Anda di halaman 1dari 3

Airway

Ketika ada pasien/korban yang tiba-tiba mengalami pingsan tidak sadarkan diri yang harus
kita lakukan :
1. Mengecek kesadaran pasien/korban menggunakan APVU. Jika pasien/korban ketika
dipanggil tidak memberikan respon maka bisa diberikan rangsangan nyeri di pangkal
kuku, di tengah-tangah dahi atau ditengah-tengah sternum.
2. Mengecek ABCD atau bisa disebut dengan primary survey (penilaian cepat pada
pasien/korban). Jika primary survey tidak dilakukan dengan cepat apalagi pada pasien
yang mengalami obstruksi nafas 5 menit saja tidak ditangani maka akan terjadi
kerusakan otak yang irreversible, jika tidak ditangani sampai 7 menit maka
pasien/korban akan meninggal. Maka time saving is life saving, waktu sangat penting
untuk keselamatan pasien/korban.
Di penilaian airway kita menilai jalan nafas pasien/korban paten atau tidak dilakukan secara
manual yaitu dengan cara look, listen and feel. Dengan cara kita berada di sebelah kanan
pasien/korban sejajar dengan bahu pasien kemudian kepala kita didekatkan ke arah
pasien/korban mata kita melihat pergerakan dada, telinga kita mendengarkan suara nafas
pasien/korban, dan pipi kita merasakan hembusan nafas. Tindakan ini dilakukan satu waktu
atau secara bersamaan.
1) Look yang kita lihat : apakah ada pergerakan dada atau tidak kemudian pergerakan dada
simetris atau tidak dan lihat apakah ada retraksi dada atau tidak. Jika pengembangan
dada tidak simetris maka bisa dicurigai pasien/korban mengalami pneumotoraks (lapisan
pembungkus paru-paru atau pleura berisi udara sehingga akan menekan paru-paru yang
satu atau jantung).
2) Listen yang kita dengar : apakah ada obstruksi parsial atau obstruksi total
a. Obstruksi parsial biasanya masih bisa didengarkan suara nafasnya. Biasanya cara
penanganannya tanpa alat (head lift chin lift atau jaw thrust) dan bisa menggunakan
alat (OPA, NPA, LMA dan ETT). Macam-macam obsteruksi parsial :
a) Sknoring : pangkal lidah jatuh ke belakang dan suara yang di dengar seperti
mengorok.
b) Gurgling : obstruksi berupa benda cair dan suara yang didengarkan seperti
berkumur.
c) Stridor : suara yang didengarkan melengking ketika pasien/korban ekspirasi
biasanya pada pasien/korban yang terjadi luka bakar di kepala atau burn injury.
b. Obstruksi total biasanya terjadi pada pasien/korban yang tersedak penangannanya
dengan melakukan abdominal thrust, chest thrust, back blow dan Heimlich
maneuver.
3) Feel merasakan hembusan udara ketika pasien/korban ketika pasien ekspirasi yang bisa
dirasakan di pipi.
Alat pembebasan jalan nafas
1. OPA (oro-pharyngeal airway)
Alatnya bermacam-macam warna tetapi yang paling sering digunakan yaitu yang
berwarna hijau dan kuning. Cara mengukurnya yaitu dari angulus (sudut bibir) sampai ke
tragus (bawah telinga).
2. NPA (nasopharyngeal airway)
Alatnya juga bermacam-macam ukuran dan biasanya NPA dibentuk untuk hidung yang
sebelah kiri karena lubang NPA harus menghadap ke dalam. Cara mengukurnya dari
ujung hidung sampai ke tragus (bawah telinga).
3. LMA (laryngeal mask airway)
Alat yang masuk hingga ke laring dan ketika sudah masuk dilaring bisa dikembangkan
menggunakan spuit yang berfungsi untuk fiksasi dan cara mengetahui mengembang atau
tidak dengan melihat indicator kecil yang berada di pangkal selang.
Ketika terjadi obstruksi parsial bisa melakukan pembebasan jalan nafas dengan head lift chin
lift dan syaratnya tidak boleh ada cedera servikal. Tanda adanya cedera servikal yaitu :
1) Pada clavicula terdapat jejas
2) Terdapat cedera pada kepala pasien/korban atau adanya cedera pada otak
Cara melakukan head lift chin lift yaitu dengan tangan menengadahkan kepala kemudian 2
jari yang tangan satunya menekan pada dagu pasien/korban. Jika terdapat cedera servikal
maka melakukan joutras dengan posisi kita berada di atas kepala pasien/korban kemudian
kedua tanga berada disamping kepala dan menekan gunanya untuk memfiksasi lalu jari
tangan mendorong mandibular dan jempol tangan menekan dagu pasien/korban sehingga
mulut pasien membuka.
Ketika mendengarkan ada suara gurgling pada pasien/korban yang kita lakukan yaitu
membuka mulut pasien menggunakan tongue spatel atau bisa dengan menggunakan 2 jari
(jempol dan telunjuk) untuk membuka close finger kemudian jari yang lainnya bisa
dipakaikan kasa gunanya untuk mengeluarkan cairan yang ada dengan teknik finger swipe.
Ketika cairan yang berada di pasien/korban banyak maka bisa mengeluarkannya dengan
memiringkan pasien/korban dengan catatan pasien/korban tidak mengalami cedera servikal.
Cara melakukan pembebasan jalan napas pada obstruksi parsial menggunakan alat
1. Pemasangan OPA (oro-pharyngeal airway)
1) Pastikan posisi pasien/korban menengadah
2) Ukur OPa muali dari angulus (ujung bibir) sampai ke tragus (bawah telinga)
3) Masukkan OPA dengan posisi ujungnya menghadap ke langit-langit mulut pasien
4) Ketika sudah masuk putar OPA sehingga posisi ujungnya menghadap ke bawah
5) Memberikan ambu bag atau BVM (bag valve mask) untuk mensuport pernapasan
pasien. Cara memberikan ambu bag dengan cara tangan membentuk C berada di atas
kemudian V di bawah
6) Indikasi udara masuk yaitu dilihat dengan pengembangan dada pasien/korban
7) OPA tidak boleh difiksasi menggunakan plester karena jika pasien/korban ada reflek
muntah nanti muntahannya tidak bisa keluar dan akan teraspirasi sehingga masuk ke
paru-paru
2. Pemasangan NPA (nasopharyngeal airway)
1) Pastikan posisi pasien/korban menengadah
2) Ukur NPA dari ujung hidung pasien/korban sampai ke tragus (bawah telinga)
3) Memberikan jelly
4) Masukkan NPA ke hidung dengan ujung selang menghadap ke dalam. Jangan terlalu
keras saat memasukkannya
5) Fiksasi menggunakan plester
6) Memberikan ambu bag atau BVM (bag valve mask) untuk mensuport pernapasan
pasien
3. Pemasangan LMA (laryngeal mask airway)
1) Menekan lidah pasien menggunakan tongue spatel
2) Masukkan LMA. Tanda jika LMA sudah masuk dengan melihat tanda di selang
menempel di mulut pasien/korban
3) Masukkan udara menggunakan spuit untuk melakukan fiksasi. Tandanya LMA
sudah mengembang dengan melihat indicator pada selang jika sudah mengembang
berarti LMA yang ada di dalam faring juga mengembang
Cara melakukan penanganan pada pasien/korban yang mengalami obstruksi total
1. Back blow
1) Posisi kaki kita disebelah kiri yaitu berada di antara kaki pasien/korban
2) Tangan kiri kita menyangga pasien/korban
3) Tangan yang kanan melakukan tepukan dengan keras pada punggung pasien/korban
2. Heimilich maneuver
1) Kepalkan tangan kita kemudian letakkan di atas pusar
2) Dorong kepalan tangan kedalam perut dan gerakkan keatas sebanyak 5 kali atau
hingga benda yang tersangkut keluar dari tenggorokan
3. Abdominal thrust
1) Berdiri dibbelakang pasien/korban kemudian taruh kedua lengan pada abdomen
bagian atas pasien/korban
2) Sandarkan korban ke depan
3) Kepalkan genggaman tangan kemudian taruh di pertengahan antara umbilicus dan
processus xiphoideus.
Pada abdominal thrust tidak boleh dilakukan pada ibu hamil dan anak-anak hanya dilakukan
pada orang dewasa. Pada ibu hamil atau anak-anak menggunakan teknik chest thrust atau
hampir sama dengan CPR.

Anda mungkin juga menyukai