Anda di halaman 1dari 3

Patofisiologi Multiple Trauma

Trauma menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan serta infeksi pada tubuh


penderita. Adanya kerusakan jaringan dan infeksi tersebut menyebabkan timbulnya
respon inflamasi yang merupakan respon adaptif tubuh untuk mengeliminasi jaringan yang
rusak serta untuk mengeliminasi jaringan yang terinfeksi (Gerard M D, 2006). Pada
lokasi jaringan yang rusak, sel endotel dan leukosit akan saling berkoordinasi
untuk melepaskan mediator-mediator inflamasi, yaitu sitokin (tumor necrosis faktor-α),
interleukins, interferons, leukotrienes, prostaglandins, nitric oxide, reactive oxgen
species, serta produk dari classic inflammatory pathway(complement, histamine,
bradykin). Ketika mediator-mediator tersebut berkumpul di jaringan yang rusak maka
mediator-mediator tersebut akan melakukan rekrutmen sel-sel sistem imun innatedan
adaptiveuntuk menghancurkan mikroorganisme yang menginvasi serta untuk melakukan
proses perbaikan di jaringan yang terluka. Bila derajat infeksi serta trauma melampaui
kemampuan tubuh untuk beradaptasi maka respon inflamasi yang awalnya bersifat
lokal menjadi sistemik yang kemudian disebut dengan Systemic Inflammatory Response
Syndromeatau SIRS(Craig S R et., 2005).

SIRS berhubungan dengan kebocoran kapiler dan kebutuhan energi yang tinggi
sehingga memerlukan keadaan hemodinamik yang hiperdinamikdan meningkatkan
kebutuhan akan oksigen. Keadaan hemodinamik yang hiperdinamik akan
menyebabkan peningkatan beban metabolik yang disertai dengan muscle wasting,
kehilangan nitrogen, dan pemecahan protein. Keadaan hipermetabolik ini akan disertai
dengan peningkatan suhu tubuhinti dan disregulasi suhu tubuh. Bila kondisi tersebut tidak
diikuti dengan resusitasi yang adekuat maka konsumsi energi yang tinggi akan
menyebabkan terjadinya burn out(Gerard M D, 2006).

SIRS kemudian akan menyebabkan gangguan terhadap metabolisme sel dan


microcirculatory perfusion. Bila respon inflamasi yang terjadi cukup berat maka akan
menyebabkan perburukan klinis pada pasien dengan manifestasi berupa disfungsi
beberapa organ tubuh,yaitu :

1. Disfungsi otak : delirium


2. Disfungsi paru-paru : hipoksia

3. Disfungsi jantung dan pembuluh darah : syok dan edema

4. Disfungsi ginjal : oligouria

5. Disfungsi saluran pencernaan : ileus

6. Disfungsi liver : hiperbilirubinemia

7. Disfungsi hematologi : koagulopati dananemia (Gerard M D, 2006)

Selain disfungsi beberapa organ tubuh, juga terjadi gangguan terhadap sistem
imunitas tubuh pasien berupa supresi imun. Sindrom tersebut dikenal dengan multiple organ
dysfunction syndrome(MODS). MODSkemudian akan menyebabkan terjadinya multiple
organ failure(MOF) yang kemudian berakhir dengan kematian (Gerard M D, 2006).

Selain MODS, respon inflamasi yang berlebihan juga dapat meyebabkan


terjadinya acute respiratory distress syndrome(ARDS). Hal tersebut disebabkan oleh karena
pada respon inflamasi yang berlebihan akan terjadi kerusakan pada permukaan alveolar-
capillarysehingga menyebabkan kebocoran cairan kaya protein ke rongga alveoli yang
akan menimbulkan manifestasi klinis ARDS (Gerard M D, 2006

Respon Metabolik pada trauma dapat dibagi dalam tiga fase :

1. Fase pertama , berlangsung beberapa jam setelah terjadinya trauma. Dalam fase ini
akan terjadi kembalinya volume sirkulasi , perfusi jaringan , dan hiperglikemia

2. Fase kedua , terjadi katabolisme menyeluruh , dengan imbang nitrogen yang


negative, hiperglikemia, dan produksi panas. Fase ini yang terjadi setelah tercapainya perfusi
jaringan dengan baik dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu ,
tergantung beratnya trauma , keadaan kesehatan sebelum terjadi trauma , dan tindakan
pertolongan medisnya.

3. Fase ketiga , terjadinya anabolisme yaitu penumpukan kembali protein dan lemak
badan yang terjadi setelah kekurangan cairan dan infeksi teratasi. Rasa nyeri hilang dan
oksigenasi jaringan secara kesuluran sudah teratasi. Fase ini merupakan proses yang lama .
Fase ini merupakan proses yang lama tetapi progresif dan biasanya lebih lama dari fase
katabolisme karena isintesis hanya bisa mencapai 3,5 gr/hari

Manifestasi Klinis

1. Laserasi , Memar , ekomosis

2. Hipotensi

3. Tidak adanya bising usus

4. Hemoperitoneum

5. Mual dan Muntah

6. Adanya tanda " Bruit" (bunyi abnormal pada auskultasi pembuluh darah , biasanya pada
arteri karotis )

7. Nyeri

8. Pendarahan

9. Penurunan kesadaran

10. Sesak

11. Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limfa. Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi recumbent

12. Tanda cullen adalah ekimosis pada periumbulikal pada perdarahan peritoneal

13. Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh (pinggang) pada perdarahan
retroperitoneal

14. Tanda Coopernail adalah ekimosis pada perineum, skrotum atau labia pada pelvis

15. Tanda Balance adalah daerah suara tumpul yang menatap pada kuadran kiri atas ketika
dilakukan perkusi pada hematoma limfe

Daftar pustaka

Kartika, Dewi. 2012 . Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai