Anda di halaman 1dari 5

Resume Praktikum 1

Nama : Nurul Aida Fitria


NIM : 1906397241
Kelas : PB-37

Bantuan Hidup Dasar dan Pelatihan Defibrilasi Eksternal Otomatis

A. Latar Belakang
 Sekitar 700.000 serangan jantung per tahun di Eropa
 Bertahan hidup saat dibawa ke rumah sakit sekitar 5-10%
 Pengamat intervensi vital CPR sebelum layanan darurat datang
 Resusitasi dini dan defibrilasi cepat (dalam 1-2 menit) dapat menghasilkan
>60% kelangsungan hidup
B. Pengertian
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah dasar untuk menyelamatkan
nyawa ketika terjadi henti jantung. Aspek dasar dari BHD meliputi pengenalan
langsung terhadap henti jantung mendadak dan aktivasi system tanggap darurat,
cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau atau resusitasi jantung paru (RJP) dini,
dan defibrilasi cepat dengan defibrillator eksternal otomatis atau AED (Automatic
External Defibrillator).
Defibrilation atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan
istilah defibrilasi adalah suatu terapi dengan memberikan energi listrik. HAED
(Automatic External Defibrillator) adalah alat medis yang berfungsi menganalisis
irama jantung secara otomatis dan memberikan kejutan listrik untuk
mengembalikan irama jantung jika dibutuhkan. Alat ini berfungsi untuk menolong
orang yang mengalami henti jantung.
Tujuan utama dari BHD adalah suatu tindakan oksigenasi darurat
untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-oksigenasi ke
jaringan tubuh. Selain itu, ini merupakan usaha pemberian bantuan sirkulasi
sistemik, beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai
didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan atau telah tiba bantuan dengan
peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung
lanjutan.
C. Rantai Survaival (Travers, et al, 2010)
i. Mengenal korban yang mengalami henti jantung dan segera menghubungi
ambulans (early access) untuk mencegah gagal jantung
ii. Melakukan CPR (early CPR) untuk mengulur waktu
iii. Memberikan defibrilasi secepat mungkin (early defibrillation) untuk
mengaktifkan kembali jantung
iv. Memberikan bantuan hidup lanjut yang efektif dan memberikan perawatan
pasca henti jantung yang terintegrasi (early advance care) untuk untuk
memulihkan kualitas hidup
D. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar
i. Amankan keadaan dan dekati korban
Pastikan kondisi lingkungan tempat pertolongan aman untuk korban
dan penolong, misalnya lalu lintas kendaraan, jalur listrik, asap, cuaca ekstrim,
atau emosi dari orang di sekitar lokasi kejadian. Lalu perkenalkan diri dan
menggunakan alat perlindungan diri (APD) yang sesuai.
ii. Periksa respon
Pada saat korban tidak sadar pastikan dengan cara memanggil,
menepuk punggung, menggoyangkan bahu dengan lembut. Tanyakan
“Apakah Anda baik-baik saja?”, tinggalkan jika korban merespon. Jika tidak
merespon, cari tahu apa yang salah dan lakukan penilaian ulang secara teratur.
iii. Panggil bantuan
Minta pertolongan segera dengan cara berteriak dan minta bawakan
serta aktifkan AED (Automatic External Defibrillator).
iv. Buka jalan pernapasan korban
Membuka jalan napas korban dengan metode head-tilt dan chin-lift
dengan meletakkan telapak tangan pada dahi korban dan menengadahkan
kepala korban. Gunakan tangan yang lain untuk menarik dagu korban
sehingga jalan napas dapat terbuka.
v. Cek pernapasan
Lihat, dengar, dan rasakan apakah pernapasan korban normal. Jangan
keliru antara pernapasan agonal dengan pernapasan normal. Pernapasan
angonal terjadi segera setelah jantung berhenti hingga 40% serangan jantung,
digambarkan sebagai hampir tidak bernapas, berat, berisik atau terengah-
engah, dan kenali sebagai tanda serangan jantung.
Bila korban tidak responsive dan tampak tidak bernapas atau napas
tidak normal berarti terjadi henti jantung.
vi. Lakukan panggilan ambulans darurat 119
Menghubungi layanan ambulans darurat atau meminta pertolongan
orang terdekat di sekitar tempat kejadian untuk menelpon ambulans/IGD.
vii. Lakukan kompresi dada
 Letakkan salah satu telapak tangan bagian tengah dada
 Letakkan tangan lainnya di atas dan jari saling mengunci
 Kompres dada
-
Beri nilai 100 menit-1
-
Kedalaman penekanan orang dewasa 5-6 cm dan untuk anak-
anak/bayi 1/3 diameter dada di bagian tengah dada
-
Kompresi yang sama dengan relaksasi
-
Tekan yang cepat minimal 100x per menit sampai dengan 120x
per menit
-
Selesai menekan biarkan dada mengembang sempurna
-
Jika memungkinkan, ubah operator CPR setiap 2 menit
viii. Lakukan napas buatan
 Jepit hidung korban
 Tempatkan bibir di atas mulut atau dianjurkan menggunakan barrier
device untuk pelindung bagi penolong dari trasnmisi penyakit
 Ambil napas dengan normal
 Tiup sampai dada naik atau mengembang sekitar 1 detik
 Biarkan dada mengempis seperti semula
 Kompres dada 30 kali dilanjutkan napas buatan 2 kali (Rasio 30:2)
 Lakukan pengulangan hingga 2 menit atau sekitar 5 siklus
ix. AED (Automatic External Defibrillator) Datang
 Nyalakan AED (Automatic External Defibrillator). Beberapa AED
(Automatic External Defibrillator) dapat menyala secara otomatis pada
saat tutupnya dibuka.
 Tempel indikator AED (Automatic External Defibrillator) di dada
korban dan biarkan AED (Automatic External Defibrillator)
menganalisis ritme jantung korban
 Ikuti instruksi AED (Automatic External Defibrillator)
 Jangan sentuh korban
 Jika disarankan untuk melakukan “shock” atau “kejutan” maka tekan
tombol “shock” lalu biarkan AED (Automatic External Defibrillator)
memberikan “kejutan” ke korban. Jika tidak disarankan melakukan
“shock” atau “kejutan” maka tekan tombol “shock” maka kompres
dada 30 kali dilanjutkan napas buatan 2 kali (Rasio 30:2)
 Ikuti instruksi AED (Automatic External Defibrillator), biasanya AED
(Automatic External Defibrillator) meminta untuk melakukan
kompresi dada dan pemberian napas buatan pada korban
 Kompres dada 30 kali dilanjutkan napas buatan 2 kali (Rasio 30:2)
 Lakukan pengulangan hingga 2 menit atau sekitar 5 siklus
 Lakukan evaluasi terhadap korban, periksa tanda respon korban
dengan memanggil korban. Tanda respon biasanya terdiri dari gerakan,
napas, atau batuk. Jika napas masih tidak ada atau napas tidak normal,
berikan bantuan napas 1x setiap 5-6 detik
 Jika korban mulai bernafas secara normal maka posisikan korban
dalam posisi pemulihan
 Untuk usia >8 tahun gunakan AED (Automatic External Defibrillator)
dewasa, usia 1-8 tahun gunakan pembalut anak atau jika pengaturan
tersedia gunakan mode anak jika tidak ada gunakan mode dewasa, dan
untuk usia <1 tahun gunakan AED (Automatic External Defibrillator)
yang aman untuk bayi.
E. Penghentian Bantuan Hidup Dasar
 Jika ada tim penolong yang lebih ahli dating
 Semua penolong kelelahan
 Tampak tanda-tanda kematian seperti lebam mayat, kaku mayat,
pembusukan, dan dekapitasi
 Telah dilakukan pertolongan selama 30 menit namun tidak ada tanda
respon (relatif)
Daftar Pustaka

 2011. International First Aid and Resuscitation Guidelines. [online]


International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies. Available
at: <https://www.ifrc.org/PageFiles/53459/IFRC%20-International%20first
%20aid%20and%20resuscitation%20guideline%202011.pdf> [Accessed 17
March 2021].
 2016. Buku Panduan Instruktur Skills Learning Sistem Emergensi dan
Traumatologi Bantuan Hidup Dasar. [ebook] Makasar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanudin. Available at: <https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-
content/uploads/2016/09/Manual-Bantuan-hidup-dasar.pdf> [Accessed 17
March 2021].
 Christina Gosal, A. and Ketut Wibawa Nada,SpAn.KAKV, d., 2017. Bantuan
Hidup Dasar. [ebook] Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Available at:
<https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/120389a22a109a7d2
8defbc17c7d9fd7.pdf> [Accessed 17 March 2021].
 Dwi Purnomo, H., Adi Permana, S. and Adi Nugroho, N., 2019. Buku
Pedoman Keterampilan Klinis: Bantuan Hidup Dasar. [ebook] Surakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Available at:
<https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-6-Bantuan-
Hidup-dasar-2019.pdf> [Accessed 17 March 2021].
 Video Bantuan Hidup Dasar untuk Dewasa. 2021. [video] Directed by d.
Firdaus, SPAn, P. Lestari, MSi, PhD and H. Jamal. Depok: Rumpun Ilmu
Kesehatan Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai