Anda di halaman 1dari 15

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian

Limfoma non-Hodgkin adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat


di definisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin.
Manifestasinya sama dengan penyakit Hodgkin, namun penyakit ini biasanya sudah
menyebar keseluruh system limfatik sebelum pertama kali terdiagnosis. Apabila
penyakitnya masih terlokalisasi, radiasi merupakan penanganan pilihan.Jika terdapat
keterlibatan umum, digunakan kombinasi kemoterapi.Pemberian dosis rendah pada
penderita HIV-positif dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi berat yang
potensial mematikan.Seperti pada penyakit Hodgkin, infeksi merupakan masalah
utama. Keterlibatan system saraf pusat juga sering terjadi.

Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal


dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh.Beberapa
dari limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang
lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan).Penyakit ini lebih sering
terjadi dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.

Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu


keganasan kelenjar limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal
sebagai suatu limfadenopati lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar
sepertiga dari kasus yang berasal dari tempat lain yang mengandung jaringan limfoid
( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi
semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk menyebar dari asalnya sebagai
penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lain yang akhirnya menyebar ke limfa, hati,
dan sumsum tulang.

1
Limfoma Non Hodgkin adalah keganasan primer berupa gangguan proliferatif tidak
terkendali dari jaringan limfoid (limfosit B dan sistem sel limfosit T).

Limfoma atau Kanker Getah Bening adalah tipe kanker yang menyerang sel
darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening. Sel tersebut cepat
menggandakan diri dan tumbuh secara tidak terkontrol. Limfoma Non Hodgkin
sering disingkat jadi LNH.

Karena limfosit bersirkulasi ke seluruh tubuh, maka selain di kelenjar getah


bening tempat yang paling sering terkena Limfoma adalah limpa dan sumsum
tulang.Selain itu bisa terbentuk di perut, hati atau yang jarang sekali di
otak.Seringkali lebih dari satu bagian tubuh terserang oleh penyakit ini.Limfoma pada
otak atau urat saraf tulang belakang disebut limfoma susunan saraf pusat (SSP).

Penyakit Limfoma dapat menyerang disegala usia, namun lebih sering


menyerang usia tua 65 tahun.

2. Etiologi

Belum ditemukan penyebap yang pasti, namun terdapat beberapa faktor risiko
yang mempengaruhi tejadinya penyakit ini yaitu:

1. Umur : sebagian besar Limfoma Non-Hodkin ditemukan pada orang dengan


usia 60 tahun atau lebih. Namun pada beberapa tipe ditemukan juga meyerang
orang yang berusia muda.
2. Gender: sebagian besar risiko terjadinya Limfoma Non-Hodkin umumnya
terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Namun pada beberapa tipe lebih
banyak terjadi pada wanita dan tidak diketahui penyebapnya.
3. Ras : di AS orang Amerika kulit putih lebih rentan terkena Limfoma Non-
Hodkin dari pada orang amerika kulit hitam, maupun orang Amerika
keturunan Asia.

2
Paparan Zat Kimia : beberapa penelitian mengatakan bahwa bahan kimia
seperti benzena dan insektisida berhubungan dalam meningkatkan risiko terkena
Limfoma Non-Hodkin. Beberapa juga mengatakan obat-obatan yang digunakan untuk
terapi kanker juga dapat meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin beberapa
tahun kemudian.

Paparan Radiasi : Orang yang dapat bertahan hidup pada daerah yang pernah
mengalami ledakan bom nuklir memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker,
salah satunya Limfoma Non-Hodkin. Orang yang menjalani pengobatan
menggunakan radiasi, juga dapat meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin
di kemudian hari.

Sistem imun yang lemah : Seseorang dengan sistem imun yang lemah dapat
meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin. Selain itu seseorang yang
terinfeksi virus HIV juga berisiko terkena Limfoma Non-Hodkin.

Penyakit Autoimun : penyakit autoimun adalah suatu penyakit dimana sistem


imun menyerang jaringan/sel tubuh maupun sel asing yang masuk. Contoh penyakit
Autoimun adalah Rheumatoid Arthritis dan Systemic Lupus Erythematosus dapat
meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin.

Infeksi virus : infeksi virus yang menyerang DNA maupun Limfosit dapat
mengubah DNA dan Limfosit menjadi sel-sel kanker. Virus tersebut diantaranya
Epstein-Barr Virus (EBV) dan HTLV-1 virus.

3. Patofisiologi

Usia, gender, ras, paparan zat kimia dan radiasi, infeksi virus, penyakit
autoimun dan sistem imun yang lemah dapat menyebapkan terjadinya pembesaran
kelenjar getah bening. Poliferasi jaringan limfoid yang tidak terkendali karena faktor-
faktor risiko diatas menyebapkan terjadinya perubahan rangsangan imunologik yang
nantinya akan menimbulkan masalah yaitu adanya ancaman status kesehatan, proses

3
penyakit yang akan mengakibatkan destruksi gangguan saraf serta menimbulkan
gangguan metabolisme tubuh.

Masalah ancaman perubahan status kesehatan akan mengakibatkan fungsi


peran pasien berkurang sehingga pola interaksi juga menurun. Penurunan pola
interaksi menyebapkan terjadinya perolehan informasi yang kurang mengenai
penyakitnya sehingga biasanya pasien akan cemas.

Proses penyakit yaitu pembesaran kelenjar limfoid akan menyebapkan terjadi


gangguan pada saraf yaitu adanya tekanan pada saraf oleh kelenjar yang
membesar/tumor sehingga akan memunculkan rasa nyeri.

Perubahan rangsangan imunologik secara tidak langsung akan mempengaruhi


metabolisme tubuh, sehingga ketika rangsangan imunologik berubah menjadi tidak
baik, maka akan terjadi gangguan pada metabolisme tubuh. Gangguan metabolisme
ini akan menimbulkan perasaan mual, kurang nafsu makan, maupun iritasi lambung
karena proses metabolisme yang terganggu. Semua hal tersebut mengakibatkan
pemasukan nutrisi untuk tubuh menjadi terganggu yang akan mengakibatkan
penurunan berat badan, sehingga memunculkan masalah gangguan nutrisi.

4. Klasifikasi Limfoma Non-Hodgkin

Ada 2 klasifikasi besar penyakit ini yaitu:

1. Limfoma non Hodgkin agresif.

Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non


Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi. Karena sesuai dengan namanya, limfoma
non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama agresif’
kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering memberikan respon sangat
baik terhadap pengobatan.

4
Meskipun pasien yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar
pengobatan lini pertama, sering berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel
induk. Pada kenyataannya, limfoma nonHodgkin agresif lebih mungkin mengal
ami kesembuhan total daripada limfoma non Hodgkin indolen.

2. Limfoma non Hodgkin indolen.

Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non


Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah.Sesuai dengan namanya, limfoma non
Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak
menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat.
Tentunya, mereka sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien
mengunjungi dokter untuk sebab lainnya.

Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening
pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan
darah, atau suatu sinar-X, dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal,
kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin.
Gejala yang paling sering adalah pembesaran kelenjar getah bening yang kelihatan
sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien
juga mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma
non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak
diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.

5
5. Manifestasi Klinis

Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :

a. Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit.


b. Demam.
c. Keringat malam.
d. Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.
e. Gangguan pencernaan dan nyeri perut.
f. Hilangnya nafsu makan.
g. Nyeri tulang.
h. Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.

Gejala Penyebab Kemungkinan


timbulnya gejala
Gangguan Pembesaran 20-30%
pernafasan kelenjar getah
Pembengkakan bening di dada
wajah
Hilang nafsu Pembesaran 30-40%
makan kelenjar getah
Sembelit berat bening di perut
Nyeri perut atau
perut kembung
Pembengkakan Penyumbatan 10%
tungkai pembuluh getah
bening di
selangkangan atau

6
perut
Penurunan berat Penyebaran 10%>
badan limfoma ke usus
Diare halus
Malabsorbsi
Pengumpulan Penyumbatan 20-30%
cairan di sekitar pembuluh getah
paru-paru bening di dalam
(efusi pleura) dada
Daerah kehitaman Penyebaran 10-20%
dan menebal di limfoma ke kulit
kulit yang terasa
gatal
Penurunan berat Penyebaran 50-60%
badan limfoma ke seluruh
Demam tubuh
Keringat di malam
hari
Anemia Perdarahan ke 30%, pada
(berkurangnya dalam saluran akhirnya bisa
jumlah sel darah pencernaan mencapai 100%
merah) Penghancuran sel
darah merah oleh
limpa yang
membesar & terlalu
aktif
Penghancuran sel
darah merah oleh

7
antibodi abnormal
(anemia hemolitik)
Penghancuran
sumsum tulang
karena penyebaran
limfoma
Ketidakmampuan
sumsum tulang
untuk menghasilkan
sejumlah sel darah
merah karena obat
atau terapi
penyinaran
Mudah terinfeksi Penyebaran ke 20-30%
oleh bakteri sumsum tulang dan
kelenjar getah
bening,
menyebabkan
berkurangnya
pembentukan
antibody

6. Penyebaran Penyakit

Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II


sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III
dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.

8
a. Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu
kelenjar getah bening.
b. Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok
kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada
seluruh dada atau perut.
c. Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok
kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.
d. Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening
setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru,
atau otak.

Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam manajemen


LNH yang bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih pengobatan yang
relevan serta memudahkan evaluasi hasil terapi. Klasifikasi yang populer digunakan
adalah klasifikasi menurut Arnn Arborr (2009) sebagai berikut:

Stadium Interpretasi
Stadium I Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu
atau ekstra limfatik
Stadium II Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di
atas diafragma dengan atau tanpa ekstra limfatik
Stadium III Terserang kelenjar limfe diatas dan di bawah
diafragma atau disertai limfoma ekstra limfatik,
Stadium IV limpa atau keduanya.
Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik
dengan atau tanpa melibatkan kelenjar limfe.

9
6. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui subtype
LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang dicurigai.
b. Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar
getah bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa tumor abdomen,
dan metastase kebagian intraabdominal.
c. Pencitraan toraks (PA dan lateral) untuk mengetahui pembesaran kelenjar
media stinum, bila perlu CT scan toraks.
d. Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat
dilanjutkan dengan tindakan gastroskopi
e. Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk melihat
keterlibatan tulang.

7. Penatalaksanaan

Terapi ditentukan berdasarkan tipe dan stadium penyakit, usia, dan status
kesehatan secara umum. Pilihan terapinya yaitu.

a. Kemoterapi terutama diberikan untuk limfoma jenis derajat keganasan


sedang-tinggi dan pada stadium lanjut.
b. Radiasi. Radiasi dosis tingi bertujuan untuk membunuh sel kanker dan
mengecilkan ukuran tumor. Terapi radiasi umumnya diberikan untuk limfoma
derajat rendah dengan stadium awal. Namun kadang-kadang dikombinasikan
dengan kemoterapi pada limfoma dengan derajat keganasan sedang atau untuk
terapi tempat tertentu, seperti di otak
c. Transplantasi sel induk. Terutama jika akan diberikan kemoterapi dosis
tinggi, yaitu pada kasus kambuh. Terapi ini umumnya digunakan untuk
limfoma derajat sedang-tinggi yang kambuh setelah terapi awal pernah
berhasil

10
d. Observasi. Jika limfoma bersifat lambat dalam pertumbuhan, maka dokter
mungkin akan memutuskan untuk observasi saja. Limfoma yang tumbuh
lambat dengan gejala yang ringan mungkin tidak memerlukan terapi selama
satu tahun atau lebih.
e. Radioimunoterapi. Merupakan terapi terkini untuk limfoma non-Hodgkin.
Obat yang telah mendapat pengakuan dari FDA untuk radioimunoterapi
adalah ibritumomab dan tositumomab. Terapi ini menggunakan antibody
monoclonal bersamaan dengan isotop radioaktif. Antibodi tersebut akan
menempel pada sel kanker dan radiasi akan mengahancurkan sel kanker.

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
1. Gejala
a. Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum
b. Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan
c. Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
2. Tanda
a. Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda yang lain yang
menunjukkan kelelahan
b. Sirkulasi
1. Gejala: Palpitasi, angina/ nyeri dada
2. Tanda:
a. Takikardia, disritmia
b. Sianosis wajah dan leher
c. Iterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan
obstruksi duktus empedu oleh pembesaran nodus limfe
d. Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
e. Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan
f. Edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obstruksi vena kava
inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdomial (non-hodgkin).
g. Integritas ego
1. Gejala:
a. Faktor stress, misalnya: sekolah, pekerjaan, keluarga.
b. Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati
c. Ansietas/takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan
(kemoterapi dan terapi radiasi)

12
d. Masalah finansial: biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan
pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja
e. Status hubungan: takut dan ansietas sehubungan dengan menjadi orang yang
tergantung pada keluarga.
2. Tanda: Berbagai perilaku, misalnya: marah, menarik diri, pasif
a. Eleminasi
1. Gejala:
a. Perubahan karakteristik urine dan/atau feses
b. Riwayat obtruksi usus, contoh intususpensi atau sindrom malabsorpsi
(infiltrasi dan nodus limfa retroperitoneal)
2. Tanda:
a. Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi
(hepatomegali)
b. Nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
c. Penurunan keluaran urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral/gagal
ginjal)
d. Disfungsi usus dan kandung kemih
e. Makanan/cairan
1. Gejala:
a. Anoreksia/kehilangan nafsu makan
b. Disfagia (tekanan pada esofagus)
c. Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10%
atau lebih dari berat badan 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
2. Tanda:
a. Membran mukosa dan konjungtiva pucat
b. Kelemahan otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan

13
2. Diagnosa Keperawatan

Intervensi Implementasi Evaluasi


Ketidak efektifan bersihan 1. Memantau pernapasan. Pada Pernapasan dalam
jalan napas awalnya, hiperventilasi dapat batas normal
1. Manajemen Jalan terjadi, tetapi upaya ventilasi pada
Napas: memfasilitasi akhirnya dapat terganggu akibat
kepatenan jalan udara kejang.
2. Pengisapan Jalan Napas : 2. Mempertahankan tirah baring
mengeluarkan sekret dari untuk mengurangi kebutuhan
jalan napas dengan metabolik dan konsumsi O2.
memasukkan sebuah 3. Mengevaluasi
kateter pengisap ke dalam frekuensi/kedalaman pernapasan
jalan napas oral dan/trakea dan suara napas.
3. Pemantauan pernapasan:
mengumpulkan dan
menganalisis data
pasienuntuk memastikan
kepatenan jalan napas dan
pertukaran gas yang
adekuat
1. Memberi analgesik untuk Nyeri berkurang atau
Nyeri akut menghilangkan nyeri hilang.
1. pemberian anlgesik: 2. Mengurangi nyeri sampai ke
Menggunakan agens-agens tingkat kenyamanan yang dapat
farmakologi untuk diterima oleh pasien
mengurangi dan
menghilangkan nyeri
2. manajemen medikasi:
memfasilitasi penggunaan
obat resep atau obat bebas
secara aman dan efektif.
3. Manajemen nyeri:
meringankan atau
mengurangi nyeri sampai
pada tingkat kenyamanan yg
dapat di terima oleh pasien

14
DAFTAR PUSAKA

Setiawan, Lyana. 2002. Kapita Selekta Hematologi. EGC. Jakarta

Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:

Departemen Ilmu Penyakit dalam FKUI.

Long, Barbara C. 2009 .Perawatan Medikal Bedah Suatu pendekatan


Proses keperawatan. Bandung: IAPK

15

Anda mungkin juga menyukai