Anda di halaman 1dari 10

RESUME BALANCE CAIRAN

A. PENGERTIAN
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis,
yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan
tubuh. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh (Alimul, 2006).
1. Volume Cairan Tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water–TBW) kira-kira 60% dari
berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung
pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan
cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume
cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin
tua usia makin sedikit kandungan airnya (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Menurut
Pranata (2013), komponen cairan tubuh sangat bervariasi jumlahnya, yaitu: pada
bayi yang lahir prematur komposisi cairan di dalam tubuh sekitar 80% dari berat
badan, pada bayi yang lahir normal komposisi cairan di dalam tubuh berkisar
antara 70-75% dari berat badan tubuh, pada masa remaja komposisi cairan tubuh
ini berkisar antara 65-70% dari berat badan tubuh, dan pada orang dewasa
komposisi cairan tubuh berkisar antara 50-60% dari berat badan tubuh.
2. Pergerakan Cairan Tubuh
Dalam perpindahan, cairan dan elektrolit mempunyai berbagai macam cara, antara
lain dengan difusi, osmosis, dan transportasi aktif (Pranata, 2013)
a. Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi
untuk bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area
dengan konsentrasi yang lebih rendah. Suatu contoh difusi adalah pertukaran
oksigen dengan karbon dioksida antara kapiler dan alveoli paru (Smeltzer &
Bare, 2002).
b. Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui
membran semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah
kekonsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik (Tarwoto dan Wartonah,
2010). Solut adalah zat pelarut, sedangkan solven adalah larutannya. Air
merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis penting dalam
mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel (Alimul, 2006). Pada
kondisi osmosis, sedikit berbeda dengan proses difusi. Jika pada difusi yang
berpindah adalah materinya, sedangkan pada osmosis yang berpindah adalah
pelarutnya. Membran sebagai pembatas antara dua kompartemen tersebut
permeabel terhadap zat pelarut, tetapi tidak permeabel terhadap solut atau zat
terlarut (Pranata, 2013). Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan
larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan
penting dalam mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat
tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda dan di dalamnya
dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan sama
yang akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan
yang isotonik karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan
larutan dalam sistem vaskular. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan
dari larutan dengan kepekatan rendah kelarutan yang kepekatannya lebih
tinggi melalui membran semipermiabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi
rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih
tinggi akan bertambah volumenya (Alimul, 2006).
c. Transport Aktif Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi
karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung (Tarwoto &
Wartonah, 2010). Berbeda dengan difusi dan osmosis, proses transport aktif
memerlukan energi metabolik. Proses transfor aktif penting untuk
mempertahankan keseimbangan natrium dan kalium antara cairan intraseluler
dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada
cairan intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Untuk mempertahankan keadaan ini, diperlukan mekanisme transfor aktif
melalui pompa natrium–kalium. Selain perpindahan internal dalam tubuh,
cairan dan elektrolit juga dapat mengalami penurunan akibat perpindahan
keluar tubuh (misalnya melalui urine dan keringat). Karenanya, tubuh
memerlukan asupan cairan dan elektrolit yang cukup setiap hari (Tamsuri,
2009).
3. Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah
cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar (Alimul, 2006). Jumlah asupan
cairan harus sama dengan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Perubahan
sedikit pada keseimbangan cairan dan elektrolit tidak akan memberikan dampak
bagi tubuh. Akan tetapi, jika terjadi ketidakseimbangan antara asupan dan
haluaran, tentunya akan menimbulkan dampak bagi tubuh manusia (Pranata,
2013). Mekanisme cairan adalah sebagai berikut (FKUI, 2008 dalam Pranata,
2013). Jika intake air terlalu banyak, maka tubuh akan mengurangi sekresi ADH
(hormon anti diuretik) dari hipofisis posterior. Sehingga, terjadi penurunan dalam
reabsorbsi air di tubulus distal dan haluaran urine akan meningkat. Dengan adanya
peningkatan pada volume plasma, maka venous return juga meningkat yang
menyebabkan peregangan dinding atrium kanan. Regangan ini akan merangsang
pelepasan Atrial Natriuretic Peptide (ANP) dan terjadilah peningkatan
pengeluaran natrium dan air lewat urine. Sebaliknya jika tubuh mengalami defisit
volume intravaskuler. Maka tubuh akan meningkatkan sekresi ADH, sehingga
reabsorbsi air di ginjal akan meningkat dan tubuh memberikan peringatan dalam
bentuk rasa haus. Kondisi hipovolemia ini juga menyebabkan tekanan darah
menurun. Sehingga akan merangsang sistem rennin-angiotensin dan terjadilah
respon berupa pengurangan produksi urine.
a. Asupan Cairan
Asupan cairan merupakan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Secara fisiologis, manusia sudah dibekali dengan respon untuk memasukkan
cairan ke dalam tubuh. Respon haus merupakan refleks yang secara otomatis
menjadi perintah kepada tubuh memasukkan cairan. Pusat pengendali rasa
haus berada di dalam hipotalamus otak (Pranata, 2013). Asupan (intake) cairan
untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2.500 cc per hari. Asupan
cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Apabila
terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang
atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan darah (Alimul, 2006).
b. Pengeluaran/Haluaran Cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan
pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2.300 cc. Jumlah air yang
paling banyak keluar berasal dari eksresi ginjal (berupa urine), sebanyak
±1.500 cc per hari pada orang dewasa (Alimul, 2006). Pasien dengan
ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan
pengeluaran secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan,
demam, keringat, muntah, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan
secara berlebihan (Alimul, 2006). Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah
1) Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter
darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia adalah 1
ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari. Jumlah
urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
(Tarwoto dan Wartonah, 2010).
2) Kulit.
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat. Zat terlarut utama dalam keringat adalah
natrium, klorida, dan kalium. Kehilangan keringat yang nyata dapat
bervariasi dari 0 sampai 1000 ml atau lebih setiap jam, tergantung pada
suhu lingkungan. Kehilangan air yang terus menerus melalui evaporasi
(kurang lebih 600 ml/hari) terjadi melalui kulit sebagai perspirasi tidak–
kasat mata (Smeltzer & Bare, 2002). Insensible Water Loss (IWL)
merupakan kehilangan air dari tubuh tanpa kita rasakan. Kehilangan
tersebut pada orang dewasa sekitar 6 ml/kgBB/24jam. IWL bisa melalui
keringat, udara pernapasan, dan eliminasi alvi (Pranata, 2013). Sedangkan
menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) Isensible Water Loss (IWL) sekitar
15-20 ml/24jam.
3) Paru
Saat kita melakukan ekspirasi, tidak hanya CO2 yang kita keluarkan, tetapi
unsur air juga ikut keluar bersama karbondioksida. Jika kita
menghembuskan napas di depan kaca, maka kaca tersebut akan
mengembun. Itulah sebagai bukti bahwa udara ekspirasi mengandung air.
IWL dari udara pernapasan sekitar 400 ml setiap harinya. Akan tetapi,
jumlah tersebut bisa meningkat terkait perubahan frekuensi dan kedalaman
pernapasan (Pranata, 2013)
4) Gastrointestinal.
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari
sekitar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15
cc/kgBB/24 jam (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
4. Rumus Menghitung Keseimbangan Cairan
a. Intake/cairan masuk: mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan
dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, albumin,
dll.
b. Output/cairan keluar: feses dan urine dalam 24 jam, jika pasien
dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di urobag.
c. WL (Insensible Water Loss): jumlah cairan keluarnya tidak disadari
dan sulit dihitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas.
Rumus IWL: (Kayra, 2013) IWL = (15x BB)/24 jam Penghitungan balance
cairan untuk dewasa,
1) Input cairan:
a) Air (makan+minum) = … cc
b) Cairan infus = … cc
c) Therapy injeksi = … cc
d) Air Metabolisme = … cc (Hitung AM = 5 cc/kgBB/hari)
2) Output cairan
a) Urine = … cc
b) Feses = … cc (kondisi normal 1BAB feses = 100cc)
c) Muntah/perdarahan/cairan drainage luka/cairan NGT terbuka =
… cc
d) IWL = … cc (hitung IWL = 15 cc/kgBB/hari)
e) Balance cairan = intake cairan – output cairan
f) (Normal balance cairan ±100cc)
5. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akan memberikan dampak yang
sangat berarti bagi tubuh. Hal ini dikarenakan terjadinya kelebihan atau
kekurangan pada salah satu ruang. Ketidakseimbangan ini dipengaruhi oleh
osmolalitas atau oleh tekanan osmotik (Pranata, 2013). Dobson (1994) dikutip dari
Pranata (2013), mengemukakan bahwa pada kondisi terjadi penurunan volume
darah pada intravaskular, maka untuk melakukan kompensasi tersebut cairan dari
interstitial akan ditarik untuk mengisi di rongga intravaskular. Pemberian cairan
intravena yang terutama mengandung ion natrium dan klorida, seperti NaCl
fisiologis (9 gram/liter atau 0,9%) atau larutan Hartmann (larutan Ringer Laktat)
yang dapat bergerak bebas akan efektif untuk meningkatkan volume intravaskular
dalam waktu cepat.

Tabel Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (Smeltzer & Bare,


2002).
Tanda/Gejala dan
Faktor-faktor
Ketidakseimbangan Temuan
Penunjang
Laboratorium
Kekurangan volume cairan Kehilangan air dan Kehilangan berat
(hipovolemia) elektrolit, seperti pada badan akut, penurunan
muntah-muntah, diare, turgor kulit, oliguria,
fistula, demam, urine yang pekat, nadi
berkeringat sangat lemah cepat, waktu
banyak, luka bakar, pengisian kapiler
kehilangan darah, memanjang, tekanan
penghisapan vena sentral rendah,
gastrointestinal dan tekanan darah ↓,
penurunan masukan, pendataran vena leher,
seperti pada anoreksia, pusing, kelemahan,
mual, dan haus dan kelam pikir,
ketidakmampuan untuk nadi↑, keram otot.
mendapat akses ke Laboratorium
sumber cairan. Diabetes menunjukkan:
insipidus dan diabetes hemoglobin dan
mellitus tidak terkontrol hematokrit ↑,
juga menunjang osmolalitas serum dan
terjadinya penipisan osmolalitas urin dan
volume cairan berat jenis urin ↑,
ekstraseluler. natrium urin ↓, BUN
dan keratin ↑
Kelebihan volume cairan Gangguan mekanisme Penambahan berat
(hipervolemia) pengaturan, seperti gagal badan, edema, distensi
ginjal, gagal jantung vena jugularis, krekles,
kongestif, dan sirosis, dan dan kenaikan tekanan
pemberian berlebihan vena sentral, napas
cairan yang mengandung pendek, tekanan darah
natrium. Terapi ↑, nadi kuat dan batuk.
kortikosteroid Laboratorium
berkepanjangan, stres menunjukkan:
hebat dan hemoglobin dan
hiperaldosteronisme hematokrit ↓,
menambah kelebihan osmolalitas serum dan
cairan. osmolalitas urin ↓,
natrium dan berat jenis
urin ↓
Kekurangan natrium (hiponatremia) Kehilangan natrium, Anoreksia, mual dan
Serum natrium <135mEq/L seperti pada penggunaan muntah, sakit kepala,
diuretik, kehilangan letargi, konfusi, kram
cairan gastrointestinal, otot, kedutan otot,
penyakit ginjal dan kejang, papiledema.
insufisiensi adrenal. Laboratorium
Penambahan air, seperti menunjukkan: natrium
pada pemberian serum dan natrium
berlebihan D5W dan urine ↓, berat jenis dan
suplemen air untuk pasien osmolalitas urin ↓
yang menerima
pemberian makan melalui
selang; keadaan penyakit
yang berkaitan dengan
SIADH seperti trauma
kepala dan tumor,
hiperglikemia dan gagal
jantung kongestif
menyebabkan kehilangan
natrium.
Kelebihan natrium (hipernatremia) Deprivasi air pada pasien Haus, kenaikan suhu
Serum natrium >145mEq/L yang tidak mampu untuk tubuh, lidah kering dan
minum ketika ia ingin bengkak dan membran
minum, pemberian makan mukosa menebal,
dengan selang tanpa halusinasi, letargi,
suplemen air yang gelisah, iritabilitas,
adekuat, diabetes kejang fokal dan grand
insipidus, hiperventilasi, mal, edema pulmonal.
dan diare berair. Laboratorium
Kelebihan kortikosteroid, menunjukkan: natrium
natrium bikarbonat dan serum ↑, natrium urin
pemberian natrium ↓, berat jenis dan
klorida, dan korban yang osmolalitas urin ↑
hampir tenggelam air
garam.
Kekurangan kalium (hipokalemia) Diare, muntah, Keletihan, anoreksia,
Serum kalium <3,5mEq/L penghisapan lambung, mual dan muntah,
pemberian kelemahan otot,
kortikosteroid,diuretik, penurunan motilitas
osmotik, alkalosis, usus, asistol atau
kelaparan, dan toksisitas fibrilasi ventricular,
digitalis. kram tungkai, tekanan
darah ↓, ileus, distensi
abdomen, EKG;
pendataran gelombang
T, penonjolan
gelombang U, depresi
ST, dan perpanjangan
interval PR
Kelebihan kalium (hiperkalemia) Gagal ginjal oligurik, Kelemahan otot yang
Serum kalium >5,0mEq/L penggunaan diuretik rancu, bradikardia,
hemat kalium pada pasien disritmia, kram,
dengan insufisiensi ginjal, iritabilitas, ansietas.
asidosis, cedera akibat EKG: gelombang T
tabrakan, luka bakar, panjang tertekan ,
transfusi darah yang perpanjangan interval
diambil dari tempat PR dan durasi QRS,
penyimpanan bank darah , tidak terdapatnya
dan pemberian infus gelombang P, depresi
kalium intravena yang ST
cepat
Kekurangan kalsium (hipokalsemia) Hipoparatiroidisme (dapat Kebas, kesemutan
Serum kalsium <8,5mg/dl menyertai bedah tiroid pada jari-jari tangan,
atau diseksi radikal), jari kaki, kejang,
malabsorpsi, pankreatitis, refleks hiperaktif
alkalosis, defesiensi tendon profunda,
vitamin D, infeksi bronkopasme, EKG;
subkutan masif, perpanjangan interval
peritonitis generalisata, QT.
transfusi masif darah yang
mengandung sitrat, dan
fase diuretik gagal ginjal.
Kelebihan kalsium (hiperkalsemia) diuretik gagal ginjal. Kelemahan otot,
Serum kalsium >10,5mg/dl Kebas, kesemutan pada konstipasi, anoreksia,
jari-jari tangan, jari kaki, mual dan muntah,
kejang, refleks hiperaktif poliuria dan polidipsia,
tendon profunda, refleks hipoaktif
bronkopasme, EKG; tendon profunda,
perpanjangan interval QT. letargi, nyeri tulang
Kelebihan kalsium dalam, dan gambaran
(hiperkalsemia) Serum patologi. EKG;
kalsium >10,5mg/dl pemendekan interval
Hiperparatiroidisme, QT, bradikardia, blok
penyakit neoplastik jantung.
malignan, imobilisasi
lama, penggunaan
berlebih suplemen
kalsium, kelebihan
vitamin D, fase oliguri
gagal ginjal, asidosis, dan
toksisitas digogsin.
Kekurang magnesium Alkoholisme kronis, Iritabilitas
(hipomagnesemia) Serum hiperparateroidisme, neuromuskular,
magnesium <1,8mg/dl hiperaldosteronisme, fase insomnia, perubahan
diuretik gagal ginjal, suasana hati, dan
gangguan malabsorbsi, anoreksi serta muntah.
diabetik ketoasidosis,
pemberian makan kembali
setelah masa kelaparan,
dan preparat farmakologis
tertentu (seperti
gentamisin, sisplantin).
Kelebihan magnesium Fase oliguri gagal ginjal Kemerahan, hipotensi,
(hipermagnesemia) Serum (terutama saat diberikan mengantuk, refleks
magnesium >2,7mg/dl medikasi yang hipo aktif, depresi
mengandung magnesium), pernafasan, henti
insufisiensi adrenal, jantung dan koma,
pemberian magnesium diaphoresis. EKG;
intravena yang takikardia, bradikardia,
berlebihan. perpanjangan interval
PR dan PQRS.
Kekurangan fosfor (hipofosfatemia) Pemberian makan Parastesia, kelemahan
Serum fosfor <2,5mg/dl kembali setelah periode otot, nyeri tulang dan
kelaparan, henti alkohol, nyeri tekan, nyeri
diabetik ketoasidosis, dada, kelam pikir,
respiratori alkalosis, kardiomiopati, gagal
magnesium ↓, kalium ↓, napas, peningkatan
hiperparatiroidisme, kerentanan terhadap
muntah, diare, infeksi.
hiperventilasi, defisiensi
vitamin D yang
berhubungan dengan
gangguan malabsorbsi.
Kelebihan fosfor (hiperfosfatemia) Gagal ginjal akut dan Tetani, takikardia,
Serum fosfor >4,5mg/dl kronis, masukan fosfor anoreksia, mual dan
yang berlebihan, muntah, kelemahan
kelebihan vitamin D, otot, dan tanda serta
respirasi asidosis, gejala hipokalsemia.
hipoparatiroidisme,
penipisan volume,
leukemia atau limfoma
yang diobati dengan
preparat sintotoksik,
kerusakan jaringan yang
meningkat, rabdomiolisis.

Anda mungkin juga menyukai