Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

Mk. : Gadar

Nama : Ni Komang Juliari

Nim : 202201279

Dosen : Ns. Rahmat Doko, S.ST.,M. Tr.Kep


1. Contoh kasus henti jantung

1. Ketika anda duduk di ruang perawat, anda mendengar teriakan perawat minta tolong. Ada
seorang pasien tidak sadar: Setelah anda cek pasien tidak bernafas dan tidak teraba nadi: Apa
yang harus anda lakukan? (Catatan tidak ada monitor dan alat kejut listrik diruangan)

Indikasi BHD

Henti Jantung : Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadi
henti jantung.

Langkah-langkah BHD :

Prosedur Dasar CPR

1. Pastikan 3 aman , keamanan penolong ,pasien dan aman lingkungan pasien


2. Nilai Respon klien, tepuk bahu sambil memanggil, pak pak, atau ibu bu
 Hati-hati kemungkinan trauma leher
 Jangan pindahkan / mobilisasi pasien bila tidak perlu
3. Call for Help , Segera Berteriak Minta Pertolongan Ke perawat 2
4. Memperbaiki posisi
 Posisi Supine ( adalah posisi diatas tempat tidur dengan terlentang dasar tubuh sama
dengan kesejajaran berdiri baik bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien
 Bila pasien tidak memberikan respon : tempatkan pd permukaan datar dan keras
 Bila curiga cedera spinal; pindahkan pasien dengan cara: kepala, bahu dan
badan bergerak bersamaan (log roll / in-line).
5. . Memperbaiki Posisi penolong : di samping pasien / di atas kepala (kranial) pasien
2. AIRWAY (JALAN NAFAS)
a. Pemeriksaan jalan nafas
Jangan lakukan head tilt sebelum pastikan tidak ada sumbatan jalan nafas.
b. Membuka Jalan Nafas
 Head tild - Chin lif ( posisikan telapak tangan pada dahi sambal mendorong dahi
kebelakang, pada waktu bersamaan ujung jari tangan yang lain mengangkat dagu .
 Jaw thrust ( posisikan kedua tangan pada sisi kanan dan kiri kepala pasien dengan siku
bersandar pada permukaan tempat pasien terlentang, dan pegang sudut rahang bawah
angkat dengan kedua tangan mendorong rahang kebawah kedepan )
3. BREATHING1.
1. Terdiri dari 2 tahap :
- Memastikan pasien tidak bernafas :
- Melihat (look), mendengar (listen), merasakan (feel) à <10 detik ( sebut dalam hati 1 seribu,
2. seribu, 3 seribu, 4 seribu, 5 seribu, 6 seribu, 7 seribu, 8 seribu, 9 seribu, 10 seribu)
 bila ada APNEU (tidak bernafas), NAFAS ABNORMAL, NAFAS TIDAK ADEKUAT
1. Memberikan Bantuan Napas
2. Hembusan nafas : 2x hembusan nafas
3. Waktu/hembusan : 1,5-2 detik
4. Volume : 700-1000 ml (10 ml/kg BB) atau sampai terlihat dada pasien
mengembang Konsentrasi hanya 16-17%. Bila volume berlebihan dan laju inspirasi terlalu
cepat → distensi lambung
- Mulut ke mulut
- Mulut ke mask
4. CIRCULATION
Pastikan tidak ada denyut jantung pada arteri karotis atau brakhialis (anak)
Memastikan ada tidaknya denyut jantung < 10 detik

 Lakukan Compresi 30 kali


 Pada 1/2 bawah mid sternum, diantara 2 putting susu dengan posisi tangan menggunakan
metode “rib margin”
 Kedalaman kompresi jantung minimal 2 inci (5 cm)
 Kompresi Jantung Luar 30 kali ( satu atau 2 penolong) membutuhkan waktu 18 detik Kecepatan
kompresi min. 100x/mnt

RJP Sebelum & Sesudah Intubasi

Sebelum intubasi
- Dewasa (>8 th) = Rasio 30 : 2 (utk 1 & 2 penolong)
- Khusus :Anak (1-8 th) dan Bayi (<1 th )
30 : 2 (1 penolong)
15 : 2 (2 penolong)

Setelah intubasi
- Kompresi 100 x/mnt
- Ventilasi 8 - 10 x/mnt
- 5 x siklus 30 :2 (= 2 mnt) à nilai ulang sirkulasi

5. EVALUASI CIRCULATION, AIRWAY & BREATHING

 Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudin pasien dievaluasi kembali. selama 10 detik
 Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan rasio 30:2.
 Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien pada posisi mantap.
 Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10 x/menit dan monitor nadi
setiap 2 menit.
 Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan nafas tetap
terbuka.
TUGAS INDIVIDU

Mk. : Gadar

Nama : AA kristina

Nim : 202201287

Dosen : Ns. Rahmat Doko, S.ST.,M. Tr.Kep


A. Contoh kasus henti jantung

1. Ketika anda duduk di ruang perawat, anda mendengar teriakan perawat minta tolong.
Ada seorang pasien tidak sadar: Setelah anda cek pasien tidak bernafas dan tidak
teraba nadi: Apa yang harus anda lakukan? (Catatan tidak ada monitor dan alat kejut
listrik diruangan)

Indikasi BHD

Henti Jantung : Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal


akan terjadi henti jantung.

Langkah-langkah BHD :

A. Prosedur Dasar CPR

1. Pastikan 3 aman , keamanan penolong ,pasien dan aman lingkungan pasien


2. Nilai Respon klien, tepuk bahu sambil memanggil, pak pak, atau ibu bu

 Hati-hati kemungkinan trauma leher


 Jangan pindahkan / mobilisasi pasien bila tidak perlu

3. Call for Help , Segera Berteriak Minta Pertolongan Ke perawat 2


4. Posisi Supine
5. Memperbaiki posisi pasien

Bila pasien tidak memberikan respon : tempatkan pd permukaan datar dan keras Bila
curiga cedera spinal; pindahkan pasien dengan cara: kepala, bahu dan
badan bergerak bersamaan (log roll / in-line).

6. Memperbaiki Posisi penolong : di samping pasien / di atas kepala (kranial) pasien


B. AIRWAY (JALAN NAFAS)
a. Pemeriksaan jalan nafas
Jangan lakukan head tilt sebelum pastikan tidak ada sumbatan jalan nafas.
b. Membuka Jalan Nafas :
Head tild - Chin lif atau Jaw thrust

C. BREATHING
Terdiri dari 2 tahap :
- Memastikan pasien tidak bernafas :
- Melihat (look), mendengar (listen), merasakan (feel) à <10 detik ( sebut dalam
hati 1 seribu, 2 seribu, 3 seribu, 4 seribu, 5 seribu, 6 seribu, 7 seribu, 8 seribu, 9 seribu,
10 seribu)

bila ada APNEU (tidak bernafas), NAFAS ABNORMAL, NAFAS TIDAK


ADEKUAT
1. Memberikan Bantuan Napas
2. Hembusan nafas : 2x hembusan nafas
3. Waktu/hembusan : 1,5-2 detik
4. Volume : 700-1000 ml (10 ml/kg BB) atau sampai terlihat dada pasien
mengembang Konsentrasi hanya 16-17%. Bila volume berlebihan dan laju inspirasi
terlalu cepat → distensi lambung
- Mulut ke mulut
- Mulut ke mask

D. CIRCULATION
Pastikan tidak ada denyut jantung pada arteri karotis atau brakhialis (anak)
Memastikan ada tidaknya denyut jantung < 10 detik

 Lakukan Compresi 30 kali


 Pada 1/2 bawah mid sternum, diantara 2 putting susu dengan posisi tangan
menggunakan metode “rib margin”
 Kedalaman kompresi jantung minimal 2 inci (5 cm)
 Kompresi Jantung Luar 30 kali ( satu atau 2 penolong) membutuhkan waktu 18
detik Kecepatan kompresi min. 100x/mnt

RJP Sebelum & Sesudah Intubasi

Sebelum intubasi
- Dewasa (>8 th) = Rasio 30 : 2 (utk 1 & 2 penolong)
- Khusus :Anak (1-8 th) dan Bayi (<1 th )
30 : 2 (1 penolong)
15 : 2 (2 penolong)

Setelah intubasi
- Kompresi 100 x/mnt
- Ventilasi 8 - 10 x/mnt
- 5 x siklus 30 :2 (= 2 mnt) à nilai ulang sirkulasi
E. EVALUASI CIRCULATION, AIRWAY & BREATHING

 Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudin pasien dievaluasi kembali. selama 10
detik
 Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan rasio
30:2.
 Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien pada posisi mantap.
 Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10 x/menit dan
monitor nadi setiap 2 menit.
 Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan
nafas tetap terbuka.
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

TUGAS INDIVIDU : Dinda Pratiwi

DOSEN : Ns, Rahmat Doko, S.ST., M. Tr.Kep

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA

2023
CONTOH KASUS :

Ketika anda duduk di ruang perawat, anda mendengar teriakan perawat


minta tolong ada seorang tidak sadar, setelah anda cek pasien tidak bernafas
dan tidak teraba nadinya. Apa yang harus anda lakukan? (catatan tidk ada
monitor dan alat keju listrik di ruangan)

JAWABAN :

Resusitasi jantung paru segera. Penolong segera melakukan resusitasi


jantung paru (RJP) pada penderita henti jantung mendaak sampai bantuaan
dataang. Metode RJP penting untuk membantu sirkulasi dengan
mengkombinasikan kompresi dada dan pemberian nafas buatan untuk
pemberian oksigen yang di perlukan bagi kelangsungan hidup fungsi sel
tubuh.

Saat menemukan orang dengan tanda henti jantung, yaitu tidak berespon, tidak
teraba denyut nadi, dan tidak bernapas atau pola pernapasan abnormal, maka
penolong harus segera memanggil bantuan untuk mengaktifkan sistem
penanggulangan gawat darurat terpadu .

RJP dapat dilakukan tanpa peralatan khusus. Jika ada, peralatan yang diperlukan
adalah alat pelindung diri (APD), misalnya sarung tangan dan masker. Namun, RJP
tetap harus dilakukan segera walaupun APD tidak ada. Belum ditemukan hubungan
yang signifikan mengenai penularan penyakit melalui RJP.

POSISI PASIEN

Posisi pasien terbaik untuk RJP adalah terlentang (supinasi) pada permukaan yang
keras, sehingga kompresi jantung di area sternum menjadi efektif. Posisi penolong
yang melakukan kompresi dada harus lebih tinggi daripada pasien, untuk mencapai
regangan lengan yang cukup sehingga dapat menggunakan berat badannya untuk
mengkompresi dada. Jika terdapat 2 orang, penolong yang lain berada di sebelah
kepala pasien untuk melakukan bantuan napas.
Di rumah sakit, posisi yang sesuai dapat diperoleh dengan menurunkan tempat tidur
pasien atau petugas kesehatan menggunakan tangga kecil. Sedangkan di luar rumah
sakit, posisi pasien berbaring di lantai dan penolong berlutut di samping pasien.

PROSEDUR BANTUAN HIDUP DASAR

Prosedur standar RJP berdasarkan pedoman AHA tahun 2020, terdiri dari kompresi
dada (circulation), jalan napas (airway), dan pernapasan (breathing), yang
disingkat menjadi C-A-B. RJP harus segera dilakukan dalam waktu <2 menit sejak
pasien henti jantung. Angka survival berkurang 10‒15% setiap menitnya jika
pasien tidak segera ditolong dengan resusitasi jantung paru.

Prosedur Circulation / Kompresi Dada

Penolong meletakkan tumit salah satu tangan di atas sternum pasien, sementara
tangan lainnya di atas tangan pertama dengan jari-jari yang bertautan. Siku
diekstensikan dan badan seperti dijatuhkan ke pasien.

Syarat kompresi dada yang baik adalah:

 Kompresi diulang sebanyak 30 kali, dengan kecepatan 100‒120 kali/menit

 Kompresi dilakukan dengan cepat dan kuat, dengan kedalaman minimal 5


cm dan maksimal 6 cm

 Pastikan dada recoilsempurna, yaitu kembali ke posisi awal sebelum


ditekan kembali

 Rasio kompresi:ventilasi dengan 1 orang penolong adalah 30:2, sedangkan


dengan 2 penolong adalah 15:2

 Satu kali rasio kompresi:ventilasi disebut 1 siklus RJP. Untuk mencegah


penurunan kualitas kompresi dada akibat kelelahan, penolong diganti setiap
5 kali siklus

 Kompresi diizinkan untuk berhenti sementara (<10 detik), yaitu saat


pemberian 2 kali ventilasi
o Fase jeda kompresi dada sebelum dan sesudah dilakukan shockharus
seminimal mungkin[2-5]

Pada resusitasi jantung paru yang dilakukan tanpa ventilasi (hanya kompresi
dada), kompresi dilakukan terus-menerus sampai petugas kesehatan profesional
datang. Penggunaan alat kompresi dada mekanik hanya dianjurkan jika tidak
ada petugas kesehatan yang bisa melakukan kompresi dada dengan baik.

Prosedur Airway / Jalan Napas

Penolong mengamankan jalan napas dengan manuver head-tilt dan chin-lift.


Selain itu, pastikan tidak ada sumbatan jalan napas dengan melihat apakah
terdapat benda asing yang menyumbat. Penggunaan oropharyngeal
airway atau selang intubasi dapat membantu mengamankan jalan napas.

Prosedur Breathing / Pernapasan

Saat ini, pemberian napas buatan mulut ke mulut pada pasien dewasa sudah
tidak dianjurkan. Pemberian ventilasi dilakukan menggunakan bag-valve-
mask (BVM), jika tidak ada maka penolong cukup melakukan kompresi dada
saja.[2,3]

Prosedur bantuan napas yang baik adalah:

 Pastikan tidak ada celah antara masker BVM dengan wajah pasien

 Bagdiremas dengan satu tangan selama +1 detik, untuk memasukkan


sekitar 500 mL udara ke paru-paru pasien

 Ventilasi dilakukan tidak lebih dari 8‒10 napas/menit, untuk mencegah


pasien mengalami hiperventilasi

 Rasio kompresi:ventilasi dengan 1 orang penolong adalah 30:2,


sedangkan dengan 2 penolong adalah 15:2.

 Pada pasien yang terintubasi, ventilasi diberikan kontinyu dengan


kecepatan 1 kali setiap 6 detik, atau 10 kali/menit) selama kompresi
dada dilakukan[1-4]
Follow Up Saat Resusitasi

Pemantauan saat tindakan RJP adalah memastikan kompresi dilakukan dengan


baik, yaitu:

 Kecepatan 100‒120 kali/menit

 Kedalaman minimal 5 cm dan maksimal 6 cm

 Pastikan dada recoilsempurna[2-5]

Banyak studi yang menyimpulkan bahwa survival rate akan lebih tinggi jika
kompresi lebih banyak. Namun, kompresi yang terlalu cepat (>140 kali/menit)
berhubungan dengan kedalaman kompresi yang tidak adekuat.

Kedalaman kompresi yang adekuat akan meningkatkan tekanan intratorakal dan


jantung, sehingga menghasilkan aliran darah ke jantung dan otak. Kompresi dada
yang terlalu dalam berhubungan dengan cedera tulang dada yang tidak mengancam
nyawa.

Rekoil penuh diperlukan untuk menjamin aliran darah balik vena, tekanan perfusi
koroner, dan aliran darah miokardium. Penolong sebaiknya tidak bertumpu di atas
dada pasien di antara kompresi, agar rekoil dada tetap penuh.

Follow Up Setelah Resusitasi

Pasien dengan sirkulasi spontan kembali perlu mendapat perawatan khusus, agar
tidak kembali mengalami henti jantung. Terlepas dari apapun penyebab henti
jantung, kerusakan banyak organ dapat terjadi akibat hipoksemia, iskemi, dan
reperfusi yang terjadi selama henti jantung dan resusitasi.
Penanganan pasca RJP mencakup identifikasi dan tata laksana penyebab henti
jantung, dikombinasikan dengan penilaian kerusakan organ untuk mengurangi
dampak buruk.

Ventilasi dan Oksigenasi

Pasien yang berhasil melewati fase henti jantung harus segera mendapat ventilasi
dan oksigenasi yang cukup, yaitu:

 Saturasi oksigen dipertahankan ≥94%

 Kecepatan terapi oksigen awal 10−12 kali/menit

 Kecepatan kemudian dititrasi hingga mencapai target PET CO 235−45


mmHg

 Hiperventilasi harus dihindari, karena dapat meningkatkan tekanan


intratorakal yang berakibat menurunkan curah jantung.
TUGAS
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

NAMA : YULIANA ADUGA


NIM : 202201309
KELAS : TOLI-TOLI
DOSEN MK : RAHMAT DOKO, SST.,M.Tr.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2023
BANTUAN HIDUP DASAR (BASIC LIFE SUPPORT)

Kasus Henti Jantung :


Ketika anda sedang duduk di ruang perawat, anda mendengar teriakan perawat
minta tolong. Ada seorang pasien tidak sadar : Setelah anda cek pasien tidak
bernafas dan tidak teraba nadi : Apa yang harus anda lakukan? (catatan tidak ada
monitor dan alat kejut listrik di ruangan).
Jawaban :
Yang akan saya lakukan ;
1. 3A Aman diri, Aman pasien, Aman Lingkungan
2. A (Airway) perawat membukan jalan nafas melakukan jaw thrust/chin lift (yaitu
dengan meletakan telapak tangan pada dahi pasien dan menengadahkan kepala
pasien. Lalu menggunakan tangan yang lain untuk menarik dagu pasien sehingga
jalan nafas dapat terbuka).
3. B (Breathing) periksa apakah pasien atau tidak dan apakah dadanya
mengembang secara simetris atau tidak serta longgarkan pakaian pasien.
4. C (circulation) inspeksi tangan dan kaki pasien pucat, dingin, dan lembab.
Apakah terdapat pendarahan eksternal, jika terdapat pendarahan segera tutup dan
tekan luka pendarahan, lalu baringkan pasien dalam posisi syok dengan kaki di
angkat/dielevasi.
5. RJP (Resusitasi Jantung Paru)
➢ Letakan pasien pada posisi terlentang pada alas yang keras dan datar
➢ Perawat berlutut sejajar dengan thoraks/dada pasien
➢ Tekan pada pertengahan bagian bawah sternum pasien dengan kedalaman 50
CM, kecepatan 100-120X/mnt, kompresi 30 : 2 (2 menit) lalu buka jalan nafas
beri pernafasan 2 kali. 2 kali nafas bantuan tiap satu kali nafas lebih dari satu
detik, dengan volume yang cukup sampai terlihat dada mengembang (naik).
➢ Kembang dada sempurna
➢ Ventilasi tidak berlebih
➢ Minimal interupsi
➢ Asistol yang menetap >10 menit
➢ Tidak ada ROSC dalam 25-30 menit
6. RJP berhasil bila :
➢ Airway : ada aliran udara nafas
➢ Breathing : nafas spontan, dada naik turun
➢ Circulation : denyut teraba, bunyi jantung terdengar
➢ Lain-lain : refleks pupil positif, gerakan terarah, berusaha menelan.
➢ Jika memungkinkan beri posisi miring mantap.

Anda mungkin juga menyukai