Anda di halaman 1dari 13

PENGURUS PROPINSI

HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA (HIPGABI)


(Indonesian Emergency and Disaster Nurses Association – IEDNA)

NUSA TENGGARA TIMUR


Jalan Piet A. Tallo Liliba-Kupang Kode pos 85111

PANDUAN PESERTA RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

DEWASA

NO PANDUAN PRAKTEK RJP KETERANGAN


YA TIDAK
1 Prinsip 3A (Aman diri, Aman lingkungan, Aman pasien ) gunakan APD

2 Cek respon/ kesadaran korban (AVPU)

3 Aktifkan CODE BLUE/ minta pertolongan yag lain dan ambil AED (jika
tersedia)

4 Posisikan korban terlentang pada alas yang datar dan keras

5 Cek napas dan nadi karotis secara bersamaan(<10 detik), jika nadi karotis
teraba, dan napas tidak ada maka berikan pernapasan (dengan /tanpa alat)
10-12x/menit

6 Cek napas dan nadi karotis secara bersamaan(<10 detik), jika nadi karotis
tidak teraba, maka lakukan kompresi dada dengan posisi di ½ bagian bawah
tulang sternum/ tulang dada sebanyak 30 x kompresi dengan kecepatan 100-
120 x/ menit dengan kedalaman minimal 5-6 cm (pada dewasa)

7 Berikan secara bergantian dengan 2 x ventilasi/ pernapasan (30x kompresi :


2x ventilasi )

8 Minimalkan interupsi, serta pastikan dada mengembang (Recoil) sempurna


tiap kali kompresi

9 Bersihkan dan bebaskan jalan nafas dengan posisi kepala penderita head tilt
dan chin lift supaya lidah tidak menutup jalan nafas. Jika curiga patah leher
lakukan jaw thrust

10 Berikan 2 kali bantuan nafas (sekali tiupan tidak lebih dari 1 detik untuk
menghindari hiperventilasi). Tutup hidung pasien saat memberikan nafas
dari mulut ke mulut, pastikan dada yang mengembang saat nafas ditiupkan,
bukan perut (dapat menggunakan BVM, mouth to barier device)

11 Lakukan pemberian kompresi dan pernafasan secara bergantian 30 : 2 (1


siklus) selama 5 siklus/ tiap 2 menit

12 Lakukan pergantian peran sebagai pemberi kompresi dan nafas setiap 2


menit/ setelah siklus yang ke 5

13 Lakukan evaluasi dengan mengecek nadi karotis setelah siklus yang ke 5, jika
tidak teraba nadi karotis, lanjutkan siklus 30 : 2, yang dimulai dengan
kompresi dada.

14 Jika korban/ penderita bernafas spontan dan pernafasannya adekuat


posisikan korban dengan posisi pemulihan (Recovery position)

NB ; D R S C A B

(DANGER, RESPON, SHOUT FOR HELP, COMPRESION, AIRWAY, BREATHING)


PANDUAN PESERTA MANAJEMEN AIRWAY-BREATHING

DEWASA

NO PANDUAN PRAKTEK AIRWAY DAN BREATHING KETERANGAN


YA TIDAK
A AIRWAY
1 PEMBEBASAN AIRWAY SECARA MANUAL AKIBAT SUMBATAN BENDA ASING

1) Back blow, korban dewasa sadar


 Bila korban masih sempoyongan atau terlihat memegang lehernya,
ranggkul korban dari belakang
 Lengan yang tidak dominan menyangga/menahan tubuh korban,
pastikan korban menunduk, kemudian tangan yang lainnya atau tangan
dominan memberikan hentakan yang keras pada punggung korban,
yaitu pada titik silang garis antara tulang belikat (Scapulla) dan
punggung tulang belakang
 Hentakan diberikan selama 5x dan dilanjutkan dengan abdominal trust
 Jika korban tiba-tiba tidak sadarkan diri maka posisikan korban
terlentang
2) Abdominal trust (korban dewasa sadar ; berdiri)
 Rangkul korban yang sedang sempoyongan oleh karena tersedak dari
belakang dengan kedua lengan tepat diarea ulu hati (epigastrium)
 Tangan dominal mengepal
 Tangan tidak dominan memegang kepalan tangan tidak dominan
 Lakukan hentakkan tarikan secara mendadak sebanyak 5 kali dengan
menarik kedua lengan penolong bertumpuk pada kepalan kedua
tangannya tepat di titik hentakan yang terletak pada pertengahan pusat
dan titik aulu hati korban
 Bila belum berhasil, secara perlahan baringkan korban terlentang dan
lakukan abdominal trust dengan posisi korban terlentang
3) Abdominal trust (korban dewasa tidak sadar; berbaring )
 bila korban jatuh tidak sadar, segera baringkan korban terlentang.
 penolong mengambil posisi seperti naik kuda dengan posisiberada
diatas tubuh korban atau dismping korban sebatas pinggul dari korban
 lakukan hentakkan mendorong sebanyak 5 kali dengan menggunkan
kedua tangan penolong yang bertumpu tepat diatas titik hentakan yaitu
ulu hati/ daerah epigastrium
 bila saat memberikan hentakan korban tiba-tiba terbatuk segera
miringkan kepala dari korbna.
 Yakinkan benda asing sudah bergeser atau keluar dengan cara melihat
kedalam mulut korban, bila terlihat ambil benda asing tersebut.
 bila benda asing tak terlihat berikan napas buatan sambil
memperhatikan bila tiupan dapat masuk ke paru-paru. dada yang
mengembang artinya jalan napas telah terbuka
2 PEMBEBASAN JALAN NAPAS TANPA ALAT

1) Head tilt –chin lift


digunakan pada korban non trauma, caranya ;
Head tilt
 Letakkan satu telapak tangan di dahi korban
 Tekan dahi korban kearah bawah hingga terjadi ekstensi kepala
 Tindakan ini tidak boleh dilakukan pada korban dengan kecuriaan
adanya tanda-tanda cedera cervikal
Chin lift
 Letakkan jari telunjuk dan jari tengah tangan dominan memegang
tulang dagu dari korban
 Angkat dan doring tulang dagu ke depan dengan menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah
 Kemudian jari jempol menekan tulang dagu depan ke bawah
2) Jaw trust
digunakan pada korban dengan kecurigaan trauma cervikal, caranya ;
 Tekan tulang pipi dengan kedua telapk tangan, untuk fiksasi kepala
 Dengan menggunakan kedua tangan, dorong sudut rahang bawah
(mandibula) kiri dan kanan ke arah depan, sehingga barisan gigi bawah
mandibula berada di depan barisan gigi atas
 Kedua ibu jari menahang rahang bagian atas
3 PEMBEBASAN AIRWAY DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SEDERHANA

1) OPA (Orofaringeal Airway)


Indikasi ;
 Dipasang pada pasien yang tidak sadar
 Pasien masih bernapas spontan
 Tidak ada refleks muntah
Caranya ;
 Posisikan korban terlentang
 Penolong berdiri dari arah belakang kepala korban
 Pilih ukuran OPA yang tepat saat sebelum akan digunakan
 Ambil OPA yang akan digunakan, letakkan OPA dengan posisi
telungkup ditempelkan di samping wajah
 Ukur OPA yang ada dari ujung sudut bibir sampai ke angulus
mandibula (sudut rahang bawah)
 Buka mulut korban, dan arahkanlah opa dengan posisi lengkungan opa
menghadap ke langit-langit (palatum)
 Dorong OPA hingga menyentuh palatum mole
 Putar OPA hingga lengkungannya menghadap ke lidah korban/ putar
180 derajat.
 Dorong secara perlahan sampai pada posisi OPA yang tepat menekan
lidah
 Rasakan adanya hembusan udara
2) NPA (NASOFARINGEAL AIRWAY)
Indikasi ;
 Dipasang pada pasien yang sadar
 Pasien bernapas dengan spontan
 Terdapat refleks muntah
 Korban kesulitan dalam menggunakan OPA
Caranya ;
 Pilih ukuran NPA yang sesuai untuk hidung kiri dan kanan yang
disesuakan dengan jari kelingking dari korban
 Basahi NPA dengan air atau pelicin
 Masukkan pipa NPA ke lubang hidung dengan permukaan irisan ujung
pipa mengarah ke septumnasi
 Dorong hati-hati dan secara perlahan seluruh pipa masuk kedalam
rongga hidung saat korban menarik napas (inspirasi), sambil tetap
merasakan adanya hembusan udara.
 Nilai ada tidaknya hembusan udara yang keluar dari pipa NPA
 Berikan fiksasi pada pipa npa menggunakan plester, setelah dirasakan
adanya hembusan udara
PERHATIAN ;
 Sebelum memasukan pipa NPA, nilai terlebih dahulu kedua lubang
hidung, terkait adanta polip, fraktur atau perdarahan
 Bila saat memasukkan pipa NPA tidak ada hembusan udara yang
keluar, maka curi pipa masuk kedalam esofagus
 Pemakaian NPA tidak dianjurkan pada korban dengan curiga fraktur
basis cranii.
B BREATHING

1 Pemberian Oksigenasi Tambahan

1) Pemasangan nasal canul ; 1-6 liter/menit, JIKA saturasi oksigen 95-100 %


2) Pemasangan simple mask ; 6-10 liter/menit JIKA saturasi oksigen 90-95 %
3) Pemasangan Non Rebreathing Mask (NRM) ; 1O-15 liter/meit JIKA saturasi
oksigen 85-90 %
4) Jika saturasi oksigen < 85%, maka korban membutuhkan bantuan napas
tambahan dengan menggunkan BV
2 PEMBERIAN BANTUAN NAFAS DENGAN BVM

Pemberian ventIlasi dengan mengunakan BVM


Indikasi ;
 Korban henti napas
 Pernapasan spontan tidak adekuat
 Penurunan kerja napas, sehingga membantu memberikan tekanan posisitif
pada saat inspirasi
 Hipoksemia akibat ventilasi yang tidak adekuat
Caranya ;
 Gunakan APD
 Penolong pertama memposisikan diri disebelah atas dari korban,
 Buka jalan napas korban dengan cara head tilt-chin lift / jaw trust
disesuaikan dengan kebutuhan dari pasien
 Pasang bwm dengan menstabilkan masker yang ada dengan menempatkan
ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf C
 Posiskan jari jari lainnya dengan mempertahankan posisi dari kepala
korban dengan mengangkat dagu disepanjang mandibula dengan
membentuk huruf E
 Pompa kantung dari BWM oleh penolong kedua hingga terjadi
pengembangan dinding dada korban, dan pertahankan posisi BWM olh
penolong pertama
EVAKUASI
LOG ROLL
No ASPEK YANG DINILAI Nilai
Ya Tidak
1 PENGERTIAN Suatu tindakan membalikan tubuh pasien dengan cara
menggulingkan pasien
2 TUJUAN 1. Memastikan apakah korban mengalami cedera tulang
belakang atau tidak
2. Memindahkan pasien ke long spine bord
3 PRINSIP Cepat, tepat dan sistematis
4 INDIKASI Pasien trauma tulang belakang
5 PENGKAJIAN Minta korban menggerakan jari tangan dan kaki
6 TINDAKAN 1. Posisikan pasien supin
2. Penolong pertama mangambil posisi di kepala korban
3. Penolong kedua, ketiga dan keempat mangambil posisi
di samping kiri tubuh pasien
4. Penolong pertama melakukan fiksasi pada kepala dan
leher korban dengan cara:

a. ibu jari dan ke empat jari membentuk huruf


b. Jepitlah skapula dan kalifikula korban dengan
kelima jari tersebut
c. Jepitlah kepala kurban dengan kedua lengan
penolong

5. Penolong kedua, ketiga dan keempat memegang sisi


kanan tubuh korban dengan posisi tangan saling
menyilang satu sama lain
6. Dengan komando yang diberikan oleh penolong
pertama, penolong kedua, ketiga dan keempat
membalikan tubuh korban secara serempak sehingga
menghadap penolong
7. Penolong ketiga melepaskan salah satu tanganya dari
tubuh korban lalu melakukan pemeriksaan untuk
menemukan ada tidaknya tanda – tanda cedera spinal
7 SIKAP 1. Hati-hati.
2. Berkomunikasi.
3. Mandiri.
4. Teliti.
5. Tanggap terhadap respon klien.
6. Rapih.
7. Sopan.
MENGANGKAT PASIEN DENGAN LONG SPINE BORD

No ASPEK YANG DINILAI Nilai


Ya Tidak
1 PENGERTIAN Suatu tindakan memindahkan pasien dengan cedera
tulang belakang tanpa membalikan pasien
2 TUJUAN Menjauhkan pasien dari tempat yang berbahaya ke
tempat yang aman
3 PRINSIP Cepat, tepat dan sistematis
4 INDIKASI Pasien trauma tulang belakang
5 PENGKAJIAN Temukan tanda – tanda trauma tulang belakang
6 TINDAKAN 1. Penolong pertama, kedua, ketiga dan keempat
melakukan log roll
2. Penolong kelima mendekatkan long spine bord
didekat tubuh korban
3. Letakan korban diatas long spine bord
4. Lakukan fiksasi kepala
5. Ikat kepala dan tubuh korban pada long spine bord
6. Keempat penolong mengambil posisi di samping
long spine bord, yaitu di kepala dan kaki
7. Posisikan kaki penolong setengah berlutut dengan
lutut kaki kanan menyentuh tanah/lantai
8. Nagkat korban secara bersamaan
7 SIKAP 1. Hati-hati.
2. Berkomunikasi.
3. Mandiri.
4. Teliti.
5. Tanggap terhadap respon klien.
6. Rapih.
7. Sopan.
PEMASANGAN NECK COLLAR
No Nilai
ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak
1 PENGERTIAN Suatu tindakan pemasangan alat penyanggah
leher yang bertujuan mengurangi resiko cedera
leher
2 TUJUAN Mencegah pergerakan tulang servik yang
patah sehingga mengurangi bertambahnya
kerusakan pada tulang leher
3 INDIKASI fraktur tulang servik atau dicuriga ada fraktur
tulang servik
5 PENGKAJIAN Temukan tanda – tanda trauma tulang cervikal
6 TINDAKAN 1. Penolong pertama memposisikan diri di
kepala korban
2. Penolong kedua mengambil posisi di samping
leher korban
3. Penolong pertama memfiksasi kepala korban
dengan cara kedua tangan penolong
memegang bagian kepala korban mulai dari
mandibula kearah temporal
4. Penolong kedua memasukkan neck collar
secara perlahan dari belakang leher sampai
salah satu ujung neck collar muncul di sisi
lain leher
5. Posisikan bagian neck collar yang bertekuk
tepat pada dagu
6. Rekatkana kedua ujung neck collar
7. Lakukan fiksasi kepala dengan memasang
bantalan di kedua sisi kepala korban
7 SIKAP 1. Hati-hati.
2. Berkomunikasi.
3. Mandiri.
4. Teliti.
5. Tanggap terhadap respon klien.
6. Rapih.
7. Sopan.
BALUT BIDAI
PATAH PADA TIBIA, FIBULA,
PERGELANGAN KAKI, TELAPAK KAKI

No Nilai
ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak
1 PENGERTIAN Suatu tindakan membalut dan menyangga tibia,
fibula, pergelangan kaki, telapak kaki, yang patah
dengan menggunakan spalk dan kain segitiga
2 TUJUAN Menutup dan melindungi serta menyangga daerah
cedera
3 INDIKASI Cedera/ luka/patah tibia, fibula, pergelangan kaki,
telapak kaki,tangan atau telapak tangan
5 PENGKAJIAN ABC
6 TINDAKAN 1. Ambl tiga buah kain segitiga yang telah di lipat
memanjang
2. Masukan kain pertama melalui cela yang
terdapat di belakang lutut hingga ujungnya
terlihat pada sisi kaki lalu tarik ujung kain
tersebut hingga merata lalu geser secara
perlahan ke atas (paha)
3. Masukan kain ke dua pada cela dibawah lutut,
tarik ujungnya sampi rata lalu geser kain
tersebut ke bawah (tibia)
4. Masukan kain ke tiga pada cela yang terdapat di
belakang tumit, tarik ujungnya hingga rata
5. Ambil dua buah spalk/kayu rata dan lebar/papan
6. Letakan spalk pertama pada sisi dalam kaki yang
patah (ujung yang satunya berada pada
selangkangan sedangkan ujung yang lainya di
pergelangan kaki)
7. Letakan spalk ke dua pada sisiluar tulang yang
patah (ujung satunya berada di pergelangan kaki
sedangkan ujung yang lainya berada di bawah
pinggang
8. Ikat kain yang berada di tengah hingga dua buah
papan menjepit kaki (usahakan simpul ikatan
berada pada papan atau spalk)
9. Lakukan hal yang sama pada kain yang berada di
paha dan tibia
7 SIKAP 1. Hati-hati.
2. Berkomunikasi.
3. Mandiri.
4. Teliti.
5. Tanggap terhadap respon klien.
6. Rapih.
7. Sopan.
BALUT BIDAI
PATAH LENGAN BAWAH, PERGELANGAN TANGAN ATAU TELAPAK TANGAN

No Nilai

ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak


1 PENGERTIAN Suatu tindakan membalut dan menyangga lengan
bawah, pergelangan tangan atau telapak tangan yang
patah dengan menggunakan kain segitiga

2 TUJUAN Menutup dan melindungi serta menyangga daerah


cedera

3 INDIKASI Cedera/ luka/patah pada lengan bawah, pergelangan


tangan atau telapak tangan
5 PENGKAJIAN ABC
6 TINDAKAN 1. Ambil dua buah spalk/kayu rata dan
lebar/papan
2. Letakan papan pertama pada sisi dalam lengan
yang patah
3. Letakan papan ke dua pada sisi luar lengan
yang patah
4. Ikat kedua papan tersebut dengan
menggunakan tigah buah kain segitiga yang
telah dilipat memanjang
5. Bentangkan kain segitiga berikutnya dari bahu
menurun ke abdomen dengan posisi apeks kain
berada di daerah siku
6. Letakan tangan yang patah diatas kain tersebut
7. Angkat ujung kain segitiga yang berada di
bawah sampai melingkar di leher
8. Ikat kedua ujung kain segitiga di belakang leher
7 SIKAP 1. Hati-hati.
2. Berkomunikasi.
3. Mandiri.
4. Teliti.
5. Tanggap terhadap respon klien.
6. Rapih.
MENGHENTIKAN PERDARAHAN
DIRECT PRESSURE
No ASPEK YANG DINILAI Nilai
Ya Tidak
1 PENGERTIAN Suatu tindakan mengehentikan keluarnya darah
dengan cara menekan secara langsung pada daerah
perdarahan
2 TUJUAN 1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah syok
3. Meningkatkan perfusi jaringan
3 PRINSIP Cepat, tepat dan sistematis
4 INDIKASI Cedera yang disertai dengan perdarahan pada
bagian luar tubuh
5 PENGKAJIAN 1. Warna darah merah muda dan keluar
memencar sesuai irama jantung (perdarahan
arteri)
2. Warna darah merah tua dan mengalir/
merembes (perdarahan vena)
6 TINDAKAN 1. Gunakan sarung tangan jika memungkinkan
2. Ambil kasa/kain, letakan di atas daerah
perdarahan
3. Lakukan penekanan sekuat – kuatnya secara
langsung pada kasa tersebut
4. Jika kasa pertama sudah basah jangan di angkat
5. Ambil kasa baru dan letakan di atas kasa
pertama
6. Jika kasa kedua basah, tumpukan kasa ketiga di
atas kasa kedua, dan seterusnya sampai kasa ke
lima
7. Jika kasa kelima basa buang kasa ke lima
samapai kasa ke tiga, lalu ganti dengan kasa
baru
8. Kasa pertama dan ke dua tidak boleh di
gantikan sampai perdaahan berhenti
7 SIKAP 1. Hati-hati.
2. Berkomunikasi.
3. Mandiri.
4. Teliti.
5. Tanggap terhadap respon klien.
6. Rapih.
7. Sopan.
MENGHENTIKAN PERDARAHAN
INDIRECT PRESSUR
No ASPEK YANG DINILAI Nilai
Ya Tidak
1 PENGERTIAN Suatu tindakan mengehentikan keluarnya darah dengan
cara menekan pada pembulu dara yang lebih besar
2 TUJUAN 1. Menghentikan perdarhan
2. Mencegah syok
3. Meningkatkan perfusi jaringan
3 PRINSIP Cepat, tepat dan sistematis
4 INDIKASI Perdarhan yang tidak dapat di hentikan dengan direct
pressure
5 PENGKAJIAN Warna darah merah muda dan keluar memencar sesuai
irama jantung
6 TINDAKAN 1. Lakukan palpasi untuk menemukan arteri yang lebih
proximal
2. Sala satu tangan melakukan direct pressure
3. Satu tangan lagi menekan pembulu yang lebih besar
4. Jika perdarahan pada kulit kepala dan kepala atas,
tekan Arteri Temporalis Superficial, yaitu pada pelipis
± 1 cm depan lubang telinga luar
5. Jika perdarahan daerah muka, tekan Arteri Facialis
yaitu pada rahang bawah ± 1 cm depan sendi rahang
6. Jika perdarahan daerah leher, kepala, muka. Tekan
Arteri Carotis Communis (berjarak 2 jari kiri/kanan
dari jakun)
7. Jika Perdarahan seluruh lengan tekan Arteri Sub
Clavia, yaitu pada bagian bawah pertengahan tulang
selangka
8. Jika perdarahan seluruh lengan, tekan Arteri
Brachialis, yaitu pada bagian dalam lengan atas
9. Jika perdarahan seluruh tungkai bawah, tekan Arteri
Femoralis
yaitu pada pertengahan lipat paha.
7 SIKAP 1. Hati-hati.
2. Berkomunikasi.
3. Mandiri.
4. Teliti.
5. Tanggap terhadap respon klien.
6. Rapih.
7. Sopan.
MENGHENTIKAN PERDARAHAN
TORNIKCET PRESSURE

No ASPEK YANG DINILAI Nilai


Ya Tidak
1 PENGERTIAN Suatu tindakan mengehentikan keluarnya darah dengan
balutan yang menjepit pembulu darah
2 TUJUAN 1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah syok
3. Meningkatkan perfusi jaringan
3 PRINSIP Cepat, tepat dan sistematis
4 INDIKASI 1. Perdarhan hebat yang tidak dapat di hentikan dengan
direct pressure dan indirect pressure
2. Amputasi
5 PENGKAJIAN Warna darah merah muda dan keluar memencar sesuai
irama jantung
6 TINDAKAN 1. Tentukan tempat pemasangan
2. Lima jari di bawa ketiak untuk perdarahan di lengen
3. Lima jari di bawa lipatan paha untuk perdarahan di kaki
4. Lilitkan torniket sebanyak dua kali di tempat yang di
kehendaki
5. Kencangkan torniket sampai denyut pembulu darah yang
lebih distal berhenti dan jaringan yang lebih distal
tampak pucat
6. Jika dengan cara ini perdarahan masih sulit di hentikan
kencangkan lilitan dengan bantuan kayu atau bolpoin
dengan cara
7. Setelah melakukan dua kali lilitan buatlah ikatan dengan
simpul hidup
8. Letakan kayu/bolpoin di atas simpul tersebut
9. Ikat kayu/bolpoin tersebut dengan simpul mati
10. Putar kayu tersebut seperti memutar keran
11. Lakukan tindakan ini sampai denyut pembulu darah yang
lebih distal berhenti dan jaringan yang lebih distal
tampak pucat
12. Tindakan ini bisa di kombinasi dengan direct pressure
13. Setiap 10 menit torniket di kendorkan salama 30 detik
untuk mencegah nekrosis jaringan
7 SIKAP 1. Hati-hati.
2. Berkomunikasi.
3. Mandiri.
4. Teliti.
5. Tanggap terhadap respon klien.
6. Rapih.
7. Sopan.

Anda mungkin juga menyukai