Selalu memastikan diri dalam kondisi aman, selalu pakai APD (Alat Pelindung Diri) setiap akan memberikan pertolongan pada pasien. Setelah memastikan diri aman maka lingkungan pun selalu monitor agar tetap aman selama memberikan pertolongan atau jika memang kondisi tidak aman, pasien bisa dipindahkan dari tempat kejadian ketempat yang aman. Setelah itu yang terakhir memastikan pasien dalam kondisi aman sehingga dalam memberikan pertolongan dapat optimal. 2. Menilai respon dan pernafasan Kenalilah tanda-tanda henti jantung sambil meyakini bahwa lingkungan sekitar penderita aman. Periksa pasien dan lihat responya dengan menggoyang bahu pasien dengan lembut dan bertanya cukup keras “siapa namamu? Kamu baik-baik saja?” Cek kesadaran : A : Alert (sadar penuh) V : Verbal (direspon dengan cara dipanggil) P : Pain (direspon nyeri) U : Un respon (tidak ada respon) Pemeriksaan jalan nafas : a. Look : Lihat pergerakan kembang kempisnya dada b. Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas tambahan c. Feel : Rasakan hembusan nafas Pembebasan Jalan Nafas : a. Head tilt b. Chin lift c. Jaw trusht Jika tidak ada respon penolong awam segera mengaktifkan sistem respon kegawatdaruratan, untuk tenaga kesehatan sambil cek respon cek apakah penderita tidak sadar dan bernafas tidak normal (seperti tidak bernafas atau adanya agonal/gaping). Jika tidak berespon segera aktifkan LGD. 3. Mengaktifkan Layanan Gawat Darurat / LGD Jika tidak sadar dan nafas tidak normal, segera aktifkan sistem respon kegawatdaruratan, ambil AED. Jika hanya terdapat satu penolong segera meminta bantuan dengan berteriak atau menelpon LGD. Pada waktu meminta bantuan sebutkan lokasi kejadian, jenis kejadian (misalnya seragan jantung, trauma) kondisi pasien, nama penelpon, jumlah korban, dan nomer yang dapat dihubungi. Kemudian dilanjut dengan cek nadi dan melakukan RJP jika nadi tidak teraba diawali dengan kompresi dada. 4. Cek Nadi Setelah mengaktifkan sistem kegawatdaruratan, untuk penolong awam harus segera melakukan RJP dengan diawali kompresi dada, untuk tenaga kesehatan segera lakukan cek nadi kurang dari 10 detik. Cek nadi dilakukan pada nadi karotis. Jika nadi tidak teraba segera memulai RJP dengan diawali kompresi dada. Jika nadi teraba, berikan nafas tiap 5-6 detik dengan tidal volume sampai terlihat ada pengembangan dada dan cek nadi kembali setiap 2 menit. 5. Segera RJP dengan penekanan pada kompresi dada Jika nadi tidak teraba segera memulai RJP dengan diawali kompresi dada. Kompresi dada terdiri dari kegiatan penekanan terhadap setengah bagian bawah sternum yang teratur. Penekanan ini menciptakan aliran darah karena adanya peningkatan tekanan intra thorax dan penekanan secara langsung pada jantung. Untuk menghasilkan kompresi dada yang efektif, lakukan penekanan yang keras dan cepat. Kecepatan yang digunakan adalah paling sedikit 100x/menit dengan kedalaman 4-6 cm, dan harus biarkan chest recoil secara sempurna setelah kompresi dada untuk menghasilkan pengisian jantung secara lengkap untuk kompresi selanjutnya. Penolong juga harus meminimalkan intrupsi terhadap kompresi dada yang dilakukan untuk memaksimalkan kompresi yang diberikan. Langkah-langkah RJP : a. Dalam keadaan tangan ditumpuk jadi satu dan untuk menghasilkan kompresi efektif, tekan bagian tengah dada dengan kenceng, cepat dab tanpa henti (minimalkan intrupsi) b. Letakkan telapak tangan sebelah tangan anda dibagian setengah bagian bawah sternum c. Tumpuk tangan yang satu diatas tangan tersebut (tekanan akan lebih maksimal bila jari-jari kedua tangan saling terkait) 1. Posisi lutu lurus, pindahkan beban tubuh ke tangan, dan tekan kuat pada korban hingga tertekan 5 cm. 2. Berikan tekanan sebanyak 30 kali tanpa henti dengan kecepatan 100x/menit. 6. Pelaksanaan CPR (kombinasi pijat jantung dan nafas buatan) a. Lakukan pijatan 30x kemudian cek nadi karotis, jika masih tidak teraba masuk siklus kompresi ventilasi b. Rasio kompresi dan ventilasi 30:2. Artinya sesudah melakukan pijat jantung sebanyak 30x, berikan nafas buatan sebanyak 2x. Pada saat memberikan ventilasi, tiap bantuan nafas diberikan selama 1 detik dengan cukup hingga dada mengembang. Hindari pemberian ventilasi yang berlebih-lebihan. c. Lakukan pijat jantung dan nafas buatan secara bergantian (30:2) terus menerus tanpa henti hingga ditangani tenaga medis d. Jika alat jalan nafas definitif sudah terpasang, maka tidak perlu menghentikan kompresi dada pada saat melakukan ventilasi. Kompresi harus diberikan secara terus-menerus dengan frekuensi 100x/menit tanpa henti dan ventilasi diberikan setiap 6-8 detik. e. Karena cukup menyita tenaga, bila penolong satu orang atau lebih, lakukan pergantian setiap 2 menit (5 siklus bila 1 penolong, 7 siklus jika 2 penolong) dapat dilakukan evaluasi cek nadi karotis. f. Hentikan pijat jantung dan nafas buatan bila : 1. Korban merintih dan mulai bernafas normal 2. Selama 30 menit pertolongan, pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan 3. Saat petugas medis datang menggantikan pemberian pijat jantung dan nafas buatan (tetap lakukan CPR, jangan hentikan dengan terburu-buru meski petugas medis datang, ikuti instruksi petugas medis) 4. Jika penolong merasa lelah dan kecapekan 5. Jika kondisi lingkungan mengancam nyawa penolong, misalnya ada potensial ledakan, ada api, ada barang berbahaya. g. Bila tidak ada respon namun nafas dalam keadaan normal, posisikan tubuh pasien miring kesalah satu sisi. 1. Baringkan korban dalam posisi miring 2. Dagu bawah mengarah keluar, punggung kanan atas menopang wajah korban 3. Kemudian tekuk lutut kaki atas kurang lebih 90 derajat, dan jaga supaya korban tidak jatuh terlentang kebelakang.