Anda di halaman 1dari 27

LITERATUR REVIEW

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pembimbing: Inggrid Dirgahayu., S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 1 SGD b (3A)

Fitri Nurjanah AK118065

Ghina Apriyanda AK118068

Ina Ainaya AK118077

Ismi Tazkiyah AK118085

Kiki Kurniawan AK118089

Lucky Dhea F AK118093

Sumirat Fitriandini AK118182

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020-2021
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirabbil’alamin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T.
Karena atas berkah rahmat, karunia dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Metodologi Penelitian mengenai “Literatur Review” ini dengan sebaik – baiknya.

Tidak lupa shalawat serta salam kami curah limpahkan kepada junjunan besar umat
muslim, baginda Nabi Muhammad S.A.W, juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman.

Penyusun menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada


bagian isi, kami menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan pada makalah ini, kami memohon
maaf.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan
sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Bandung, Mei 2021

Penyusun

3
DAFTAR ISI

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Literatur review

2.2 Jurnal review

2.3 Critical appraisal


2.3.1 Definisi
Criticals appraisal atau telaah kritis adalah cara atau metode untuk mengkritisi
secara ilmiah terhadap penulisan ilmiah. Telaah kritis menjadi suatu keharusan bagi
seorang klinisi untuk menerapkan pengetahuan baru dalam praktek sehari-hari. Telaah
kritis digunakan untuk menilai validitas (kebenaran) dan kegunaan dari artikel atau
journal ilmiah.
Critical Appraisal (Kajian Kritis) adalah suatu proses evaluasi secara cermat
dan sistematis untuk memutuskan apakah suatu tulisan peneitian atau majalah ilmiah
layak dipercaya. Hal ini merupakan salah satu kemampuan dasar yang penting bagi
seorang klinisi untuk mengetahui dan menggunakan data-data penelitian dapat
dipercaya dan efisien.
2.3.2 Tujuan
Critical Appraisal berfungsi sebagai berikut :
1. Secara sistematik mengevaluasi literature ilmiah
2. Dapat memilih literature yang akan diambil
3. Memutuskan artikel manakah yang akan mempengaruhi pekerjaan yang akan
dilakukan
4. Memisahkan penghalang antara peneliti dengan hasil penelitian
5. Mendukung perkembangan dari Evidence Based Medicine (EBM)
2.3.3 Langkah-langkah
Secara formal penilaian kritis (critical appraisal) perlu dilakukan terhadap kualitas
bukti-bukti yang dilaporkan oleh artikel riset pada jurnal. Penilaian kritis kualitas
bukti dari artikel riset meliputi penilaian validitas (validity), kepentingan
(importance), dan kemampuan penerapan (applicability) bukti-bukti kerugian, yang
akan digunakan untuk pelayanan medis individu pasien disingkat “VIA”.

6
1. Validty
Setiap artikel laporan hasil riset perlu dinilai kritis tentang apakah kesimpulan
yang ditarik benar (valid), tidak mengandung bias. Bias adalah kesalahan
sistematis (systematic error) yang menyebabkan kesimpulan hasil riset yang salah
tentang akurasi tes diagnosis, efektifitas intervensi, akurasi prognosis, maupun
kerugian/etiologi penyakit.
Validitas (kebenaran) bukti yang diperoleh dari sebuah riset tergantung dari cara
peneliti memilih subjek/sampel pasien penelitian, cara mengukur variabel, dan
mengendalikan pengaruh faktor ketiga yang disebut faktor perancu (confounding
factor). Untuk memperoleh hasil riset yang benar (valid), maka sebuah riset perlu
menggunakan desain studi yang tepat.
2. Importance
Bukti yang disampaikan oleh suatu artikel tentang intervensi medis perlu
dinilai tidak hanya validitas (kebenaran)nya tetapi juga apakah intervensi tersebut
memberikan informasi diagnostik ataupun terapetik yang substansial, yang cukup
penting (important), sehingga berguna untuk menegakan diagnosis ataupun
memilih terapi yang efektif.
Suatu tes diagnostik dipandang penting jika mampu mendiskriminasi
(membedakan) pasien yang sakit dan orang yang tidak sakit dengan cukup
substansial, sebagaimana ditunjukan oleh ukuran akurasi tes diagnostik. Suatu
intervensiyang mampu secara substantif dan konsisten mengurangi risiko
terjadinya hasil buruk (bad outcome), atau meningkatkan probabilitas terjadinya
hasil baik (good outcome), merupakan intervensi yang penting dan berguna untuk
diberikan kepada pasien. Suatu intervensi disebut penting hanya jika mampu
memberikan perubahan yang secaraklinis maupun statistik signifikan, tidak bisa
hanya secara kinis signifikan atau hanya secara statistik signifikan.
Ukuran efek yang lazim digunakan untuk menunjukan manfaat terapi dalam
menecegah risiko terjadinya hasil buruk adalah absolute risk reduction (APR),
relative risk reduction (RRR), dan number meeded to treat (NNT). Ukuran efek
yang lazim digunakan untuk menunjukan manfaat terapi dalam meningkatkan
kemungkinan terjadinya hasil baik adalah absolute benefit increase (ABI), relative
benefit increase (RBI), dan number needed to treat (NNT).
Setiap intervensi medis di samping berpotensi memberikan manfaat juga
kerugian (ham). Ukuran efek yang digunakan untuk menunjukan meningkatnya

7
risiko terjadi kerugian oleh suatu intervensi medis adalah rasio risiko (RR), odds
ratio (OR), absolute risk increase (ARI), relative risk increase (RRI), dan number
needed to ham (NNH).
3. Applicability
Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika bisa
diterapkan pada pasien di tempat praktik klinis. Bukti terbaik dari sebuah setting
riset belum tentu bisa langsung diekstrapolasi (diperluas) kepada setting praktik
klinis dokter. Untuk memahami pernyataan itu perlu dipahami perbedaan antara
konsep efikasi (efficacy) dan efektivitas (effectiveness). Efikasi (efficacy) adalah
bukti tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara
klinis maupun statistik, seperti yang ditunjukan pada situasi riset yang sangat
terkontrol. Situasi yang sangat terkontrol sering kali tidak sama dengan situasi
praktik klinis sehari-hari. Suatu intervensi itu valid secara internal (internal
validity), dengan kata lain intervensi itu memberikan efektif ketika diterakan pada
populasi sasaran (target popuulation).
2.4 Study lapangan

2.5 Survey

2.6 Tipssubmission manuscript on electronic journal


Setelah Login Jurnal, Penulis akan masuk pada halaman Penulis Submission
kemudian harus  melakukan klik pada link “new submission” atau klik “click here”
untuk mulai memasukkan artikel.
1. Step 1 – Starting The Submission
Penulis harus mencentang semua check list jurnal dan silakan sesuaikan dengan
konten artikel.  bisa memberikan pesan ke editor melalui form the comments for
editor pada bagian bawah halaman.
2. Step 2 – Uploading The Submission
Untuk unggah manuscript/artikel ke jurnal, silakan klik browse/pilih file pada
the upload submission file kemudian pilih manuscript document file
(.doc/.docx) untuk di submit, kemudian klik tombol “upload” sampai artikel
berhasil terunggah.

8
3. Step 3 – Entering Submission’s Metadata
Pada langkah ini, detail metadata  harus di isikan termasuk corresponding
Penulis bila ada. Setelah itu, Judul Artikel/manuscript dan abstrak harus
dimasukkan bisa dengan cara copy tulisan kemudian paste ke dalam textbox
termasuk keywords.
4. Step 4 – Uploading Supplementary Files
Supplementary file bisa di unggah termasuk Cover/Submission Letter, and
Signed Copyright Transfer Agreement Form. Unggah file dengan cara klik pada
tombol Browse, pilih file yang akan diunggah, kemudian klik pada tombol
Upload. Bila tidak ada file supplementary yang di unggah silakan lanjutkan
langkah ini dengan memilih tombol “save and continue”.
5. Step – 5 Confirming The Submission
Pada langkah ini,  akan melakukan pengecekan terakhir dari unggahan dokumen
artikel/manuscript. Untuk Submit artikel/manuscript to Masalah – Masalah
Hukum, Klik tombol Finish Submission setelah dipastikan artikel yang dikirim
sudah betul. Corresponding Penulis atau Kontak prinsipal akan menerima
pemberitahuan melalui email dan bisa melihat perkembangan proses editorial
melalui submission’s progress dengan cara login web jurnal.
Setelah memasukkan artikel,  Penulis yang melakukan submit
artikel/manuscript akan mendapatkan email konfirmasi mengenai artikel yang
dimasukkan. Dimana, Penulis bila melakukan pelacakan artikel melalui status
submission setiap saat dengan cara masuk ke halaman online submission.
Pelacakan artikel ini termasuk status  manuscript review dan proses editorial.

2.7 Telaah Pustaka

2.7.1 Definisi

Telaah pustaka/kajian pustaka adalah ringkasan tertulis mengenai artikel dari


jurnal, buku, dan dokumen lain yang mendeskripsikan teori serta informasi baik
masa lalu maupun saat ini, mengorganisasikan pustaka ke dalam topik dan
dokumen yang dibutuhkan untuk proposal penelitian. Dalam penelitian
pendidikan, peneliti biasanya mementingkan kajian pustaka yang diambil dari
artikel pada jurnal. Namun demikian, peneliti juga membutuhkan informasi lain
yang diambil dari makalah konferensi, buku, dan dokumen pemerintah.

9
Purwono mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Kajian pustaka adalah
segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang
relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu
dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan
ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku
tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun
elektronik lain. Hal penting yang akan diperoleh dalam kegiatan ini adalah
peneliti memperoleh :
1. Teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan/pedoman bagi
penelitian
2. Informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya
dengan penelitian yang akan dilakukan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kajian pustaka merupakan
informasi yang relevan dengan masalah penelitian yang dapat diambil dari
berbagai sumber seperti artikel jurnal, buku-buku ilmiah, laporan penelitian,
karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-
ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak
maupun elektronik lain. Informasi-informasi tersebut digunakan sebagai acuan,
dasar, atau pendukung dalam mengatasi permasalahan penelitian.
2.7.2 Urgensi Kajian Pustaka (Literature Review)
Urgensi melakukan Kajian pustaka sebagaimana diungkapkan oleh Cooper
dalam Creswell bahwa Kajian pustaka penting untuk; menginformasikan
kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan
penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan
literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian-
penelitian sebelumnya
Secara lebih rinci urgensi kajian pustaka adalah untuk :
1. Mengetahui masalah penelitian
2. Membantu memilih prosedur penyelesaian masalah penelitian
3. Memahami latar belakang teori masalah penelitian
4. Mengetahui manfaat penelitian sebelumnya
5. Menghindari terjadinya duplikasi penelitian, dan
6. Memberikan pembenaran alasan pemilihan masalah penelitian
2.7.3 Tahapan dalam Kajian Pustaka (Literature Review)

10
Dalam melakukan Kajian pustaka, baik pada penelitian kaulitatif maupun
penelitian kauntitatif seseorang peneliti harus memulai dengan langkah yang
tepat. Hal ini penting untuk efisiensi waktu serta memberikan arahan darimana
memulai sebuah Kajian pustaka. Menurut Creswell tahapan melakukan Kajian
pustaka adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi Istilah-istilah kunci (Identify key terms).
Tahap ini dilakukan dengan memulai penilitian dengan mempersempit
topik penelitian untuk mempermudah penelusuran literatur. Peneliti memilih
istilah kunci dengan menggunakan satu atau dua kata atau satu prase singkat.
Pemilihan harus dilakukan dengan teliti agar mempermudah pelacakan
literatur di perpustakaan maupun internet serta ditemukan literatur yang
sesuai dengan topik penelitian. Berikut strategi yang dapat dilakukan pada
tahapan ini:
a. Menulis sebuah “working title” pendahuluan untuk penelitian tersebut.
Kemudian memilih dua atau tiga kata kuci dari judul tersebut yang
menggambarkan ide pokok dari penelitian. Walaupun sebagian peneliti
mengubah judul penelitian pada akhir, tetapi “working title” menjaga
fokusnya agar tetap pada ide pokok yanng menjadi bahan kajian. Hal ini
karena “working title” dapat direvisi sewaktu-waktu jika dainggap perlu
dalam penelitian.
b. Mengajukan pertanyaan umum penelitian yang ingin dijawab dalam
penelitian secara singkat. Pilih dua atau tiga kata dari pertanyaan
tersebut yang merangkum petunjuk utama dalam penelitian.
c. Menggunakan kata-kata yang dipakai oleh penulis.
2. Menentukan tempat literatur (Locate literature) sesuai dengan topik yang
telah ditemukan dari database ataupun internet
Setelah menyelesaikan langkah pertama di atas, peneliti dapat segera
mengumpulakan literatur yang relevan. Pencarian dapat dimulai dengan
mengakses internet dan mencari literatur elektronik yang sesuai dengan topik.
Walaupun proses ini diperbolehkan dalam penelitian, namun hendaknya
peneliti berhati-hati dalam merujuk artikel yang bersumber dari internet.
Kadang artikel di inernet di bawah standar ilmiah, namun banyak juga yang
mempunyai kualitas yang baik untuk dirujuk.

11
Pencarian literatur yang baik dapat dimulai dengan mendiskusikan hal
tersebut kepada pembimbing atau sesama mahasiswa. Berikut hal yang dapat
membantuk dalam sistemisasi sumber kepustakaan :
a. Gunakan Perpustakaan Akademik. Tempat yang paling tepat untuk
memulai pencarian literatur adalah perpustakaan akademik. Walaupun
terdapat perpustakaan daerah yang menyediakan literatur yang berguna
namun perpustakaan akademik paling tepat dan sesuai untuk penelitian
khususnya penelitian pendidikan. Perpustakaan akademik biasanya
menyediakan jurnal online serta berbasis katalog online sehingga
memberikan kemudahan kepada peniliti untuk menemukan lokasi rak
buku yang diinginkan.
b. Gunakan Sumber primer dan sekunder. Kajian pustaka biasanya berisi
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah literatur
yang ditulis langsung oleh orang yang melakukan penelitian atau ide asli
dari penulis. Artikel yang dipublikasikan oleh jurnal pendidikan adalah
salah satu contohnya. Sumber sekunder adalah sumber yang disadur dari
sumber utama, atau ringkasan ide yang diambil dari seumber utama.
Contohnya adalah buku pedoman, ensiklopedia, dan jurnal-jurnal yang
merangkum penelitian (antologi). Walaupun diperbolehkan untuk
mengutip kedua sumber tersebut, tapi sumber utama lebih diprioritaskan.
Sumber utama memberikan pandangan asli dari penulis serta
menyajikan hasil penelitian yang lebih detil dan asli yang lebih baik
daripada sumber sekunder. Sumber sekunder dapat membantu sebagai
permulaan Kajian pustaka, untuk menggali dan menentukan sejauh
mana materi dalam sebuah topik pembahasan.
c. Cari tipe-tipe literatur yang berbeda
Literatur yang digunakan dalam penelitian hendaknya tidak hanya
bersumber dari buku, ada banyak jenis literatur yang dapat dibunakan.
Menurut creswell beberapa tipe literatur sebagai berikut :
1) Ikhtisar/ringkasan (summaries)
2) Insiklopedia (encyclopedia)
3) Kamus Istilah (Dictionaries and Glossaries of Term), Kamus yang
memuat kata-kata dengan artinya yang disusun secara alfabetik.

12
Biasanya kamus yang dipergunakan dalam penelitian adalah
kamus khusus dalam sesuai dengan bidang ilmu.
4) Buku pedoman (Handbooks)
5) Indeks statistik (statistical Indexes)
6) Ulasan dan sintesis atau hasil penelitian (skripsi, tesis, dan
disertasi)
7) Buku (Books)
8) Jurnal, publikasi indeks, dan sumber elektronik (journals, Indexed
Publications, and Electronic Sources)
9) Seri abstrak (Abstract Series)
10) Database
11) Literatur Tahap Awal (Early Stage Literature)
Dengan kemajuan teknologi literatur tidak hanya didapat melaui perpustakaan
maupun media cetak semisal jurnal dan surat kabar, namun dapat juga dilakukan
dengan mengakses internet. Di balik keuntungan menggunakan literatur dari internet
juga terdapat kerugian, dapat dilihat pada tabel berikut :

Keuntungan Kerugian
Kemudahan akses untuk Terkadang tulisan di website
mendapatkan materi dapat dilakukan tidak ditulis oleh ahli
kapansaja sepanjang hari
Website memiliki informasi yang Tulisan yang didapat di internet
luas dalam banyak topik mungkin saja hasil plagiarisme
yang tanpa sepengetahuan
peneliti
Website memberikan jaringan yang Bahan yang dibutuhkan mungkin
dapat dihubungi oleh peneliti untuk sulit didapatkan dan memakan
menjawab permaslahan dan topik waktu untuk menemukannya.
penelitian
Tulisan yang diterbitkan di website Literatur di website mungkin
adalah informasi terkini tidak diorganisasikan atau
diringkas dengan baik untuk
dapat digunakan.
Website dapat dengan mudah dicari Jurnal elektronik yang disajikan
menggunakan mesin pencarian dan secara utuh adalah yang baru dan
kata kunci jumlahnya sangat sedikit

13
Penelitian pilihan dapat segera
dicetak dari website.

Menulis Kajian pustaka (Write a literature review), adalah menuliskan kembali


hasil ringkasan informasi yang diperoleh melalui literatur untuk dicantumkan dalam
laporan penelitian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis Kajian pustaka
adalah :
Pertama : menggunakan gaya yang tepat untuk menulis Kajian secara lengkap (untuk
daftar di akhir laporan penelitian) dan untuk mengembangkan judul untuk Kajian
pustaka.
Kedua : menggunakan strategi menulis khusus yang terkait dengan sejauh mana Kajian,
jenis Kajian, dan penutup pada Kajian.
1. Menggunakan buku panduan penulisan. Setiap perguruan tinggi mempunyai
panduan sendiri dalam penyusunan laporan penelitian. Panduan penulisan berisi
petunjuk mengenai struktur untuk mengutip referensi, judul label, cara membuat
tabel dan angka-angka untuk laporan penelitian ilmiah. Dengan menggunakan
panduan penulisan dalam penelitian (dan kajian pustaka) maka akan memiliki
format yang konsisten bagi pembaca dan peneliti lainnya, dan format ini akan
memudahkan dalam pemahaman penelitian.
2. Strategi penulisan. Dalam penulisan Kajian pustaka ada beberapa elemen
tambahan yang harus diperhatikan antara lain memperluas kajian, jenis kajian,
dan penutup.
a) Keluasan kajian pustaka.
Jumlah kajian pustaka dalam penelitian berbeda-beda. Untuk disertasi
dan tesis, diperlukan tinjauan yang lebih ekstensif dari literatur serta
komprehensif mencakup semua sumber informasi yang diidentifikasi pada
bahasan sebelumnya. Sedangkan untuk rencana penelitian atau proposal,
kajian pustaka yang tidak terlalu komprehensip mungkin dianggap cukup.
Biasanya, tinjauan pustaka untuk proposal berkisar dari 10 sampai 30
halaman namun hal ini dapat bervariasi tergantung dengan pedoman
penulisan pada lembaga masing-masing.
b) Jenis kajian.
Penyusunan kajian pustaka dalam laporan penelitian memiliki jenis
yang berbeda tergantung pada tradisi di kampus peneliti. Ada dua model

14
yang disajikan dalam buku creswell yaitu model tematik dan model studi-
by-study. Dalam kajian tematik, peneliti mengidentifikasi tema dan
mengutip literatur secara singkat untuk mendukung tema tersebut. Dalam
pendekatan ini, penulis hanya membahas ide-ide besar atau hasil dari
penelitian tidak pada detailnya. Penulis sering menggunakan pendekatan
ini pada artikel jurnal, tetapi mahasiswa juga menggunakannya untuk
disertasi dan tesis di program pascasarjana. Cara menggunakan format ini
dengan menempatkan tema dan mencatat referensi (biasanya beberapa
referensi) yang digunakan untuk mendukung tema.
Model study-by-study berbeda dengan model tematik. kajian Pustaka
Model study-by-study memberikan ringkasan rinci dari setiap subjek yang
dikelompokkan dalam tema yang luas. Model ini memuat unsur-unsur
abstrak seperti yang telah dibahas sebelumnya. Model ini biasanya sering
digunakan dalam artikel jurnal yang merangkum literatur serta dalam
disertasi dan tesis. Ketika menyajikan model ini, penulis menghubungkan
ringkasan (atau abstrak) dengan menggunakan kalimat transisi, dan
mengatur ringkasan di bawah subpos yang mencerminkan tema divisi
utama.

2.8 Kerangka teoritis

2.9 Teori

2.10 Variabel, defisinis konseptual dan operasional


A. Pengertian Variabel
Variabel merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi pusat perhatian suatu
penelitian. Apabila seorang penelitian ingin menyelidiki apakah benar bahwa olahraga
menyebabkan kebugaran jasmani menjadi tinggi, maka yang menjadi objek penelitian
adalah olahraga dan kesegaran jasmani seseorang, maka olahraga dan kebugaran jasmani
merupakan variabel penelitian.
Secara teoritis variabel dapat didefenisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek yang
mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek

15
yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Suryabrata (2010) mengatakan Variabel adalah
segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sementara itu sugiyono
menjelaskan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Kerlinger (1973) dalam Sugiyono menyatakan
bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa variabel
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Variabel dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel
kuantitatif antara lain: tinggi badan, berat badan, kecepatan lari, ketrampilan bolavoli,
ketrampilan sepakbola dan sebagainya. Contoh variabel kualitatif antara lain: kualitas
pembelajaran, kualitas lulusan, kulaitas layanan terhadap mahasiswa dan sebagainya.
Menurut Munawaroh (2012:68) Penelitian kuantitatif biasanya mengharuskan penelitian
melakukan pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan
instrumen penelitian. Selanjutnya peneliti baru dapat melakukan analisis untuk mencari
atau mengetahui kebermaknaan variabel yang diteliti. Jadi variabel kuantitatif banyak
menggunakan perhitungan angka angka. Sedangkan kualitatif banyak memaparkan
mengenai kualitas suatu objek dengan diskripsi secara objektif.

B. Jenis – Jenis Variabel


Jenis variabel berdasarkan hasil pengukuran,  dapat dibedakan menjadi 4 tingkat,
yaitu:
a. Variabel Nominal
Variabel nominal adalah variabel yang hanya dapat digolongkan secara
terpisah, diskrip, kategori yang berfariasi menurut jenis. Ciri Variabel ini
adalah menunjukkan saling pilah (mutually exlusive) antara kategori yang satu
dengan kategori yang lain. Contoh variable Nominal adalah jenis kelamin sedang
variasinya ada dua yaitu pria dan wanita. Contoh lain adalah jenis pekerjaan
variasinya ada dua yaitu negeri dan swasta, status perkawinan variasinya ada dua
yaitu kawin dan belum kawin.
b. Variabel Ordinal

16
Variable ordinal yaitu variabel yang tersusun berdasarkan jenjang dalam
artibut tertentu. Ciri variabel ordinal adalah memiliki variabel bertingkat yang
menunjukkan urutan (order). Urutan ini menggambarkan adanya gradasi atau
peringkat, jarak peringkat yang satu dengan lainnya tidak sama. Misalnya, juara I –II
–III masing-masing memperoleh skor 90, 80 dan 75. Jarak 75 ke 80 adalah 5,
sedangkan jarak antara 80 ke 90 adalah 10. Contoh lain adalah peringkat atau ranking
yaitu ada ranking 1, ranking 2 dan ranking 3.
c. Variabel Interval
Variable interval yaitu variabel yang skala pengukurannya memiliki jarak
yang sama atau memiliki satuan atau unit tertentu. Ciri Variabel berskala interval
yakni dapat membedakan antara unit satu dan unit yang lain memiliki jarak yang
tetap, tidak memiliki nilai nol mutlak (absolute), dan skor-skor yang ada didalamnya
tidak bersifat bandingan (rasio). Misalnya skala thermometer menunjukkan nol drajat
Celsius, tetapi tetap saja masih ada panasnya. Contoh lain adalah nilai belajar yaitu
90, 80 dan 70. Jarak antara nilai 90 dan 80 sama dengan jarak nilai 80 dan 70.
d. Variabel Rasio
Variabel rasio yaitu variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nilai nol
mutlak dan dapat menunjukkan sifat perbandingan. Misalnya, hasil pengukuran berat,
yaitu berat bayi 5 kg adalah setengah dari berat badan bayi yang lainnya 10 kg.
Contoh lain seperti jarak, umur dan kecepatan.

Jenis Variabel berdasarkan fungsinya


a. Variabel dependen
Variabel dependen atau variabel tidak bebas (terikat atau tergantung) adalah
kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi,
pengubah atau pengganti variabel bebas. Menurut fubgsinya variabel ini dipengaruhi
oleh variabel lain.
Pada contoh pengaruh warna terhadap minat beli sepeda motor, maka variabel
tergantungnya adalah “minat beli”. Seberapa besar pengaruh warna merah terhadap
minat beli konsumen terhadap sepeda motor tersebut. Untuk meyakinkan pengaruh
variabel bebas warna merah terhadap minat beli maka warna merah dapat diganti
dengan warna biru. Jika besaran pengaruhnya berbeda maka manipulasi terhadap
variabel bebas membuktikan adanya hubungan antara variabel bebas warna dan minat
beli konsumen.

17
b. Variable independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecendent,
fungsinya mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
terikat/tergantung (dependent variabel)
Variabel independen atau variabel bebas (bisa diganti-ganti) adalah kondisi-
kondisi atau karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk
menerangkan hubungan- hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Menurut
fungsinya variabel ini mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh
dalam variabel lain.
Pada contoh diatas, “warna” adalah variabel bebas yang dapat dimanipulasi
dan dilihat pengaruhnya terhadap “minat beli”, misalnya apakah warna merah sepeda
motor dapat menimbulkan minat beli konsumen terhadap sepeda motor tersebut.
c. Variabel intervening
Variabel intervening atau variabel penghubung yaitu variabel yang berfungsi
menghubungkan variabel satu dengan variabel lain. Hubungan itu dapat menyangkut
sebab akibat ataupun pengaruh atau terpengaruh. Variabel ini merupakan variabel
penyela atau antara yang terletak diantara variabel independen dan variabel dependen,
sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau
timbulnya variabel dependen.
d. Variabel moderator
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi, dan pengaruhnya itu
bisa memperkuat atau bisa memperlemah antar variabel dependen dan variabel
independen. Variabel tersebut juga sebagai variabel independen kedua.
Pada kasus adanya hubungan antara warna sepeda motor dengan minat beli,
peneliti memilih variabel moderatnya adalah “harga”. Dengan dimasukkannya
variabel harga, peneliti ingin mengetahui apakah besaran hubungan kedua variabel
tersebut berubah. Jika berubah maka keberadaan variabel moderat berperan, sedang
jika tidak berubah maka variabel moderat tidak mempengaruhi hubungan kedua
variabel yang diteliti.
Contoh lain: Hipotesis: Ada hubungan anatara promosi di media televisi
dengan meningkatnya kesadaran merk handphone samsung di kalangann konsumen.
 Variabel bebas: promosi
 Variabel tergantung: kesadaran merk

18
 Variabel moderat: media promosi
e. Variabel control
Variabel control atau variabel kendali adalah variabel yang membatasi atau
mewarnai variabel moderator.  Variabel ini berfungsi sebagai control terhadap
variabel lain terutama yang berkaitan dengan variabel moderator dan bebas, yang juga
berpengaruh terhadap variabel yang tergantung.
f. Variabel random
Variabel random atau variabel acak yaitu variabel yang fungsinya dapat di
abaikan dan pengaruhnya dapat tidak diperhatikan terhadap bebas maupun
tergantung. 

C. Sifat Variabel
a. Variabel Aktif
Variabel aktif yaitu variabel yang memungkinkan untuk dimanipulasi (bisa
diubah atau bisa diganti) sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh peneliti.
Contohnya adalah meneliti tingkah laku seseorang apakah baik atau buruk.
b. Variabel Atributif
Variabel atributif  yaitu variabel yang sifatnya tetap dan dalam kondisi yang
wajar sifat-sifat itu sukar diubahnya.

D. Korelasi Antar Variabel


1. Korelasi simetris
Korelasi simetris terjadi bila antar dua variabel terdapat hubungan, tetapi tidak
ada mekanisme pengaruh- mempengaruhi; masing- masing bersifat mandiri.
Korelasi simetris terjadi karena:
a. Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama. Pada suatu
saat orang bersuara sendu,kemudian mengeluarkan air mata, tandanya ia
menangis. Namun tidak dapat dikatakan bahwa seseorang mengeluarkan air
mata menyebabkan ia bersuara sendu atau sebaliknya.
b. Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama. Contoh: hubungan
antara berat badan dan tinggi badan, keduanya merupakan variabel terikat dari
variabel bebas yaitu “pertumbuhan”.

19
c. Kedua variabel berkaitan secara fungsional. Berkembangnya hypermarket di
suatu wilayah, secara fungsioanl mematikan took-toko kecil disekitar
hypermarket.
d. Kedua variabel mempunyai hubungan yang kebetulan semata. Kenaikan gaji
dosen dengan turunnya hujan deras.
2. Korelasi asimetris
Korelasi asimetris ialah korelasi yang mendiskripsikan antara dua variabel
dimana variabel yang satu bersifat mempengaruhi variabel yang lain (variabel
bebas dan variabel terikat)
a. Hubungan antara stimulus dan respons
Hubungan ini menjelaskan variabel stimulus memberikan pengaruh
terhadap variabel respons, dan kemudian variabel respons memberikan  reaksi
terhadap stimulus tersebut. Hubungan yang demikian itulah merupakan salah
satu hubungan yang lazim dilakukan oleh para ahli dalam penelitian
kuantitatif. Contonya, seorang insinyur pertanian mengamati adanya pengaruh
pupuk terhadap buah yang dihasilkannya; seorang psikolog meneliti pengaruh
kerasnya musik terhadap tingkah konsentrasi. Seorang pendidik mengamati
pengaruh metode mengajar terhadap prestasi belajar para siswa.
b. Hubungan antara disposisi dan respon
Disposisi adalah kecenderungan untuk menunjukkan respons tertentu
dalam situasi tertentu, bila ‘stimulus” datangnya pengaruh dari luar dirinya,
sedangkan “disposisi” berada dalam diri seseorang. Contoh: Sikap kebiasaan,
nilai, dorongan, kemampuan, dan lain sebagainya. Suatu respon sering diukur
dengan mengamati tingkah laku seseorang, misalnya: pemakaian konstrasepsi,
migrasi, perilaku inivasi dan sebagainya.
c. Hubungan antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku
Ciri di sini adalah sifat individu yang relatif tidak berubah dan tidak
dipengaruhi lingkungan, seperti seks, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan,
dan lain-lain.
d. Hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tetentu
Contoh: agar pedagang kecil dapat memperluas usahanya diperlukan
antara lain persyaratan pinjaman bank yang lunak, hubungan antara kerja
keras dengan keberhasilan jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh.
e. Hubungan yang imanen antara dua variable

20
Di dalam hubungan ini terdapat jalinan yang erat antara variabel satu
dengan variabel yang lain. Jelasnya: apabila variabel yang satu berubah, maka
variabel yang lain ikut berubah. Contonya hubungan antara semakin besarnya
syatu organisasi dengan semakin rumitnya peraturan yang ada, jumlah lulusan
sekolah keguruan yang terus bertambah dengan tidak diikuti oleh
bertambahnya jumlah sekolah baru, akan mengakibatkan jullah pengangguran
bagi lulusan sekolah keguruan.
f. Hubungan antara tujuan dan cara
Contonya: penelitian tentang hubungan antara kerja keras dan
keberhasilan. Jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh pada waktu
ujian, hubungan antara cinta orang tua terhadap anak dan cara ia mendidik
anak tersebut.
3. Korelasi timbal- balik
Korelasi timbal-balik adalah korelasi antara dua variabel yang saling pengaruh
– mempengaruhi. Contoh : misalnya siswa yang biasa belajar teratur  akan meraih
prestasi tinggi, karena berprestasi tinggi menyebabakan siswa diterima di
perguruan tinggi.  Memiliki buku adalah investasi dan akan mendatangkan
keuntungan, karena pada gilirannya hasil dari membaca buku dan menulis dapat
digunakan untuk membeli buku lain.  Penanaman modal akan mendatangkan
keuntungan, dan pada gilirannya keuntungan akan memungkinkan penanaman
modal.

E. Pengkuran Variabel
Pengukuran adalah penting bagi setiap penelitian sosial, karena dengan
pengukuran itu penelitian dapat menhubungkan konsep yang abstrak dan realitas.
Untuk dapat melakukan pengukuran, maka seorang peneliti harus memikirkan
bagaimana ukuran yang paling tepat untuk suatu konsep. Ukuran yang tepat itu akan
memeberikan peneliti untuk merumuskan lebih tepat dan lebih cermat konsep
penelitiannya. Proses pengukuran mengandung empat kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Menentukan indikator untuk dimensi-dimensi variabel penelitian.
Variabel penelitian sosial pada umumnya memiliki lebih dari satu dimensi,
semakin lengkap dimensi yang digunakan dari satu variabel yang dapat diukur
akan semkin baik hasil pengukurannya.

21
2. Menentukan ukuran masing-masing dimensi.
Ukuran ini dapat berupa item (pertanyaan) yang relevan dengan dimensinya.
3. Menentukan ukuran yang akan di gunakan dalam pengukuran apakah tingkat
ukuran nominal, ordinal interval atau radio, dan
4. Menguji tingkat validitas dan reabilitas sebagai kreteria alat pengukuran yang
baik.
Dalam pengukuran gejala sosial kemungkinan besar bahwa alat pengukur yang
dipakai tidak dapat mengungkap realita dan gejala sosial yang diukur, karena
kebanyakan konsep gejala sosial adalah abstrak, lebih-lebih agama, yang tidak dapat
ditangkap indera.
Oleh karena itu dalam pengukuran gejala yang demikian itu yang dianut adalah
bardasarkan indikator-indikator konsep tersebut. Jadi kalau kalau kita akan mengukur
intelegensi harus mencari apa yang menjadi indikator perbuatan yang intelegen
tersebut.

F. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah pernyataan yang mengartikan atau memberi makna
suatu konsep istilah tertentu. Definisi konseptual merupakan penggambaran secara
umum dan menyeluruh yang menyiratkan maksud dan konsep atau istilah tersebut
bersifat konstitutif (merupakan definisi yang tersepakati oleh banyak pihak dan telah
dibakukan setidaknya dikamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang
abstrak (Hidayat dalam Yopi Sopiandi). Sedangkan menurut Imam Chourmain
Definisi Konseptual Variabel adalah penarikan batasan yang menjelaskan suatu
konsep secara singkat, jelas, dan tegas.
Secara sederhana, definisi konstitutif/konseptual ini adalah mendefinisikan
suatu konsep dengan konstruk yang lainnya. Definisi konseptual ini lebih bersifat
hipotetikal dan “tidak dapat diobservasi”. Hal ini dikarenakan definisi konseptual
merupakan suatu konsep yang didefinisikan dengan referensi konsep yang lain.
Definisi konseptual bermanfaat untuk membuat logika dalam proses perumusan.
Mochtar Mas’oed mensyaratkan sifat kondisi konseptual meliputi beberapa hal, di
antaranya adalah definisi harus menggambarkan ciri-ciri khas dari fenomena yang
hendak dideskripsikan; definisi juga harus berisi semua hal yang diliputinya dan tidak
memasukan hal-hal yang tidak diliputinya.

22
Definisi itu tidak boleh bersifat sirkuler (definisi yang harus didefinisikan lagi)
sehingga definisi yang diuraikan sudah benar-benar jelas, dan definisi harus
dinyatakan dalam istilah yang jelas dan tidak memiliki arti lebih dari satu.

G. Operasional
Defenisi operasional adalah defenisi yang berdasarkan atas sifat-sifat hal yang
didefinisikan yang dapat diamati (observasi), konsep yang dapat diamati atau dapat di
observasi adalah merupakan hal sangat penting, karena hal yang dapat diamati itu
membuka kemungkinan bagi orang lain, selain peneliti sendiri untuk dilaksanakan.
Juga agar orang lain dapat melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan
oleh panitia terbuka untuk di uji kembali oleh orang lain. Menurut Sugiyono (2015),
Pengertian definisi operasional dalam variabel penelitian ialah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan
menghindari perbedaan interprestasi serta membatasi ruang lingkup variabel. Variabel
yang dimaksudkan dalam definisi operasional adalah variabel kunci atau penting yang
dapat diukur secara operasional dan dapat di pertanggung jawabkan. Dengan definisi
operasional, maka : dapat ditentukan cara yang dipakai untuk mengukur variabel,
tidak terdapat arti dan istilah istilah ganda yang apabila tidak dibatasi akan
menimbulkan tafsiran yang berbeda (Munawaroh,2012:71). Menurut Budiwanto
(2005:34) Tujuannya definisi operasional adalah untuk menyamakan pengertian dan
persepsi bagi semua pembaca dan pihak yang lain yang berkepentingan terhadap
variabel dan permasalahan yang diteliti. Sehingga apabila akan timbul perbedaan
pengertian atau kurang jelas maknanya dapat dihilangkan.
Berikut ini disajikan contoh definisi istilah dan operasional yang digunakan
dalam sebuah penelitian.
Contoh Definisi Istilah
Kertampilan bermain sepaktakraw adalah kemampuan pemain sepaktakraw
dalam memainkan bola, menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan, dengan
cara menimang, melakukan passing dan heading, serta melakukan serangan ke
lapangan lawan, menggunakan: kaki, kepala, paha, dan anggota badan yang lain,
selain tangan dengan tujuan memenangkan suatu pertandingan.
Contoh Definisi Operasional

23
Kertampilan bermain sepaktakraw adalah kemampuan pemain sepaktakraw
dalam memainkan bola, menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan, dengan
cara menimang, melakukan passing dan heading, serta melakukan serangan ke
lapangan lawan, menggunakan: kaki, kepala, paha, dan anggota badan yang lain,
selain tangan dengan tujuan memenangkan suatu pertandingan.ketrampilan
sepaktakraw diukur dengan menggunakan tes bermain sepaktakraw, berbentuk
rangkaian (battery test), terdiri dari ketrampilan (1) menimang bola, (2) service, dan
(3) melakukan passing kesasaran.
Kesimpulannya definisi istilah merupakan definisi yang disusun peneliti
bedasarkan teori/penjelasan yang disusun dari kajian pustaka, yang lazim juga disebut
definisi konseptual. Sedangkan definisi operasional merupakan definisi yang disusun
oleh peneliti bedasarkan teori/penjelasan yang disusun dari kajian pustaka dengan
dilengkapi cara pengambilan data dilapangan (alat ukur/instrumen) secara
operasional. Tujuannya untuk memudahkan pengumpulan data dan menghindari
perbedaan persepsi serta membatasi ruang lingkup variabel.

H. Pendekatan dalam menyusun Definisi Operasional Variabel


Sandjaja dalam bukunya Panduan penelitian (2006) mengklasifikasi bahwa
ada tiga cara untuk memberikan definisi operasional variabel antara lain:
a. Definisi operasional yang menjelaskan cara perlakuan untuk menimbulkan suatu
gejala. Pada definisi in dijelaskan bagaimana cara memanipulasi variabel. Definisi
seperti ini sering dipergunakan pada penelitian eksperimental. Contoh bagaimana
mempergunakan pupuk X pada tanaman kacang, berapa banyak pupuk X yang
dipergunakan, kapan mempergunakannya.
b. Definisi operasionasl yang mendeskripsikan suatu variabel baik mengenai ciri-
cirinya maupun cara beroperasinya. Definisi ini sering dipergunakan dalam
penelitian-penelitian pada umumnya. Contoh, tanaman kacang yang digunakan
dalam penelitian pupuk X didefenisikan sebagai tanaman kacang dari spesies
Arachis Hypogaea yang ditanam langsung dari biji kacang dan telah berumur satu
minggu.
c. Definisi operasional yang mendeskripsikan ciri-ciri statis suatu obyek. Definisi ini
sering digunakan pada penelitian pendidikan. Misalnya anak cerdas menurut
definsi ini adalah anak yang memiliki perbendaharaan kata-kata yang banyak,

24
memiliki daya ingat yang kuat, dan mampu bernalar dengan baik serta memiliki
keterampilan berhitung yang baik dan seterusnya.
Ada tiga cara pendekatan dalam menyusun definisi operasional variabel, yaitu:
a. Definisi Operasional Tipe A,
disusun berdasarkan pada operasi yang dilakukan, sehingga menyebabkan gejala
atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi.
b. Definisi Operasional Tipe B,
disusun berdasarkan perumusan dalam bentuk deskripsi tentang bagaimana suatu
objek (benda tertentu) beroperasi, yakni apa yang dilakukan atau terdiri dari apa
ciri-ciri dinamis objek tersebut.
c. Definisi Operasional Tipe C,
disusun berdasarkan pada penampakan seperti apa obyek atau gejala yang
didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karaktersitik-karaktersitik
statisnya
Contoh nya penelitian dengan judul “Pengaruh media flash dalam peningkatan
hasil belajar Matematika di kelas X”, Definisi Operasioanal Tipe A. “Media Flash
adalah media yang dibuat dari ….. Dengan demikian, media flash…
Definisi Operasioanal Tipe B. “Penggunaan media flash dalam pembelajaran
dapat berupa…. Dan mekanismenya seperti… Oleh karena itu, setiap pengajar
harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran.
Definisi Operasioanal Tipe C.” Yang dimaksud media flash dalam penelitian ini
adalah …

25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

26
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana.

Wina, Sanjaya. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmh/pages/view/online_submission

Purwono. Studi Kepustakaan. 2010, http://www.scribd.com/doc/49046967/STUDI-


KEPUSTAKAAN.

27

Anda mungkin juga menyukai