Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurul Aida Fitria

NIM : 1906397241
Resume Kuliah Umum 2
Kelas : PB-37

Konsep Manajemen Bencana & Triase Bencana (Refleksi Pandemi Covid-19)

 Definisi Bencana, Pandemi, Epidemi, dan Krisis Kesehatan


 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan mata pencaharian masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan / atau non alam, atau faktor manusia
yang mengakibatkan kematian manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
 Pandemi adalah penyebaran penyakit baru ke seluruh dunia.
 Menurut WHO, epidemi adalah penyakit yang menyerang banyak orang yang
terjadi di tingkat wilayah atau komunitas pada waktu yang sama dan menyebar
dari orang ke orang di tempat yang tidak mewabah secara permanen.
 Krisis kesehatan adalah peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
cedera atau sakit, evakuasi, dan / atau potensi bahaya yang berdampak pada
kesehatan masyarakat yang memerlukan respon cepat di luar kebiasaan normal
dan kapasitas kesehatan yang tidak memadai. Berbeda dengan bencana pada
umumnya, krisis kesehatan lebih menitikberatkan pada penanggulangan bencana
dari segi kesehatan.
 Klasifikasi Bencana
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, bencana dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu:
 Bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh kejadian alam seperti
gunung meletus, angin topan, tanah longsor, gempa bumi.
 Bencana non alam adalah bencana yang disebabkan oleh kejadian non alam
seperti kegagalan modernisasi, epidemi, wabah penyakit, atau kegagalan
teknologi.
 Bencana sosial, yaitu bencana yang disebabkan oleh manusia seperti konflik
sosial antar kelompok dan terror.
Berdasarkan penyebab bencana dibedakan menjadi:
 Bencana karena faktor alam (bencana alam)
 Bencana karena faktor manusia (bencana buatan manusia). Bencana akibat faktor
manusia dapat dikelompokkan menjadi:
 Bencana karena kegagalan pembangunan fisik dan teknis.
 Bencana akibat gagalnya pembangunan tatanan sosial masyarakat atau
biasa disebut bencana sosial.
 Bencana karena kombinasi faktor alam dan manusia
 Skala Bencana
 Bencana lokal adalah jika dampak bencana masih bisa diatasi dengan sumber
daya tingkat provinsi.
 Bencana nasional merupakan dampak bencana belum dapat diatasi oleh sumber
daya daerah di tingkat provinsi.
 Bencana internasional atau global adalah jika dampak suatu bencana
melibatkan lebih dari satu negara atau tidak dapat ditangani oleh sumber daya
negara tersebut dan memerlukan bantuan negara lain untuk mengatasi krisis
kesehatan dan kemanusiaan yang muncul.
 Siklus atau Fase Manajemen Bencana
Penanggulangan bencana adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan berdasarkan
waktu dan jenis kegiatan untuk menghadapi bencana yang membentuk siklus manajemen
bencana.
 Mitigasi adalah upaya untuk mengurangi dampak bencana atau menghilangkan
kerentanan masyarakat terhadap bencana. Mitigasi biasanya dilakukan sebelum
terjadinya bencana. Mitigasi memiliki 5 tujuan utama, yaitu:
 Mengurangi risiko kemungkinan bencana,
 Mengurangi konsekuensi yang dapat ditimbulkan oleh bencana,
 Menghindari risiko bencana,
 Menerima kemungkinan dampak akibat bencana dengan pertimbangan
yang cermat, dan
 Mengalihkan dampak bencana.
Contoh upaya mitigasi adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana di
fasilitas kesehatan, melakukan penutupan suatu kawasan secara menyeluruh untuk
menghindari penyebaran penyakit dan penerapan sistem jaminan kesehatan bagi
korban bencana sebagai upaya untuk mengalihkan dampak bencana.
 Kesiapsiagaan merupakan derajat kewaspadaan dan kesiapan suatu masyarakat
dalam menghadapi bencana. Tahap kesiapsiagaan merupakan tahap
penanggulangan bencana yang dilakukan di daerah rawan bencana atau yang sulit
terhindar dari bencana. Fase ini dapat diterapkan beberapa hari atau beberapa saat
sebelum bencana terjadi setelah peringatan dibuat. Tahap kesiapsiagaan
membutuhkan perencanaan dan kegiatan yang sebenarnya merupakan upaya
mitigasi bencana. Kegiatan tersebut berupa latihan penanggulangan bencana
kepada masyarakat, jalur evakuasi, pemasangan dan penggunaan sinyal bahaya
bencana. Contoh upaya kesiapsiagaan adalah praktik keselamatan saat gempa dan
evakuasi setelah gempa terjadi.
 Fase respon atau fase tanggap bencana merupakan yang tersulit karena terjadi
pada kondisi stres dan keterbatasan, baik sumber daya, akses, informasi, maupun
waktu. Menurut definisi, tahap tanggap darurat adalah semua upaya yang
dilakukan sesaat sebelum, saat, atau setelah bencana yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, dan mengurangi dampak kerugian. Penanggulangan
bencana pada fase tanggap harus dilakukan dalam 72 jam pertama dan dapat
berlangsung dalam kurun waktu beberapa jam, setiap hari hingga 1 hingga 2
minggu, tergantung dari jenis dan skala bencana. Faktor-faktor yang
mempengaruhi durasi fase respon meliputi;
 Jumlah korban yang perlu ditolong,
 Tingkat kesulitan evakuasi,
 Sistem manajemen bencana dilakukan,
 Sumber daya yang terbatas.
Upaya dimulai dengan melakukan penilaian awal (Rapid Health
Assessment), pencarian dan penyelamatan atau evakuasi (SAR), triase bencana
atau case finding yang dilakukan pada awal 24-48 jam pasca bencana, dukungan
manajemen (keuangan yang cair, ambulans, logistic, sumber listrik dan air), serta
bantuan medis. Kegiatan penting lainnya adalah penanganan identifikasi korban
bencana/ disaster victim identification (DVI) dan pemulangan jenazah.
 Fase pemulihan terdiri dari pemulihan kesehatan dan pemulihan infrastruktur.
Fase pemulihan kesehatan meliputi:
 Program rehabilitasi kesehatan, pemulihan korban bencana yang telah
ditangani kepada kegiatan dan pekerjaan semula.
 Rehabilitasi kesehatan jiwa bagi korban bencana yang mengalami trauma
psikologis yang perlu ditangani.
Kegiatan pemulihan infrastruktur meliputi
 Pembangunan rumah sementara atau permanen.
 Pemulihan sumber listrik dan sumber air bersih.
 Pembangunan jalan dan gedung fasilitas pemerintah yang rusak.
 Dampak Bencana
 Kematian (mortalitas)
 Cedera atau kesakitan (morbiditas)
 Kecacatan
 Penghancuran struktural
 Kemiskinan
 Kemerosotan sosial
 Kelemahan pertahanan nasional
 IDP (Internal Displace People) & pengungsi
 Organisasi Kebencanaan
 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat daerah
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat provinsi/nasional
 ICRC, UNHCR, WHO, NGO’s di tingkat internasional
 Koordinasi BNPB & Kemkes
BNPB  Kementrian Kesehatan  Pusat Penanggulangan Krisis (PPK)
 Triase Bencana/Disaster triage
 Petugas medis lapangan / SAR / Emergency Medical Team (EMT) - Triase:
evakuasi ke tempat yang aman dan stabilisasi korban (damage
controle/resusitasi).
 RS lokal: mengirim korban ke RS untuk pengobatan definitive atau tindakan
pembedahan.
 RS rujukan: untuk korban dengan cedera atau penyakit komplikasi.
 Sistem Manajemen Bencana Rumah Sakit
 Manajemen SDM
 Manajemen logistic obat obatan dan peralatan
 Manajemen alur pasien, kapasitas ruang rawat dan ruang tindakan
 Manajemen sistem informasi bencana
 Manajemen pembiayaan bencana
 RSCM Strategy on New Normal Pandemic Covid-19

 Fokus Mitigasi Bencana

 Manajemen Kesukarelaan
 Persiapan Sukarelawan (volunteer)
 Rekruitment, registrasi
 Pelatihan : ketrampilan medis, daya survival
 Sukarelawan/ Volunteer: tidak digaji, partisipasi mandiri
 Pekerja Sosial/Social Worker: digaji, bekerja dibidang sosial
 Durasi bertugas (Duration of mission )
o Dokter, ahli bedah, perawat bedah: dgn beban jumlah pasien yang banyak
dan berkelanjutan (spartan) tidak lebih dari 2-3 minggu  bergantian
tim
 Disaster Triage
 Triase adalah memilih dan mendistribusi
 Triase bencana adalah tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar
beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar
sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia, mencegah pasien yang terlalu
banyak pada becanda sekunder, bekerja di fase akut becana, dan melakukan
pelatihan pada tenaga kesehatan.
 Triase bencana cenderung dilupakan pada pandemic Covid-19. Tanpa triase
bencana ini akan meningkatkan kasus kesakitan dan kematian, sehingga
kesadaran untuk melakukan triase bencana harus ditingkatkan.
 Metodologi Triase Bencana
 Disaster Triase Sederhana
 Expert Disaster Triage
 Peran disaster triase pada pandemic Covid-19
 Mencegah pasien Covid-19 terlalu banyak di rumah sakit dan berkembang
menjadi bencana lanjutan
 Mencegah kontaminasi virus di seluruh fasilitas kesehatan
 Memperoleh response time
 Menurunkan kasus tingkat kematian
 Kegiatan disaster triase pada pandemic Covid-19
 Pemetaan pendistribusian pasien Covid-19 di rumah sakit
 Pemetaan tingkat rumah sakit, sumber daya manusia, dan fasilitas
 Deteksi kemungkinan terjadinya kejadian berlebihan di tingkat rumah
sakit yang tidak sesuai
 Distribusi dan re-distribusi pasien Covid-19 berdasarkan tingkat
keparahan dengan rumah sakit yang sesuai
 Zonasi rumah sakit untuk mencegah kontaminasi ke rumah sakit non
Covid
 Sistem komunikasi rujukan antar rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai