“PRIMARY SURVEY”
Disusun Oleh :
2019
A. Penanganan Awal Kegawatdaruratan
1. Pengertian Penanganan Awal Kegawatdaruratan
Penanganan awal ataupun sering disebut pertolongan pertama merupakan
pertolongan secara cepat dan bersifat sementara waktu yang diberikan pada
seseorang yang menderita luka atau terserang penyakit mendadak. Pertolongan ini
menggunakan fasilitas dan peralatan yang tersedia pada saat itu di tempat
kejadian. (Nasution, 2009)
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey, pemeriksaan head to toe dan anamnesis
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
9. Penanganan definitif
Tahapan-tahapan penilaian awal ini merupakan suatu urutan kejadian
progresif yang berjalan secara linier ataupun longitudinal. Dalam situasi klinis
sesungguhnya, pelaksanaannya dapat berjalan secara paralel ataupun bersamaan.
Prinsip dasar dalam ATLS adalah membantu dalam penilaian dan pemberian
resusitasi pasien-pasien gawat darurat. Penilaian dibutuhkan untuk mengetahui
prosedur mana saja yang perlu dilakukan, karena tidak semua pasien
membutuhkan seluruh prosedur ini.
3. Primary Survey
Penanganan awal dalam Primary Survey membantu mengidentifikasi
keadaan-keadaan yang mengancam nyawa, yang terdiri dari tahapan-
tahapan sebagai berikut :
a) Airway
Keadaan kurangnya darah yang teroksigenasi ke otak dan organ vital lainnya
merupakan pembunuh pasien-pasien trauma yang paling cepat. Obstruksi airway
akan menyebabkan kematian dalam hitungan beberapa menit. Gangguan
pernapasan biasanya membutuhkan beberapa menit lebih lama untuk
menyebabkan kematian dan masalah sirkulasi biasanya lebih memakan waktu
yang lebih lama lagi. Maka dari itu, penilaian airway harus dilakukan dengan
cepat begitu memulai penilaian awal. (Greaves, I., Porter. K., Hodgetts, T.J.,
Woollard, 2006)
Menurut (Advanced Trauma Life Support (ATLS) for Doctors, 2015),
kematian-kematian dini yang disebabkan masalah airway, dan yang masih dapat
dicegah, sering disebabkan oleh :
• Suara berkumur
• Suara nafas abnormal (stridor, dsb)
• Pasien gelisah karena hipoksia
• Bernafas menggunakan otot nafas tambahan / gerak dada paradoks
• Sianosis
Penilaian bebasnya airway dan baik-tidaknya pernafasan harus dikerjakan
dengan cepat dan tepat. Berbagai bentuk sumbatan pada airway dapat dengan
segera diperbaiki dengan cara mengangkat dagu (chin lift maneuver) dan
memiringkan kepala (head tilt) maneuver), atau dengan mendorong rahang bawah
ke arah depan (jaw thrust maneuver). Airway selanjutnya dapat dipertahankan
dengan orofaringeal (oropharyngeal airway) atau nasofaringeal (nasopharingeal
airway). Tindakan-tindakan yang digunakan untuk membuka airway dapat
menyebabkan atau memperburuk cedera spinal. Adanya suspek cedera pada spinal
mengindikasikan dilakukannya tindakan imobilisasi spinal (in-line
immobilization) (Haskell, G. H., Krause, 2006)
c. Jaw-thrust
Gambar 2.2 Jaw-thrust maneuver dengan in-line immobilization (sumber :(Advanced Trauma
Life Support (ATLS) for Doctors, 2015))
d. Oropharyngeal Airway
Indikasi : Membebaskan sumbatan airway atas, mencegah pangkal
lidah menyumbat airway, dan berfungsi sebagai bite-block pada
penanganan jalan nafas yang lebih advance yakni proteksi pipa
endotrakeal dan memfasilitasi suctioning oral dan faringeal. (Gausche-
Hill, 2007)
Gambar 2.3 : Oropharyngeal Airway (Sumber :(Advanced Trauma Life Support (ATLS)
for Doctors, 2015))
e. Nasopharyngeal Airway
Indikasi : Penggunaan nasopharyngeal airway optimal untuk
pemeliharaan airway pada pasien-pasien setengah sadar ataupun tidak
sadarkan diri. Alat ini lebih tidak mudah menyebabkan stimulasi gag
reflex dan juga muntah pada pasien dibandingkan dengan penggunan
oropharyngeal airway dan tepat digunakan pada pasien yang giginya
menggertak ataupun tidak mau membuka mulutunya. (Wilson, W.C.,
Grande, C.M., Hoyt, 2013)
Gambar 2.4 : Nasopharyngeal Airway (Sumber : The McGraw-Hill Companies, Inc. 2006)
B. Airway definitif
b) Breathing
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang
baik terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. (American College of Surgeons, 2009)
Ventilasi adalah pergerakan dari udara yang dihirup kedalam dengan yang
dihembuskan ke luar dari paru. Pada awalnya, dalam keadaan gawat darurat,
apabila teknik-teknik sederhana seperti head-tilt maneuver dan chin-lift maneuver
tidak berhasil mengembalikan ventilasi yang spontan, maka penggunaan bag-
valve mask adalah yang paling efektif untuk membantu ventilasi (Higginson, H.,
Parry, 2013).
Teknik ini efektif apabila dilakukan oleh dua orang dimana kedua tangan
dari salah satu penolong dapat digunakan untuk menjamin kerapatan yang
baik(American College of Surgeons, 2009). Berikut adalah cara melakukan
pemasangan bag-valve mask (Arifin, 2012):
2.Pilihlah ukuran sungkup muka yang sesuai (ukuran yang sesuai bila
sungkup muka dapat menutupi hidung dan mulut pasien, tidak ada
kebocoran)
Penilaian ventilasi yang adekuat atau tidak dapat dilakukan dengan melakukan
metode berikut (American College of Surgeons, 2009) :
- Look : Lihat naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding
dada yang adekuat. Asimeteri menunjukkan pembelatan (splinting)
atau flail chest dan tiap pernapasan yang dilakukan dengan susah
(labored breathing) sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman
terhadap oksigenasi penderita.
- Listen : Dengar adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada.
Penurunan atau tidak terdengarnya suara nafas pada satu atau kedua
hemitoraks merupakan tanda akan adanya cedera dada. Hati-hati
terhadap adanya laju pernafasan yang cepat – takipnea mungkin
menunjukkan kekurangan oksigen.
- Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan informasi
tentang saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak
memastikan adanya ventilasi yang adekuat.
Pada saat penilaian sebelumnya dilakukan, penolong harus mengetahui dan
mengenal ciri-ciri gejala dari keadaan-keadaan yang sering muncul dalam masalah
ventilasi pasien gawat darurat seperti tension pneumothorax, massive hemothorax,
dan open pneumothorax (Arifin, 2012).
Tabel 2.1. Ciri-ciri Gejala yang sering muncul pada Pemeriksaan Masalah
Ventilasi Pasien
c) Circulation
Masalah sirkulasi pada pasien-pasien trauma dapat diakibatkan oleh
banyak jenis perlukaan. Volume darah, cardiac outptut, dan perdarahan adalah
masalah sirkulasi utama yang perlu dipertimbangkan. (American College of
Surgeons, 2009)
a. Tingkat Kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang, yang akan
mengakibatkan penurunan kesadaran (jangan dibalik, penderita yang sadar
belum tentu normovolemik).
b. Warna Kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Penderita trauma
yang kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan ekstremitas, jarang
yang dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya, wajah pucat keabu-abuan
dan kulit ekstremitas yang pucat, merupakan tanda hipovolemia.
c.Nadi
A : Alert
V : Respon to verbal
P : Respon to pain
U : Unrespon
GSC (Glasgow Coma Scale) adalah sistem skoring yang sederhana untuk
menilai tingkat kesadaran pasien.
c. Membuka mata jika diberi rangsangan nyeri (dengan menekan ujung kuku
jari tangan)
Advanced Trauma Life Support (ATLS) for Doctors (8th ed.). (2015). USA.
Alkatri, J., Bakri, S. (2007). Resusitasi Kardio-pulmoner In: Sudoyo, et al. Ed. Buku Ajar
Penyakit Dalam Jilid 1 (IV). Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Universitas Indonesia.
American College of Emergency Physicians. (2013). Emergency Medical Treatment and Labor
(EMTALA). Retrieved from www.acep.org/News-media-top-banner/EMTALA/ [Accessed
09 April%0A2014]
Arifin, H. (2012). Airway Management. In: Hakim, A.A., et al. Modul Sumatera, Keterampilan
klinik. medan.
Greaves, I., Porter. K., Hodgetts, T.J., Woollard, M. (2006). Emergency Care : A Textbook for
Paramedics. Elsevier Health Sciences.
Wilson, W.C., Grande, C.M., Hoyt, D. B. (2013). trauma emergency resuscitation perioperative
anesthesia. vol.1. Retrieved from http://books.google.co.id/books?
id=seGQITiSx6UC&pg=PA137&dq=tra
%0AUma+emergency+resuscitation+perioperative+anesthesia.+vol.1+137&hl
%0A=en&sa=X&ei=X82MU6H5PNjd8AX844GoBg&ved=0CC4Q6AEwAQ
%0A#v=onepage&q&f=false