Anda di halaman 1dari 8

Bantuan Hidup Dasar CAB (Circulations,

Airway, Brathing) menurut AHA (American


Heart Associations) 2010
by Unknown§ 09.43§ 0 komentar§

Berikut ini beberapa kasus yang menyebabkan henti jantung dan henti napas seperti
tenggelam, stroke,obstruksi jalan napas, menghirup asap, kercunan obat, tersengat
listrik, tercekik, trauma, MCI (myocardial infarction ) atau gagal jantung, dll.
Pemberian bantuan hidup dasar kepada korban henti jantung sangat penting dilakukan
sesegera mungkin untuk mencegah kematian otak karena kurangnya suplai oksigen.

AHA tahun 2010


merekomendasikan
pemberian resusitasi
jantung par dari siquens
ABC ke CAB. Pedoman
baru ini

1 Pengenalan segera
henti jantung tiba-tiba didasarkan pada pemeriksaan tingkat kesadaran dan tidak
adanya napas normal (seperti, korbantidak bernapas atau hanya gasping /terengah-
engah). Penolong dalm memeriksa nadi korban tidak boleh lebih dari 10 detik.
Jika nadi tidak dapat dipastikan dalam 10 detik, maka dianggap tidak ada nadi dan
RJP harus dimulai atau memakai AED (automatic external defibrilator) jika
tersedia.
2 Perubahan pada RJP ini berlaku pada korban dewasa, anak dan bayi tapi tidak
padabayi baru lahir.
3 “Look, Listen and Feel " telah dihilangkan dari algoritme bantuan hidup dasar
4 Kompresi dada diubah dari ABC ke CAB, denagn jumlah kompresi dada lebih
dari 100 kali per menit, yang terdiri dari kombinasi 30 kompresi dan 1 ventilasi.
5 Penolong terus melakukan RJP hingga terjadi return of spontaneous
circulation (ROSC).
6 Kedalaman kompresi untuk korban dewasa telah diubah dari 1 ½ - 2 inchi
menjadi 2 inchi (5 cm).
7 Peningkatan fokus bahwa RJP diberikan dengan high-quality didasarkan pada

 Kecepatan dan kedalaman kompresi diberikan dengan adekuat dan


memungkinkan full chest recoil antara kompresi.

 Meminimalkan interupsi saat memberikan kompresi dada

 Menghindari pemberian ventilasi yang berlebihan

A. Danger

Pastikan sebelum menolong korban, penolong mengamati segi keamanan diri


penolong, lingkungan, dan korban.

B. Response

Cek respon korban dengan teknik “touch and talk” yaitu dengan menepuk atau
menggoyang goyangkan bahu korban bersamaan dengan memanggil nama atau
sebutan koban. Kemungkinan kesadaran korban:

1. Korban sadar (Cek respon -----> korban berespon)

 Biarkan korban pada posisi diamana korban ditemukan.

 minta bantuan dengan berteriak dan menghubungi tim yang lebih expert.

 Tetap mengawasi kemungkinan terjadinya cedera yang lain.

2. Korban tidak sadar (Cek respon ------> korban tidak berespon)

- Teriak meninta bantuan dan menghubungi tim yang lebih expert.

C. Circulation

Cek nadi korban (neonatus dan bayi - nadi brakialis; anak, dewasa dan ibu hamil – nadi
karotis). Jika lebih dari 10 detik nadi sulit dideteksi maka segera lakukan kompresi dada.
Kompresi pada:

1. Neonatus

- Pastikan korban pada posisi supinasi.

- Kompresi dada dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan adekuat


setidaknya 100 x/ menit.

- Setiap siklus terdiri dari 3 kali kompresi dan 1 kali ventilasi (3 : 1).

- Setiap 30 detik dievaluasi nadi brakialisnya.

2. Bayi

- Pastikan korban pada posisi supinasi.

- Kompresi dikalukan di sternum, tepatnya diantara puting susu menggunakan


teknik ibu jari atau dua jari.

Teknik Ibu Jari

Melingkari dada bagian lateral dengan kedua tangan serta menempatkan ibu jari pada
tulang dada dan jari-jari tangan.

Teknik Dua Jari

Letakkan jari telunjuk diantara puting susu lalu, letakkan jari tengah dan jari manis di
sampingnya. Gunakan jari tengah dan jari manis dari satu tangan untuk menekan.

- Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100


x/menit.

- Kedalam kompresi 1/3 anterior dan pasterior tubuh (4 cm).

- Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) jika penolong
hanya satu orang. Jika dua orang penolong maka 15 kompresi dan 2 ventilasi (15 : 2).

- Nadi dievaluasi setiap 2 menit.

3. Anak

- Pastikan korban pada posisi supinasi.

- Lutut berada di sisi bahu korban.


- Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan dengan
posisi lengan 90oterhadap dada korban.

- Kompresi dikalukan di sternum, tepatnya diantara puting susu (midsternal)


menggunakan satu tangan (transverse karpal).

- Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100


x/menit.

- Kedalam kompresi 1/3 anterior dan pasterior tubuh (5 cm).

- Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) jika penolong
hanya satu orang. Jika dua orang penolong maka 15 kompresi dan 2 ventilasi (15 : 2).

- Nadi dievaluasi setiap 2 menit.

4. Dewasa

- Pastikan korban pada posisi supinasi.

- Lutut berada di sisi bahu korban.

- Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan dengan
posisi lengan 90oterhadap dada korban.

- Kompresi dilakukan di sternum, tepatnya dua jari di atas prosesus simfoideus


ke sisi kiri menggunakan dua tangan, tangan pertama diatas tanag yang lain dengan
jari saling bertaut.

- Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100


x/menit. Kedalam kompresi 2 inchi atau 5 cm.

- Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) oleh satu atau dua
penolong.

- Nadi dievaluasi setiap 2 menit.

5. Ibu Hamil.

- Pastikan korban pada posisi supinasi.

- Lutut berada di sisi bahu korban.

- Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan dengan
posisi lengan 90oterhadap dada korban.
- Kompresi dilakukan di sternum, tepatnya dua jari di atas prosesus simfoideus
ke sisi kiri menggunakan dua tangan, tangan pertama diatas tanag yang lain dengan
jari saling bertaut.

- Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100


x/menit. Kedalam kompresi 2 inchi atau 5 cm.

- Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) oleh satu atau dua
penolong.

- Nadi dievaluasi setiap 2 menit.

D. Airway (Jalan Napas)

1. Buka Jalan napas.

- Kombinasi Head tilt dan chin lift.

Teknik ini dilakukan jika korban tidak mengalami cedera servikal. Membaringkan
korban terlentang pada permukaan yang datar dan kerasb. Meletakkan telapak tangan
pada dahi pasien. Menekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan.
Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengahdari tangan lainnya di bawah bagian
ujung tulang rahang pasien. Menengadahkan kepala dan menahan/menekan dahi
pasien secara bersamaan sampai kepala pasien pada posisi ekstensi.

- Jaw Trust

Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras. Mendorong
ramus vertikal mandibula kiri dan kanan ke depan sehingga barisan gigi bawah berada
di depan barisan gigi atas.

2. Cek Jalan napas.

Cek hembusan napas dan perkembangan dinding dada.

- Jalan Napas Tersumbat

Miringkan pasien ke salah satu sisi. Keluarkan apa saja objek yang terlihat dalam
mulut. Ambil gigi/palsu yang lepas. Tinggalkan gigi palsu yang utuh pada tempatnya

- Jalan Napas Bersih

Pertahanakan jalan napas terbuka dan cek adanyapernapasan normal Jika dalam
beberapa menit terdengar suara sepertigurgling, atau batuk dengan pergerakan dada
danabdomen, perlakukan tetap seperti tidak bernapas,karena pernapasan ini tidak
efektif.

E. Breathing

1. Pemberian rescue breating.

Pada dua penolong atau lebih, setelah alat intubasi terpasang selama pemberian RJP,
ventilasi diberikan setiap 6-8 detik sekali atau dalam satu menit 8-10 ventilasi tanpa
usaha sinkronisasi antara kompresi dan ventilasi. Kompresi dada tidak dihentikan
untuk pemberian ventilasi. Ventilasi diberikan dalam waktu satu detik dengan volume
sesuai tidal. Penolong menggunakan mouth barrier untuk proteksi.

2. Lanjutkan 30 kompresi dan 2 siklus napas sampai 5 siklus kemudian dievaluasi


kembali nadi korban.

- Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas
dengan rasio 30 : 2. Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan pasien pada posisi
mantap (recovery position)

- Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10-
12x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit. Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan
adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan nafas tetap terbuka.

Anda mungkin juga menyukai