Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama
14 hari.Penyakit ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang saluran
pernapasan bagian atas dan bagian bawah.Gejala yang ditimbulkan yaitu
gejala ringan (batuk dan pilek), gejala sedang (sesak danwheezing) bahkan
sampai gejala yang berat (sianosis danpernapasan cuping hidung).
Komplikasi ISPA yang berat mengenai jaringan parudapat menyebabkan
terjadinya pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab
kematian nomor satu pada balita (Riskesdas, 2013).Beberapa faktor risiko
terjadinya ISPA adalah faktor lingkungan, ventilasi, kepadatan rumah,
umur, berat badan lahir, imunisasi, dan faktor perilaku (Naning dkk, 2012).
Penyakit ISPA merupakan salah satu dari banyak penyakit yang
menginfeksi di negara maju maupun negara berkembang. Hal ini diperkuat
dengan tingginya angka kesakitan dan angka kematian akibat ISPA. Di
Amerika menempati peringkat ke 6 dari semua penyebab kematian pada
balita,di Spanyol mencapai angka 25% pada anak-anak, sedangkan di
Inggris dan Amerika sekitar 25-30 orang per 100.0000 penduduk (Alsagaff,
Hood &Mukty, 2010). Negara dengan pendapatan perkapita rendah dan
menengah hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun
terutama pada bayi, balita, dan lanjut usia (Lindawaty, 2010). Penyakit
ISPA merupakan salah satu penyebab utama rawat jalan dan rawat inap di
fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO,
2008). Indonesia memiliki angka kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20%-30% dari seluruh kematian anak (Depkes, 2010).Provinsi
dengan ISPA tertinggi di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%),
Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa
Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga

1
merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA
Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh pada tahun 2007
(25,5%), di Sumatera Barat angka kejadian ISPA masih lebih tinggi pada
tahun 2007 yaitu sebanyak 23,5% (RIKESDA, 2013)
Macam penyakit ISPA yang sering muncul terutama pada anak-anak
adalah Faringitis dan Tonsilitis. Faringitis dapat disebabkan virus (40-
60%), bakteri (5-40%),alergi, neoplasia, dan trauma penyebab tersering dari
faringitis adalah virus. Virus yang dapat menyebabkan faringitis diantaranya
adalah adenovirus, influenza virus, parainfluenza virus, rhinovirus,
coronavirus. Bakteri yang dapat menyebabkan faringitis diantaranya
Streptococcus Grup A, C, G, atau Streptococcus pyogenes, Francisella
tularensis, Nesseria gonorrheae,Arcanobacteria hemolyticum.Penyakit yang
disebabkan bakteri ini dapat bersifat lokal seperti streptococcal faringitis
dan streptococcal pyoderma atau sistemik seperti glomerulonefritis akut,
demam reumatik akut, dan syok sepsis.Pengobatan bakterial faringitis pada
saat ini menggunakan antibiotik eritromisin, penisilin, sefalosporin, atau
azitromisin. Salah satu komplikasi faringitis yang disebabkan oleh
Streptococus pyogenes yang bersifat lokal salah satunya adalah tonsilitis.
Penelitian Sakka dkk (2009) menyimpulkan bahwa infeksi pada tonsil atau
sering disebut tonsilitis merupakan masalah yang cukup sering dijumpai.
Keluhan yang ditimbulkan berupa nyeri menelan, demam, otitis media,
sampai obstructive sleep apnea. Pada anak-anak dengan riwayat yang
pernah menderita tonsillitis diusahakan untuk menghindari faktor pencetus
dengan cara minum banyak air atau cairan seperti sari buah, terutama
selama demam, menghidari minum minuman dingin, sirup, es krim,
gorengan, makanan awetan yang diasinkan, manisan dan makanan yang
pedas (Qimindra, 2007).
Karena presentase penderita ataupun yang meninggal karena penyakit
Faringitis dan Tonsilitis tinggi, dan kepatuhan minum antibiotik jangka
pendek sangat minim. Maka petugas kesehatan dapat memberikan
pencegahan lebih dini tentang ISPA pada anak balita. Dan orang tua dari

2
balita juga harus lebih memperhatiakan kegiatan anaknya dan melatih anak
supaya mengurangi faktor pencetus terjadinya penyakit tersebut.
Dari kedua penyakit tersebut jika tidak cepat ditangani akan
membahayakan khususnya pada anak. Mengingat penyakit tersebut banyak
diderita oleh semua kalangan terutama pada anak. Berdasarkan uraian diatas
kami akan membahas lebih lanjut mengenai Faringitis dan Tonsilitis beserta
Asuhan Keperawatan Anak dengan penyakit tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, antara lain :
1. Apa definisi dari Tonsilitis dan Faingitis?
2. Apa etiologi dari Tonsilitis dan Faingitis?
3. Apa saja klasifikasi dari Tonsilitis dan Faingitis?
4. Apa manifestasi klinis dari Tonsilitis dan Faingitis?
5. Bagaimana patofisiologi dari Tonsilitis dan Faingitis?
6. Bagaimana WOC dari Tonsilitis dan Faingitis?
7. Bagaimana pemeriksaan Pemeriksaan fisik Tonsilitis dan Pemeriksaaan
Penunjang Tonsilitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Tonsilitis dan Faingitis?
9. Apa saja komplikasi dari Tonsilitis dan Faingitis?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Tonsilitis ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang
Asuhan Keperawatan Tonsilitis dan Faringitis
1.3.2. Tujuan Khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang :
1.3.2.1. Tonsilitis
1. Definisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi

3
4. Manifestasi
5. Patofisiologi
6. WOC
7. Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
8. Penatlaksanaan
9. Komplikasi
1.3.2.2. Faringitis
1. Definisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Manifestasi
5. Patofisiologi
6. WOC
7. Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
8. Penatlaksanaan
9. Komplikasi
10. Asuhan Keperawatan

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Tonsilitis
2.1.1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh
mikroorganisme berupa virus, bakteri dan jamur.
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolitycus, streptococcus viridans dan
streptococcus pyogenes, dapat juga disebabkan oleh virus.
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel),
yang sangat sering ditemukan terutama pada anak-anak.
2.1.2. Etiologi
Penyebab tonsilitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta
hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes,
dapat juga disebabkan oleh infeksi virus (Soepardi, 2007). Dan
penyebab yang paling umum adalah virus epstein-barr dan virus
coxsackie . Dan diantaranya ada bakteri yang dapat menyebabkan
tonsilitis kelompok strepokrokus A yang paling umum .
2.1.3. Klasifikasi
Penyakit tonsilitis diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Tonsilitis Akut
Tonsilitis akut terjadi apabila peradangan pada tonsil
berlangsung kurang dari 3 minggu. Disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolitycus, streptococcus viridans,
streptococcus pyogenes dan dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronik terjadi apabila peradangan pada tonsil
berlangsung lebih dari 3 bulan atau menetap. Disebabkan oleh

5
rokok dan makanan, pengaruh cuaca, pengobatan radang akut
yang tidak adekuat dan hygine mulut yang buruk.
2.1.4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang bisa muncul pada penyakit tonsilitis, antara
lain:
1. Demam
2. Edema tonsil
3. Nyeri telan
4. Otalgia
5. Malaise
6. Bau mulut
7. Mual
8. Muntah
2.1.5. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran
nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau
faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya
bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya
proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat
mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil
sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan,
demam, bau mulut serta otalgia.

6
2.1.6. WOC

7
2.1.7. Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
Pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil yang hipertrofi
atau atrofi, dan odem yang tidak jelas. Didapatkan detritus yang
jika tonsil ditekan dengan spatula lidah
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mengetahui
penyakit tonsilitis antara lain:
1. Tes masase tonsil
Salah satu tonsil digosok-gosok kurang lebih 5 menit
dengan kasa, jika 3 jam kemudian didapati kenaikan leukosit
lebih dari 10.000/𝑚𝑚3 atau kenaikan LED lebih dari 10 mm
dibandingkan sebelum tes dilakukan, maka tes dianggap
positif.
2. Penyinaran dengan UKG
Tonsil mendapat UKG selama 10 menit dan 4 jam
kemudian diperiksa jumlah leukosit dan LED. Jika terjadi
kenaikan jumlah leukosit lebih dari 2000/𝑚𝑚3 atau kenaikan
LED lebih dari 10 mm dibandingkan sebelum tes dilakukan,
maka tes dianggap positif.
3. Hialuronidase
Periksa terlebih dahulu jumlah leukosit, LED dan temperatur
oral. Injeksikan hialuronidase ke dalam tonsil. Satu jam setelah
diinjeksi, jika didapati kenaikan temperatur, jumlah leukosit
lebih dari 10.000/𝑚𝑚3 serta kenaikan LED lebih dari 10 mm
maka tes ini dianggap positif.
2.1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan tonsilitis dapat meliputi:
1. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti: cefataxin,
penisilin, amoksisilin, eritromisin.
2. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti paracetamol dan
ibuprofen
3. Analgesik untuk meredakan nyeri
4. Tirah baring

8
5. Minum air yang cukup
6. Konsumsi makanan yang konsistensinya lembut
2.1.9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak
tertangani dengan baik adalah :
1. Tonsilitis kronis
Tonsilitis kronik terjadi apabila peradangan pada tonsil
berlangsung lebih dari 3 bulan atau menetap.
2. Otitis media
Dimana area belakang gendang telinga meradang dan
terinfeksi.

2.2 Faringitis
2.2.1. Definisi
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu
penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang
disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok (Wikipedia.com)
Faringitis merupakan peradangan akut membran mukosa faring
dan struktur lainnya di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat
dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi lokal
faring atau tonsil. Oleh karena itu, faingitis secara luas mencakup
tonsilitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis (Rahajoe, Nastiti,
2008:288).
Faringitis merupakan respon inflamasi terhadap patogen yang
mengeluarkan toksin. Faringitis juga bisa merupakan gejala dari
penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, seperti penyakit flu.
Faringitis akut merupakan peradangan tenggorok yang paling
sering terjadi. Faringitis akut berat sering disebut sebagai strep
thoat, karena pada umumnya disebabkan oleh sreptokokus.
2.2.2. Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang
disebabkan oleh virus (40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma,

9
iritan, dan lain-lain (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2013).Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.
1. Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza,
Coxsackievirus, Epstein –Barr virus, Herpes virus.
2. Bakteri yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A,
Chlamydia, Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus
influenzae, Neisseria gonorrhoeae.
3. Jamur yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada penderita
imunokompromis yaitu mereka dengan HIV dan AIDS, Iritasi
makanan yang merangsang sering merupakan faktor pencetus
atau yang memperberat (Departemen Kesehatan, 2007).
Penyebab umum dari faringitis yang paling sering ditemukan
adalah infeksi dari bakteri atau virus. Salah satu jenis virus yang
paling sering menyebabkan faringitis adalah influenza. Virus dari
pilek dan flu menyebabkan gangguan pada hidung, telinga dan
tenggorokan. Biasanya kondisi sakit ini lebih sering ditemukan
pada anak-anak dan remaja. Penyebab umum lain adalah termasuk:
1. Orang yang memiliki riwayat alergi terhadap debu, bulu
binatang dan aroma yang menyengat.
2. Orang yang terkena paparan asap rokok dalam waktu lama.
3. Orang yang sudah memiliki penyakit sinusitis.
2.2.3. Klasifikasi
Berdasarkan lama waktunya, faringitis terbagi atas :
1. Faringitis akut
Inflamasi febris yang disebabkna oleh organisme virus
sebanyak 70% lebih sering. Infeksi virus yang
takterkomplikasi biasnya akan menghilang dalam 3 sampai 10
hari setelah awitan. Bila disebabkan oleh bakteria, organisme
yang umumnya menyerangadalah stresptokokus group A.
Faringitis yang disebabkan oleh bakteria adalah penyakit yang
lebih parah karena bahaya komplikasi, yaitu sinusitis, otitis

10
media, mastoiditis, adenitis servikal, dalam reumatik, dan
nefritis
2. Faringitis kronis
Faringitis kronis adalah bentuk yang umum terjadi pada
orang dewasa yang bekerja atau tinggal dilingkungan yang
berdebu, menggunakan suara secara berlebihan, menderita
batuk kronis, dan kebiasaan penggunaan alkohaol dan
tembakau. Dikenal tiga tipe faringitis kronis; hipertrofik,
penebalan dan kongesti umum membran mukosa faring, tahap
lanjut tipe 1; dan granular kronis. Dengan pembengkakan
berbagai folikel limfe dari dinding faring
2.2.4. Manifestasi Klinis
1. Demam/hipotermi
2. Malaise umum
3. Anorexia
4. Sakit tenggorokan sedang
5. Sakit kepala
6. Nyeri
7. Muntah
8. Disfagea
9. Edema mukosa
2.2.5. Patofisiologi
Faringitis disebabkan karena kuman yang menginfiltrasi
dilapisan epitel pada faring, sehingga menyebabkan
inflamasi/peradangan pada faring. Inflamasi tadi menimbulkan
gejala hipertermi dan edema mukosa. karena masyarakat indonesia
masih banyak yang belum mengetahui tanda dan gejala faringitis,
maka dipastikan kurangnya terpajan informasi dari berbagai
sumber, sehingga muncul masalah keperawatan defisit
pengetahuan. Inflamasi pada faring menyebabkan nyeri, nyeri
tersebut mengakibatkan kesulitan menelan sehingga muncul

11
masalah keperawatan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan. Inflamasi tadi juga menyebabkan edema mukosa
sehingga mengalami batuk yang disetasi sputum dan muncul
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

12
2.2.6. WOC

13
2.2.7. Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
Pemeriksaan Penunjang Faringitis
1. Pemeriksaan terhadap apus tenggorokan
2. Skrining terhadap bakteri streptokokus
3. Darah rutin menunjukkan peningkatan jumlah leukosit
4. Kultur dan uji resistensi bakteri bila diperlukan
2.2.8. Penatalaksanaan
1. Preparat antimikrobial untuk penyebab bakteria : pensilin
untuk streptokokus group A dan sefalosporin untuk penderita
yang alergi terhadap pensilin atau resisten terhadap eritromisin
2. Antibiotik diberikan sedikitnya selama 10 hari
3. Antibiotik lain untuk mengobati streptokokus hemolitik B grup
A : eritromisin, azitromisin, klaritomisin , sefalosporin, seperti
sefdinir (omnicef) , dan amoksisilin (Feder dkk, 1999)
4. Istirahat yang cukup, juga meliputi pengistirahatan pita suara
5. Minum air putih yang cukup
6. Berkumur dengan air hangat
7. Menghindari asap rokok
8. Konsumsi madu, sup hangat atau minuman hangat, dan
makanan yang mengandung Vit. C dan Seng
2.2.9. Komplikasi
1. Tanda-tanda sakit telinga
2. Pernafasan lebih cepat dari 50 sampai 60 kali/menit
3. Demam lebih dari 38,3’C
4. Lemah
5. Peningkatan iribilitas dengan atau tanpa demam
6. Batuk persisten selama 2 hari atau lebih
7. Mengi / sesak
8. Menangis
9. Tidak mau makan
10. Gelisah dan pola tidur buruk

14
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
1. Indetitas anak (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, anak ke, dll)
2. Identitas orang tua (nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat,
dll)
3. Keluhan utama: deman, nyeri telan, sakit tenggorokan
4. Riwayat penyakit sekarang: perkembangan, efek terapi, karakteristik.
5. Riwayat kesehatan lalu: penyakit yang pernah diderita(ISPA, otitis
media).
6. Riwayat penyakit keluarga: penyakit keturunan/menular
7. Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan: BB (kg), TB (cm), lingkar kepala (cm)
b. Perkembangan
1) KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN ( KPSP )
Nama : An. .........
Tanggal Lahir :

YANG DINILAI YA TIDAK

1. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret


kertas tanpa bantuan/petunjuk?
2. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu
persatu di atas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan
ukuran 2.5 – 5 cm.
3. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat
berbicara seperti “minta minum”; “mau tidur”?
“Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
4. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara
gambar-gambar ini tanpa bantuan?

15
YANG DINILAI YA TIDAK

5. Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah


perut atau dada anda dari jarak 1,5 meter?
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan
memberi isyarat dengan telunjuk atau mata
pada saat memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di lantai”.
“Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah
tadi?
7. Buat garis lurus ke bawah sepanjang
sekurangkurangnya 2.5 cm. Suruh anak
menggambar garis lain di samping garis tsb.

8. Letakkan selembar kertas seukuran buku di


lantai. Apakah anak dapat melompati bagian
lebar kertas dengan mengangkat kedua kakinya
secara bersamaan tanpa didahului lari?
9. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri?
10. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga
sejauh sedikitnya 3 meter?

16
Interpretasi hasil yang di dapat dalam pemeriksaan KPSP
dengan jumlah jawaban “Ya” yang dinilai dengan point 10,
perkembangan anak sesuai/tidak sesuai dengan tahap
perkembangannya ( S )
2) TES DAYA DENGAR ( TDD ) DAN TES DAYA LIHAT (
TDL )
a) Tes Daya Dengar
NO. UMUR 0-6 Bulan YA TIDAK
1 Pada waktu bayi tidur kemudian anda
berbicara atau membuat kegaduhan,
apakah bayi akan bergerak atau terbangun
dari tidurnya?
2 Pada waktu bayi tidur terlentang dan anda
duduk didekat kepala bayi pada posisi
yang tidak terlihat oleh bayi, kemudian
anda bertepuk tangan dengan keras, apakah
bayi terkeut atau mengerdipkan matanya
atau menegangkan tubuh sambil
mengangkat kaki tangannya ke atas?
3 Apabila ada suara nyaring (misalnya suara
batuk, salak anjing, piring jatuh kelantai
dll), apakah bayi terkeut atau terlompat?
Umur 6-9 Bulan
1 Pada waktu bayi tidur kemudian anda
berbicara atau membuat kegaduhan,
apakah bayi akan bergerak atau terbangun
dari tidurnya?
2 Pada waktu bayi tidur terlentang dan anda
duduk didekat kepala bayi pada posisi
yang tidak terlihat oleh bayi, kemudian

17
anda bertepuk tangan dengan keras, apakah
bayi terkeut atau mengerdipkan matanya
atau menegangkan tubuh sambil
mengangkat kaki tangannya ke atas?
3 Apabila ada suara nyaring (misalnya suara
batuk, salak anjing, piring jatuh kelantai
dll), apakah bayi terkeut atau terlompat?
4 Anda berada disisi yang tidak terlihat oleh
bayi, sebut namanya atau bunyikan
sesuatu, apakah bayi memalingkan kepala
mencari sumber suara?
Umur 9-12 Bulan
1 Pada waktu bayi tidur kemudian anda
berbicara atau membuat kegaduhan,
apakah bayi akan bergerak atau terbangun
dari tidurnya?
2 Pada waktu bayi terlentang dan anda
duduk didekat kepala bayi pada posisi
yang tidak terlihat oleh bayi, kemudian
anda bertepuk tangan dengan keras, apakah
bayi terkeut atau mengerdipkan matanya
atau menegangkan tubuh sambil
mengangkat kaki tangannya ke atas?
3 Apabila ada suara nyaring (misalnya suara
batuk, salak anjing, piring jatuh kelantai
dll), apakah bayi terkeut atau terlompat?
4 Anda berada disamping atau belakang bayi
dan tidak terlihat oleh bayi, sebut namanya
atau bunyikan sesuatu, apakah bayi
langsung memalingkan kepala ke arah

18
sumber suara tersebut disamping atau
belakangnya?
Umur 12-24 bulan
Pada waktu anak tidur kemudian anda
berbicara atau membuat kegaduhan,
apakah bayi akan bergerak atau terbangun
dari tidurnya?
Pada waktu anak tidur terlentang dan anda
duduk didekat kepala bayi pada posisi
yang tidak terlihat oleh bayi, kemudian
anda bertepuk tangan dengan keras, apakah
bayi terkeut atau mengerdipkan matanya
atau menegangkan tubuh sambil
mengangkat kaki tangannya ke atas?
Apabila ada suara nyaring (misalnya suara
batuk, salak anjing, piring jatuh kelantai
dll), apakah anak terkeut atau terlompat?
Tanpa terlihat oleh anak, buat suara yang
menarik perhatian anak, apakah anak
langsung mengetahui posisi anda sebagai
sumber suara yang berpindah-pindah
Ucapkan kata-kata yang mudah dan
sederhana, dapatkah anak menirukan anda?
UMUR 2-3 TAHUN YA TIDAK
1. Tutup mulut anda dengan buku/kertas
tanpa melihat gerakan bibir anda, tanyakan
pada anak; “peganng matamu”, “Pegang
kakimu”. Apakah anak memegang mata
dan kakinya dengan benar?
2. Pilih gambar dari majalah/buku begambar.

19
Tutup mulut anda dengan buku/kertas,
tanpa melihat gerakan bibir anda, tanyakan
pada anak : Tunjukkan gambar kucing,
(atau anjing, kuda, mobil, rumah, bunga
dan sebagainya)?”, Dapatkah anak
menunjukkan gabar yang dimaksud
dengan benar
3. Tutup mulut anda dengan buku/kertas,
tanpa melihat gerakan bibir anda,
perintahkan anak untuk mengerjakan
sesuatu, seperti : “Berikan boneka itu
kepada saya”, “Taruh kubus – kubus ini
diatas meja/kursi”, dan sebagainya.
Apakah anak dapat mengerjakan perintah
tersebut dengan benar.

Umur lebih dari 3 tahun

1 Perlihatkan benda-benda yang ada


disekeliling anak seperti sendok, cangkir,
bola, bunga dsb. Suruh anak menyebutkan
nama-nama benda tersebut. Apakah anak
dapat menyebutkan nama benda tersebut
dengan benar?

20
2 Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak
3 meter di depan anak. suruh anak
mengulangi angka-angka yang telah anda
ucapkan “empat”, “Satu”, “delapan” atau
menirukan dengan menggunakan ari
tangannya. Kemudian tutup mulut anda
dengan buku/kertas, ucapkan 4 angka yang
berlainan. Apakah anak dapat mengulangi
atau menirukan ucapan anda dengan jari
tangannya? (Anda dapat mengulanginya
dengan suara yang lebih keras)
b) Tes Daya Lihat (36-72 bulan)
Cara :
1. Pilih ruangan bersih, tenang, penyinaran baik
2. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak
3. Letakkan kursi sejauh 3 meter
4. Letakkan kursi untuk pemeriksa
5. Tunjukkan huruf “E” yang ada di poster, perintahkan
anak untuk mengarahkan kartu “E” yang dipegangnya
sesuai dengan kartu “E” yang ada pada poster.
6. Tutup mata bergantian
7. Beri pujian
8. Tulis baris “E” terkecil yang bisa dilihat
HASIL :
a) Mata Kanan : Dapat melihat huruf “E” sampai
dengan baris ketiga
b) Mata Kiri : Dapat melihat huruf “E”
sampai dengan baris ketiga
3) Masalah Mental Emosional (MME)

No Pertanyaan Ya Tidak

21
No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anak anda sering terlihat marah


tanpa sebab yang jelas?
(seperti banyak menangis, mudah
tersinggung atau bereaksi berlebihan
terhadap hal-hal yang sudah biasa
dihadapinya)
2. Apakah anak anda tampak menghindar
dari teman-teman atau anggota
keluarganya?
(seperti ingin merasa sendirian, menyendiri
atau merasa sedih sepanjang waktu,
kehilangan minat terhadap hal-hal yang
biasa sangat dinikmati)
3. Apakah anak anda terlihat berperilaku
merusak dan menentang terhadap
lingkungan disekitarnya?
(seperti melanggar peraturan yang ada,
mencuri, sering kali melakukan perbuatan
yang berbahaya bagi darinya, atau menyiksa
binatang atau anak-anak lainnya)
Dan tampak tidak perdulli dengan nasehat-
nasehat yang sudah diberikan kepadanya?
4. Apakah anak anda memperlihatkan adanya
perasaan ketakutan atau kecemasan
berlebihan yang tidak dapat dijelaskan
asalnya dan tidak sebanding dengan anak
lain seusianya?
5. Apakah anak anda mengalami keterbatasan
karena adanya konsentrasi yang buruk

22
No Pertanyaan Ya Tidak

atau mudah teralih perhatiannya, sehingga


mengalami penurunan dalam aktivitas
sehari-hari atau persentasi belajarnya?
6. Apakah anak anda menunjukkan perilaku
kebingungan sehingga mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi dan membuat
keputusan?
7. Apakah anak anda menenjukkan adanya
perubahan pola tidur?
(seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga
sepanjang hari, sering terbangun di waktu
tidur malam oleh karena mimpi buruk,
mengigau)
8. Apakah anak anda mengalami perubahan
pola makan?
(sepeti kehilangan nafsu makan, makan
berlebihan atau tidak mau makan sama
sekali).
9. Apakah anak anda sering kali mengeluh
sakit kepala, sakit perut atau keluhan-
keluhan fisik lainnya?
10. Apakah anak anda seringkali mengeluh
putus asa atau berkeinginan untuk
mengakhiri hidupnya?
11. Apakah anak anda menunjukkan adanya
kemunduran perilaku atau kemampuan
yang sudah dimilikinya?
(seperti mengompol kembali, mengisap
jempol, atau tidak mau berpisah dengan

23
No Pertanyaan Ya Tidak

orang tua/pengasuhnya)
12. Apakah anak anda melakukan perbuatan
yang berulang-ulang tanpa alasan yang
jelas?
Interpretasi Hasil : Tidak ada jawaban “ya”, anak
diinterpretasikan tidak mengalami masalah emosi
4) CHECKLIST FOR AUTISM IN TODDLER ( CHAT ) (18-36
Bulan)
No Anamnesis Ya Tidak

1 Apakah anak senang diayun – ayun atau


diguncang naik turun (bounched) di paha
anda?
2 Apakah anak tertarik (memperhatikan) anak
lain.
3 Apakah anak suka memanjat – manjat seperti
memanjat tangga?
4 Apakah anak suka bermain “ciluk ba”, petak
umpet?
5 Apakah anak pernah bermain seolah – olah
membuat secangkir teh menggunakan mainan
berbentuk cangkir dan teko, atau permainan
lain?
6 Apakah anak pernah menunjuk atau meminta
sesuatu dengan menunjukkan jari?
7 Apakah anak pernah menggunakan jari ntuk
menunjuk ke sesuatu agar anda melihat
kesana?
8 Apakah anak dapat bermain dengan mainan

24
No Anamnesis Ya Tidak

yang kecil (mobi atau kubus)


9 Apakah anak pernah membeikan suatu benda
untuk menunjukkan sesuatu?
B Pengamatan
1 Selama pemeriksaan, apakah anakmenatap
(kontak mata) dengan pemeriksa?
2 Usahakan menarik perhatian anak, kemudian
pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan
pemeriksaan sambil mengatakan : “Lihat itu
ada bola (atau mainan lain)”!
Perhatikan mata anak, apakah ia melihat ke
benda yang ditunjuk, bukan melihat tangan
pemeriksa?
3 Usahakan menarik perhatian anak, berikan
mainan gelas/cangkir dan teko. Katakan pada
anak : “Buktikan secangkir susu buat mama”!
4 Tanyakan pada anak : “Tunjukkan mana
gelas”! (gelas dapat diganti dengan nama
benda lain yang dikenal anak dan ada di
sekitar kita). Apakah anak menunjukkan
benda tersebut dengan jarinya? Atau sambil
menatap wajah anda ketika menunjuk ke suatu
benda?
5 Apakah anak dapat menumpuk beberapa
kubus/balok menjadi suatu menara?
Interpretasi Hasil : Anak dalam batas normal
5) ABBREVIATED CONNERS RATTING SCALA
(CONNERS)
FORMULIR DETEKSI DINI

25
Deteksi Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH)
(Abbreviated Conners Ratting Scale)
NO Kegiatan yang diamati 0 1 2 3
1 Tidak kenal lelah atau aktivitas
berlebihan
2 Mudah menjadi gembira, impulsive
3 Mengganggu anak-anak lain
4 Gagal menyelesaikan kegiatan yang
telah dimulai, rentang perhatian pendek
5 Menggerak-gerakkan anggota badan
atau kepala secara terus menerus
6 Kurang perhatian, mudah teralihkan
7 Permintaannya harus segera dipenuhi,
mudah menjadi frustasi
8 Sering dan mudah menangis
9 Suasana hatinya mudah berubah dengan
cepat dan drastis
10 Ledakan kekesalan, tingkah laku
eksplosif dan tak terduga
Jumlah
Nilai Total :
Interpretasi Hasil : Tidak ditemukan indikasi Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

8. Pernafasan : batuk, kesulitan bernafas


9. Nutrisi: sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun,
10. Aktivitas / istirahat: anak tampak lemah, malaise.
11. Keamanan / kenyamanan: kecemasan anak terhadap hospitalisasi

26
3.2. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Bentuk dan kesemitrisan : kepala klien simetris dan bentuknya
normal
b. Kontrol kepala (terutama pada bayi) dan postur kepala wajah
simetris, kepala pada garis tengah pembengkakan yang nyata. Kulit
kepala kurang hygiene, tidak ada lesi, infestasi, trauma, kehilangan
rambut, perubahan warna.
2. Leher
a. Inspeksi ukuran leher : pada leher terdapat pembengkakan dan
terasa hangat
b. Trakhea terdapat gangguan menelan karena pembengkakan dan
nyeri yang dirasakan klien.
3. Mata
a. Penempatan dan kesejajaran antar kedua mata : bentuk dan posisi
mata sejajar dan normal.
b. Penempatan gerakan dan waena kelopak mata : gerakan bola mata
normal dan warna mata juga normal.
c. Konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikteris.
4. Telinga
a. Penempatan dan kesejajaran : telinga sejajar dan bentuknya normal.
Namun telinga kiri terasa nyeri oleh klien.
b. Telinga tidak adanya lubang abnormal, penebalan kulit, atau sinus.
c. Telinga hygiene (tidak ada bau,rabas,warna)
5. Hidung
Bentuk hidung normal dan simetris. Pada hidung klien tidak terdapat
sekret
6. Mulut
a. Bibir : warna sedikit merah, bibir pecah-pecah.
b. Observasi membran mukosa : merah muda terang dan kering.

27
c. Gigi : jumlah sesuai dengan usia, terdapat gigi yang rusak atau
berlubang dan ada beberapa gigi yang rusak
d. Lidah : tekstur kasar, dapat bergerak bebas, ujung dapat mencapai
bibir, tidak ada lesi atau massa dibawah lidah.
7. Dada
Inspeksi ukuran 55cm, bentuk kesimetrisan, gerakan normal
8. Abdomen
a. Kaji kondisi kulit (halus dan rapi) : kondisi kulit perut klien kurang
baik dan teraba sedikit kasar
b. Kaji gerakan abdomen. Pada anak dibawah 7-8 tahun meningkat
pada inspirasi dan selaras dengan gerakan dada.
c. Perkusi abdomen lambung, hepar dan lipa berada pada kondisi
normal.
9. Genetalia
Tidak terpasang DC
10. Punggung dan bokong
Tidak ada lesi dan dekubitus,tidak ada nyeri.
11. Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas : Bentuk simetris,kondisi kuku bersih, terpasang
infus di sebelah kiri.
b. Ekstermitas bawah : Bentuk simetris, kondisi kuku bersih,
pergerakan bebas, tanpa ada keluhan/nyeri.
c. Kekuatan Otot :
Skala otot Klien 0-5 :
5 4
5 5
*4 = Bergerak menahan tahanan tetapi kekuatannya berkurang.
*5 = Dapat menahan tahanan dengan Kekuatan maksimal
12. Integumen
Keadaan kulit bersih, tidak terdapat lesi dan keadaan kulit lembab.
Pemeriksaan TTV :

28
1. Suhu : bila terjadi infeksi tonsillitis suhu akan naik (hipertermi, >
37,5oC)
Usia Nilai suhu derajat (celcius)
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Tabel : Nilai normal suhu anak rata-rata
2. Tekanan darah :
Pada pasien dengan penyakit tonsillitis maka akan terjadi peningkatan
tekanan darah.
Usia SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK
(mmHg)
Neonatus 80 45
6-12 bulan 90 60
1-5 tahun 95 65
5-10 tahun 100 60
10-15 tahun 115 60
Tabel : Nilai tekanan darah pada bayi dan anak-anak
3. Nadi
Pada pasien yang memiliki tonsillitis biasanya nadinya cepat (takikardi)
Usia Waktu bangun Tidur Demam
(kali/menit) (kali/menit) (kali/menit)
Bayi baru lahir 100-180 80-160  220
1 minggu-3 bulan 100-220 80-200  220

29
3 bulan-2 tahun 70-120 70-120  200
2-10 tahun 60-90 60-90  200
10 tahun- dewasa 50-90 50-90  200
Tabel : Nilai nadi pada anak
4. Respirasi
Pada pasien dengan tonsillitis memiliki respirasi yang meningkat.
Umur Nilai pernafasan (kali/menit)
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
10-12 tahun 19
14 tahun 17
16 tahun 17
18 tahun 16-18
Tabel : Nilai pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur
3.3. Analisa Data
Mengumpulkan data yang dikeluhkan pasien untuk menentukan
penyebab dan masalah keperawatan dari data yang telah didapat.

3.4. Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
3. Gangguan menelan berhubungan dengan sulit makan dan minum
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan adanya
obstruksi pada tuba eustasius

3.5. Intervensi

30
Diagnosa 1: hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring
dan tonsil
NOC: Termoregulasi
Kriteria Hasil:
1. Penurunan suhu kulit
2. Pernafasan normal
3. Tidak menggigil saat dingin
4. Berkeringat saat panas
NIC: Perawatan demam
Kriteria hasil:
1. Pantau suhu dan tanda vital lainnya
2. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase
demam (yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin:
menyediakan pakaian atau linen tempat tidur ringan untuk demam dan
fase bergejolak/flash)
3. Mandikan pasien dengan spons hangat dengan hati-hati(yaitu: berikan
untuk pasien dengan suhu yang sangat tinggi, tidak memberikan selama
fase dingin, dan hindari agar pasien tidak menggigil)
4. Beri obat atau cairan IV(misalnya., antipiretik, agen antibakteri dan
agen anti menggigil)
Dignosa 2: Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
NOC: Kontrol nyeri
1. Mengenali kapan nyeri terjadi
2. Dapat menggambarkan faktor penyebab
3. Dapat mengurangi nyeri tanpa analgesik
4. Nyeri berkurang
NIC: Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus.

31
2. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemamtaun
yang ketat.
3. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat proses
prosedur.
4. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan laiinya
untuk memillih dan mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi, sesuai kebutuhan.
Diagnosa 3: Gangguan menelan berhubungan dengan sulit makan dan
minum
NOC: Status menelan
Kriteria hasil :
1. Dapat menerima makanan
2. Tidak tersedak saat makan
3. Meningkatnya usaha menelan
NIC: Pemberian makan
1. Sediakan pereda nyeri yang adekuat sebelum waktu makan dengan
tepat
2. Identifikasi adanya reflek menelan jika diperlukan
3. Berikan air minum pada saat makan jika diperlukan
4. Hindari mengalihkan perhatian pasien pada saat menelan
5. Suapi tanpa terburu-buru atau pelan
Diagnosa 4: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
NOC: Daya tahan
Kriteria hasil:
1. Dapat melakukan aktivitas seperti biasa
2. Energi kembali pulih setelah istirahat
3. Daya tahan otot kembali normal
NIC: Manajemen Energi
Kriteria hasil:
1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelalahan

32
2. Tentukan jenis dan banyaknya aktifitas yang dibutuhkan untuk menjaga
ketahanan
3. Monitor dan catat waktu dan lama istirahat atau tidur pasien

3.5 Implementasi
Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang dilakukan.

3.6 Evaluasi
Mencatat perkembangan keluhan pasien untuk menentukan intervensi
dilanjutkan atau dihentikan.

33
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Kasus
Ny. An membawa anaknya ke THT bersama anaknya , Sejak 1 bulan yang
lalu pasien mengeluh sering nyeri menelan yang hilang timbul. Nyeri
menelan dirasakan terutama saat menelan makanan. Pasien juga mengeluh
perasaan tidak enak di tenggorokan dan bau mulut. Sebelumnya pasien juga
mengeluh nyeri menelan disertai dengan sering demam, batuk, pilek dengan
lendir putih yang kumat-kumatan dan hidung tersumbat. Ibu pasien
mengatakan pasien ngorok saat tidur. Pasien tidak mengeluh nyeri pada
kedua telinga, tidak ada kurang pendengaran dan tidak ada sakit kepala di
dapatkan TTV, TD : 110/70 , Nadi : 89 x/menit ,Respirasi : 24 x/menit, Suhu:
36,5 °C.

4.2 Pengkajian
4.2.1. Data Dasar
a. Nama : An “N”
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 11 tahun
d. Alamat : pare kediri
e. Agama : Islam
f. Suku : Sasak
g. Pekerjaan : Pelajar
h. Status : Belum Kawin
i. No. CM : 273726
j. Tanggal Masuk : 10 Juli 2018
k. Tanggal Pemeriksaan : 10 Juli 2018
4.2.2. Data Umum
a. Keluhan utama
Sering nyeri menelan.

34
b. Riwayat penyakit sekarang
Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh sering nyeri menelan
yang hilang timbul. Nyeri menelan dirasakan terutama saat
menelan makanan. Pasien juga mengeluh perasaan tidak enak di
tenggorokan dan bau mulut. Sebelumnya pasien juga mengeluh
nyeri menelan disertai dengan sering demam, batuk, pilek dengan
lendir putih yang kumat-kumatan dan hidung tersumbat. Ibu
pasien mengatakan pasien ngorok saat tidur. Pasien tidak
mengeluh nyeri pada kedua telinga, tidak ada kurang pendengaran
dan tidak ada sakit kepala.
c. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat pengobatan
Pasien memiliki riwayat pilek yang cukup lama dan hilang
timbul sejak 1 bulan terakhir. Pasien telah berobat ke puskesmas
dan diberi obat. 2 minggu SMRS, pasien pergi berobat ke dokter.
Setelah diperiksa, pasien diberitahukan bahwa amandelnya
membesar dan disarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan
amandel. Namun pasien belum mau dioperasi dan lebih memilih
untuk diberi pengobatan mengurangi gejala. Seminggu yang lalu
obatnya habis dan keluhan muncul lagi.
d. Riwayat penyakit keluarga dan Sosial
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti ini.
4.2.3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 24 kg
Tinggi Badan : 125 cm
Status Gizi : Cukup
b. Tanda vital
Tensi : 110/70
Nadi : 89 x/menit

35
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,5 °C
c. Telinga : nyeri tekan dan odema
d. Hidung : bentuk normal
e. Bibir : mukosa bibir basah, berwarna merah muda
f. Mulut : mukosa mulut basah, berwarna merah muda
g. Lidah : tidak ada ulkus, pseudomembrane (-), dalam batas normal
h. Faring : mukosa hiperemi (-), reflek muntah (+), membrane (-)

4.3. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS : pasien merasakan proses hipertermi
demam, batuk, pilek inflamasi pada
dengan lendir putih yang faring dan
kumat-kumatan dan tonsil
sering tersumbat.
DO : Tensi : 110/70 ,
Nadi : 89 x/menit
,Respirasi : 24 x/menit,
Suhu: 36,5 °C.

2. DS : Pasien mengatakan pembengkakan Nyeri


nyeri saat makan pada tonsil
DO : Tensi : 110/70 ,
Nadi : 89 x/menit
,Respirasi : 24 x/menit,
Suhu: 36,5 °C.

3. DS : Pasien mengatakan sulit makan Gangguan menelan


nyeri saat menelan dan minum
DO : TD: 110/70 , Nadi :
89 x/menit ,Respirasi : 24
x/menit, Suhu: 36,5 °C.

4. DS : Pasien merasakan kelemahan Intoleransi aktifitas


nyeri disertai demam
DO : Tensi : 110/70 ,
Nadi : 89 x/menit
,Respirasi : 24 x/menit,
Suhu: 36,5 °C.

36
4.4. Intervensi

NO. Diagnosa NOC NIC


1. hipertermi Termoregulasi Perawatan demam
berhubungan Kriteria hasil: Kriteria hasil:
dengan proses 1. Penurunan 1. Pantau suhu dan tanda vital
inflamasi pada suhu kulit lainnya
faring dan 2. Pernafasan 2. Tutup pasien dengan
tonsil normal selimut atau pakaian
3. Tidak ringan, tergantung pada
menggigil saat fase demam (yaitu:
dingin memberikan selimut hangat
4. Berkeringat untuk fase dingin:
saat panas menyediakan pakaian atau
linen tempat tidur ringan
untuk demam dan fase
bergejolak/flash)
3. Mandikan pasien dengan
spons hangat dengan hati-
hati(yaitu: berikan untuk
pasien dengan suhu yang
sangat tinggi, tidak
memberikan selama fase
dingin, dan hindari agar
pasien tidak menggigil)
4. Beri obat atau cairan
IV(misalnya., antipiretik,
agen antibakteri dan agen
anti menggigil)
2. Nyeri Kontrol nyeri Manajemen nyeri
berhubungan 1. Mengenali 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan kapan nyeri komprehensif yang
pembengkakan terjadi meliputi lokasi,
pada tonsil 2. Dapat karakteristik, durasi,
menggambarka frekuensi, kualitas,
n faktor intensitas atau beratnya
penyebab nyeri dan faktor pencetus.
3. Dapat 2. Pastikan perawatan
mengurangi analgesik bagi pasien
nyeri tanpa dilakukan dengan
analgesik pemamtaun yang ketat.
4. Nyeri 3. Berikan informasi
berkurang mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari

37
NO. Diagnosa NOC NIC
ketidaknyamanan akibat
proses prosedur.
4. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan laiinya untuk
memillih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi, sesuai
kebutuhan.
3. Gangguan Status menelan Pemberian makan
menelan Kriteria hasil : 1. Sediakan pereda nyeri yang
berhubungan 1. Dapat adekuat sebelum waktu
dengan sulit menerima makan dengan tepat
makan dan makanan 2. Identifikasi adanya reflek
minum 2. Tidak tersedak menelan jika diperlukan
saat makan 3. Berikan air minum pada
3. Meningkatnya saat makan jika diperlukan
usaha menelan 4. Hindari mengalihkan
perhatian pasien pada saat
menelan
5. Suapi tanpa terburu-buru
atau pelan

38
4.7 Implementasi

NO. Diagnosa Implementasi


1. hipertermi berhubungan 1. Memantau suhu dan tanda vital
dengan proses inflamasi lainnya
pada faring dan tonsil 2. Menutup pasien dengan selimut atau
pakaian ringan, tergantung pada fase
demam (yaitu: memberikan selimut
hangat untuk fase dingin:
menyediakan pakaian atau linen
tempat tidur ringan untuk demam dan
fase bergejolak/flash)
3. Memandikan pasien dengan spons
hangat dengan hati-hati(yaitu: berikan
untuk pasien dengan suhu yang
sangat tinggi, tidak memberikan
selama fase dingin, dan hindari agar
pasien tidak menggigil)
4. Memberi obat atau cairan
IV(misalnya., antipiretik, agen
antibakteri dan agen anti menggigil)
2. Nyeri berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri
dengan pembengkakan komprehensif yang meliputi lokasi,
pada tonsil karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus.
2. Memastikan perawatan analgesik bagi
pasien dilakukan dengan pemamtaun
yang ketat.
3. Memberikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan, dan
antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat proses prosedur.
4. Berkolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan laiinya
untuk memillih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
3. Gangguan menelan 1. Melakukan pengkajian nyeri
berhubungan dengan komprehensif yang meliputi lokasi,
sulit makan dan minum karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus.
2. Memastikan perawatan analgesik bagi

39
NO. Diagnosa Implementasi
pasien dilakukan dengan pemamtaun
yang ketat.
3. Memberikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan, dan
antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat proses prosedur.
4. Berkolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan laiinya
untuk memillih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuha

4.8. Evaluasi

Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


hipertermi S: klien mengatakan kalau
berhubungan demamnya sudah mulai turun
dengan proses O: - Suhu tubuh turun
inflamasi pada - Batuk, pilek berkurang
faring dan tonsil A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Nyeri S: klien mengatakan nyerinya
berhubungan sudah berkurang
dengan O: pembengkakan pada tonsil
pembengkakan mengecil
pada tonsil A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Gangguan S: klien mengatakan sudah
menelan mulai bisa menelan makanan
berhubungan O: klien menghabiskan
dengan sulit setengah porsi makannya
makan dan A: Masalah teratasi sebagian
minum P: Intervensi dilanjutkan

40
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolitycus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes, dapat juga
disebabkan oleh virus.
Faringitis merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan
struktur lainnya di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan
hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi lokal faring atau tonsil. Oleh
karena itu, faingitis secara luas mencakup tonsilitis, nasofaringitis, dan
tonsilofaringitis

5.2. Saran
Kami memberikan beberapa saran yang kiranya berguna bagi kita semua
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.adapun saran yang dapat di
lakukan adalah saat melaksanakan pengkajian pada pasien tonsilitis dan
faringitis yang paling penting adalah terbinanya hubungan antar perawat
dengan klien beserta keluarga klien. Dalam menegakkan diagnosa
keperawatan, perawat hendaknya memperhatikan kebutuhan klien sesuai
dengan prioritas masalah yang dirasakan oleh klien. Dalam melaksanakan
tindakan keperawatan diperlukan kerja sama dan tenaga kesehatan lainnya
untuk menunjang pelaksanaan keperawatan yang menyeluruh pada klien.

41
DAFTAR PUSTAKA

Wong, D. L., (et al). 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta:
EGC

https://www.scribd.com/doc/184832842/laporan-pendahuluan-Tonsilitis

https://www.google.co.id/search?q=latar+belakang+ispa+secara+umum&oq=latar
+belakang+ispa+&aqs=chrome.3.69i57j0l3.11072j0j4&client=ms-android-
tecno&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8

https://www.google.co.id/search?client=ms=android-
tecno&biw=360&bih=294&ei=9FblWtOQJJuSvQTx_JzQAg7q=latar+belakang+
penyakit+tonsilitis&oq=latar+belakang+penyakit+tonsilitis&gs_l=mobile-gws-
serp.3..0i22i30l2j33i22i29i30l3.944721.949278..949752...1....447.6547.2-
11j6j4.........1..mobile-gws-wiz-serp.......0j0i71j35i39j0i67.grzJyv08S2A%3D

https://dokumen.tips/documents/makalah-faringitis-578381e374248.html

https://www.scribd.com/doc277269756/faringitis-proposal-doc

https://www.google.co.id/amp/s/perawattegal.wordpress.com/2010/03/18/tumbuh-
kembang-anak/amp/

http://arinkuu.blogspot.co.id/2012/06/askep-tonsilitis-pada-anak.html

Tugaskuliahaskep.blogspot.co.id/2012/10/laporan-kasus-pada-r-dengan-
tonsilitis.html?m=1

42

Anda mungkin juga menyukai