Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

IGD

Penyusun :

Sinta Amelia Serkawati (020419251)

Dosen Pembimbing :

Ns. Yumi Dian Lestari, M.Kep

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

SEMESTER IV

UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

Jl.Raya Industri Pasir Gombong, Pasirgombong, Kec. Ckarang Utara, Bekasi,

Jawa Barat 17530


LAPORAN PENDAHULUAN DI IGD

Nama Prosedur/ Tindakan : Resusitasi Jantung Paru


A. Definisi
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah prosedur penyelamatan nyawa pada kondisi
gawat darurat yang terjadi akibat terhentinya pernapasan dan detak jantung. Dengan
dilakukannya RJP, maka diharapkan aliran udara dan darah di tubuh kembali berjalan dan
kematian dapat dihindari. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab henti
jantung. Diperkirakan 17,9 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular pada
tahun 2016, mewakili 31% dari semua kasus kematian didunia. Sebanyak 85%
disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Lebih dari tiga perempat terjadi di negara-
negara berpengahasilan rendah dan menengah (WHO, 2017).
Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah tindakan yang diberikan pada seseorang
yang mengalami henti napas dan henti jantung oleh sebab apapun, misalnya serangan
jantung, kecelakaan, tenggelam dan sebab lainnya. Tindakan ini merupakan tindakan
penyelematan nyama (life saving) yang harus dilakukan segera ketika seseorang
kehilangan kemampuan untuk bernapas secara normal serta kehilangan fungsi pompa
jantung untuk bersirkulasi. RJP dilakukan untuk mempertahankan sirkulasi darah,
terutama ke organ-organ vital, dari C-A-B, yaitu compression, airways dan breathing.
(NCC, 2020)
B. Tujuan
Tujuan RJP adalah oksigenisasi darurat yang diberikan secara efektif pada organ vital
seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan
jantung dapat melalukan fungsinya secara normal. Hal ini dilakukan untuk mencegah
berhentinya sirkulasi darah atau berhentinta pernapasan yang dapat menyebabkan
kematian sel dengan cara memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi melalui
kompresi dada dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas
(Fadilah 2018).
C. Peralatan
Alat-alatnya :
1. Alat pelindung diri (masker, handscoon)
2. Trolly emergency yang berisi :
• Laryngoscope lurus dan bengkok
• Magil force
• Pipa trachea berbagai ukuran
• Trachea tube berbagai ukuran
• Gudel berbagai ukuran
• CVP set
• Infus set/blood set
• Papan resusitasi
• Gunting verband
• Bag resuscitator lengkap atau Ambubag
• Sempritt 10 cc – jarum no. 18
3. Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai
4. Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai
5. EKG record
6. EKG monitor
7. DC shock lengkap

RJP dapat dilakukan tanpa peralatan khusus. Jika ada, peralatan yang diperlukan
adalah alat pelindung diri, misalnya sarung tangan dan masker. Ketidakadaan alat
pelindung diri tidak seharusnya menjadi alasan tidak melakukan/penundaan resusitasi
jantung paru karena belum ditemukan hubungan signifikan antara menjadi pelaku
resusitasi jantung paru dengan tertular penyakit melalui resusitasi jantung paru. Sebuah
meta analisis menunjukkan bahwa alat kompresi dada mekanik lebih superior
dibandingkan dengan kompresi dada secara manual dalam mencapai kembalinya sirkulasi
spontan. Perlengkapan tambahan yang dapat digunakan adalah alat untuk memonitor
resusitasi jantung paru secara elektronik yang dapat memberikan umpan balik terkait
kompresi yang sedang dilakukan. Alat lain yang juga diperlukan adalah defibrilator
kardiak yang dapat memberikan kejut listrik ke jantung pasien yang diharapkan dapat
mengembalikan irama jantung yang normal.

D. Persiapan Pasien
Resusitasi jantung pasien dilakukan secara segera dan tidak membutuhkan
persiapan khusus. Obat anestesi tidak dibutuhkan untuk melakukan resusitasi jantung
paru. Hal yang penting saat persiapan adalah untuk memastikan bahwa lingkungan aman
untuk melakukan resusitasi jantung paru, tidak hanya untuk pasien tapi juga bagi
penolong. Setelah lingkungan dipastikan aman, penolong harus memastikan henti jantung
pasien dengan memeriksa kesadaran, frekuensi dan pola pernapasan, dan nadi dalam 10
detik menggunakan metode AVPU (Alert-Voice responsive- Pain responsive-
Unresponsive).
Memeriksa frekuensi dan pola pernapasan dapat dilakukan dengan metode look-
listen-feel, yaitu melihat gerakan dada pasien sambil mendengarkan. Memeriksa nadi
dengan cepat dapat dilakukan dengan meraba denyut arteri karotis ataupun arteri radialis.
Jika penolong hanya seorang diri dan menemukan tanda henti jantung yaitu pasien tidak
berespons, tidak bernafas ataupun pola pernapasan yang abnormal, dan denyut nadi tidak
teraba segera panggil terlebih dulu bantuan atau aktifkan sistem penanggulangan gawat
darurat terpadu (SPGDT).
E. Langkah-Langkah Tindakan / Prosedur
1) Penderita harus berbaring terlentang di atas alas yang keras. Posisi penolong
berlutut di sisi korban sejajar dengan dada penderita.
2) Penolong meletakkan bagian yang keras telapak tangan pertama penolong di atas
tulang sternum di tengah dada di antara kedua puting susu penderita (2-3 jari di
atas prosesus Xihoideus) dan letakkan telapak tangan kedua di atas telapak tangan
pertama sehingga telapak tangan saling menumpuk. Kedua lutut penolong
merapat, lutut menempel bahu korban, kedua lengan tegak lurus, pijatan dengan
cara menjatuhkan berat badan penolong ke sternum.
3) Tekan tulang sternum sedalam 4-5 cm (sekurangnya 2 inci) kemudian biarkan
dada kembali normal (relaksasi). Waktu kompresi dan relaksasi dada diusahakan
sama. Jika ada dua penolong, penolong pertama sedang melakukan kompresi
maka penolong kedua sambil menunggu pemberian ventilasi sebaiknya meraba
arteri karotis untuk mengetahui apakah kompresi yang dilakukan sudah efektif.
Jika nadi teraba berarti kompresi efektif.
4) Setelah 30 kali kompresi dihentikan diteruskan dengan pemberian ventilasi 2 kali
(1 siklus = 30 kali kompres dan 2 kali ventilasi). Setiap 5 siklus dilakukan
monitoring denyut nadi dan pergantian posisi penolong jika penolong lebih dari
satu orang.
5) Jika terpasang ETT maka tidak menggunakan siklus 30 : 2 lagi. Kompresi
dilakukan dengan kecepatan sekurangnya 100 kali/menit tanpa berhenti dan
ventilasi dilakukan 8-10 kali/menit. Setiap 2 menit dilakukan pergantian posisi
untuk mencegah kelelahan.

RJP Pada Anak :

1) Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras


2) Pijat jantung dengan menggunakan satu tangan dengan bertumpu pada telapak
tangan di atas tulang dada, di tengah sternum.
3) Penekanan tulang dada dilakukan sampai turun ± 3-4 cm (2 inches) dengan
frekuensi sekurangnya 100 kali/menit.

RJP Pada Bayi :

1) Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras


2) Untuk pijat jantung gunakan penekanan dua atau tiga jari. Bisa menggunakan ibu
jari tangan kanan dan kiri menekan dada dengan kedua tangan melingkari
punggung dan dada bayi. Bisa juga dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah
dan atau jari manis langsung menekan dada. kedalaman pijatan (1,5 inches)
3) Tekan tulang dada sampai turun kira-kira sepertiga diameter anterior-posterior
rongga dada bayi dengan frekuensi minimal 100 kali/menit.
F. Komplikasi / Bahaya Yang Mungkin Terjadi Dari Prosedur
1. Inflasi gaster
2. Regurgitasi
3. Mengurangi volume paru
4. Fraktur iga dan sternum
5. Pneumothoraks
6. Hemathoraks
7. Kontusio paru
8. Laserasi hati dan limfa
9. Emboli lemak

G. Daftar Pustaka
Khairani, Dini.(2021). Tingkat Pengetahua Tentang Resusitasi Jantung Paru Pada
Mahasiswa Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara. Skripsi thesis: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diakses melalui http://repositori.usu.ac.id .
Diakses pada 2021

Lalenoh, Diana Christine.(2009). Penanganan Bantuan Ventilasi Pada Pasien


Emergensi. (Bagian Anastesiologi FK UNSRAT/RSU Prof. R.D. Kandou Manado,
Aplikasi RJP sesuai ACLS 2010). Dapat diakses melalui http://repo.unsrat.ac.id . Diakses
pada 2010

Sudarman, Akbar Asfar.(2020). Pelatihan Resusitasi Jantung Paru (RJP) Bagi Aparat
Pemerintah, Kader Kesehatan Dan Masyarakat Di Desa Sanrobone Kabuapaten Takalar.
MARTABE: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(1), 10-16. Dapat diaskes melalui
http://jurnal.um-tapsel.ac.id . Diakses pada 2020

Anda mungkin juga menyukai