DOSEN PENGAMPU :
T.A 2022/2023
INITIAL ASSESSMENT
1) Persiapan
2) Triage
3) Survey primer
4) Resusitasi
5) Survey Sekunder
6) Pengawasan dan evaluasi ulang
7) Terapi definitive
B. Langkah-langkah pada initial assessment :
1) Persiapan
1. Prinsip-prinsip triage :
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek
mungkin), The Right Patient, to The Right Place at The Right Time
serta melakukan yang terbaik untuk jumlah terbanyak” dengan
seleksi korban berdasarkan :
Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
Trauma ringan
Sudah meninggal
a. Menentukan prioritas dari korban yang hidup
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat
ancaman jiwa yang timbul.
Tingkat prioritas :
Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk berat
dan biru untuk sangat berat. Mengancam jiwa atau fungsi vital,
perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai
kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan
bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension
pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan
dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%
Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial mengancam
nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam
jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat
jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak/abdomen,
laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III(rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti
pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-
luka ringan.
Prioritas 0 warna Hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat
kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh
henti jantung kritis, trauma kepala kritis.
2. Penilaian dalam triage
Primary survey (A,B,C) untuk menghasilkan prioritas I dan
seterusnya
Secondary survey (Head to Toe) untuk menghasilkan prioritas I,
II, III, 0 dan selanjutnya
Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-
perubahan pada A, B, C, derajat kesadaran dan tanda vital
lainnya.
Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban
3. Perencanaan triage
Persiapan sebelum bencana
Pengorganisasian personal (bentuk tim triage)
Pengorganisasian ruang/tempat
Pengorganisasian sarana/peralatan
Pengorganisasian suplai
pelatihan
komunikasi
Tindakan
Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal
Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)
cricotirotomi, trakeostomi.
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :
Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara
cricotirotomi, trakeostomi.
2. Membersihkan jalan nafas
Dengan cara : Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada
rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah,
muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya :
Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang
leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu
ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau
dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk
membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.
Mengatasi sumbatan nafas parsial
Dapat digunakan teknik manual thrust:
Abdominal thrust
Chest thrust
Back blow
Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :
Gelisah oleh karena hipoksia
Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
Gerak dada dan perut paradoksal
Sianosis
Kelelahan dan meninggal
B: Breathing
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi
yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan
diafragma. Dada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan
dan dilakukan auskultasi untuk memastikan masuknya udara ke dalam
paru. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam
rongga pleura. Sedangkan inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan
kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi.
Trauma yang dapat mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat
adalah tension pneumothoraks, flail chest dengan kontusio paru dan open
pneumotoraks. Sedangkan trauma yang dapat mengganggu ventilasi
dengan derajat lebih ringan adalah hematothoraks, simple pneumothoraks,
patahnya tulang iga, dan kontusio paru.
Pengelolaan yang dilakukan :
1. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (nonrebreather mask 11-12
liter/menit)
2. Ventilasi dengan Bag Valve Mask
3. Menghilangkan tension pneumothorax
4. Menutup open pneumothorax
5. Memasang pulse oxymeter
C: Circulation
1. Volume darah dan cardiac output
Perdarahan merupakan sebab utama kematian yang dapat diatasi
dengan terapi yang cepat dan tepat di rumah sakit. Suatu keadaan
hipotensi pada trauma harus dianggap disebabkan oleh hipovolemia
sampai terbukti sebaliknya. Dengan demikian maka diperlukan
penilaian yang cepat dari status hemodinamik penderita yang meliputi:
a. Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang yang
mengakibatkan penurunan kesadaran.
b. Warna kulit
Wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstremitas yang pucat
merupakan tanda hipovolemia.
c. Nadi
Perlu dilakukan pemeriksaan pada nadi yang besar seperti arteri
femoralis atau arteri karotis kiri dan kanan untuk melihat
kekuatan nadi, kecepatan, dan irama. Nadi yang tidak cepat,
kuat, dan teratur, biasanya merupakan tanda normovolemia.
Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia,
sedangkan nadi yang tidak teratur merupakan tanda gangguan
jantung. Apabila tidak ditemukan pulsasi dari arteri besar maka
merupakan tanda perlu dilakukan resusitasi segera.
2. Perdarahan
Perdarahan eksternal dihentikan dengan penekanan pada luka. Sumber
perdarahan internal adalah perdarahan dalam rongga thoraks,
abdomen, sekitar fraktur dari tulang panjang, retroperitoneal akibat
fraktur pelvis, atau sebgai akibat dari luka dada tembus perut.
A. Airway
Pada penderita yang masih sadar dapat dipakai nasofaringeal airway.
Bila penderita tidak sadar dan tidak ada refleks batuk (gag refleks)
dapat dipakai orofaringeal airway.
B. Breathing
Kontrol jalan nafas pada penderita yang airway terganggu karena faktor
mekanik, ada gangguan ventilasi dan atau ada gangguan kesadaran,
dicapai dengan intubasi endotrakheal baik oral maupun nasal. Surgical
airway / krikotiroidotomi dapat dilakukan bila intubasi endotrakheal
tidak memungkinkan karena kontraindikasi atau karena masalah
teknis.
C. Circulation
Bila ada gangguan sirkulasi harus dipasang minimal dua IV line.
Kateter IV yang dipakai harus berukuran besar. Pada awalnya
sebaiknya menggunakan vena pada lengan. Selain itu bisa juga
digunakan jalur IV line yang seperti vena seksi atau vena sentralis. Pada
saat memasang kateter IV harus diambil contoh darah untuk
pemeriksaan laboratorium rutin serta pemeriksaan kehamilan pada
semua penderita wanita berusia subur.
Pada saat datang penderita diinfus cepat dengan 2-3 liter cairan
kristaloid, sebaiknya Ringer Laktat. Bila tidak ada respon, berikan
darah segulungan atau (type specific). Jangan memberikan infus RL
dan transfusi darah terus menerus untuk terapi syok hipovolemik.
Dalam keadaan harus dilakukan resusitasi operatif untuk menghentikan
perdarahan.
5. Secondary survey
Survei sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe
examination), termasuk re- evaluasi pemeriksaan tanda vital.
A. Anamnesis
Setiap pemeriksaan lengkap memerlukan anamnesis mengenai riwayat
perlukaan. Biasanya data ini tidak bisa didapat dari penderita
sendiri dan harus didapat dari keluarga atau petugas lapangan.
Riwayat AMPLE
A: Alergi
M: Medikasi (obat yang diminum saat ini)
P: Past Illness (penyakit
penyerta) / pregnancy L: Last
meal
E: Even / environment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan
B. Pemeriksaan Fisik
8. Penanganan definitif
Untuk keputusan merujuk penderita dapat dipakai Interhospital Triage
Criteria. Kriteria ini memakai data fisiologis penderita, cedera anatomis,
mekanisme perlukaan, penyakit penyerta serta faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi prognosis.
TILIK INITIAL ASSESSMENT
Pengertian Survei Tindakan penilaian secara cepat fungsi vital penderita berdasarkan prioritas, diikuti
Primer resusitasi dan stabilisasi
Indikasi Pasien yang mengalami kegawatdaruratan trauma dan non trauma
Tujuan Untuk mengetahui secara cepat kondisi korban
Untuk dapat memberikan penanganan yang cepat pada korban yang mengalami
kondisi yang mengancam kehidupan
Untuk meminimalkan tingkat kerusakan/ tingkat keparahan korban
Petugas Dokter
Perawat Registtered Nurse (RN)
Perawat Emergency/ Paramedik
Persiapan Alat Alat Pelindung Diri (APD) : Masker, Sarung Tangan
Persiapan Pasien Amankan pasien dan lingkungan
Prosedur :
1. Evaluasi kondisi lingkungan tempat kejadian. Amankan pasien dan penolong dan bahaya lingkungan
2. Penolong memasang APD, terutama untuk penolong yg berasal dari team ambulance pre hospital
3. Kaji respon/ kesadaran dengan Sapa atau panggil korban dengan suara yang keras lalu tepuk dan
goyang tubuh korban.
4. Kaji kemungkinan pasien mengalami fraktur cervical dengan melihat tanda-tanda luka di kepala,
mata lebam, hidung dan telinga berdarah, ada fraktur clavicula. Riwayat trauma menunjang untuk
fraktur cervical. Jika ada fraktur cervical segera pasang collar cervical (collar neck).
5. A. Kaji kepatenan Airway (saluran pernafasan pasien/mulut korban, dengan :
a. Lihat :
Apakah ada benda asing di mulut korban
Apakah ada penyumbatan jalan nafas
Adakah pergerakan dada – perut waktu bernafas
Lihat apakah bibir sianosis
b. Dengar :
Suara nafas korban, apakah normal, adakah suara nafas hilang
c. Raba :
Dekatkan pipi penolong dengan hidung mulut korban. Apakah terasa hembusan nafas korban dari
hidung/ mulut.
6. B. Kaji kemampuan bernafas (Breathing) dengan melakukan :
d. Lihat :
Perdakah sianosis
Adakah jejas di dada.
e. Dengar :
Tempelkan pipi penolong ke hidung korban, sambil mendengarkan suara nafas korban, apakah
normal, menurun, menghilang, atau suara nafas tambahan
f. Raba :
Apakah ada hawa ekspirasi
Palpasi dada korban, pakah ada udema, nyeri tekan.
7. Kaji kondisi sirkulasi darah korban dengan melakukan :
Raba nadi arteri carotis, rasakan denyutannya, jika tidak teraba maka lakukan RJP
Raba nadi Arteri radialis, hitung frekuensinya, tachicardi atau tidak.
Raba ekstremitas, yang banyak terba dingin atau tidak
Lihat apakah ada luka, dan perdarahan yang banyak
8. Kaji tingkat kesadaran dan status neurologis korban dengan melakukan
Alert, Verbal respon, Pain respon, Unresponse
Lihat respon pupil korban