IGD
Penyusun :
Dosen Pembimbing :
SEMESTER IV
RJP dapat dilakukan tanpa peralatan khusus. Jika ada, peralatan yang diperlukan
adalah alat pelindung diri, misalnya sarung tangan dan masker. Ketidakadaan alat
pelindung diri tidak seharusnya menjadi alasan tidak melakukan/penundaan resusitasi
jantung paru karena belum ditemukan hubungan signifikan antara menjadi pelaku
resusitasi jantung paru dengan tertular penyakit melalui resusitasi jantung paru. Sebuah
meta analisis menunjukkan bahwa alat kompresi dada mekanik lebih superior
dibandingkan dengan kompresi dada secara manual dalam mencapai kembalinya sirkulasi
spontan. Perlengkapan tambahan yang dapat digunakan adalah alat untuk memonitor
resusitasi jantung paru secara elektronik yang dapat memberikan umpan balik terkait
kompresi yang sedang dilakukan. Alat lain yang juga diperlukan adalah defibrilator
kardiak yang dapat memberikan kejut listrik ke jantung pasien yang diharapkan dapat
mengembalikan irama jantung yang normal.
D. Persiapan Pasien
Resusitasi jantung pasien dilakukan secara segera dan tidak membutuhkan
persiapan khusus. Obat anestesi tidak dibutuhkan untuk melakukan resusitasi jantung
paru. Hal yang penting saat persiapan adalah untuk memastikan bahwa lingkungan aman
untuk melakukan resusitasi jantung paru, tidak hanya untuk pasien tapi juga bagi
penolong. Setelah lingkungan dipastikan aman, penolong harus memastikan henti jantung
pasien dengan memeriksa kesadaran, frekuensi dan pola pernapasan, dan nadi dalam 10
detik menggunakan metode AVPU (Alert-Voice responsive- Pain responsive-
Unresponsive).
Memeriksa frekuensi dan pola pernapasan dapat dilakukan dengan metode look-
listen-feel, yaitu melihat gerakan dada pasien sambil mendengarkan. Memeriksa nadi
dengan cepat dapat dilakukan dengan meraba denyut arteri karotis ataupun arteri radialis.
Jika penolong hanya seorang diri dan menemukan tanda henti jantung yaitu pasien tidak
berespons, tidak bernafas ataupun pola pernapasan yang abnormal, dan denyut nadi tidak
teraba segera panggil terlebih dulu bantuan atau aktifkan sistem penanggulangan gawat
darurat terpadu (SPGDT).
E. Langkah-Langkah Tindakan / Prosedur
1) Penderita harus berbaring terlentang di atas alas yang keras. Posisi penolong
berlutut di sisi korban sejajar dengan dada penderita.
2) Penolong meletakkan bagian yang keras telapak tangan pertama penolong di atas
tulang sternum di tengah dada di antara kedua puting susu penderita (2-3 jari di
atas prosesus Xihoideus) dan letakkan telapak tangan kedua di atas telapak tangan
pertama sehingga telapak tangan saling menumpuk. Kedua lutut penolong
merapat, lutut menempel bahu korban, kedua lengan tegak lurus, pijatan dengan
cara menjatuhkan berat badan penolong ke sternum.
3) Tekan tulang sternum sedalam 4-5 cm (sekurangnya 2 inci) kemudian biarkan
dada kembali normal (relaksasi). Waktu kompresi dan relaksasi dada diusahakan
sama. Jika ada dua penolong, penolong pertama sedang melakukan kompresi
maka penolong kedua sambil menunggu pemberian ventilasi sebaiknya meraba
arteri karotis untuk mengetahui apakah kompresi yang dilakukan sudah efektif.
Jika nadi teraba berarti kompresi efektif.
4) Setelah 30 kali kompresi dihentikan diteruskan dengan pemberian ventilasi 2 kali
(1 siklus = 30 kali kompres dan 2 kali ventilasi). Setiap 5 siklus dilakukan
monitoring denyut nadi dan pergantian posisi penolong jika penolong lebih dari
satu orang.
5) Jika terpasang ETT maka tidak menggunakan siklus 30 : 2 lagi. Kompresi
dilakukan dengan kecepatan sekurangnya 100 kali/menit tanpa berhenti dan
ventilasi dilakukan 8-10 kali/menit. Setiap 2 menit dilakukan pergantian posisi
untuk mencegah kelelahan.
G. Daftar Pustaka
Khairani, Dini.(2021). Tingkat Pengetahua Tentang Resusitasi Jantung Paru Pada
Mahasiswa Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara. Skripsi thesis: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diakses melalui http://repositori.usu.ac.id .
Diakses pada 2021
Sudarman, Akbar Asfar.(2020). Pelatihan Resusitasi Jantung Paru (RJP) Bagi Aparat
Pemerintah, Kader Kesehatan Dan Masyarakat Di Desa Sanrobone Kabuapaten Takalar.
MARTABE: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(1), 10-16. Dapat diaskes melalui
http://jurnal.um-tapsel.ac.id . Diakses pada 2020