada,
teknik kombinasi diulangi
kembali dengan kompresi

Jika nadi ada tapi napas belum


ada, berikan rescue breathing 1
ventilasi tiap 5 detik dan
evaluasi tiap 2 menit

Jika nadi dan napas ada namun


belum sadar, posisikan korban
dalam recovery position
G. Link Video penggunaan AED
https://www.youtube.com/watch?v=UFvL7wTFzl0&t=2s

H. Tinjauan Evidance Based Practice (EBP) Prosedur


Berdasarkan jurnal dari American College of Cardiology tahun 2010 Vol.55 No.16
dengan judul “Survival After Application of Automatic External Defibrillators Before
Arrival of the Emergency Medical System” Resusitasi yang lebih baik dikaitkan dengan
kelangsungan hidup yang lebih baik, status fungsional, dan kualitas hidup yang
berhubungan dengan kesehatan. Penerapan AED di komunitas dikaitkan dengan hampir
dua kali lipat kelangsungan hidup setelah serangan jantung di luar rumah sakit. Hasil ini
memperkuat pentingnya perluasan program AED berbasis masyarakat secara strategis.

I. Diagnosa Keperawatan terkait


● Penurunan curah jantung adalah ketidakadekuatan volume darah yang di pompa
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh . berhubungan dengan
vasokontriksi, penurunan kontraksi jantung dengan salah satu batasan
karakteristiknya penurunan nadi perifer, pengisian kapiler memanjang. Kontraksi
ventrikel saat mengeluarkan darah dari jantung disebut sebagai fase sistolik atau
ejeksi ventrukuler. Jumlah darah yang dikeluarkan dalam satu kali pompa
(volume sekuncup) berjumlah 70 ml (pada orang dewasa). Curah jantung
mempunyai peran sebagai faktor untuk memenuhi kebutuhan oksigen atau perfusi
jaringan sebagai tujuan dari kardiovaskuler. Sehingga ketika tidak ada nadi maka
dilakukan bantuan hidup dasar berupa resusitasi dengan bantuan alat Defibrilasi
eksternal otomatis (AED)
REFERENSI :

CSC. (2013). Panduan Penggunaan Alat Latih AED. Cardiac Science Corporation.

Gavin , D. P., Anthony , J. H., & Koster, R. W. (2015). European Resuscitation Council
Guidelines for Resuscitation 2015. European Resuscitation Counsil, 81-99.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA-I diagnosis keperawatan: definisi dan

klasifikasi 2018-2020, ed. 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Krisanty. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Trans Info Medika

MILDA WATI, M. W. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keterampilan perawatan


dalam melakukan tindakan bantuan hidup) PHD) di ruang instalasi gawat darurat dan
intensive care unit (ICU) RSUD Lubuk Sikaping tahun 2017 (Doctoral dissertation, STIKes
PERINTIS PADANG).

Perry, A. G., & Potter, P. A. (2019). Mosby's Pocket Guide to Nursing Skill & Procedurs (9th
ed.). St.Louis: Elsevier.

Sesrianty, V. (2018). Hubungan Pendidikan Dan Masa Kerja Dengan Keterampilan Perawat
Melakukan Tindakan Bantuan Hidup Dasar. JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis's
Health Journal), 5(2), 139-144.

Anda mungkin juga menyukai