PENDAHULUAN
1
merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA
Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh pada tahun 2007
(25,5%), di Sumatera Barat angka kejadian ISPA masih lebih tinggi pada
tahun 2007 yaitu sebanyak 23,5% (RIKESDA, 2013)
Macam penyakit ISPA yang sering muncul terutama pada anak-anak
adalah Faringitis dan Tonsilitis. Faringitis dapat disebabkan virus (40-
60%), bakteri (5-40%),alergi, neoplasia, dan trauma penyebab tersering dari
faringitis adalah virus. Virus yang dapat menyebabkan faringitis diantaranya
adalah adenovirus, influenza virus, parainfluenza virus, rhinovirus,
coronavirus. Bakteri yang dapat menyebabkan faringitis diantaranya
Streptococcus Grup A, C, G, atau Streptococcus pyogenes, Francisella
tularensis, Nesseria gonorrheae,Arcanobacteria hemolyticum.Penyakit yang
disebabkan bakteri ini dapat bersifat lokal seperti streptococcal faringitis
dan streptococcal pyoderma atau sistemik seperti glomerulonefritis akut,
demam reumatik akut, dan syok sepsis.Pengobatan bakterial faringitis pada
saat ini menggunakan antibiotik eritromisin, penisilin, sefalosporin, atau
azitromisin. Salah satu komplikasi faringitis yang disebabkan oleh
Streptococus pyogenes yang bersifat lokal salah satunya adalah tonsilitis.
Penelitian Sakka dkk (2009) menyimpulkan bahwa infeksi pada tonsil atau
sering disebut tonsilitis merupakan masalah yang cukup sering dijumpai.
Keluhan yang ditimbulkan berupa nyeri menelan, demam, otitis media,
sampai obstructive sleep apnea. Pada anak-anak dengan riwayat yang
pernah menderita tonsillitis diusahakan untuk menghindari faktor pencetus
dengan cara minum banyak air atau cairan seperti sari buah, terutama
selama demam, menghidari minum minuman dingin, sirup, es krim,
gorengan, makanan awetan yang diasinkan, manisan dan makanan yang
pedas (Qimindra, 2007).
Karena presentase penderita ataupun yang meninggal karena penyakit
Faringitis dan Tonsilitis tinggi, dan kepatuhan minum antibiotik jangka
pendek sangat minim. Maka petugas kesehatan dapat memberikan
pencegahan lebih dini tentang ISPA pada anak balita. Dan orang tua dari
2
balita juga harus lebih memperhatiakan kegiatan anaknya dan melatih anak
supaya mengurangi faktor pencetus terjadinya penyakit tersebut.
Dari kedua penyakit tersebut jika tidak cepat ditangani akan
membahayakan khususnya pada anak. Mengingat penyakit tersebut banyak
diderita oleh semua kalangan terutama pada anak. Berdasarkan uraian diatas
kami akan membahas lebih lanjut mengenai Faringitis dan Tonsilitis beserta
Asuhan Keperawatan Anak dengan penyakit tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, antara lain :
1. Apa definisi dari Tonsilitis dan Faingitis?
2. Apa etiologi dari Tonsilitis dan Faingitis?
3. Apa saja klasifikasi dari Tonsilitis dan Faingitis?
4. Apa manifestasi klinis dari Tonsilitis dan Faingitis?
5. Bagaimana patofisiologi dari Tonsilitis dan Faingitis?
6. Bagaimana WOC dari Tonsilitis dan Faingitis?
7. Bagaimana pemeriksaan Pemeriksaan fisik Tonsilitis dan Pemeriksaaan
Penunjang Tonsilitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Tonsilitis dan Faingitis?
9. Apa saja komplikasi dari Tonsilitis dan Faingitis?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Tonsilitis ?
3
4. Manifestasi
5. Patofisiologi
6. WOC
7. Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
8. Penatlaksanaan
9. Komplikasi
1.3.2.2. Faringitis
1. Definisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Manifestasi
5. Patofisiologi
6. WOC
7. Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
8. Penatlaksanaan
9. Komplikasi
10. Asuhan Keperawatan
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Tonsilitis
2.1.1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh
mikroorganisme berupa virus, bakteri dan jamur.
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolitycus, streptococcus viridans dan
streptococcus pyogenes, dapat juga disebabkan oleh virus.
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel),
yang sangat sering ditemukan terutama pada anak-anak.
2.1.2. Etiologi
Penyebab tonsilitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta
hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes,
dapat juga disebabkan oleh infeksi virus (Soepardi, 2007). Dan
penyebab yang paling umum adalah virus epstein-barr dan virus
coxsackie . Dan diantaranya ada bakteri yang dapat menyebabkan
tonsilitis kelompok strepokrokus A yang paling umum .
2.1.3. Klasifikasi
Penyakit tonsilitis diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Tonsilitis Akut
Tonsilitis akut terjadi apabila peradangan pada tonsil
berlangsung kurang dari 3 minggu. Disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolitycus, streptococcus viridans,
streptococcus pyogenes dan dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronik terjadi apabila peradangan pada tonsil
berlangsung lebih dari 3 bulan atau menetap. Disebabkan oleh
5
rokok dan makanan, pengaruh cuaca, pengobatan radang akut
yang tidak adekuat dan hygine mulut yang buruk.
2.1.4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang bisa muncul pada penyakit tonsilitis, antara
lain:
1. Demam
2. Edema tonsil
3. Nyeri telan
4. Otalgia
5. Malaise
6. Bau mulut
7. Mual
8. Muntah
2.1.5. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran
nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau
faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya
bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya
proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat
mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil
sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan,
demam, bau mulut serta otalgia.
6
2.1.6. WOC
7
2.1.7. Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
Pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil yang hipertrofi
atau atrofi, dan odem yang tidak jelas. Didapatkan detritus yang
jika tonsil ditekan dengan spatula lidah
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mengetahui
penyakit tonsilitis antara lain:
1. Tes masase tonsil
Salah satu tonsil digosok-gosok kurang lebih 5 menit
dengan kasa, jika 3 jam kemudian didapati kenaikan leukosit
lebih dari 10.000/𝑚𝑚3 atau kenaikan LED lebih dari 10 mm
dibandingkan sebelum tes dilakukan, maka tes dianggap
positif.
2. Penyinaran dengan UKG
Tonsil mendapat UKG selama 10 menit dan 4 jam
kemudian diperiksa jumlah leukosit dan LED. Jika terjadi
kenaikan jumlah leukosit lebih dari 2000/𝑚𝑚3 atau kenaikan
LED lebih dari 10 mm dibandingkan sebelum tes dilakukan,
maka tes dianggap positif.
3. Hialuronidase
Periksa terlebih dahulu jumlah leukosit, LED dan temperatur
oral. Injeksikan hialuronidase ke dalam tonsil. Satu jam setelah
diinjeksi, jika didapati kenaikan temperatur, jumlah leukosit
lebih dari 10.000/𝑚𝑚3 serta kenaikan LED lebih dari 10 mm
maka tes ini dianggap positif.
2.1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan tonsilitis dapat meliputi:
1. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti: cefataxin,
penisilin, amoksisilin, eritromisin.
2. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti paracetamol dan
ibuprofen
3. Analgesik untuk meredakan nyeri
4. Tirah baring
8
5. Minum air yang cukup
6. Konsumsi makanan yang konsistensinya lembut
2.1.9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak
tertangani dengan baik adalah :
1. Tonsilitis kronis
Tonsilitis kronik terjadi apabila peradangan pada tonsil
berlangsung lebih dari 3 bulan atau menetap.
2. Otitis media
Dimana area belakang gendang telinga meradang dan
terinfeksi.
2.2 Faringitis
2.2.1. Definisi
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu
penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang
disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok (Wikipedia.com)
Faringitis merupakan peradangan akut membran mukosa faring
dan struktur lainnya di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat
dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi lokal
faring atau tonsil. Oleh karena itu, faingitis secara luas mencakup
tonsilitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis (Rahajoe, Nastiti,
2008:288).
Faringitis merupakan respon inflamasi terhadap patogen yang
mengeluarkan toksin. Faringitis juga bisa merupakan gejala dari
penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, seperti penyakit flu.
Faringitis akut merupakan peradangan tenggorok yang paling
sering terjadi. Faringitis akut berat sering disebut sebagai strep
thoat, karena pada umumnya disebabkan oleh sreptokokus.
2.2.2. Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang
disebabkan oleh virus (40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma,
9
iritan, dan lain-lain (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2013).Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.
1. Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza,
Coxsackievirus, Epstein –Barr virus, Herpes virus.
2. Bakteri yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A,
Chlamydia, Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus
influenzae, Neisseria gonorrhoeae.
3. Jamur yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada penderita
imunokompromis yaitu mereka dengan HIV dan AIDS, Iritasi
makanan yang merangsang sering merupakan faktor pencetus
atau yang memperberat (Departemen Kesehatan, 2007).
Penyebab umum dari faringitis yang paling sering ditemukan
adalah infeksi dari bakteri atau virus. Salah satu jenis virus yang
paling sering menyebabkan faringitis adalah influenza. Virus dari
pilek dan flu menyebabkan gangguan pada hidung, telinga dan
tenggorokan. Biasanya kondisi sakit ini lebih sering ditemukan
pada anak-anak dan remaja. Penyebab umum lain adalah termasuk:
1. Orang yang memiliki riwayat alergi terhadap debu, bulu
binatang dan aroma yang menyengat.
2. Orang yang terkena paparan asap rokok dalam waktu lama.
3. Orang yang sudah memiliki penyakit sinusitis.
2.2.3. Klasifikasi
Berdasarkan lama waktunya, faringitis terbagi atas :
1. Faringitis akut
Inflamasi febris yang disebabkna oleh organisme virus
sebanyak 70% lebih sering. Infeksi virus yang
takterkomplikasi biasnya akan menghilang dalam 3 sampai 10
hari setelah awitan. Bila disebabkan oleh bakteria, organisme
yang umumnya menyerangadalah stresptokokus group A.
Faringitis yang disebabkan oleh bakteria adalah penyakit yang
lebih parah karena bahaya komplikasi, yaitu sinusitis, otitis
10
media, mastoiditis, adenitis servikal, dalam reumatik, dan
nefritis
2. Faringitis kronis
Faringitis kronis adalah bentuk yang umum terjadi pada
orang dewasa yang bekerja atau tinggal dilingkungan yang
berdebu, menggunakan suara secara berlebihan, menderita
batuk kronis, dan kebiasaan penggunaan alkohaol dan
tembakau. Dikenal tiga tipe faringitis kronis; hipertrofik,
penebalan dan kongesti umum membran mukosa faring, tahap
lanjut tipe 1; dan granular kronis. Dengan pembengkakan
berbagai folikel limfe dari dinding faring
2.2.4. Manifestasi Klinis
1. Demam/hipotermi
2. Malaise umum
3. Anorexia
4. Sakit tenggorokan sedang
5. Sakit kepala
6. Nyeri
7. Muntah
8. Disfagea
9. Edema mukosa
2.2.5. Patofisiologi
Faringitis disebabkan karena kuman yang menginfiltrasi
dilapisan epitel pada faring, sehingga menyebabkan
inflamasi/peradangan pada faring. Inflamasi tadi menimbulkan
gejala hipertermi dan edema mukosa. karena masyarakat indonesia
masih banyak yang belum mengetahui tanda dan gejala faringitis,
maka dipastikan kurangnya terpajan informasi dari berbagai
sumber, sehingga muncul masalah keperawatan defisit
pengetahuan. Inflamasi pada faring menyebabkan nyeri, nyeri
tersebut mengakibatkan kesulitan menelan sehingga muncul
11
masalah keperawatan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan. Inflamasi tadi juga menyebabkan edema mukosa
sehingga mengalami batuk yang disetasi sputum dan muncul
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
12
2.2.6. WOC
13
2.2.7. Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
Pemeriksaan Penunjang Faringitis
1. Pemeriksaan terhadap apus tenggorokan
2. Skrining terhadap bakteri streptokokus
3. Darah rutin menunjukkan peningkatan jumlah leukosit
4. Kultur dan uji resistensi bakteri bila diperlukan
2.2.8. Penatalaksanaan
1. Preparat antimikrobial untuk penyebab bakteria : pensilin
untuk streptokokus group A dan sefalosporin untuk penderita
yang alergi terhadap pensilin atau resisten terhadap eritromisin
2. Antibiotik diberikan sedikitnya selama 10 hari
3. Antibiotik lain untuk mengobati streptokokus hemolitik B grup
A : eritromisin, azitromisin, klaritomisin , sefalosporin, seperti
sefdinir (omnicef) , dan amoksisilin (Feder dkk, 1999)
4. Istirahat yang cukup, juga meliputi pengistirahatan pita suara
5. Minum air putih yang cukup
6. Berkumur dengan air hangat
7. Menghindari asap rokok
8. Konsumsi madu, sup hangat atau minuman hangat, dan
makanan yang mengandung Vit. C dan Seng
2.2.9. Komplikasi
1. Tanda-tanda sakit telinga
2. Pernafasan lebih cepat dari 50 sampai 60 kali/menit
3. Demam lebih dari 38,3’C
4. Lemah
5. Peningkatan iribilitas dengan atau tanpa demam
6. Batuk persisten selama 2 hari atau lebih
7. Mengi / sesak
8. Menangis
9. Tidak mau makan
10. Gelisah dan pola tidur buruk
14
BAB III
3.1. Pengkajian
1. Indetitas anak (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, anak ke, dll)
2. Identitas orang tua (nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat,
dll)
3. Keluhan utama: deman, nyeri telan, sakit tenggorokan
4. Riwayat penyakit sekarang: perkembangan, efek terapi, karakteristik.
5. Riwayat kesehatan lalu: penyakit yang pernah diderita(ISPA, otitis
media).
6. Riwayat penyakit keluarga: penyakit keturunan/menular
7. Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan: BB (kg), TB (cm), lingkar kepala (cm)
b. Perkembangan
1) KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN ( KPSP )
Nama : An. .........
Tanggal Lahir :
15
YANG DINILAI YA TIDAK
16
Interpretasi hasil yang di dapat dalam pemeriksaan KPSP
dengan jumlah jawaban “Ya” yang dinilai dengan point 10,
perkembangan anak sesuai/tidak sesuai dengan tahap
perkembangannya ( S )
2) TES DAYA DENGAR ( TDD ) DAN TES DAYA LIHAT (
TDL )
a) Tes Daya Dengar
NO. UMUR 0-6 Bulan YA TIDAK
1 Pada waktu bayi tidur kemudian anda
berbicara atau membuat kegaduhan,
apakah bayi akan bergerak atau terbangun
dari tidurnya?
2 Pada waktu bayi tidur terlentang dan anda
duduk didekat kepala bayi pada posisi
yang tidak terlihat oleh bayi, kemudian
anda bertepuk tangan dengan keras, apakah
bayi terkeut atau mengerdipkan matanya
atau menegangkan tubuh sambil
mengangkat kaki tangannya ke atas?
3 Apabila ada suara nyaring (misalnya suara
batuk, salak anjing, piring jatuh kelantai
dll), apakah bayi terkeut atau terlompat?
Umur 6-9 Bulan
1 Pada waktu bayi tidur kemudian anda
berbicara atau membuat kegaduhan,
apakah bayi akan bergerak atau terbangun
dari tidurnya?
2 Pada waktu bayi tidur terlentang dan anda
duduk didekat kepala bayi pada posisi
yang tidak terlihat oleh bayi, kemudian
17
anda bertepuk tangan dengan keras, apakah
bayi terkeut atau mengerdipkan matanya
atau menegangkan tubuh sambil
mengangkat kaki tangannya ke atas?
3 Apabila ada suara nyaring (misalnya suara
batuk, salak anjing, piring jatuh kelantai
dll), apakah bayi terkeut atau terlompat?
4 Anda berada disisi yang tidak terlihat oleh
bayi, sebut namanya atau bunyikan
sesuatu, apakah bayi memalingkan kepala
mencari sumber suara?
Umur 9-12 Bulan
1 Pada waktu bayi tidur kemudian anda
berbicara atau membuat kegaduhan,
apakah bayi akan bergerak atau terbangun
dari tidurnya?
2 Pada waktu bayi terlentang dan anda
duduk didekat kepala bayi pada posisi
yang tidak terlihat oleh bayi, kemudian
anda bertepuk tangan dengan keras, apakah
bayi terkeut atau mengerdipkan matanya
atau menegangkan tubuh sambil
mengangkat kaki tangannya ke atas?
3 Apabila ada suara nyaring (misalnya suara
batuk, salak anjing, piring jatuh kelantai
dll), apakah bayi terkeut atau terlompat?
4 Anda berada disamping atau belakang bayi
dan tidak terlihat oleh bayi, sebut namanya
atau bunyikan sesuatu, apakah bayi
langsung memalingkan kepala ke arah
18
sumber suara tersebut disamping atau
belakangnya?
Umur 12-24 bulan
Pada waktu anak tidur kemudian anda
berbicara atau membuat kegaduhan,
apakah bayi akan bergerak atau terbangun
dari tidurnya?
Pada waktu anak tidur terlentang dan anda
duduk didekat kepala bayi pada posisi
yang tidak terlihat oleh bayi, kemudian
anda bertepuk tangan dengan keras, apakah
bayi terkeut atau mengerdipkan matanya
atau menegangkan tubuh sambil
mengangkat kaki tangannya ke atas?
Apabila ada suara nyaring (misalnya suara
batuk, salak anjing, piring jatuh kelantai
dll), apakah anak terkeut atau terlompat?
Tanpa terlihat oleh anak, buat suara yang
menarik perhatian anak, apakah anak
langsung mengetahui posisi anda sebagai
sumber suara yang berpindah-pindah
Ucapkan kata-kata yang mudah dan
sederhana, dapatkah anak menirukan anda?
UMUR 2-3 TAHUN YA TIDAK
1. Tutup mulut anda dengan buku/kertas
tanpa melihat gerakan bibir anda, tanyakan
pada anak; “peganng matamu”, “Pegang
kakimu”. Apakah anak memegang mata
dan kakinya dengan benar?
2. Pilih gambar dari majalah/buku begambar.
19
Tutup mulut anda dengan buku/kertas,
tanpa melihat gerakan bibir anda, tanyakan
pada anak : Tunjukkan gambar kucing,
(atau anjing, kuda, mobil, rumah, bunga
dan sebagainya)?”, Dapatkah anak
menunjukkan gabar yang dimaksud
dengan benar
3. Tutup mulut anda dengan buku/kertas,
tanpa melihat gerakan bibir anda,
perintahkan anak untuk mengerjakan
sesuatu, seperti : “Berikan boneka itu
kepada saya”, “Taruh kubus – kubus ini
diatas meja/kursi”, dan sebagainya.
Apakah anak dapat mengerjakan perintah
tersebut dengan benar.
20
2 Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak
3 meter di depan anak. suruh anak
mengulangi angka-angka yang telah anda
ucapkan “empat”, “Satu”, “delapan” atau
menirukan dengan menggunakan ari
tangannya. Kemudian tutup mulut anda
dengan buku/kertas, ucapkan 4 angka yang
berlainan. Apakah anak dapat mengulangi
atau menirukan ucapan anda dengan jari
tangannya? (Anda dapat mengulanginya
dengan suara yang lebih keras)
b) Tes Daya Lihat (36-72 bulan)
Cara :
1. Pilih ruangan bersih, tenang, penyinaran baik
2. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak
3. Letakkan kursi sejauh 3 meter
4. Letakkan kursi untuk pemeriksa
5. Tunjukkan huruf “E” yang ada di poster, perintahkan
anak untuk mengarahkan kartu “E” yang dipegangnya
sesuai dengan kartu “E” yang ada pada poster.
6. Tutup mata bergantian
7. Beri pujian
8. Tulis baris “E” terkecil yang bisa dilihat
HASIL :
a) Mata Kanan : Dapat melihat huruf “E” sampai
dengan baris ketiga
b) Mata Kiri : Dapat melihat huruf “E”
sampai dengan baris ketiga
3) Masalah Mental Emosional (MME)
No Pertanyaan Ya Tidak
21
No Pertanyaan Ya Tidak
22
No Pertanyaan Ya Tidak
23
No Pertanyaan Ya Tidak
orang tua/pengasuhnya)
12. Apakah anak anda melakukan perbuatan
yang berulang-ulang tanpa alasan yang
jelas?
Interpretasi Hasil : Tidak ada jawaban “ya”, anak
diinterpretasikan tidak mengalami masalah emosi
4) CHECKLIST FOR AUTISM IN TODDLER ( CHAT ) (18-36
Bulan)
No Anamnesis Ya Tidak
24
No Anamnesis Ya Tidak
25
Deteksi Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH)
(Abbreviated Conners Ratting Scale)
NO Kegiatan yang diamati 0 1 2 3
1 Tidak kenal lelah atau aktivitas
berlebihan
2 Mudah menjadi gembira, impulsive
3 Mengganggu anak-anak lain
4 Gagal menyelesaikan kegiatan yang
telah dimulai, rentang perhatian pendek
5 Menggerak-gerakkan anggota badan
atau kepala secara terus menerus
6 Kurang perhatian, mudah teralihkan
7 Permintaannya harus segera dipenuhi,
mudah menjadi frustasi
8 Sering dan mudah menangis
9 Suasana hatinya mudah berubah dengan
cepat dan drastis
10 Ledakan kekesalan, tingkah laku
eksplosif dan tak terduga
Jumlah
Nilai Total :
Interpretasi Hasil : Tidak ditemukan indikasi Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
26
3.2. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Bentuk dan kesemitrisan : kepala klien simetris dan bentuknya
normal
b. Kontrol kepala (terutama pada bayi) dan postur kepala wajah
simetris, kepala pada garis tengah pembengkakan yang nyata. Kulit
kepala kurang hygiene, tidak ada lesi, infestasi, trauma, kehilangan
rambut, perubahan warna.
2. Leher
a. Inspeksi ukuran leher : pada leher terdapat pembengkakan dan
terasa hangat
b. Trakhea terdapat gangguan menelan karena pembengkakan dan
nyeri yang dirasakan klien.
3. Mata
a. Penempatan dan kesejajaran antar kedua mata : bentuk dan posisi
mata sejajar dan normal.
b. Penempatan gerakan dan waena kelopak mata : gerakan bola mata
normal dan warna mata juga normal.
c. Konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikteris.
4. Telinga
a. Penempatan dan kesejajaran : telinga sejajar dan bentuknya normal.
Namun telinga kiri terasa nyeri oleh klien.
b. Telinga tidak adanya lubang abnormal, penebalan kulit, atau sinus.
c. Telinga hygiene (tidak ada bau,rabas,warna)
5. Hidung
Bentuk hidung normal dan simetris. Pada hidung klien tidak terdapat
sekret
6. Mulut
a. Bibir : warna sedikit merah, bibir pecah-pecah.
b. Observasi membran mukosa : merah muda terang dan kering.
27
c. Gigi : jumlah sesuai dengan usia, terdapat gigi yang rusak atau
berlubang dan ada beberapa gigi yang rusak
d. Lidah : tekstur kasar, dapat bergerak bebas, ujung dapat mencapai
bibir, tidak ada lesi atau massa dibawah lidah.
7. Dada
Inspeksi ukuran 55cm, bentuk kesimetrisan, gerakan normal
8. Abdomen
a. Kaji kondisi kulit (halus dan rapi) : kondisi kulit perut klien kurang
baik dan teraba sedikit kasar
b. Kaji gerakan abdomen. Pada anak dibawah 7-8 tahun meningkat
pada inspirasi dan selaras dengan gerakan dada.
c. Perkusi abdomen lambung, hepar dan lipa berada pada kondisi
normal.
9. Genetalia
Tidak terpasang DC
10. Punggung dan bokong
Tidak ada lesi dan dekubitus,tidak ada nyeri.
11. Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas : Bentuk simetris,kondisi kuku bersih, terpasang
infus di sebelah kiri.
b. Ekstermitas bawah : Bentuk simetris, kondisi kuku bersih,
pergerakan bebas, tanpa ada keluhan/nyeri.
c. Kekuatan Otot :
Skala otot Klien 0-5 :
5 4
5 5
*4 = Bergerak menahan tahanan tetapi kekuatannya berkurang.
*5 = Dapat menahan tahanan dengan Kekuatan maksimal
12. Integumen
Keadaan kulit bersih, tidak terdapat lesi dan keadaan kulit lembab.
Pemeriksaan TTV :
28
1. Suhu : bila terjadi infeksi tonsillitis suhu akan naik (hipertermi, >
37,5oC)
Usia Nilai suhu derajat (celcius)
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Tabel : Nilai normal suhu anak rata-rata
2. Tekanan darah :
Pada pasien dengan penyakit tonsillitis maka akan terjadi peningkatan
tekanan darah.
Usia SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK
(mmHg)
Neonatus 80 45
6-12 bulan 90 60
1-5 tahun 95 65
5-10 tahun 100 60
10-15 tahun 115 60
Tabel : Nilai tekanan darah pada bayi dan anak-anak
3. Nadi
Pada pasien yang memiliki tonsillitis biasanya nadinya cepat (takikardi)
Usia Waktu bangun Tidur Demam
(kali/menit) (kali/menit) (kali/menit)
Bayi baru lahir 100-180 80-160 220
1 minggu-3 bulan 100-220 80-200 220
29
3 bulan-2 tahun 70-120 70-120 200
2-10 tahun 60-90 60-90 200
10 tahun- dewasa 50-90 50-90 200
Tabel : Nilai nadi pada anak
4. Respirasi
Pada pasien dengan tonsillitis memiliki respirasi yang meningkat.
Umur Nilai pernafasan (kali/menit)
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
10-12 tahun 19
14 tahun 17
16 tahun 17
18 tahun 16-18
Tabel : Nilai pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur
3.3. Analisa Data
Mengumpulkan data yang dikeluhkan pasien untuk menentukan
penyebab dan masalah keperawatan dari data yang telah didapat.
3.5. Intervensi
30
Diagnosa 1: hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring
dan tonsil
NOC: Termoregulasi
Kriteria Hasil:
1. Penurunan suhu kulit
2. Pernafasan normal
3. Tidak menggigil saat dingin
4. Berkeringat saat panas
NIC: Perawatan demam
Kriteria hasil:
1. Pantau suhu dan tanda vital lainnya
2. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase
demam (yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin:
menyediakan pakaian atau linen tempat tidur ringan untuk demam dan
fase bergejolak/flash)
3. Mandikan pasien dengan spons hangat dengan hati-hati(yaitu: berikan
untuk pasien dengan suhu yang sangat tinggi, tidak memberikan selama
fase dingin, dan hindari agar pasien tidak menggigil)
4. Beri obat atau cairan IV(misalnya., antipiretik, agen antibakteri dan
agen anti menggigil)
Dignosa 2: Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
NOC: Kontrol nyeri
1. Mengenali kapan nyeri terjadi
2. Dapat menggambarkan faktor penyebab
3. Dapat mengurangi nyeri tanpa analgesik
4. Nyeri berkurang
NIC: Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus.
31
2. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemamtaun
yang ketat.
3. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat proses
prosedur.
4. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan laiinya
untuk memillih dan mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi, sesuai kebutuhan.
Diagnosa 3: Gangguan menelan berhubungan dengan sulit makan dan
minum
NOC: Status menelan
Kriteria hasil :
1. Dapat menerima makanan
2. Tidak tersedak saat makan
3. Meningkatnya usaha menelan
NIC: Pemberian makan
1. Sediakan pereda nyeri yang adekuat sebelum waktu makan dengan
tepat
2. Identifikasi adanya reflek menelan jika diperlukan
3. Berikan air minum pada saat makan jika diperlukan
4. Hindari mengalihkan perhatian pasien pada saat menelan
5. Suapi tanpa terburu-buru atau pelan
Diagnosa 4: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
NOC: Daya tahan
Kriteria hasil:
1. Dapat melakukan aktivitas seperti biasa
2. Energi kembali pulih setelah istirahat
3. Daya tahan otot kembali normal
NIC: Manajemen Energi
Kriteria hasil:
1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelalahan
32
2. Tentukan jenis dan banyaknya aktifitas yang dibutuhkan untuk menjaga
ketahanan
3. Monitor dan catat waktu dan lama istirahat atau tidur pasien
3.5 Implementasi
Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang dilakukan.
3.6 Evaluasi
Mencatat perkembangan keluhan pasien untuk menentukan intervensi
dilanjutkan atau dihentikan.
33
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Kasus
Ny. An membawa anaknya ke THT bersama anaknya , Sejak 1 bulan yang
lalu pasien mengeluh sering nyeri menelan yang hilang timbul. Nyeri
menelan dirasakan terutama saat menelan makanan. Pasien juga mengeluh
perasaan tidak enak di tenggorokan dan bau mulut. Sebelumnya pasien juga
mengeluh nyeri menelan disertai dengan sering demam, batuk, pilek dengan
lendir putih yang kumat-kumatan dan hidung tersumbat. Ibu pasien
mengatakan pasien ngorok saat tidur. Pasien tidak mengeluh nyeri pada
kedua telinga, tidak ada kurang pendengaran dan tidak ada sakit kepala di
dapatkan TTV, TD : 110/70 , Nadi : 89 x/menit ,Respirasi : 24 x/menit, Suhu:
36,5 °C.
4.2 Pengkajian
4.2.1. Data Dasar
a. Nama : An “N”
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 11 tahun
d. Alamat : pare kediri
e. Agama : Islam
f. Suku : Sasak
g. Pekerjaan : Pelajar
h. Status : Belum Kawin
i. No. CM : 273726
j. Tanggal Masuk : 10 Juli 2018
k. Tanggal Pemeriksaan : 10 Juli 2018
4.2.2. Data Umum
a. Keluhan utama
Sering nyeri menelan.
34
b. Riwayat penyakit sekarang
Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh sering nyeri menelan
yang hilang timbul. Nyeri menelan dirasakan terutama saat
menelan makanan. Pasien juga mengeluh perasaan tidak enak di
tenggorokan dan bau mulut. Sebelumnya pasien juga mengeluh
nyeri menelan disertai dengan sering demam, batuk, pilek dengan
lendir putih yang kumat-kumatan dan hidung tersumbat. Ibu
pasien mengatakan pasien ngorok saat tidur. Pasien tidak
mengeluh nyeri pada kedua telinga, tidak ada kurang pendengaran
dan tidak ada sakit kepala.
c. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat pengobatan
Pasien memiliki riwayat pilek yang cukup lama dan hilang
timbul sejak 1 bulan terakhir. Pasien telah berobat ke puskesmas
dan diberi obat. 2 minggu SMRS, pasien pergi berobat ke dokter.
Setelah diperiksa, pasien diberitahukan bahwa amandelnya
membesar dan disarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan
amandel. Namun pasien belum mau dioperasi dan lebih memilih
untuk diberi pengobatan mengurangi gejala. Seminggu yang lalu
obatnya habis dan keluhan muncul lagi.
d. Riwayat penyakit keluarga dan Sosial
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti ini.
4.2.3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 24 kg
Tinggi Badan : 125 cm
Status Gizi : Cukup
b. Tanda vital
Tensi : 110/70
Nadi : 89 x/menit
35
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,5 °C
c. Telinga : nyeri tekan dan odema
d. Hidung : bentuk normal
e. Bibir : mukosa bibir basah, berwarna merah muda
f. Mulut : mukosa mulut basah, berwarna merah muda
g. Lidah : tidak ada ulkus, pseudomembrane (-), dalam batas normal
h. Faring : mukosa hiperemi (-), reflek muntah (+), membrane (-)
36
4.4. Intervensi
37
NO. Diagnosa NOC NIC
ketidaknyamanan akibat
proses prosedur.
4. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan laiinya untuk
memillih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi, sesuai
kebutuhan.
3. Gangguan Status menelan Pemberian makan
menelan Kriteria hasil : 1. Sediakan pereda nyeri yang
berhubungan 1. Dapat adekuat sebelum waktu
dengan sulit menerima makan dengan tepat
makan dan makanan 2. Identifikasi adanya reflek
minum 2. Tidak tersedak menelan jika diperlukan
saat makan 3. Berikan air minum pada
3. Meningkatnya saat makan jika diperlukan
usaha menelan 4. Hindari mengalihkan
perhatian pasien pada saat
menelan
5. Suapi tanpa terburu-buru
atau pelan
38
4.7 Implementasi
39
NO. Diagnosa Implementasi
pasien dilakukan dengan pemamtaun
yang ketat.
3. Memberikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan, dan
antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat proses prosedur.
4. Berkolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan laiinya
untuk memillih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuha
4.8. Evaluasi
40
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolitycus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes, dapat juga
disebabkan oleh virus.
Faringitis merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan
struktur lainnya di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan
hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya infeksi lokal faring atau tonsil. Oleh
karena itu, faingitis secara luas mencakup tonsilitis, nasofaringitis, dan
tonsilofaringitis
5.2. Saran
Kami memberikan beberapa saran yang kiranya berguna bagi kita semua
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.adapun saran yang dapat di
lakukan adalah saat melaksanakan pengkajian pada pasien tonsilitis dan
faringitis yang paling penting adalah terbinanya hubungan antar perawat
dengan klien beserta keluarga klien. Dalam menegakkan diagnosa
keperawatan, perawat hendaknya memperhatikan kebutuhan klien sesuai
dengan prioritas masalah yang dirasakan oleh klien. Dalam melaksanakan
tindakan keperawatan diperlukan kerja sama dan tenaga kesehatan lainnya
untuk menunjang pelaksanaan keperawatan yang menyeluruh pada klien.
41
DAFTAR PUSTAKA
Wong, D. L., (et al). 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta:
EGC
https://www.scribd.com/doc/184832842/laporan-pendahuluan-Tonsilitis
https://www.google.co.id/search?q=latar+belakang+ispa+secara+umum&oq=latar
+belakang+ispa+&aqs=chrome.3.69i57j0l3.11072j0j4&client=ms-android-
tecno&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8
https://www.google.co.id/search?client=ms=android-
tecno&biw=360&bih=294&ei=9FblWtOQJJuSvQTx_JzQAg7q=latar+belakang+
penyakit+tonsilitis&oq=latar+belakang+penyakit+tonsilitis&gs_l=mobile-gws-
serp.3..0i22i30l2j33i22i29i30l3.944721.949278..949752...1....447.6547.2-
11j6j4.........1..mobile-gws-wiz-serp.......0j0i71j35i39j0i67.grzJyv08S2A%3D
https://dokumen.tips/documents/makalah-faringitis-578381e374248.html
https://www.scribd.com/doc277269756/faringitis-proposal-doc
https://www.google.co.id/amp/s/perawattegal.wordpress.com/2010/03/18/tumbuh-
kembang-anak/amp/
http://arinkuu.blogspot.co.id/2012/06/askep-tonsilitis-pada-anak.html
Tugaskuliahaskep.blogspot.co.id/2012/10/laporan-kasus-pada-r-dengan-
tonsilitis.html?m=1
42