Anda di halaman 1dari 32

HIPOTESA PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian

Dosen Pengampu : Siti Jundiah., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 1 SGD N
Ellsa Nadilla AK118053
Fathunissa Imarah Nusyaibah AK118060
Fitri Indriani AK118064
Hana Nabiilah AK118071
Ica Nur Agustina AK118076
Intan Novitasari AK118080
Iseu Rahmawati AK118084
Eneng Deti Sri Rahayu AK118057

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Metodologi Penelitian yang membahas
tentang “HIPOTESA PENELITIAN” tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam
penulis hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa
kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak hal yang
kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar penulis dapat memperbaikinya. Harapan penulis, semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua. Amin.

Bandung, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Variabel...................................................................................................................................
2.2 Hipotesis..................................................................................................................................
2.3 Karakteristik Hipotesis Yang Baik..........................................................................................
2.4 Klasifikasi Hipotesis ..............................................................................................................
2.5 Prosedur Pemilihan.................................................................................................................
2.6 Asosiasi Dan Uji Perbedaan....................................................................................................
2.7 Metode Asosiasi......................................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.................................................................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan
dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai
tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab
masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan
terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga
alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat
dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan
untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari
konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan
ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar
dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari
dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau
salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan
mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama
peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk
menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada criteria perumusan
hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang
penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus
mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang
mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu variabel?
2. Apa itu hipotesis?
3. Bagaimana karateristik hipotesis yang baik?
4. Bagaimana klasifikasi hipotesis?
5. Bagaimana prosedur pemilihan hipotesis?
6. Apa itu asosiasi dan uji perbedaan?
7. Apa itu metode asosiasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu variabel?
2. Untuk mengetahui apa itu hipotesis?
3. Untuk mengetahui bagaimana karateristik hipotesis yang baik?
4. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi hipotesis?
5. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemilihan hipotesis?
6. Untuk mengetahui apa itu asosiasi dan uji perbedaan?
7. Untuk mengetahui apa itu metode asosiasi?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Variabel

A. Pengertian

Menurut Sugiyono (2009), pengertian variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Kerlinger (2006), pengertian variabel adalah konstruk atau sifat yang akan
dipelajari yang mempunyai nilai yang bervariasi. Variabel adalah simbol atau lambang yang
padanya kita letakkan sembarang nilai atau bilangan.

B. Klasifikasi Berdasarkan Skala Pengukuran

1) Variabel nominal

Variabel nominal merupakan variabel dengan skala paling sederhana karena fungsinya
hanya untuk membedakan atau memberi label suatu subjek atau kategori. Contoh variabel
nominal: jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).

2) Variabel ordinal

Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi beberapa secara bertingkat,
contoh status sosial ekonomi : rendah, sedang, tinggi.

3) Variabel interval

Variabel interval adalahvariabel yang selain dimaksudkan untuk membedakan,


mempunyaitingkatan, juga mempunyai jarak yang pasti atau satu kategori dengan kategori
lainnya, contoh prestasi belajar : 5, 6, 7, 8, dst.

4) Variabel rasio
Variabel rasio merupakan variabel selain berisfat membedakan, mempunyai tingkatan
yang jaraknya pasti, dan setiap nilai kategori diukur dari titik yang sama, contoh : berat badan,
tinggi badan, dst.

C. Klasifikasi Berdasarkan Konteks Hubungannya

1) Variabel bebas atau independent variables

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel lainnya, yaitu
variable terikat.

2) Variabel terikat atau dependent variabel

Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya tergantung dari nilai vaiabel lainnya.

3) Variabel moderator atau variable intervening

Variabel moderator merupakan variable yang juga mem-pengaruhi variabel terikat,


namun dalam penelitian penga-ruhnya tidak diutamakan.

4) Variabel perancu (confounding variable)

Variabel perancu merupakan variabel yang berhubungan variabel bebas dan variabel
terikat, tetapi bukan variable antara.

5) Variabel kendali

Variabel kendali merupakan variabel yang juga mem-pengaruhi variabel terikat, tetapi
dalam penelitian keberadaannya dijadikan netral.

6) Variabel rambang

Variabel rambang merupakan variabel yang juga ikut mempengaruhi variabel terikat
namun pengaruhnya tidak begitu berarti, sehingga keberadaan variabel ini dalam penelitian
diabaikan.
D. Klasifikasi Berdasarkan dapat tidaknya variabel penelitian dimanipulasi

Ada variabel di mana peneliti dapat melakukan intervensi dan ada pula variable di mana
peneliti tidak dapat melakukan intervensi. Atas dasar tinjauan ini, variabel dibedakan menjadi:

1) Variabel dinamis, adalah variabel yang dapat dimanipulasi atau diintervensi oleh peneliti,
contoh : metoda mengajar, teknik pelatihan, strategi pembiasaan, dst.

2) Variabel statis, merupakan variabel yang tidak dapat diintervensi atau dimanipulasi oleh
peneliti, contoh : jenis kelamin, umur, status perkawinan, dst.

E. Klasifikasi Berdasarkan Hubungan Antar Variabel Penelitian

Hubungan antar variabel penelitian dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : hubungan
asimetris, hubungan simetris, dan hubungan timbal balik (Machfoedz, 2007: 29).

a. Hubungan asimetris

Pada hubungan asimetris, suatu variabel atau variabel-variabel bebas berhubungan


dengan variabel atau variabel-variabel terikat.

Hubungan variabel asimetris dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Hubungan variabel bivariat: hubungan antara dua variabel.

Contoh hubungan asimetris bivariat : hubungan kecerdasan intelektual (X) dengan prestasi
belajar (Y). Siswa yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi, presteasi belajarnya juga
tinggi.

2) Hubungan variabel multivariat: hubungan antara tiga variabel atau lebih.

Contoh hubungan asimetris multivariate:

Hubungan kecerdasan intelektual (X₁), kecerdasan emosional (X₂), dan motivsi belajar (X₃)
dengan prestasi belajar (Y).

b. Hubungan simetris
Hubungan variable secara simetris artinya ada hubungan antara dua variabel, tetapi
variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh variable lainnya.

Contoh hubungan variable secara simetris:

Variabel tinggi badan (Y₁) dan variable berat badan (Y₂) merupakan variable terikat yang
dipengaruhi oleh variabel pertumbuhan (X). Kedua variable terikat berhubungan tetapi variable
yang satu tidak diengaruhi variable lainnya. Secara visual hubungan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

c. Hubungan timbal balik

Hubungan variabel dikatakan bersifat timbal balik jika variabel yang satu mempengaruhi
variabel lainnya dan sebaliknya.

Contoh hubungan variabel secara timbal balik: Variabel rasa percaya diri (X) mempengaruhi
prestasi belajar (Y) dan sebaliknya, prestasi belajar juga mempengaruhi rasa percaya diri.

2.2 Hipotesis

A. Pengertian Hipotesis

Hipotesis pada umumnya diartikan sebagai jawaban (dugaan) sementara dari masalah
suatu penelitian. Hipotesis hanya disusun pada jenis penelitian inferensial, yakni jenis penelitian
dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menguji. Pengujian suatu hipotesis selalu
melalui teknik analisis statistik inferensial. Sedangkan penelitian deskriptif tidak memerlukan
secara eksplisit rumusan hipotesis.

Rumusan hipotesis memiliki persyaratan atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh peneliti.
Adapun beberapa ciri-ciri rumusan hipotesis, menurut Soesilo (2015) sebagai berikut:

1. Hipotesis dinyatakan dalam kalimat pernyataan (declarative statement), bukan kalimat tanya.
Statement tersebut sebagai pandangan peneliti berdasar hasil kajian teori yang digunakan

2. Peneliti harus konsisten (tidak berubah-ubah) mengenai isi hipotesisnya. Oleh karena itu,
peneliti perlu melakukan kajian yang mendalam tentang teori yang digunakan dalam menyusun
hipotesisnya
3. Dalam penelitian eksperimen hipotesis berisi pernyataan mengenai efektivitas, perbedaan atau
pengaruh dari suatu variabel ke variabel yang lain. Dalam hipotesis sedikitnya ada dua variabel
yang diteliti

4. Hipotesis harus dapat diuji (testable). Selain menjelaskan tentang cara (teknik) pengukuran
masing-masing variabel yang akan diteliti, dalam bagian metodologi penelitian juga harus
menjelaskan teknik analisis yang digunakan untuk mengujia hiptesis penelitian

B. Macam Hipotesis

Dalam penelitian inferensial, khususnya pada penelitian korelasi dan komparatif,


hipotesis digolongkan menjadi 2 yakni 1) hipotesis tanpa arah yang disebut juga hipotesis dua
arah, dan 2) hipotesis searah, seperti yang dijelaskan di bawah ini.1. Hipotesis Tanpa Arah (Dua
Arah)Hipotesis tanpa arah merupakan rumusan (kalimat) hipotesis yang berisi pernyataan hanya
mengenai adanya hubungan atau hanya ada perbedaan, tanpa menjelaskan arah hubungan di
antara variabel yang diteliti, misalnya berarah positif (+) atau berarah negatif (-). Sebagai misal,
hipotesis tanpa arah “Ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi
Belajar Siswa”. Dalam contoh tersebut tidak dijelaskan arah hubungan (apakah berarah
hubungan positif atau negatif) di antara variabel motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.
Contoh lain, hipotesis yang berbunyi “Ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa
berdasar motivasi belajar”. Dalam hipotesis ini juga tidak disertakan penjelasan motivasi belajar
yang mana yang memiliki prestasi belajar tinggi.

2. Hipotesis SearahHipotesis searah pada umumnya disusun sebagai pernyataan yang


menunjukkan arah hubungan atau perbedaan dari dua variabel yang diteliti; arah mencerminkan
hubungan positif atau sebaliknya negatif. Sebagai misal hipotesis penelitian “Semakin tinggi
motivasi belajar siswa maka diikuti semakin tinggi prestasi siswa”; menunjukkan arah hubungan
yang positif. Contoh lain “Semakin tinggi konsep diri maka diikuti semakin rendah agresivitas
siswa”; yang menggambarkan ada hubungan yang bersifat negatif.

C. Cara Menyusun Hipotesis

Perlu dipahami bahwa rumusan hipotesis penelitian tidak ‘jatuh dari langit’ atau muncul
secara tiba-tiba tanpa dilandasi suatu teori atau kajian ilmiah. Hipotesis penelitian tidak
dirumuskan hanya sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti saja meskipun dugaan peneliti
dapat menjadi titik tolak dalam telaah teori dan prediksi hasil penelitiannya kelak. Jadi, hipotesis
dirumuskan tidak sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti, tetapi berasal dari penguraian
landasan teori yang disusun sebelumnya. Teori tersebut mengkaitkan keberadaan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Oleh karena itu, telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan
berfungsi menjelaskanpermasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap
pertanyaan penelitian.Seperti yang dinyatakan oleh Azwar (1999), bahwa dalam merumuskan
suatu hipotesis, terdapat dua cara. Cara pertama, adalah dengan membaca dan menelaah ulang
(mereviu) teori atau konsep-konsep yang membahas mengenai variabel-variabel penelitian
beserta hubungan dari variabel-variabel tersebut. Cara ini sering disebut sebagai proses berpikir
deduktif. Cara kedua, adalah dengan membaca dan mereviu hasil atau temuan-temuan penelitian
terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian. Hal ini yang disebut sebagai proses
berpikir induktif.

Setelah menelaah teori-teori maupun temuan-temuan hasil penelitian, peneliti dapat


merumuskan hipotesis penelitiannya. Hasil kajian teori maupun temuan hasil penelitian tersebut
merupakan bekal (landasan) penting bagi peneliti dalam menyusun hipotesisnya. Oleh karena itu,
pada umumnya hipotesis diletakkan setelah peneliti menelaah teori, konsep maupun temuan hasil
penelitian, yakni pada bagian akhir bab II dari suatu laporan penelitian. Hipotesis harus diuji
kebenarannya melalui uji statistik dengan menggunakan teknik analisis yang tepat. Hipotesis
yang telah disusun perlu dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan teknik analisis statistik
lanjut. Pemilihan teknik analisis statistik tersebut tergantung dari beberapa hal, yakni jenis
penelitian, tujuan penelitian dan jenis skala data pada masing-masing variabel.

Dalam perumusan hipotesis secara statistik dinyatakan melalui simbol-simbol. Terdapat


dua macam hipotesis yakni hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), yang ditulis selalu
berpasangan. Jika salah satu ditolak, maka yang lain pasti diterima sehingga dapat dibuat
keputusan yang tegas, yaitu kalau H0 ditolak pasti Ha diterima. Dengan dipasangkan itu maka
dapat dibuat keputusan yang tegas, mana yang diterima dan mana yang ditolak. Di bawah ini
merupakan contoh pernyataan yang dapat dirumuskan sebagai hipotesis statistiknya:1. Dalam
suatu penelitian eksperimen yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap
kemampuan pro-sosial siswa”, maka rumusan hipotesis statistik disusun sebagai berikut:Ho :
Tidak ada pengaruh model pembelajaran tradisionalterhadap kemampuan pro-sosial siswaHa :
Ada pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap kemampuan pro-sosial siswa2. Dalam
peneltian eksperimen yang berjudul “Efektivitas Layanan BK terhadap peningkatan Percaya Diri
Siswa” maka rumusan hipotesis statistiknya adalah:Ho : Layanan BK tidak efektif dalam
peningkatan Percaya Diri SiswaHa : Layanan BK efektif dalam peningkatan Percaya Diri Siswa

D. Pembuktian Hipotesis

Dalam penelitian inferensial yang harus menguji suatu hipotesis, termasuk penelitian
eksperimen, pembuktian suatu hipotesis selalu terkait dengan istilah signifikansi. Pemahaman
mengenai taraf signifikansi sangat penting dalam penggunaan metode statistika guna menguji
hipotesis. Hal ini disebabkan bahwa kesimpulan penelitian inferensial selalu disandarkan pada
keputusan statistik, yang tidak dapat ditopang oleh taraf kepercayaan mutlak seratus persen.
Dalam penelitian inferensial, peneliti selalu menggunakan probabilitas (peluang) yakni adanya
peluang kesalahan dalam menolak atau menerima hipotesis.

Dalam analisis yang menggunakan statistik, taraf signifikansi (sig) sering kali diberi
simbol p atau simbol alpha (a) dinyatakan dalam proporsi atau persentase, yang berarti besarnya
peluang kesalahan. Menurut kesepakatan para ahli statistik, peluang kesalahan tertinggi yang
masih dapat diterima adalah sebesar 0,05 atau 5%; berarti peluang kesalahan sebesar 5 % artinya
kesalahan sebanyak 5 dari 100 kejadian. Sebaliknya, hal tersebut juga berarti bahwa taraf
kepercayaannya sebesar 100-5 = 95% atau 0,95. Dalam penelitian sosial, khususnya dalam
bidang pendidikan, taraf signifikansi pada umumnya diukur dari p sebesar 1%, atau 5%.

Saat melakukan analisa penelitiannya, peneliti terutama perlu membaca (menginterpretasi) hasil
Sig (p), dan diikuti dengan membaca nilai (skore) r (koefisien korelasi). Sedangkan pada
penelitian uji beda, setelah peneliti membaca hasil sig, diikuti dengan skore t (hasil uji-t), atau F
(hasil Anova), dan skore r square (r2). Perlu ditekankan kembali bahwa signifikansi hasil
penelitian (peluang kesalahan) dirujuk dari taraf signifikansi (p atau sig) yang diketemukannya.
Dalam analisis penelitian, sebaran hasil peluang kesalahan (sig) dibagi dalam tiga kelompok
yaitu:1. p < 0,01, maka korelasi atau perbedaannya dinyatakan sangat signifikan. Dengan
demikian hipotesis diterima
2. p < 0,050 (antara 0,011 – 0,050), maka korelasi atau perbedaannya dinyatakan signifikan.
Dengan demikian hipotesis diterima!3. P > 0,05, maka korelasi atau perbedaannya dinyatakan
nirsignifikan (tidak signifikan). Dengan demikian hipotesis ditolak!Sebagai contoh, penelitian
eksperimen tentang Pengaruh Model Pembelajaran Penugasan terhadap Motivasi Belajar
Mahasiswa, yang menghasilkan sig=0,089, dan besarnya r square 0,061. Hal ini berarti bahwa
dalam penelitian tersebut tidak ada pengaruhi yang signifikan model pembelajaran penugasan
terhadap motivasi belajar mahasiswa. Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi ” Model
Pembelajaran Penugasan berpengaruh terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa” ditolak.
Sumbangan efektif dari model pembelajaran penugasan terhadap keberadaan motivasi belajar
mahasiswa nampak rendah, yakni hanya sebesar 6,1%.Ada perbedaan dalam pembuktian
(pengujian) hipotesis pada penelitian inferensial (termasuk penelitian eksprimen) dengan
penelitian tindakan. Pembuktian hipotesis pada penelitian inferensial selalu menggunakan uji
statistik, seperti yang dijelaskan di atas. Diterima atau ditolaknya suatu hipotesis dikaji dari hasil
skor signifikansinya. Jika skor signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,050 maka hipotesis
peneltian teresebut tidak signifikan alias ditolak. Sedangkan pada penelitian tindakan, pengujian
hipotesis dikaji dari hasil setiap tindakan yang dibandingkan dengan rumusan indikator
ketercapaian penelitian tersebut. Dengan demikian, dalam penelitian tindakan peneliti perlu
merumuskan indikator ketercapaiannya. Jika hasil tindakan sudah melampaui indikator
ketercapaian tersebut maka penelitian tersebut terbukti sudah berhasil mencapai tujuannya

2.3 Karakteritsik Hipotesis yang baik

Karakteristik Hipotesis yang Baik Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik
hendaknya mengandung beberapa hal. Hal – hal tersebut diantaranya :

a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas

b. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel

c. Hipotesis harus dapat diuji

d. Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada

e. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin


Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik :

 Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variabel

Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini
harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-
gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel
yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain.

 Hipotesis harus Dapat Diuji Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima
atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data
empiris.

 Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan Hipotesis tidak


bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati
untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang
sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang
dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis
harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya

 Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana Suatu hipotesis akan dipresentasikan


kedalam rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif, hipotesis dinyatakan secara
singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk
membuktikan hipotesis tersebut

2.4 Klasifikasi Hipotesis

1. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai hubungan atau
pengaruh, baik secara positif atau secara negatif antara dua variable atau lebih sesuai dengan
teori. Jenis hipotesis ini juga sering disebut sebagai hipotesis yang dilihat dari sifat variabel yang
akan diuji.

Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
(1) hipotesis tentang hubungan dan

(2) hipotesis tentang perbedaan.

Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua
variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional. Hubungan antara variabel tersebut dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:

(a). hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.

(b). hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.

(c). hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.

Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam
variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari
berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.

2. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya (Hipotesis Statistik)

Menurut Yatim Riyanto (1996: 13) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi
dua, yaitu

(1) hipotesis nihil (null hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ho, dan

(2) hipotesis alternative (alternative hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ha.

Hipotesis nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara suatu
variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.

Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara
suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Ada hubungan antara tingkat pendidikan
orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.

Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu directional hipotheses (hipotesis terarah) dan non
directional hipotheses (hipotesis tak terarah). (Frankel dan Wallen, 1990: 42; Suharsimi
Arikunto, 1989 :57)
Hipotesis terarah (directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti, di mana
peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel independent memang
sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependent. Misalnya : siswa yang diajar dengan
metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
menggunakan metode curah pendapat (diskusi).

Hipotesis tak terarah (non directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan dan dirumuskan
oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independent berpengaruh terhadap variabel
dependent. Frankel dan Wallen (1990: 42) menyatakan bahwa hipotesis tak terarah
menggambarkan bahwa peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil
penelitian yang akan dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode
mengajar inkuiri dan curah pendapat terhadap prestasi belajar siswa.

2.5 Prosedur Pemilihan Hipotesis

Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa) dapat diartikan
secara sederhana sebagai dugaan sementara. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani hypo yang
berarti di bawah dan thesis yang berarti pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Jika
dimaknai secara bebas, maka hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih diragukan.
Untuk bisa memastikan kebenaran dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis harus diuji atau
dibuktikan kebenarannya.

- Tentukan parameter yang akan diuji.

- Tentukan Hipotesis nol (H0)

- Tentukan Hipotesis alternatif (H1)

- Tentukan (α)

- Hipotesis statistik

Angka atau data yang ditampilkan dalam statistik ini diperoleh dari hasil pengumpulan data baik
berupa wawancara maupun tanpa wawancara. Statistik pada dasarnya adalah data-data yang
dihasilkan dari pengolahan yang dipelajari di statistika

- Pilih statistik yang tepat.


- Tentukan daerah penolakan.

- Hitung statistik uji.

- Putuskan apakah Hipotesis nol (H0) ditolak atau tidak.

- Hipotesis deskriftif

Deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran
lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai
suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah .

- Metode Survei. Metode ini dilakukan untuk mendapat fakta-fakta dan keterangan dari
gejala yang ada.

- Metode Studi Kasus. Metode ini biasanya fokus pada satu objek dengan mempelajari
suatu kasus.

- Penelitian Analisa Kerja dan Aktivitas.

- Penelitian Perpustakaan.

Uji Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap
rumusan masalah yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua variabel
penelitian.

Jenis-Jenis Statistik Uji Hipotesis yang sering digunakan

1 sample z test (Pengujian z satu sample)

1 sample t test (Pengujian t satu sampel)

2 sample t test (Pengujian t dua sampel)

Pair t test (Pengujian pasangan t)

1 Proportion test (PengujianProporsi 1 (satu) sampel)


Hipotesis Variabel kategorikal Berkaitan dengan gambaran karakteristik satu set data
dengan skala pengukuran kategorikal, dapat mengenal istilah jumlah atau frekuensi tiap kategori
(n), dan persentase tiap kategori (%), yang umumnya disajikan dalam bentuk tabel atau
grafik.Tabel 1.1. Contoh deskripsi variabel kategorikal dalam bentuk tabeln %Jenis kelamin-
Laki-laki 22 44- Perempuan 28 56Tingkat pendidikan- Rendah IU 20- Sedang 25 50- Tinggi 15
30Total 50 100

Uji korelasi

Uji korelasi merupakan uji statistik yang hanya untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
dua variabel atau lebih dari penelitian atau seberapa besar hubungan antar variabel penelitian.

memilih uji hipotesis korelatif dengan berpedoman pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 1.10. Pemilihan hipotesis korelatif

Variabel 1 Variabel 2 Uji korelasi yang dipilih

Nominal Nominal Koefisien kontingensi, Lambda

Nominal Ordinal Koefisien kontingensi, Lambda

Ordinal Ordinal Spearman, Gamma, Somers'dOrdinal Numerik SpearmanNumerik Numerik


Pearson

Keterangan:Korelasi untuk variabel numerik-numerik, memakai uji Pearson dengan uji korelasi

2.6 Asosiasi dan Uji Perbedaan

A. Pengerjian Uji Asosiasi

Pengujian asosiasi menggunakan dua buah variabel yang saling mempengaruhi.


Pengujian asosiasi ini tidak memperhatikan variabel mana yang independen dan mana yang
dependen. Uji asosiasi akan menganalisis apakah sebuah variable mempunyai hubungan yang
signifikan dengan variable lainnya, dan jika ada hubungan, bagaimana keeratan hubungan
tersebut, serta seberapa jauh variable tersebut mempengaruhi variable lainnya. Analisis Korelasi
dan Regresi (baik sederhana maupun berganda) adalah alat analisis yang sering dipakai dalam uji
asosiasi. Hubungan (asosiasi) antara dua variabel atau lebih, meliputi :

1. Hubungan simetris (hubungan antara dua variabel atau lebih kebetulan munculnya
bersama)

2. Hubungan kausal (hubungan yang bersifat sebab akibat).

3. Hubungan interaktif / timbal-balik (hubungan yang saling mempengaruhi)

Asosiasi dalam bentuk pernyataan ini bermanfaat untuk :

1. Memahami secara lebih baik tentang hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen.

2. Mengetahui kekuatan hubungan yang dapatmenuntun peneliti menuju suatu realisme


penelitian ilmiah yang baru.

Untuk mencari hubuangan antara dua variable atau lebih dilakuakn dengan menghitung
korelasi antar variable yang akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang
menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variable atau lebih. Arah dinyatakan dalam
bentuk hubungan positif atau negative, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya
koefisien korelasi.

Hubungan dua variable atau lebih dikatakan hubungan positif, bila nilai suatu variable
ditingkatkan, maka akan meningkatkan nilai variable yang lain, dan sebaliknya nila satu variable
diturunkan maka akan menurunkan nilai variable yang lain. Hubungan dua variable atau lebih
dikatakan hubungan negative, bilanilai satu variable dinaikkan maka akan menurunkan nilai
variable yang lain, dan juga sebaliknya bila nilai satu variable diturunkan, maka akan menaikkan
nilai variable yang lain.

Kuatnya hubungan antar variable dinyatakan dalam koefisien korelasi.

Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negative terbesar = - 1,


sedangkan yang terkeceil adalah 0. Bila hubungan antar dua variable atau lebih itu mempunyai
koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna. Dalam arti kejadian-kejadian
pada variable yang satu akan dapat dijelaskan atau diprediksikan oleh variable yang lain tanpa
terjadi kesalahan (error). Semakin kecil koefisien korelasi, maka akan semakin besar error
untuk membuat prediksi. Sebagai contoh, bila hubungan bunyinya burung Prenjak mempunyai
koefisien korelasi sebesar 1, maka akan dapat diramalkan setiap ada bunyi burung Prenjak maka
akan dipastikan aka nada tamu. tetapi kalau koefisien korelasinya kurang dari satu, setiap ada
bunyi burung Prenjak belum tentu ada tamu, apalagi koefisien korelasinya mendekati 0.
Pengujian asosiasi dapat dikelompokkan kedalam pengujian parametrik dan nonparametrik

B. Uji Beda (Paired Sample t-Test)

Variabel independen kualitatif dalam penelitian ini memiliki dua kategori. Oleh sebab itu,
dilakukan pengujian dengan metode uji beda rata-rata untuk dua sampel berpasangan (paired
sample t-test). Model uji beda ini digunakan untuk menganalisis model penelitian pre-post atau
sebelum dan sesudah. Uji beda digunakan untuk mengevaluasi perlakuan (treatment) tertentu
pada satu sampel yang sama pada dua periode pengamatan yang berbeda (Pramana, 2012).
Paired sample t-test digunakan apabila data berdistribusi normal.

Menurut Widiyanto (2013), paired sample t-test merupakan salah satu metode pengujian
yang digunakan untuk mengkaji keefektifan perlakuan, ditandai adanya perbedaan rata-rata
sebelum dan rata-rata sesudah diberikan perlakuan. Dasar pengambilan keputusan untuk
menerima atau menolak Ho pada uji ini adalah sebagai berikut.

1. Jika t hitung > t tabel dan probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima.

2. Jika t hitung < t tabel dan probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05, maka Ho diterima dan Ha
ditolak.

Prosedur uji paired sample t-test (Siregar, 2013):

a. Menentukan hipotesis; yaitu sebagai berikut:

Ho1 : tidak terdapat perbedaan antara Relevansi Nilai Informasi Akuntansi pada saat
sebelum dan sesudah penerapan PSAK 50/55 (revisi 2006).

Ha1 : terdapat perbedaan antara Relevansi Nilai Informasi Akuntansi pada saat sebelum
dan sesudah penerapan PSAK 50/55 (revisi 2006).
Ho2 : tidak terdapat perbedaan antara Asimetri Informasi pada saat sebelum dan
sesudah penerapan PSAK 50/55 (revisi 2006).

Ha2 : terdapat perbedaan antara Asimetri Informasi pada saat sebelum dan sesudah
penerapan PSAK 50/55 (revisi 2006).

b. Menentukan level of significant sebesar 5% atau 0,05

c. Menentukan kriteria pengujian

Ho ditolak jika nilai probabilitas < 0,05, berarti terdapat perbedaan dalam Relevansi Nilai
Informasi Akuntansi dan Asimetri Informasi pada saat sebelum dan sesudah penerapan
PSAK 50/55 (revisi 2006).

Ho diterima jika nilai probabilitas > 0,05, berarti tidak terdapat perbedaan dalam
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan Asimetri Informasi pada saat sebelum dan
sesudah penerapan PSAK 50/55 (revisi 2006).

d. Penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian hipotesis.

2.7 Metode Asosiasi

1. Analisis Bivariat

a. Pengertian

Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk mencari korelasi atau
pengaruh antara 2 variabel atau lebih yang diteliti. Pada penelitian ini sebelum
dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk
mengetahui normal atau tidaknya data yang ada. Pengujian normalitas dilakukan
dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan membandingkan nilai
skewness dan kurtosis (Notoatmodjo, 2010).

Bila data telah terdistribusi normal maka analisis bivariat dilakukan menggunakan
uji korelasi product moment karena data berbentuk interval. Namun bila data tidak
terditribusi normal maka skala data diturunkan menjadi ordinal atau nominal
sehingga analisis bivariat yang digunakan adalah uji korelasi product moment
(Sugiyono, 2011).
Analisis bivariate adalah analisis yang dilakukan untuk menguji hubungan antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-
square (X2). Uji Chi-square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi
(observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai observasi dengan nilai
frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna
(signifikan). Sebaliknya, bilai nilai frekuensi observasi dan nilai frekuensi harapan
berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna (signifikan). (Hastono,
2007)

Analisis bivariat menggunakan tabel silang untuk menyoroti dan menganalisis


perbedaan atau hubungan antara dua variabel. Menguji ada tidaknya
perbedaan/hubungan antara variabel kondisi pemukian, umur, agama, status migrasi,
pendidikan, penghasilan, umur pekkawinan pertama, status kerja dan kematian
bayi/balita dengan persepsi nilai anak digunakan analisis chi square, denagn tingkat
kemaknaan a=0,05. Hasil yang diperoleh pada analisis chi square, dengan
menggunakan program SPSS yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan a=0,05.
Apabila nilai p< dari a=0,05 maka ada hubungan atau perbedaan antara dua variabel
tersebUT. Analisis bivariat menggunakan tabel silang untuk menyoroti dan
menganalisis perbedaan atau hubungan antara dua variabel. Menguji ada tidaknya
perbedaan/hubungan antara variabel metode cermah dan metode demonstrasi
terhadap peningkatan haya hidup sehat siswa digunakan analisis Chi Square, dengan
tingkat kemaknaan á = 0,05. Hasil yang diperoleh pada analisis Chi Square.

Dengan menggunakan program SPSS yaitu nilai p, kemudian dibandingkan


dengan á = 0,05. Apabila nilai p lebih kecil dari á = 0,05 maka ada
hubungan/perbedaan antara dua variabel tersebut (Agung, 1993). Sedangkan untuk
mengetahui kuatnya perbedaan antara variable dikonsultasikan dengan Contingency
Coefficient (untuk variabel dengan data nominal) sementara untuk mengetahui pola
dan kuatnya hubungan antara variable dikonsultasikan dengan uji Spearman
Correlation (untuk variabel dengan data interval). Nilai Chi Square, Contingency
Coefficient dan Spearman Correlation diperoleh dari hasil pengolahan program SPSS
(Santoso, 2000: 30).
Rumus:

Keterangan :

N : jumlah responden

X : pertanyaan nomor ke-x

Y : skor total

XY : skor pertanyaan nomor ke-x dikali skor total

Apabila dari perhitungan didapatkan nilai signifikansi (p) lebih kecil dari taraf kesalahan
5% (0,05) maka hipotesis (H1) diterima dan H0 ditolak yang artinya ada pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Jika didapatkan nilai signifikansi (p) lebih besar dari taraf kesalahan
5% (0,05) maka hipotesis (H1) ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak ada pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat (Sugiyono, 2011).

Dalam analisis bivariat dilakukan beberapa tahap, antara lain:

1. Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan distribusi silang antara dua
variabel yang bersangkutan.
2. Analisis dari hasil uji statistik (chi square, z test, t test dan sebagainya). Melihat dari hasil
uji statistik ini akan dapat disimpulkan adanya hubungan dua variabel tersebut bermakna
atau tidak bermakna. Dari hasil uji statistik ini dapat terjadi misalnya antara dua variabel
tersebut secara persentase berhubungan tetapi secara statistik hubungan tersebut tidak
bermakna.
3. Analisis keeratan hubungan antara dua variabel, dengan melihat Odd Ratio (OR). Besar
kecilnya nilai OR menunjukkan besarnya keeratan hubungan antara dua variabel yang
diuji.

Contoh :
Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Kepatuhan Berobat TB
Umur Kepatuhan Total P OR
Tak patuh Patuh value 95%
Dewasa Md 7(20,0%) 28 (80%) 35 (100%)
0,004 3,08
Dewasa 24(54,0%) 20(45,5% 44(100%)
)
Total 31 (39,2%) 48(60,8% 79 (100%)
)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden berumur dewasa muda lebih patuh berobat TB
(80%) dibandingkan dengan responden dewasa (45,8%). Sehingga secara presentase dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur dengan kepatuhan berobat. Hasil uji statistic
menunjukkan bahwa nilai p< 0,005 hal ini terbukti bahwa umur berhubungan secara bermakna
dengan kepatuhan berobat. Dari analisis keeratan hubungan menunjukkan nilai ODD Ratio (OR)
3,08 yang berarti bahwa responden yang berumur dewasa muda mempunyai peluang 3,08 kali
patuh berobat dibandingkan dengan responden yang berumur lebih tua.

Uji statistik yang dipakai pada analisis bivariat:

Variabel I Variabel II Uji Statistik

Kategorik Kategorik Chi square

Kategorik Numeric Uji T

Anova

Numeric Numeric Korelasi

Regresi

b. Jenis-Jenis Analisis Bivariate

Dalam analisis bivariate secara umum terdiri dari analisa korelasi dan analisa regresi.

a. Uji T dependen
Uji t dependen seringkali disebut uji t Paired/related atau pasangan. Sering
digunakan dalam analisis data penelitian eksperimen. Disebut dependen bila
responden diukur dua kali/diteliti dua kali atau pre- dan post- test.

b. Uji anova

Uji ini digunakan untuk menganalisis data baik independen maupun dependen
dengan kelompok lebih dari dua. Analisis Varian (ANOVA) mempunyai dua jenis
analisis varian satu faktor (one way) dan analisis dua faktor (two way).

c. Chi Square ( chi kuadrat)

Adalah suatu teknik statistik yang memungkinkan penyelidikan menilai


probabilitas memperoleh perbedaan frekuensi yang nyata (yang diobservasi) dengan
frekuensi yang diharapkan dalam kategori –kategori tertentu sebagai akibat dari
kesalahan sampling.

Manfaat chi square:

 Chi kuadrat adalah alat untuk mengadakan estimasi. Digunakan untuk menaksir
apakah ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi yang diobservasi dengan
frekuensi yang di harapkan dalam populasi. Frekuensi yang diharapkan dalam
populasi ini disebut juga frekuensi hipotetik karena digunakan sebagai alat
hipotesis yang akan diuji dengan frekuensi yang diperoleh dari sampel. Oleh
karena itu chi kuadrat sebagai alat estimasi berkedudukan juga sebagai alat
pengetes hipotesis.
 Chi kuadrat adalah alat untuk mengadakan pengetesan hipotesis. Tiap-tiap
pengetesan hipotesis harus membandingkan sedikitnya dua sampel. Dalam hal ini
apakah frekuensi yang diperolehdalam sampel yang satu berbeda secara signifikan
ataukah tidak dengan frekuensi yang diperoleh dalam sampel lainnya.
 Chi kuadrat sebagai alat mengetes signifikan korelasi antara dua factor atau lebih.
d. Korelasi Product Moment Pearson

Teknik Korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dua variabel dengan data
kedua variabel berskala interval atau rasio. Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 ≤ r
≤ 1. Koefisien r melambangkan estimasi untuk sampel, sedangkan koefisien ρ
mewakili korelasi populasi. Koefisien korelasi menunjukkan besar dan arah dari
hubungan. Arah menunjukkan pada kita apakah nilai-nilai yang besar pada sebuah
variabel berkorelasi dengan nilai-nilai besar pada variabel yang lain (dan nilai-nilai
yang kecil dengan nilai-nilai yang kecil). Apabila nilai-nilai berkorelasi dengan cara
demikian maka kedua variabel mempunyai hubungan positif. Apabila satu variabel
naik maka yang lain juga akan ikut naik.

e. Regresi sederhana

Analisis regresi linear sederhana adalah hubungan secara linear antara satu
variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
apakah posiutif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen
apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang
digunakan biasanya berskala interval atau rasio.

c. Kegunaan Analisis Bivariate

Untuk mengukur kekuatan hubungan antar dua variabel atau lebih.


Contoh mengukur hubungan antar dua variable

- Motivasi kerja dengan produktivitas


- Kualitas layanan dengan kepuasan pelanggan
d. Langkah-langkah Analisi Bivariate
a. Masukkan data diatas kedalam program SPSS dengan nama variabel bulan,
b_selling, b_promo, b_iklan, dan unitpjl.
b. Klik menu utama analize , correlate, bivariate, tampak dilayar
c. Kemudian klik semua variabel yang akan dikorelasikan dan masukkan kekolom
variables dengan mengklik tanda panah
d. Untuk kolom corelatiaon koeffisients, pilihlah pearson karena anda ingin melakukan
uji atas data rasio
e. Untuk kolom test of significance, pilih option two-tailed untuk uji dua arah atau dua
sisi
f. Untuk pilihan flag signifikant korelations boleh dicentang (dipilih) hingga pada
output akan muncul tanda * untuk signifikansi 5% dan tanda ** untuk signifikansi
1%

Kemudian klik tombol option hingga dilayar tampil :

Pengisian :

a. Anda dapat memunculkan output nilai means and standard deviations dengan
mengklik pilihan yang sesuai pada kolom dtatistik
b. Pada pilihan missing values pada dua pilihan :
c. Exclude cases pairwise : Pasangan yang salah satu tidak ada datanya tidak
dimasukkan dalam perhitungan. Akibatnya, jumlah data tiap pasangan korelasi akan
bervariasi.
d. Exclude cases listwise : Yang dibuang adalah kasus yang salah satu variabelnya
memiliki mising data. Jumlah untuk semua variabel korelasi adalah sama.
e. Untuk keseragaman pilih exclude cases pairwise
f. Tekan qontinyue jika sudah selesai
g. Kemudian tekan ok dan akan muncul output.
2. Analisis Multi Variat
A. Pengertian

Menurut Widarjono (2010:1) analisis multivariat merupakan salah satu analisis


statistik yang berkaitan dengan banyak variabel. Analisis multivariate berasal kata multi
(banyak) dan variate (variable), sehingga analisis multivariate adalah analisis terhadap
banyak variable yang merupakan pengembangan dari analisis univariate dan bivariate.
Analisis multivariate memiliki lebih dari dua variabel. Supranto (2010:18)
mengilustrasikan analisis multivariate dengan adanya masalah atau gap yang disebabkan
oleh tidak adanya kesesuaian antara harapan (expected) dan kenyataan (observed). Kalau
masalah kita sebut variabel dependen (Y) dan faktor penyebab kita sebut variabel bebas
(X) maka masalah (Y) adalah fungsi dari X1, X2, X3….… Xn. Fenomena ini disebut
fenomena multivariate.

B. Teknik Analisis Multivariat


Terdapat tiga jenis teknik dalam analisis multivariate, yaitu : (1). Teknik
dependent, (2). Teknik interdependent, dan (3). Teknik persamaan structural (structural
model). Teknik dependen yaitu jika variabel dependen dipengaruhi oleh variabel
independen. Sedangkan teknik interdependen yaitu jika semua variabel saling
berpengaruh. Dengan kata lain, dalam teknik interdependen semua variabel adalah
independen.

Untuk memilih jenis analisis multivariat yang akan digunakan dalam penelitian,
peneliti terlebih dahulu memperhatikan jenis pengukuran data dari variabel yang diteliti.
Jenis data dari variabel yang diteliti dengan analisis multivariat dapat bersifat kuantitatif
atau kualitatif.

Data kuantitatif dapat langsung dihitung. Menurut Widarjono (2010:2) variabel


kuantitatif adalah data yang dilaporkan dalam bentuk angka atau metrik (metric number).
Variabel yang diukur dengan cara ini disebut variabel yang mempunyai data metric.
Contoh beberapa data metric : jumlah mahasiswa dalam satu kelas. jumlah unit mobil
yang dipajang di show room, umur seseorang, gaji pegawai, berat badan seseorang,
keuntungan perusahaan, jumlah pelanggan dan harga saham.

Sedangkan data kualitatif tidak dapat langsung dihitung seperti pendapat


pelanggan tentang kepuasan pelayanan. Data yang berasal dari variable behavioral
bersifat kualitatif. Data kualitatif diukur dengan teknik penskalaan (scaling technique).
Teknik skala yang terkenal adalah Skala Likert, yang dikembangkan oleh Rensis Likert.
Variabel kualitatif adalah data yang dilaporkan tidak dalam bentuk angka atau non metrik
(non metric). Variabel yang diukur dengan cara ini disebut variabel yang mempunyai
data non metric. Data kualitatif diukur dalam bentuk atribut atau karakteristik. Sering
juga disebut data kategori, karena memiliki karakteristik beberapa kategori. Contoh
beberapa data non metric : agama, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kelas hotel,
peringkat akreditasi perguruan tinggi atau rumah sakit dan kelompok Surat Ijin
Mengemudi (SIM).

1. Teknik Dependen. Bila peneliti dalam analisis multivariat dapat mengenali


variabel dependen dan independen, maka teknik ini disebut teknik dependen.
Teknik dependen memiliki dua kelompok berdasarkan :
a. Jumlah variabel dependen dan,
b. Jenis pengukuran data baik variabel dependen maupun independen.

Berdasarkan jumlah variabel dependen, teknik dependen bisa memiliki satu,


dua atau beberapa variabel dependen. Setelah diketahui jumlah variabel
dependen, selanjutnya dikelompokan berdasarkan jenis pengukuran data baik
variabel dependen maupun independen. Untuk memperjelas pembahasan ini,
selanjutnya disajikan Table 2.2. Jenis Teknik Dependen.

Sumber : Ghozali (2009:9) dan Widarjono (2010:5)

2. Teknik Interdependen

Menurut Santoso (2006:6) hubungan antar variabel yang bersifat


interdependen ditandai dengan tidak adanya variabel tergantung (dependent)
dan bebas (independent).

Tujuan utama analisis interdependen adalah menganalisis mengapa dan


bagaimana variabel yang ada saling berhubungan. Karena peneliti kesulitan
menentukan variabel dependen atau independen, maka metode interdependen
ditentukan berdasarkan jenis pengukuran variabel apakah bersifat metric atau
non metric.

Jika data berskala non metrik hanya ada satu analisis yaitu analisis
koresponden (correspondence analysis). Tabel 2.3. Jenis Teknik
Interdependen menyajikan pengujian metode interdependen.

Sumber : Ghozali (2009:9) dan Widarjono (2010:6).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di mana jawaban
tersebut masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian yang dilakukan
sebenarnya tidak semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang diajukan, tetapi bertujuan
menemukan fakta yang ada dan terjadi di lapangan.

Jenis-jenis hipotesis :

a. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya

b. Hipotesis dilihat dari sifat variabel yang akan diuji

c. Hipotesis dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.

Dalam merumuskan hipotesis tentunya peneliti juga harus mengetahui terlebih dahulu
karakteristik hipotesis yang baik dan bagaimana merumuskan hipotesis dengan benar.
Dalam hal ini sudah dijelaskan sebelumnya criteria dan perumusan hipotesis yang baik
dan benar, yang tentunya mempunyai tahapan-tahapan.

Setelah merumuskan hipotesis ada yang disebut dengan pengujian hipotesis, pengujian
hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis yang diteliti terbukti
kebenarannya atau tidak, atau hipotesisnya diterima atau tidak.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://www.statistikian.com/2012/10/variabel-penelitian.html. diakses pada 1 Juni 2021

Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE UGM

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2017)

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. 2011. Metode Penilitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: UNDIP

Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statitiska Multivarat Terapan. Edisi pertama. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN

Anda mungkin juga menyukai