Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis Dapat menyusun
karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya ilmiah ini membahas tentang
“ASMA)”.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Lhokseumawe, 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 3
A. Pengertian ...................................................................................... 3
B. Etiologi dan Jenis-Jenis Asma ....................................................... 3
C. Klasifikasi Keparahan Asma ........................................................ 4
D. Manifestasi Klinis dan komplikasi ................................................ 5
E. Pemeriksaan Diagnostic................................................................. 5
F. Penatalaksanaan ............................................................................. 6
G. Pencegahan .................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................... 10
A. Kesimpulan ..................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan
perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat
yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di
masyarakat adalah penyakit asma.. Apalagi bila karena pekerjaan dan
lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan
faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik
pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi
pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi
problem tersendiri. Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah
penting. Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam
menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya
yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi
penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada
waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya
serangan asma.
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan
penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di
Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus
asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun,
baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit
ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup,
produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya
kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid
dkk,2007)
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga

1
(SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab
kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada
SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke-
4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh
Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi
paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan
kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC),
didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 %
yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Asma ?
2. Apa saja Etiologi dan Jenis-Jenis Asma ?
3. Bagaimana Klasifikasi Keparahan Asma ?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Asma ?
5. Apa saja Komplikasi Asma ?
6. Bagaiamana Pemeriksaan Diagnostik Asma ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Asma ?
8. Bagaimana Pencegahan Asma?

D. Tujuan
Untuk mengetahui tentang:
1. Bagaimana Pengertian Asma
2. Apa saja Etiologi dan Jenis-Jenis Asma
3. Bagaimana Klasifikasi Keparahan Asma
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Asma
5. Apa saja Komplikasi Asma
6. Bagaiamana Pemeriksaan Diagnostik Asma
7. Bagaimana Penatalaksanaan Asma
8. Bagaimana Pencegahan Asma

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada jalan napas yang ditandai
dengan episode mengi, sesak napas, kekakuan dada, dan batuk berulang (Priscilla,
2015). Asma dalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai inflamasi saluran
napas dan spasme akut otot polos bronkiolus (elizabeth, 2007). Asma adalah
penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible di mana trakea dan bronki
berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (smelzer, 2001).
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak merespon
terapi konvensional (arif muttaqin, 2008). Status asmatikus adalah keadaan
spasme bronkiolus berkepanjangan yang mengancam jiwa yang tidak dapat
dipulihkan dengan pengobatan dapat terjadi pada beberapa individu (Elizabeth,
2007).

2.2 Etiologi dan Jenis-Jenis Asma


Asma alergik, disebabkan oleh allergen atau allergen-alergen yang dikenal
(mis, serbuk sari, binatang, amarah, makanan, dan jamur).Kebanyakan allergen
terdapat di uadara dan musiman.Pasien dengan asma alergik hanya mempunyai
riwayat keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu eczema atau thinitis
alergik (smelzer, 2001).
Asama idiopatik atau nonalergik, tidak berhubungan dengan alergik
spesifik.Factor-faktor, seperti common cold, infeksi trakus respiratorius, latihan,
emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan (smelzer, 2001).
Beberapa agens farmakologi, seperti aspirin dan agens antiinflamasi nonsteroid
lain, pewarna rambut, antagonis beta-adrenergik, agens sulfit (pengawet
makanan), juga mungkin menjadi factor, serangan asma idiopatik menjadi lebih
berat dan sering dengan berjalanya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronchitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asama
gabungan (smelzer, 2001).

3
Asma gabungan, adalh bentuk asma yang paling umum.Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau
nonalergik.

2.3 Klasifikasi Keparahan Asma


Klasifikasi Frekuensi gejala Geja dimalam
hari
Intermiten  Tidak lebih dari dua kali sehari. Tidak lebih dari dua
ringan  Serangan singkat (beberapa jam kali sebulan.
hingga hari) dengan intensitas
beragam.
 Asimtomatis dan kecepatan
aliran ekspirasi puncak (peak
expiratory flow, PEF) normal
antara serangan.

Persisten  Lebih dari dua kali seminggu, Tidak lebih dari dua
ringan tetapi kurang dari satu kali kali sebulan.
sehari.
 Eksaserbasi dapat memengaruhi
aktivitas.

Persisten  Gejala harian Tidak lebih dari satu


sedang  Penggunaan brokondilator kerja kali seminggu.
singkat setiap hari.
 Eksaserbasi memengaruhi
aktivitas.
 Eksaserbasi lebih dari dua kali
seminggu; dapat bertahan
selama beberapa hari.
Persisten hebat  Gejala berlanjut Sering
 Aktivitas fisik terbatas
 Eksaserbasi sering
(Priscilla, 2015).

4
2.4 Manifestasi Klinis Dan Komplikasi
Serangan asma ditandai dengan sensasi subjektif kekakuan dada, batuk,
dispnea, dan menggi (Priscilla, 2015).Awitan gejala dapat tiba-tiba atau
tersembunyi dan serangan dapat reda secara cepat atau persisten selama beberapa
jam atau hari. Rasa kontriksi dada dan butuk tidak produktif umuunya manifestasi
awal serangan.Selam serangan, takikardi, takipnea, dan ekspirasi yang lama
umum terjadi (Priscilla, 2015).Mengi difus didengar pada auskultasi, dengan
serangan yang lebih hebat, penggunaan otot aksesoris pernapasan, retraksi
interkostal, mengi yang kencang dan suara napas yang jauh dapat ditemukan
(Priscilla, 2015).Keletihan, ansietas, ketakutan dan dispnea berat yang mengikuti
bicara haya satu atau dua kata antara napas, dapat terjadi dengan episode berat
persisten. Awitan gagal napas ditandai dengan suara napas tidak terdengar dengan
mengi yang berkurang dan batuk tidak efektif (Priscilla, 2015).
Status asmatikus merupakan asma yang lama dan hebat yang tidak berespon
terhadap terapi rutin.Tanpa terapi agresif, status asmatikus dapat menyebabkan
gagal napas dengan hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis.Intubasi endotrakea,
ventilasi mekanis dan terapi obat agresif dapat diperlukan untuk mempertahankan
jiwa (Priscilla, 2015).
Selain gagal napas akut, komplikasi lain terkait status asma, antara lain
dehidrasi, infeksi pernapasan atelektasis, pneumotoraks dan kor pulmonale
(Priscilla, 2015).

2.5 Pemeriksaan Diagnostic


Pemeriksaan diagnostic digunakan untuk menentukan derajat keterlibatan
jalan napas selama dan antara episode akut dan mengidentifikasi factor penyebab
seperti alerggen.
1. Pemeriksaan fungsi paru (pulmonary function test, PFT)
Digunakan untuk mengevaluasi derajat obstruksi jalan napas.Pemeriksaan
fungsi paru dilakukan sebelm dan setelah penggunanan bronkodilator aerosol
membantu menentukan reversibilitas obstrusi jalan napas.Reversibilitas jalan
napas merupakan tanda penting yang terlihat pada pemeriksaan fungsi pari pada

5
asma.Volume residu (residual volume, RV) paru dapat menigkatkan dan kapasitas
vital menurun atau normal meskipun selama periode remiai. Volume ekspirasi
paksa (forced expiratory volume, FEV1 ) dan kecepatan aliran ekspirasi puncak
(peak expiratory flow rate PEFR), umunya dikenal sebagai “aliran puncak”,
adalah pemeriksaan fungsi paru yang paling bernilai untuk mengevaluasi
keparahan serangan asma dan efektivitas tindakan terapi (Priscilla, 2015).
2. ABG dilakukan selama serangan akut untuk mengevaluasi oksigenasi,
eliminasi karbon dioksida, dan astatus asma basa. ABG awalnya menunjukkan
hipoksemia dengan PO2 rendah dan alkalosis respiratorik ringan dengan
penigkatan PH dan PCO2 rendah akibat takipnea. Obstruksi jalan napas hebat
menyebabkan hipoksemia signifikan dan asidosis respiratorik )PH kurang dari
7,35 bdan PCO2 lebih besar dari 45 mmHg), mengidentifikasi gagal napas dan
kebutuhan untuk ventilasi mekanis (Priscilla, 2015).
3. Pemeriksaan kulit dapat dilakukan untuk mengidentifikasi allergen
spesifik jika pemicu alergik dicurigai untuk serangan asma (Priscilla, 2015).

2.6 Penatalaksanaan
1. Oksigen 4-6 liter/ menit.
2. Pemenuhan hidrasi via infuse
3. Terbutaline 0,25 mg/6 jam secara subkutan (SC).
4. Bronkodilatasi/ antibronkhospasme dengan cara:
a. Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg (bricasma),
fenoterol HBr 0,1% solution (berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg
(allupent).
b. Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (aminifilin)
bolus IV 5-6 mg /kgbb.
c. Per oral dengan aminifilin 3x 150 mg tablet. Agonis B2 (salbutamol 5 m
atau feneterol 2,5 mg atau terbulatine 10 mg).
5. Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan golongan kortikosteroid
a. Dexamethasone 4 mg IV setipa 8 jam.
6. Mukolitik dan ekspektoran.

6
a. bronhexime HCL 8 mg per oral 3x1.
b. Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan bronhexime HCL 8 mg
dicampur dengan aquades steril.

Bronkodilator
Obat-obatan bronodilator tidak digunakan secara oral, tetapi dipakai secara
inhalasi atau parenteral jika sebelumnya telah digunakan obat golongan
simpatomimetik.Sebaiknya diberikan aminofilin secara parenteral sebab
mekanismenyaberlainan.Demikian pula sebaliknya, bila sebelumnya telah
digunakan obat golongan teofilin oral, sebaiknya diberikan obat golongan
simpatomimetk secara aerosol atau parenteral (arif muttaqin, 2008).
Obata-obatan bronkodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif
terhadap adrenoreseptor (orsiprendilin, salbutamol, terbutalin, ispenturine,
fenoterol0 mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja yang lebih lama dan efek
samping yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk nonseletif (adrenalin,
efedrin, isoprendilin) (arif muttaqin, 2008).
1. Obat-obata bronkodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dengan efek
samping sistemik lebih kecil. Obat ini baik digunkan untuk sesak napas berat
pada anak-anak dan dewasa. Mula-mula diberikan 2 sedotan dari suatu
metered aerosol defire (allupen metered aerosol). Jika mwnunjuukan
perbaikan dapat diulangi tiap 4 jam dan tidak ada perbaikan samapai 10-15
menit, dan diberikan aminofilin secara intravena (IV) (arif muttaqin, 2008).
2. Obat-Obat bronkodilator simpatomimetik memberi efek samping takikardi,
penggunaan parenteral pada orang tua harus berhati-hati karena dapat berefek
pada penyakit hipertensi kardiovaskuler dan serebrovaskular. pada dewasa
dicoba dengan 0,3 ml larutan epineprin 1: 1000 secara subkutan (SC). anak-
anak 0,01 mg/ kg bb SC )1 mg per mil) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2-3
x bergantung pada kebutuhan (arif muttaqin, 2008).
3. Pemberian aminofilin secara IV dosis awal 5-6 mg/kgBB dewasa/ anak-anak,
disuntikkan perlahan-lahan dalam 5-10 menit. Untuk dosis penunjang
0,9mg/kg BB/jam melalui infuse. Efek samping yang dapat timbul, yaitu

7
tekanan darah menurun bila tidak diberikan secara perlahan-lahan (arif
muttaqin, 2008).

Kortikosteroid
Jika pemberian obat-oabat bronkodilator tidak menunjukkan perbaikan,
dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid 200mg hidrokortison atau dengan
dosis 3-4 mg/kgBB secara IV, sebagai dosis permulaan dapat diulang 2-4 jam
secara parenteral samapai serangan akut terkontrol dengan diikuti pemberian 30-
60 mg prednisone atau dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari secara oral dalam dosis
terbagai, kemudian dosis dikurangi secara bertahap (arif muttaqin, 2008).

Metode langkah untuk manajemen asma bagi orang dewasa

Langkah/ Terapi yang dipilih Terapi alternatif atau


keparahan sesui kebutuhan
penyakit
Langkah 1 Tidak ada kebutuhan Kortikosteroid sistemik
Intermiten ringan medikasi untuk ekserbasi berat
Langkah 2 Kortikosteroid inhilasi Kromolin, leukotrin
Persisten ringan rendah modifiler, nedokromil,
atau teofilin lepas lama
Langkah 3 Kortikosteroid inhalasi dosis Penigkatan dosis
Persisten sedang ringan hingga sedang dan kortikosteroid inhalasi
agonis beta 2 nhalasi kerja atau kombinasi
lama kortikostteroid inhalasi
dengan leukotrien
modifier atau teofilin
Langkah 4 Kortikosteroid inhalasi dosis Tambahkan
Persisten berat tinggi dan agonis beta-2 kortikosteroid sistemik
inhalasi kerja panjang
(Priscilla, 2015).

2.7 Pencegahan
Serangan asma sering kali dapat dicegah dengan menghindari allergen dan
pemicu lingkungan.Memodifikasi lingkungan rumah dengan membersihkan debu,

8
memindahkan karpet, menutup matras dan bantal untuk mengurangai polusi tugau
debu, dan menginstal system penyaring udara dapat berguna.Binatang peliharaan
perlu dipindahkan dari rumah. Menghilangkan semua asap rokok di rumah sangat
diperlukan. Menggenakan maskeryang menahan humiditas dan udara hangat
ketika latihan fisik diudara dingin dapat membantu mencegah serangan asma yang
diinduksi latihan.Terapi awal infeksi pernapasan diperlukan untuk mencegah
perburukan asma (Priscilla, 2015).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada jalan napas yang ditandai
dengan episode mengi, sesak napas, kekakuan dada, dan batuk berulang (Priscilla,
2015). Etiologi dan Jenis-Jenis Asma, Asma alergik, disebabkan oleh allergen
atau allergen-alergen yang dikenal (mis, serbuk sari, binatang, amarah, makanan,
dan jamur). Pasien dengan asma alergik hanya mempunyai riwayat keluarga yang
alergik dan riwayat medis masa lalu eczema atau thinitis alergik (smelzer,
2001).Asama idiopatik atau nonalergik, tidak berhubungan dengan alergik
spesifik.Factor-faktor, seperti common cold, infeksi trakus respiratorius, latihan,
emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan (smelzer, 2001).
Asma gabungan, adalh bentuk asma yang paling umum.Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau nonalergik.

B. Saran
1. Untuk para penderita
Jangan menganggap remeh penyakit yang Anda derita. Namun, seringlah
berkonsul dengan dokter yang menangani Anda. Akan tetapi, jangan pula
Anda terlalu memikirkan tentang penyakit anda, karena itu akan bisa
memicu asma Anda kambuh.
2. Untuk para keluarga penderita
Perhatikanlah keluarga Anda yang menderita penyakt asma. Karena asma
adalah penykit yang serius. Namun, perhatian dan pengamanan Anda
jangan terlalu berlebihan karena bisa saja si penderita merasa tertekan dan
stres yang bisa mengakibatkan asmanya kambuh.
3. Untuk para dokter atau ahli medis
Rawatlah pasien anda dengan baik. Jangan pernah meremehkan tingkat
keparahan penyakit asma yang diderita oleh pasien Anda.

10
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Judith M dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa


Keperawatan Edisi 9.Jakarta: EGC.

Moorhead sue dkk. 2016. Terjemahan Nursing Outcomes Classification (NOC)


edisi ke 5. Elseveir Inc.

Bulechek, Gloria. 2016. Terjemahan Nursing Classification (NIC) edisi ke 6.


Elseveir Inc.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.Jakarta :EGC.

Arif, Muttaqin. 2008. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system


pernapasan. Jakarta: salemba medika.

Corwin j, Elizabeth. 2007. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Mone le, Priscilla. 2015. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai