EMERGENCY
1
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
INITIAL ASSESSMENT
1. Scene survey
Langkah pertama dalam prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan adalah
dengan meninjau kondisi medan penyelamatan atau lokasi kejadian.
Keselamatan diri, partner kerja, dan orang lain di sekitar lokasi kejadian
selalu menjadi prioritas utama. Sebelum menjangkau korban, periksa
kemungkingan adanya bahaya bagi penolong. Jangan memaksakan jika
kondisi tidak memungkinkan. Tahapan scene survey, antara lain:
A. Memastikan keadaan lingkungan
Consider
Mempertimbangkan segala informasi mengenai medan
penyelamatan dari orang-orang sekitar. Misalnya informasi
dari saksi mata kejadian yang terpercaya.
Observe
Mengamati secara langsung kondisi medan seperti binatang
buas, orang-orang mencurigakan, jalan keluar penyelamatan,
dan lain-lain.
Think
Selalu memikirkan rencana cadangan jika terjadi perubahan
situasi. Misalnya keadaan cuaca yang memburuk atau terjadi
bencana susulan.
B. Memastikan kesadaran dari korban
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak
penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran
korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan
bahu korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah
pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak
!!! / Bu!!! / Mas!!!/Mbak !!!.
C. Meminta pertolongan.
Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap
panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak "Tolong !!!"
untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.
D. Memperbaiki posisi korban/pasien.
Untuk melakukan tindakan bantuan hidup dasar (BHD) yang
efektif, korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada
pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban ditemukan dalam
posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi
terlentang. Ingat! penolong harus membalikkan korban sebagai
satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara
bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus
2
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
4
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
3. Primary survey
Primary survey adalah penilaian awal terhadap pasien bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang
mengancam kehidupannya. Sebelum melakukan pertolongan, seorang
penolong wajib mengetahui keadaan yang terjadi terhadap pasien. Untuk
itu, penolong harus melakukan berbagai penilaian awal yang terdiri dari
DR-ABCDE.
D (Danger rescue).
Memastikan bahwa situasi aman dalam melakukan pertolongan
pertama. Komponen dalam danger rescue ada 3A, yaitu:
- Amankan diri sendiri
- Amankan lingkungan
- Amankan pasien
Sebelum melakukan pertolongan penolong wajib mengamankan diri
sendiri dan orang sekitar, jika sudah memungkinkan dan aman baru
dapat melakukan pertolongan. Dalam mengamankan diri sendiri,
ada beberapa alat perlindungan diri (APD), seperti:
a. Helm, untuk melindungi kepala.
b. Masker, untuk mengurangi paparan polusi udara terhadap
kesehatan serta untuk menghindari penyakit yang bersifat
menular.
c. Masker RJP, berguna pada saat memberikan napas bantuan
ketika melakukan RJP
d. Kacamata pelindung, berfungsi melindungi mata dari
5
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
6
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
7
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
INGAT!
B (Breathing)
Terdiri dari 2 tahap :
a. Memastikan korban/pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat (look) pergerakan naik turunnya dada,
mendengar (listen) bunyi napas dan merasakan (feel)
hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong harus
mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung
korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas
terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10
detik.
b. Memberikan bantuan napas
Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat
dilakukkan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau
mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan)
dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali
hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan
adalah 1,5-2 detik dan volume udara yang dihembuskan
adalah 700-1000 ml (10ml/kg) atau sampai dada
korban/pasien terlihat mengembang serta mendengar dan
merasakan udara yang keluar pada ekspirasi. Penolong harus
menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas
agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi
oksigen yang dapat diberikan hanya 16 - 17%. Penolong
juga harus memperhatikan respon dari korban/pasien setelah
diberikan bantuan napas. Cara memberikan bantuan
pernapasan :
1. Mulut ke mulut
Pemakaian alat pelindung dan masker tetap
merupakan pilihan utama. Keputusan untuk
melakukan pernapasan buatan dari mulut ke mulut
bersifat personal. Bantuan pernapasan dengan
menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat
dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru
8
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
9
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
C (Circulation)
Terdiri atas 3 penemuan klinis
a. Tingkat kesadaran. Bila volume darah menurun, perfusi
otak dapat berkurang yang akan mengakibatkan penurunan
kesadaran.
b. Warna kulit. Warna kulit dapat memberikan diagnosis
hipovolemia.Pasien trauma dengan warna kulit kemerahan
terutama pada wajah dan ekstrimitas jarang dalam keadaan
hipovolemia. Sebaliknya, jika wajah pucat keabu-abuan dan
kulit ekstrimitas pucat merupakan tanda hipovolemia.
c. Nadi. Periksalah pada nadi yang besar seperti a. femoralis
atau a. karotis. Nadi yang tidak cepat, teratur dan kuat
menandakan normovolemia biasanya nadi yang tidak teratur
merupakan tanda gangguan jantung dan tidak ditemukan
pulsasi pada arteri besar yang merupakan pertanda
10
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
D (Disability)
Penilaian meliputi tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil,
tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal. Penurunan
kesadaran dapat disebabkan oleh trauma langsung pada otak atau
penurunan oksigenasi ke otak, jika terjadi penurunan harus
dilakukan reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan
perfusi. Penolong menentukan nilai prioritas kesadaran korban
dengan :
a. Metode AVPU. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian
Response (R).
b. Pemeriksaan GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) adalah sistem skoring yang
11
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
12
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
4. Secondary survey
Survey sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik lanjutan yang
dilakukan setelah survey primer (ABCDE), dimana masalah yang
berbahaya dan mengancam kehidupan pasien telah teratasi. Survey
sekunder dilakukan dengan mengevaluasi pasien dari ujung kepala hingga
ujung kaki, serta meninjau ulang tanda vital pasien.
4.1 Anamnesis
Anamnesis yang lengkap penting dalam mengecek mekanisme
kecelakaan pada pasien. Anamnesis dilakukan terhadap pasien
langsung (bila memungkinkan) atau terhadap personil lain yang
mengantarkan pasien. Singkatan SAMPLE menjadi pedoman untuk
13
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
14
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
15
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
5.2 Klasifikasi
Teknik evakuasi dan transportasi korban
dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah
penolong
Teknik Evakuasi dengan Penolong 1 Orang
1. Ankle Drag
Metode ini sebenarnya yang paling dihindari
karena memiliki risiko cukup besar. Boleh
dilakukan jika permukaan rata dan tidak ada
barang-barang di sekitar daerah transpor.
Perhatikan posisi tangan dan kepala korban,
jangan sampai keduanya rawan menabrak
sesuatu.
2. Shoulder Drag
- Lebih dipilih daripada ankle drag karena
pada tekniknya sekaligus dengan memfiksasi
kepala korban
- Membawa pasien dengan metode ini akan
lebih menguras energi karena terjadi
perubahan posisi penolong (jongkok,
bungkuk, setengah berdiri) terus menerus.
3. Blanket Pull
- Dilakukan dengan cara menyeret korban.
Tidak harus menggunakan selimut, bisa
dengan barang lain yang menutupi bagian
tepi (bagian yang terkena permukaan dasar
alas) tubuh korban.
- Punggung penolong harus tetap lurus
4. Fireman Drag
- Teknik ini menjadi preferensi ketika
mengevakuasi pada daerah sempit,
16
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
5. Craddle Lift
- Kekuatan penolong mutlak harus
lebih dari kekuatan korban.
- Teknik: tangan penolong berada di
punggung dan bawah lutut
6. Pack-strap Carry
- Teknik: penolong berjalan agak bunguk.
Tangan korban disilang, lengan korban sedekat
mungkin dengan dada penolong
- Metode ini dapat digunakan untuk mengangkat
korban jarak jauh, tetapi harus melihat proposi
tubuh dimana penolong harus lebih tinggi dari
korban.
7. Firefighter Carry
- Dapat dilakukan jika korban tidak memiliki
cedera vertikal
- Teknik yang paling dipilih untuk evakuasi
jarak ja tangan yang bebas dapat lebih
leluasa sehingga bisa di untuk membuka
pintu, menggeser
barang, meminta jalan, dll.
- Teknik: Tangan penolong mengikat
tungkai korban, korban ditumpu di satu
bahu
17
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
4. Chair Carry
- Berbeda dengan sebelumnya, metode ini
menggunakan kursi yang kokoh. Dapat
dilakukan ketika mengevakuasi naik-turun
tangga, dan dalam jarak jauh
- Pastikan korban tidak mengalami cedera
servikal atau cedera punggung
5. Extremity Lift
- Pastikan korban tidak mengalami cedera servikal atau tungkai.
- Teknik: posisikan tubuh korban sedekat mungkin dengan tubuh kita,
fiksasi tangan korban dengan cara menyilangkan
- Teknik ini biasanya digunakan untuk transportasi jarak dekat.
18
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
- Pada metode ini, penolong berada di kedua sisi korban (bisa lebih dari 3
orang).
- Penolong terkuat berada di sisi yang paling sedikit jumlah penolongnya
atau pada abdomen korban (beban tubuh terbanyak)
- ada yang melakukan fiksasi kepala pada korban, serta komando ada di
penolong bagian kepala.
- Tangan penolong di celah anatomis korban dan saling bersilangan
19
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
20
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
1. BLS
21
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
22
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Periksa Kesadaran
Bagi awam, periksa kesadarah hanya dilakukan secara subjektif
menentukan pasien ini sadar atau tidak sadar. Penilaian awam ini dapat
melihat apakah mata korban terbuka atau tidak. Jika korban tidak
membuka mata setelah dipanggil atau digoyangkan badannya maka dapat
dikatakan korban tidak sadar. Berbeda dengan awam, tenaga kesehatan
setidaknya dapat menggunakan pemeriksaan level kesadar AVPU.
A: Alert (Awas)
Voice (Respon terhadap suara)
Pain (Respon terhadap nyeri)
Unresponsive (tidak memberikan respon)
A atau Alert artinya level kesadaran pasien masih baik, yakni dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Korban yang alert dapat
mengetahui keberadaan orang-orang sekitarnya. Seperti misalnya, ketika
enolong datang korban dapat menoleh kearah penolong. Level kesadaran
Voice artinya pasien memberikan respon ketika dirangsang dengan suara.
Contohnya seorang korban yang bangaun ketika dipanggil,‖ Pak, Pak
bangun, pak‖. Level kesadaran Pain adalah korban tidak sadar dengan
respon suara namun sadar dengan respon nyeri. Nyeri yang diberikan
pada pasien dapat dilakukan dengna cara menekan kuku dengan pensil,
menekan daerah sternum dengan keras di satu titik, atau menekan fossa
supra orbita. Jika dengan meberikan rangsangan suara dan nyeri korban
masih tidak dapat bangun maka level kesadaran korban adalah
unresponsive. Walapun dengan cara yang berbeda memeriksa kesadaran
harus dilakukan dengan cepat untuk mempercepat pertolongan yang
didapatkan korban.
Panggil Bantuan
23
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Algoritma BLS
24
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
bermasalah hanya Cirkulasi saja atau Breathing saja. Namun jika yang
masalah masalah lebih dari satu komponen maka penolong
harus memprioritaskan C>A>B
25
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
fraktur)
Pengelolaan
th
Gambar 4. Jaw-thrust Maneuver (Advance Trauma Life Support 9 Edition)
26
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
27
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
3. PENATALAKSANAAN BREATHING
Memastikan pasien bernafas taua tidak dilakukan dengan cara:
Look Lihat apakah ada tanda jejas, gerakan dada (gerakan
bernafas), apakah gerakan tersebut simetris, penggunaan
otot bantu nafas, frekuensi nafas, retraksi sela iga,
sianosis pada kuku atau bibir.
28
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas antara
lain:
Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya
kebuntuan jalan nafas bagian atas oleh benda padat, jika
terdengar suara ini maka lakukan pengecekan langsung
dengan cara cross finger untuk membuka mulut. Lihatlah
apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan
korban
(contoh: gig palsu dll).
Gargling: suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada
kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (darah,dll)
Crowing: suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan
karena pembengkakan (edema) pada trachea.
Tujuan primer pemberian bantuan nafas adalah untuk mempertahankan
oksigenasi adekuat untuk membuang CO2. Hal yang perlu diperhatikan
saat memberi nafas bantuan antara lain:4
Berikan nafas bantuan sesegera mungkin
Berikan nafas bantuan sesuai dengan kompresi dengan
perbandingan 2kali bantuan nafas setelah 30 kali kompresi pada
kasus henti nafas dan henti sirkulasi
Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke
hidung maupun mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada
tenggorokan) atau mulut ke masker.
3.1. Tanpa Alat
A. Bantuan Nafas Mulut ke Mulut
Teknik ini merupakan cara yang cepat dan mudah. Cara
melakukan pertolongan adalah sebagai berikut:
Posisikan diri di samping kanan pasien
Mempertahankan posisi head tilt chin lift
Jepit hidung pasien menggunakan ibu jari dan telunjuk
tangan yang melakukan head tilt chin lift
Buka sedikit mulut pasien
Tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir anda melingkari
mulut pasien dengan menggunakan kain sebagai pembatas
antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan
penyakit.
Tiupkan udara secara lambat (setiap tiupan selama 1 detik
pastikan sampai dada terangkat)
Mata memperhatikan gerakan pernapasan pada dada pasien.
29
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
30
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
31
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
a. PENATALAKSANAAN CIRCULATION
4.1. Pada Neonatus
Ketentuan untuk melakukan CPR pada neonatus menggunakan
prinsip :
32
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
33
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
34
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
35
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Gambar 15. CPR pacla anak dengon 2 atau 1ebih penolong (2015
AHA Guideline Highlights)
36
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
37
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
38
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
39
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
40
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Bila AED memberikan instruksi ―no shock advised‖, cek denyut nadi dan
laju pernapasan korban. Bila ada, monitor jalan napas korban dan
posisikan korban dalam posisi aman stabil.
Gambar 19. Letak Pad AED pada pria (National Heart Lung and Blood
Institute13)
Gambar 20. Letak Pad AED pada wanita (National Heart Lung and Blood
Institute13)
41
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
42
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
5. RECOVERY POSITION15,16,17
Posisi ini membantu korban semiconcscious atau unconscious untuk
bernapas dan memungkinkan cairan mengalir dari hidung dan
tenggorokan sehingga mereka tidak menghirupnya. Jangan gunakan
posisi ini jika orang tersebut memiliki cedera utama, seperti cedera
punggung atau cedera leher. Jika memungkinkan, tempatkan korban di
sisi kiri nya untuk mengurangi risiko muntah.
Dewasa
Langkah-langkahnya :
a. Posisikan tangan kiri korban menjauhi ke kiri
b. Posisikan tangan kanan korban dengan punggung kanan
tangan korban menyentuh pipi kiri korban.
c. Tekuk lutut kanan korban
d. Miringkan seluruh tubuh korban ke kiri dengan mendorong
lutut korban yang tertekuk dan sambil menjaga stabilisasi
kepala dan leher korban. Telapak kanan korban yang ada di
pipi kiri menyentuh lantai, menyangga kepala korban, tetapi
tetap jaga supaya kepala lebih rendah dari tubuh agar cairan
dapat keluar dari mulut.
43
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Spinal Injury
Jika korban dicurigai memiliki cedera tulang belakang, jangan
mencoba untuk memindahkan mereka sampai layanan darurat
datang.
Jangan gunakan head-tilt, namun gunakan jaw-thrust, dengan cara
meletakkan tangan Anda di kedua sisi wajah mereka dan dengan
ujung jari
Anda dengan lembut mengangkat rahang untuk membuka jalan
napas. Jaga jangan sampai leher korban bergerak.
Apabila ingin memiringkan mereka ke kiri, lakukan supaya
punggung sampai kepala mereka selurus mungkin. Bila
memungkinkan, cari 4 orang penolong, 2 di masing-masing sisi,
supaya dapat menjaga kepala, tubuh dan kaki dalam sat ugaris lurus
untuk korban dimiringkan.
Gambar 24. Recovery Position dengan kasus Spinal Injury (The Recovery
Position - St John Ambulance)
Anak
44
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
6. RINGKASAN BLS
Anak-anak < 1
45
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
46
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Minimal interupsi Batasi interupsi saat kompresi hingga kurang dari 10 detik
Recovery position 1.Gendong bayi di lengan penolong sambil
menyangga perut dan dada bayi dengan kepala
bayi terletak lebih rendah
2.Usahakan tidak menutupi mulut dan
hidung bayi
47
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/basic+life+support
48
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
PENDAHULUAN
Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan
yang dinilai sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis
atau evaluasi tindakam operasi dengan segera. Berdasarkan definisi tersebut,
dalam melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan memiliki prinsip awal,
dalam mengevaluasi, melaksanakan, dan menyediakan terapi pada pasien-pasien
dengan trauma yang tidak dapat di duga sebelumnya serta penyakit lainnya.1
ATLS atau Advance Trauma Life Support (Bantuan Hidup Tingkat Lanjut)
merupakan bagian dari ilmu medis yang khusus membahas tentang masalah
trauma yang bersifat gawat darurat. Trauma yang bersifat gawat darurat disini,
secara khusus dikerucutkan pada kondisi - kondisi kecelakaan atau disaster
(bencana).1
1. INTUBASI ENDOTRAKHEAL
1.1.Prinsip Dasar
Ventilasi melalui pipa endotracheal (ET) merupakan cara yang sangan
efektif untuk menjaga jalan nafas. Pemasangan intubasi endotrakheal,
pemberian ventilasi dan oksigenasi lebih terjamin dan kemungkinan
aspirasi cairan lambung lebih kecil. 1
Merupakan prosedur medis di mana sebuah tabung dimasukkan ke dalam
tenggorokan (trakea) melalui mulut atau hidung. Bila keadaan darurat akan
dimasukkan melalui mulut. Walaupun pasien sadar atau tidak, pemberian
obat untuk mempermudah prosedur ini akan tetap dilakukan. Setelah
prosedur ini dilakukan, bila pasien sadar dokter akan memberi obat untuk
mengurangi kecemasan atau ketidaknyamanan. 9
1.2.Langkah Kerja
Prosedur dalam pemasangan intubasi endotrakeal adalah:1
49
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
50
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
9. Mengangkat laringoskop dan stilet pipa ET dan isi balon dengan udara
menggunakan spuit 10 ml. Waktu intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik.
10. Menghubungkan pipa ET dengan ambubag dan lakukan ventilasi
sambil melakukan auskultasi, pertama pada lambung, kemudian pada
paru kanan dan kiri sambil memperhatikan pengembangan dada
11. Melakukan fiksasi pipa dan plester agar tidak terdorong atau tercabut
12. Melakukan ventilasi terus dengan oksigen 100% (aliran 12-15L/menit)
13. Merapikan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan.
14. Mencuci tangan sesuai standar 7 langkah.
1.3.Indikasi
Indikasi pemasangan intubasi endotrakeal antara lain:1,9
1. Hilangnya refleks pernapasan (cedera serebrovaskuler, kelebihan dosis
obat)
2. Obstruksi jalan napas besar (epiglotis, korpus alienum, paralisis
pita suara) baik secara anatomis maupun fungsional
3. Perdarahan faring (luka tusuk, luka tembak pada leher)
4. Tindakan profilaksis (pasien yang tidak sadar untuk pemindahan
ke rumah sakit lain atau pada keadaan dimana potensial terjadi
kegawatan napas dalam proses transportasi pasien)
51
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
1.4.Kontraindikasi
Kontraindikasi pemasangan intubasi endotrakeal antara lain:1
1. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak
memungkinkan untuk dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus
dilakukan adalah cricothyrotomy pada beberapa kasus.
2. Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang
vertebra servikal, sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
1.5.Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:1
1. Pemasangan tube yang tidak tepat.
Intubasi salah satu cabang utama paru, atasi dengan tarik kembali tube
endotrakeal untuk mengembangkan kedua paru. Intubasi esophageal
atasi dengan keluarkan tube endotrakeal
2. Gigi patah, perdarahan sekunder yang berlebihan akibat kerusakan mukosa
3. Pneumotoraks dan pneumomediastinum
4. Disritmia jantung
1.6.Alat-alat Utama
Alat dan bahan untuk melakukan tindakan pemasangan intubasi
endotrakeal adalah:1
1. Laringoskop lengkap dengan handle dan blade
2. Pipa endotrakheal (orotrakheal) dengan ukuran perempuan no. 7; 7,5 ; 8.
Laki-laki no. 8; 8,5.
3. Spuit 10 ml atau 20 ml
4. Stetoskop, ambubag dan masker oksigen
5. Alat penghisap lendir
6. Plester, gunting
7. Stilet
Gambar 1. Laringoskop
52
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
2.2.Langkah Kerja
Teknik pemasangan guedel yakni:1,2
1. Cuci tangan, memakai handscoon
2. Memposisikan pasien berbaring
3. Mengukur jarak dari sudut mulut pasien sampai ke kanalis auditivus
eksterna
4. Memilih ukuran yang pas dengan pasien (ukuran yang cocok sesuai
dengan jarak dari sudut mulut pasien ke kanalis auditivus eksterna)
5. Membuka mulut pasien dengan teknik chin lift atau cross finger
6. Guedel disisipkan ke dalam mulut pasien secara terbalik (upside
down), sehingga bagian yag cekung mengarah ke kranial, sampai di daerah
palatum molle
7. Pada titik ini, alat kemudian di putar 180 derajat
8. Memastikan alat telah terpasang dengan benar
9. Evaluasi status pernapasan pasien
53
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
2.3.Indikasi
Indikasi pemasangan oro-pharyngeal airway antara lain:2
1. Pasien tidak sadar (GCS ≤ 8), untuk mencegah agar lidah tidak jatuh ke
belakang faring dan menutupi jalan intubasi.
2. Pada keadaan yang memerlukan kontrol definitif jalan napas (pada
yang sedang mendapat anastesi umum) .9
3. Pasien sakit kritis dengan penyakit multisistem/ cedera. 9
4. Keadaan darurat (masalah pada jantung/pernapasan, gagal melindungi
jalan napas dari aspirasi, oksigenasi tidak memadai, dan berkemungkinan
obstruksi saluran napas. 9
2.4.Kontraindikasi
Kontraindikasi pemasangan guedel atau oro-faringeal tube adalah:1,2
1. Pasien sadar atau semi sadar, karena dapat merangsang muntah, spasme
laring
2. Hati-hati pada pasien dengan trauma oral
3. Transeksi parsial trakea.9
2.5.Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi saat pemasangan guedel meliputi:1
1. Trauma mulut, gigi, lidah dan mukosa mulut
2. Muntah atau aspirasi
3. Obstruksi jalan napas.9
4. Laringospasme (bila pemilihan ukuran OPA tidak tepat) .9
5. Muntah.9
6. Aspirasi.9
2.6.Alat-alat Utama
Alat dan bahan yang diperlukan antara lain:2
1. Guedel atau oropharyngeal tube
2. Sarung tangan
54
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
3. SUCTIONING
3.1.Prinsip Dasar
Suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan
menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.1
Saluran napas bagian atas menghangatkan, membersihkan, dan
melembabkan udara yang kita hirup. Dengan pemasangan tabung, udara
yang bergerak melalui tabung lebih dingin, lebih kering, dan tidak bersih.
Dalam menghadapi perubahan ini, tubuh memproduksi lendir lebih
banyak. Penyedotan yang bisa dilakukan membersihkan lebidr dari
tabung trakeostomi dan sangat penting untuk pernapasan yang tepa. Serta
sekresi yang tersisa ditabung bisa jadi terkontaminasi dan infeksi
dinding dada bisa terjadi. Hindari penyedotan yang terlalu sering karena
bisa menyebabkan sekresi lebih banyak menumpuk. .9
3.2.Langkah Kerja
Prosedur untuk melakukan tindakan suction antara lain:1
1. Jelaskan pada pasien tentang prosedur dan tujuan tindakan
2. Posisikan klien dengan tepat. Bila sadar dengan reflek gag berfungsi,
baringkan pasien dengan posisi semi Fowler‘s dengan kepala miring ke
satu sisi untuk penghisapan oral. Baringkan pasien dengan posisi Fowler‘s
dengan leher ekstensi untuk penghisapan nasal.
3. Tempatkan handuk dibawah bantal atau di bawah dagu pasien, Tujuannya
untuk mecegah tempat tidur atau baju tidur basah akibat sekret, Handuk
dapat dibuang untuk mecegah penyebaran bakteri
4. Pilih tekanan dan tipe unit penghisap yang tepat. Untuk semua unit
penghisap adalah 120-150mm Hg pada orang dewasa, 100-120mm Hg.
Pada anak-anak, atau 60-100mm Hg pada bayi. Tujuannya menjamin
tekanan negatif yang aman sesuai dengan usia klien. Tekanan negatif yang
berlebihan dapat mencetuskan cedera muklosa
55
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
5. Tuangkan air steril atau normal salin kedalam wadah yang steril.
Diperlukan untuk melumasi kateter guna mengurangi friksi dan
meningkatkan pasase lembut.
6. Gunakan handcoon
7. Gunakan tangan yang telah menggunakan sarung tangan, sambungkan
katerter ke mesin penghisap.
8. Basahi ujung kateter dengan larutan steril.
9. Pada penghisapan orofaringeal, dengan perlahan masukan kateter ke dalam
satu sisi mulut klaen dan arahkan ke orofaring. Jangan lakukan penghisapan
selama pemasangan. Pada penghisapan sekret nasofaringeal, dengan
perlahan masukan kateter kesalah satu lubang hidung. Arahkan kearah
medial sepanjang dasar rongga hidung. Jangan dorong paksa kateter. Bila
lubang hidung yang satu tidak paten, coba hidung yang lain. Jangan
lakukan penghisapan selama pemasangan.
10. Sumbat port penghisap dengan ibujari anda. Dengan perlahan rotasi
kateter saat anda menariknya. Keseluruhan proses prosedur tidak boleh
dari 15 detik. Sumbatan pada port pnghisap mengaktifkan tekanan
penghisap. Penghisap dilakukan secara intermiten saat kateter di tarik.
Rotasi mngangkat sekret dari permukaan jalan nafas dan mncegah trauma
dari tekanan penghisap pada satu area. CATATAN: penghisapan juga
mumbuang udara. Suplay oksigen klien dapat sangat berkurang bila
prosedur berlangsung lebih dari 15 detik.
11. Memastikan patensi jalan napas
12. Mematikan mesin penghisap
13.Buang kateter dengan membungkusnya dalam tangan anda yang
menggunakan sarung dan lepaskan sarung untuk membungkus kateter.
14. Cuci tangan
3.3.Indikasi
Indikasi tindakan suction antara lain:1
1. Pasien tidak mampu membersihkan secret dan mengeluarkan atau menelan
2. Pasien kurang responsif atau koma yang memerlukan
pembuangan sekret oral
56
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
3.4.Kontraindikasi
Kontraindikasi dari tindakan suctioning antara lain:1,2
1. Pasien dengan stridor
2. Pulmonary edema
3. Post pneumonectomy
3.5.Komplikasi
Komplikasi dari tindakan suctioning diantaranya:1
1. Kerusakan mukosa oral atau tracheal
2. Infeksi (pasien/petugas)
3. Perdarahan
3.6.Alat-alat Utama
Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan suctioning yaitu:1
1. Penghisap portabel atau yang terpasang di dinding dengan selang
penghubung
2. Kateter steril 12-16 Fr Kateter penghisap yang bersih (pastikan
memiliki ukuran yang tepat)7
3. Air steril atau normal saline
4. Sarung tangan steril
5. Pelumas larut air
6. Handuk mandi atau selimut yang melindungi klien atau baju klien
7. Masker wajah dan kasa steril
8. Pinset anatomis
9. Cairan desenfektan untuk mencuci kateter steril
57
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
10. Spatel.9
11. Penghubung tabung dan penghisap.9
12. Wadah untuk merendam kanula bagian dalam (bila ada) . 9
13. Kuas trakeostomi (untuk membersihkan tabung trakeostomi) . 9
14. Tabung trakeostomi tambahan.9
4. KRIKOTIROIDOTOMI
4.1.Prinsip Dasar
Merupakan protokol manajemen terakhir yang perlu dilakukan tenaga
medis ketika pasien tidak memungkinkan untuk diintubasi atau
diventilasi di mana situasi akan fatal jika tidak segera dibuat jalan napas
yang aman. 10
Tindakan ini dilakukan dengan prinsip membuat insisi melewati
membran krikotiroid lalu diinsersi tabung trakeostomi. Pada anak perlu
pengawasan lebih lanjut karena berisiko merusak kartilago krikotiroid
yang mana merupakan satu-satunya penunjang sirkumferensia untuk
trakea bagian atas sehingga tidak direkomendasikan untuk anak di
bawah 12 tahun.11
4.2.Langkah Kerja
1. Teknik Krikotiroidotomi Jarum:
Teknik needle cricothyroidotomy adalah sebagai berikut:3
Rakit dan siapkan selang oksigen dengan cara membuat sebuah
lubang pada salah satu ujungnya, hubungkan ujung satunya dengan
sumber oksigen dan pastikan oksigen mengalir dengan lancar.
Baringkan pasien dengan posisi supine
Letakan jarum berdiameter besar ukuran 12G atau 14G yang
dihubungkan pada semprit 6-12ml
Oleskan larutan antiseptic pada leher
Palpasi membrane krikotiroidea, sebelah anterior antara kartilago tiroid
58
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
dan krikoid. Pegang trakea dengan ibu jari dan telunjuk salah satu
tangan untuk mencega h pergerakan trakea ke lateral pada waktu
prosedur.
Tusuk kulit pada garis tengah midline dengan jarum ukuran 12G
sampai 14G yang telah dipasang pada semprit, langsung di atas
membran krikoidea (yaitu midsagittal). Insisi kecil dengan pisau
ukuran 11 untuk mempermudah masuknya jarum melewati kulit
Arahkan jarum dengan sudut 45 derajat, kea rah kaudal, sambil
mengisap semprit (memberikan tekanan negatif)
Dengan hati-hati, tusukan jarum melewati setengah bawah membrane
krikoidea sambil melakukan aspirasi waktu mendorong. Aspirasi
udara menandakan masuknya jarum ke dalam lumen trakea.
Lepas semprit dan Tarik stilet sambil dengan lembut mendorong
kateter kearah bawah ke posisinya dengan hati-hati untuk tidak
melubangi dinding belakang trakea
Sambungkan selang oksigen pada ujung kateter yang diluar, dan plester
kateter pada leher pasien.
Perhatikan pengembangan paru dan lakukan auskultasi untuk
mengetahui ventilasi cukup.
59
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
4.3.Indikasi
Indikasi dilakukanya tindakan krikotiroidotomi diantaranya: 1,2
1. Krikotiroidotomi digunakan untuk memberi akses jalan napas darurat
jika tindakan yang lebih aman kurang invasive (intubasi oral atau
nasotrakea) tidak dapat dilakukan atau jika merupakan kontraindikasi
2. Untuk anak dibawah usia 12 tahun, krikotiroidotomi dengan jarum adalah
pilihan bedah jalan napas
4.4.Kontraindikasi
Terdapat beberapa kontraindikasi pada tindakan krikotiroidotomi, yaitu:3
1. Absolut :
Jalan napas oral atau nasal dapat dilakukan
Cedera atau fraktur pada kartilago atau laring yang signifikan
(trakeostomi merupakan prosedur piliha)
Transeksi jalan napas parsial atau komplit
2. Relatif :
Massa, pembengkakan atau selulitis di leher
Hematoma leher
Koagulopati
60
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
4.5.Komplikasi
Komplikasi dari tindakan krikotiroidotomi antara lain: gagal napas,
perdarahan local dan hematoma, emfisema subkutis, infeksi, perforasi
esophageal, mediastinitis, pneumotoraks, pneumomediastinum, trauma
pita suara, trauma laring, trauma kelenjar tiroid, trauma arteri karotis,
vena jugularis, dan nervus vagus, stoma persisten, stenosis subglotik.3
4.6.Alat-alat Utama
5. NEEDLE THORACENTESIS
5.1.Prinsip Dasar
Needle thoracocentesis merupakan intervensi awal yang dilakukan
terhadap pasien dengan pneumothorax spontan primer. Intervensi ini
merupakan intervensi langsung yang diterima dalam kasus – kasus
tension pneumothorax. Intervensi ini akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan X- ray pada dada dan drainase pada bagian yang diberi
intervensi. .9
5.2.Langkah Kerja
Langkah-langkah melakukan torakosentesis antara lain :3
1. Persiapan dengan memberi oksigen tambahan pada pasien dan posisikan
pasien pada posisi tegak (paling sering), lateral decubitus, atau terlentang.
Kemudian susun peralatan pada kain steril di atas Mayo stand (atau
sejenis)
61
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
62
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
63
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
5.3.Indikasi
Pengambilan cairan pleura pada torakosentesis berguna untuk analisis
diagnostik, selain itu torakosentesis juga diindikasikan sebagai terapeutik
untuk meringankan distress pernapasan yang disebabkan akumulasi cairan
dalam ruang pleura.1 Penyakit yang mengindikasikan dilakukan prosedur
ini adalah pneumotoraks spontan primer dan tension
pneumothorax7Tension pneumothorax merupakan keadaan dimana
meningkatnya pasokan udara dalam rongga pleura yang biasanya
disebabkan karena laserasi pada paru yang menyebabkan udara masuk ke
dalam paru namun tidak bisa keluar kembali. Tekanan positif ventilasi bisa
berkemungkinan menyebabkan buruknya efek ‗satu-jalur-katup‘. 7
Peningkatan tekanan pada rongga pleura mendorong mediastiunum
ke arah yang berlawanan dengan hemithorax, dan obstruksi vena kembali
ke jantung. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan sirkulasi dan
menyebabkan bertahannya trauma yang didapat. Tanda – tanda klasik pada
tension pneumothorax adalah deviasi pada jalur trakea dari samping
dengan ketegangan, perluasan (hyper expanded) area dada, peningkatan
perkusi dada dan perluasan bidang dada yang sedikit bergerak saat
respirasi.7 Tekanan vena sentral biasanya meningkat, tapi akan normal
atau rendah pada keadaan hipovolemik. Akan tetapi tanda – tanda tersebut
biasanya tidak muncul dan biasanya yang terjadi pada pasien adalah
takikardi, takipnea, dan hipoksia. Tanda – tanda ini diikuti oleh kolaps
sirkulasi dengan hipotensi dan trauma lanjutan dengan pulseless electrical
activity (PEA). Suara nafas dan perkusi suara thorax mungkin akan sulit
diindentifikasi pada bagian yang trauma. 7
64
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
5.4.Kontraindikasi
1. Kontraindikasi absolut dari pelaksanaan torakosentesis adalah :
pasien dengan pneumothorax
hemotoraks (torakostomi tube lebih tepat).
5.5.Komplikasi
Komplikasi torakosentesis antara lain pneumotoraks, laserasi paru,
hemopneumotoraks, cedera intra-abdominal, robekan diafragmatik,
hipotensi karena pengambilan cairan dalam jumlah besar, perdarahan
dinding dada dari arteria intercostalis yang mengalami laserasi, edema
paru re-ekspansi, terjadinya empiema.1
5.6.Alat-alat Utama13
Alat yang digunakan:
1. Luer-Lok
2. Over-the-needle catheter 5 cm
3. Dressing equipment
4. Underwater-seal device
65
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
6. TUBE THORACOTOMY
6.1.Prinsip Dasar
Tube Thoracotomy merupakan suatu tindakan/prosedur dalam
menangani kondisi patologis dalam rongga pleura (pneumonia atau
kanker, yang menyebabkan cairan ekstra untuk didalam rongga di sekitar
paru – paru(efusi pleura). Tabung pada dada yang mungkin bisa
menyebabkn pendarahan di sekitar paru – paru (haematothoraks). Tube
thoracotomy yaitu menempatkan sebuah tabung plastik berongga antara
tulang rusuk dan dada untuk mengalirkan cairan atau udara dari sekitar
paru – paru. Tabung ini juga sering dihubungkan dengan mesin untuk
membantu drainase. Tabung tetap di
dada sampai semua atau sebagian besar cairan/udara keluar,
biasanya beberapa hari. Kadang obat – obatan khusus juga
diberikan melalui tabung ini. . 9
6.2.Langkah Kerja
Langkah-langkah pemasangan torakostomi tube adalah:4
1. Oksigen nasal dan pemantauan pulse oximetry kontinu harus dilakukan
2. Jika pasien stabil, analgetik parenteral atau sedasi sadar harus diberikan
3. Tinggikan kepala tempat tidur sampai 30-60 derajat
4. Lengan pasien pada sisi yang terkena ditempatkan di atas kepala pasien
5. Sterilisasi area tempat tube akan dimasukan dengan povidone-iodin atau
larutan klorheksidin
66
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
12. Gunakan klem Kelly besar atau gunting (sering memerlukan kekuatan)
13. Jalur dibuat pada kosta dengan mendorong alat ke depan dalam
keadaan tertutup kemudian melebarkannya dan menutup kembali
sehingga akan membuat titik yang lebih lebar
14. Dorong melalui otot dan pleura parietalis dalam keadaan tertutup
pada klem sampai masuk rongga pleura
15. Letupan yang dapat diraba terasa bila pleura ditembus, dan dorongan
udara atau cairan seharusnya terjadi pada langkah ini.
67
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
16. Pada saat menembus pleura, masukan jari yang memakai sarung
tangan ke dalam jalur dinding dada untuk memastikan bahwa pleura
telah ditembus dan tidak ada organ pada atau massa di tempat
tersebut
17. Jari tetap pada tempatnya untuk membantu sebagai penuntun insersi tube
18. Dianjurkan agar tube dipegang pada klem berlengkung besar dengan
ujung tube menonjol dari genggaman
19. Masukan tube ke dibawah atau disamping jari ke dalam ruang pleura
20. Tube dimasukan ke superior, medial dan posterior sampai terasa nyeri atau
mengalami hambatan, kemudian ditarik kembali 2-3 cm
21. Pastikan bahwa semua lubang pada tube dada berada dalam ruang pleura
22. Tutup saja insisi menggunakan benang nylon atau silk 0 atau 1,
pertahankan agar ujungnya panjang
23. Ujung-ujung jahitan disimpul dan diikat berulang-ulang di sekitar tube
dada, kemudian pastikan simpul kuat, jahitan diikat cukup kuat untuk
melekukkan sedikit tube torakostomi agar tidak lepas
24. Jahitan matras horizontal (atau Pure-string) dibuat kira-kira 1 cm
menyilang insisi pada setiap sisi tube , pada dasarnya mengelilingi tube.
68
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Petunjuk khusus :
Pemasangan torakostomi tube lebih sering dilakukan pada ruang interkosta
IV atau V di garis mid-aksilaris sampai anterior aksilaris tetapi mungkin saja
di tempat-tempat lain. Pembuluh darah dan saraf interkosta terletak di
sepanjang tepi inferior setiap kosta sehingga tube harus segera melewati
permukaan superior kosta bawah.4
Konfirmasi
Indikator untuk pemasangan yang tepat antara lain kondensasi di dalam
tube, gerakan udara yang dapat di dengar bersamaan dengan respirasi, aliran
bebas darah atau cairan, kemampuan memutar tube secara bebas setelah
insersi. Lekatkan tube pada water seal yang telah dibuat sebelumnya lalu
observasi gelembung dalam ruang water seal ketika pasien batuk adalah
cara yang baik untuk memeriksa patensi sistem. Selain itu bisa dilakukan
dengan foto rontgen dada.4
6.3 Indikasi
Torakostomi tube digunakan untuk mengevakuasi pengumpulan
abnormal udara atau cairan dan ruang pleura pada keadaan :
1. Pneumotoraks spontan dan atau tension,
2. Hematotoraks
3. Kilotoraks
4. Empiema
5. Drainase efusi pleura yang berulang
69
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
6.4. Kontraindikasi
1. Torakostomi tube tidak boleh dilakukan pada pasien cedera yang tidak
stabil.
2. Kontraindikasi relatifnya jika terdapat kelainan anatomi seperti adhesi
pleura, bleb emfisematosa, atau pembentukan jaringan parut serta
koagulopati. 4
6.5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan torakostomi antara lain :
1. Hemotoraks
2. Edema paru,
3. Fistula bronkopleura,
4. Empiema,
5. Emfisema subkutan,
6. Infeksi,
7. Pneumotoraks kontralateral
8. Pemasangan tube subdiafragmatik
9. Perdarahan lokal.
70
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
7. Tabung penghubung
7. TRANSFUSI DARAH
7.1.Prinsip Dasar
Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam
peredarah darah resipien. Darah dan berbagai komponen darah dapat
ditransfusikan secara terpisah sesuai kebutuhan. Darah tersusun dari
berbagai komponen, antara lain eritrosit (red blood cells), trombosit
pekat (thrombocyte concentrate), kriopresipitat dan plasma segar beku
(fresh frozen plasma). Komponen darah yang ditransfusikan sesuai
dengan yang diperlukan akan mengurangi kemungkinan reaksi transfusi,
circulatory overload, dan penularan infeksi yang terjadi dibandingkan
dengan transfusi darah lengkap. 5
Komponen-Komponen:
1. Eritrosit.
Eritrosit tersedia dalam bentuk sel darah merah atau darah lengkap.
Satu-satunya indikasi pemberian eritrosit adalah untuk meningkatkan
daya angkut oksigen pada pasien-pasien anemia dan hipotensi
ortostatik sekunder karena kehilangan darah. Kemampuan daya
angkut oksigen yang memadai dijumpai pada kebanyakan
perempuan dengan hemoglobin (Hb) 7g/dl, hematokrit (Ht) ±21%
71
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Setiap unit sel darah merah (500ml) yang ditransfusi akan meningkatkan Hb
± 1g/dl (dan meningkatkan Ht 1-3% pada seorang perempuan dengan berat
badan 70kg. Volume RBC yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus
(HCT yang diinginkan – HCT sekarang) x EBV
HCT RBC
Berisi 250 – 350 cc. 9
3. Trombosit Pekat.
Transfusi trombosit yang bersifat profilaksis bisa diberikan untuk
perempuan dengan trombosit kurang daro 20.000/mm3, transfuse juga
diberikan untuk trombosit 10.000-50.000 mm3 dengan kondisi; tindakan
bedah berencana, terjadi perdarahan aktif atau untuk mengantisipasi
72
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
73
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
5. Kriopresipitat.
Kriopresipitat didapat dari plasma segar beku yang dikonsentrasikan ke
dalam suatu volume 10-15ml. presipitat tersebut terdiri atas faktor-faktor
VIII, von Willebrand, fibrinogen, XIII dan fibronektin, digunakan
untuk mengobati kekurangan akan salah satu faktor tersebut. Satu unit
akan dapat menaikan fibrinogen 8 mg/dl.6
74
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Volume 10 – 20 ml/unit.9
Isi F VIII : 80 – 100 IU dan fibrinogen 150 – 300 mg.9
Suhu ≤ - 250C sampai 1 tahun.9
Indikasi pada perdarahan karena defisiensi F VIII: Von Willebrand
disease, Hemofilia A, dan DIC. 9
Golongan darah donor dan resipien harus sama, tidak perlu crossmatch.
9
Dosis 1 kantong/ 1 – 6 kgBB tergantung berat perdarahan. 9
Setelah mencair segera infuskan dengan transfusion set baru, selesai 20
menit/kantong. 9
Bila kantong kosong, bilas dengan aline 10 – 20 cc, kocok dan
infuskan lagi. . 9
Setiap orang memiliki salah satu jenis darah (A, B, AB, atau O). Serta
darah setiap orang memiliki rhesus positif atau negatif. Darah yang digunakan
dalam transfusi harus bisa bekerja sama dengan golongan darah pasien/resipien.
Bila tidak, antibodi (protein) dalam darah yang baru ditransfusikan akan membuat
resipien sakit.9
75
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
7.2.Langkah Kerja
Prosedur tindakan transfuse darah antara lain:8
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah
transfusi darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).
5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum
pemberian transfusi darah
6. Memeriksa identifikasi kebenaran produk darah: periksa kompatibilitas
dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi
pasien,periksa kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
76
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
7.3.Indikasi
Indikasi dilakukan tranfusi darah jika terdapat kondisi anemia pada
perdarahan akut setelah didahului penggantian volume cairan, atau anemia
kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain, gangguan
pembekuan darah karena defisiensi komponen, plasma loss atau
hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberkan plasma substitute atau
larutan albumin. 5
Tabel 1. Petunjuk Pemberian Berbagai Produk Darah. 6
Produk Kandungan Indikasi yang Indikasi yang
tepat tidak tepat
Sel darah Sel darah merah Meningkatkan daya Meningkatkan
merah angkut oksigen pada penyembuhan
perempuan dengan luka
anemia Memperbaiki
Untuk hipotensi kesehatan
ortostatik sekunder umum
karena kehilangan
darah
Profilaksis
pada transfusi
masif
77
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
7.4.Kontraindikasi
Transfusi darah sebaiknya jangan dilakukan jika pendonor mengidap
suatu infeksi, atau transfuse darah dengan golongan darah yang berbeda. 6
7.5.Komplikasi 15
1. Hipotermia
2. Koagulopati dilusi
3. Trombositopenia
4. Abnormalitas elektrolit (pada transfusi darah masif)
a. Hipokalsemia
b. Hipomagnesemi
c. Hiperkalemia
d. Asidosis metabolik
e. Alkalosis metabolik
7.6.Alat-alat Utama
Alat dan bahan-bahan yang diperlukan saat melakukan transfuse darah
adalah:7
1. Standar Infus
2. Set Transfusi (Tranfusi Set)
3. Botol berisi NaCl 0,9%
78
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
79
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
80
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
TRAUMA MUSKULOSKELETAL
Telah ditinjau oleh :
dr. Hitaputra Agung Wardhana, Sp.B.,FINACS.
1. PERDARAHAN
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah yang
menyebabkan hilangnya sejumlah darah akibat robeknya pembuluh darah baik
oleh luka terbuka maupun luka tertutup. Kehilangan ≥20% darah dapat
menyebabkan perfusi menurun yang mengakibatkan kerusakan jaringan, organ,
syok hipovolemik, dan dapat berlanjut pada kematian.
1. Perdarahan Arteri
Warna darah merah terang (kaya akan oksigen).
Mengalir cepat, banyak, dan memancar seiring denyut jantung.
Sulit dikontrol karena tekanan yang tinggi.
Paling bahaya.
2. Perdarahan Vena
Warna darah merah gelap (sedikit oksigen).
Mengalir lambat, tetap, hanya menetes.
Emboli dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang
irreguler, sehingga dapat membahayakan organ yang tersumbat.
Lebih mudah dikontrol karena tekanan lebih rendah.
Berbahaya jika tidak segera ditutup.
3. Perdarahan Kapiler
Warna darah lebih sulit diidentifikasi karena ukurannya yang
sangat kecil.
Alirannya lambat karena ukuran kapiler yang kecil dan tekanan
yang rendah, hanya merembes dari jaringan luka.
Mudah ditangani, biasanya berhenti sendiri atau dengan
penanganan minimum.
Tidak terlalu berbahaya.
b. Berdasarkan lokasinya:
1. Perdarahan Luar
Perdarahan yang biasa terjadi akibat luka terbuka.
Kulit korban sudah tidak utuh, dan ada kontak dengan dunia luar.
Penyebab utamanya adalah trauma benda tajam.
81
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Epistaksis
Epistaksis adalah perdarahan akut akibat pecahnya anyaman
pembuluh darah di hidung. Terdapat 2 anyaman pembuluh darah di
hidung yang disebut plexus Kiesselbach (anterior) dan plexus
Woodruff (posterior). Epistaksis dibedakan menjadi 2 jenis
berdasarkan lokasi yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior.
Penanganan epistaksis tergantung pada jenis epistaksis tersebut.
1. Prinsip: 3T+1
Tekan langsung pada daerah luka dengan kasa atau kain.
Tinggikan area perdarahan, lebih tinggi dari jantung pasien
Tekan tidak langsung, yaitu lakukan penekanan pada
daerah proksimal luka, dengan harapan mengurangi laju
darah.
82
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
83
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
2. Alur tatalaksana:
Perkenalan diri
Primary assesstment
Segera ekspos area luka dengan merobek atau membuka
pakaian yang masih menutupi luka.
Lakukan penekanan langsung pada luka dengan
menggunakan kasa steril atau kain bersih. Jika tidak
memungkinkan, minta korban untuk menekan sendiri
lukanya.
Tinggikan dan tahan area perdarahan di atas tinggi jantung
korban untuk mengurangi hilangnya darah dan pertahankan
tekanan pada area perdarahan
Bantulah korban berbaring, gunakan selimut atau alas apapun
untuk mencegah korban kedinginan karena saat perdarahan,
darah yang keluar juga ikut membawa panas tubuh sehingga
korban rentan mengalami hipotermia. Hindari syok dengan
mengangkat dan menahan kaki korban di atas tinggi jantung
korban.
Balutlah luka untuk mempertahankan tekanan jika perdarahan
mulai terkontrol, namun jangan terlalu rapat karena dapat
mengganggu sirkulasi. Tambahkan kain bersih diatas balutan
yang pertama, jika perdarahan masih berlanjut.
Selalu cek sirkulasi korban setiap 10 menit sekali, jika
sirkulasi melemah, longgarkan balutan dan ulangi kembali.
Segera hubungi bantuan, jika perdarahan tidak terkontrol dan
muncul tanda- tanda syok, hipotermi berat, ataupun tanda-
tanda infeksi.
Selalu monitor dan cek tanda vital korban-tingkat
response, nafas, dan denyut nadi- sambil menunggu bantuan
datang
Jika terdapat objek atau benda pada luka seperti pecahan kaca, atau objek
lain :
Kontrol perdarahan dengan menekan kuat pada sisi di
sekitar
objek tersebut. Jangan menekan langsung pada benda atau
mengeluarkan benda dari dalam luka karena dapat memicu
perdarahan yang lebih hebat lagi.
Untuk melindungi luka, berilah bantalan pada kedua sisi
objek tersebut dan lakukan pembalutan dengan melingkari
objek tanpa memberikan penekanan objek terhadap luka.
Cek sirkulasi setiap 10 menit, ulangi jika sirkulasi melemah.
Segera panggil bantuan
84
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
85
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
PERHATIAN !!
1. Jangan biarkan korban makan atau minum, karena
mungkin diperlukan tindakan anastesi pada penanganan
rumah sakit.
2. Jika korban mulai hilang kesadaran dan nafas mulai tidak
normal, segera lakukan CPR.
c. Penanganan kasuistik
1. Perdarahan hidung
Epistaksis Anterior
Metode Trotter :
1. Posisikan korban dalam keadaan duduk dan tengadahkan kepala
korban ke depan agar darah dari hidung dapat keluar. Minta
korban bernapas dengan mulut dan tidak batuk apalagi bersin.
2. Jepit cuping hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memberikan tekanan dan tahan selama 10 menit.
3. Setelah 10 menit, minta korban untuk melepas tekanan. Jika
belum berhenti, ulangi kembali selama 10 menit.
`4. Jika perdarahan berhenti, jangan ubah posisi pasien. Bila perlu
86
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Epistaksis posterior
1. Menggunakan Tampon Bellocq
2. Dilakukan pada perawatan di rumah sakit oleh dokter spesialis.
2. Perdarahan kuku
Kompres jari yang cedera dengan es atau air dingin untuk
mengurangi rasa sakit.
Kuku yang luka dilubangi atau dicukil untuk
mengeluarkan darah.
Perhatikan prinsip aseptik
Jika sudah keluar, kuku diberi salep antibiotik dan
diplester.
Jika perdarahan berlanjut atau banyak, hubungi bantuan.
87
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
3. Perdarahan telinga
Posisikan korban duduk dan miringkan kepala ke arah yang
sakit.
Tutup telinga dengan perban steril lalu diplester atau
dipegangi. Bawa ke PPK dalam keadaan seperti ini
a. Resusitasi cairan
1. Pasang IV line
2. Dosis anak: bolus NaCL 0.9% 20 ml/KgBB Dosis dewasa: bolus RL
2-4 L dalam 20-30 menit
88
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
2. LUKA
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan yang dapat
mengganggu proses selular normal.
2.1. Jenis-Jenis Luka
a. Berdasarkan bentuknya
1. Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)
Pendarahan yang lebih sedikit dibandingkan luka tusuk.
Memungkinkan adanya kerusakan pada jaringan di dalamnya.
Laserasi ini sering terkontaminasi oleh kuman sehingga risiko
infeksinya tinggi
2. Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)
sering disertai partikel benda asing yang dapat menyebabkan
infeksi.
3. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)
Bisa terjadi pendarahan yang banyak.
Struktur seperti tendon atau saraf bisa saja ikut terpotong.
4. Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)
5. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)
Luka Tembak Masuk (LTM)
Luka Tembak Keluar (LTK)
6. Vulnus Morsum (Luka Gigitan)
7. Vulnus Perforatum (Luka Tembus)
8. Vulnus Amputatum (Luka Potong)
9. Vulnus Combustio (Luka Bakar)
10. Vulnus Contussum (Luka Memar)
89
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
90
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
5. Tutuplah luka dengan kasa steril atau kain bersih. Balut luka sehingga
menjaga luka tetap bersih dan jauh dari bakteri.
6. Gantilah balutan secara berkala. Lakukan satu kali sehari atau saat
bandage sudah kotor atau basah. Jika luka sudah cukup sembuh,
lepaskan bandage dan biarkan terpapar udara untuk mempercepat proses
penyembuhan.
7. Perhatikan selalu tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, nyeri yang
bertambah, pus atau drainase, bengkak, demam, dan bisa terjadi
pembengkakkan kelenjar getah bening regional.
8. Segera hubungi bantuan jika luka mengalami pendarahan berat, luka
terkontaminasi seperti terkontaminasi benda asing atau cairan berbahaya
dan terdapat luka bergerigi serta panjang luka lebih dari 5 cm.
3. FRAKTUR
Fraktur adalah hilang atau rusaknya kontinuitas tulang (diskontinuitas)
akibat gaya kerja yang melebihi elastisitas tulang.
c. Berdasarkan kekomplitan
1. Inkomlit : H
2. Komplit : A, D, I, K
3. Hair line : retak, garis patahannya sangat kecil
92
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
f. Berdasarkan pergeseran
1. Undisplaced : A, E, F, H → segmen tetap di tempat
2. Displaced
Ad longitudinam cum contractionum : D, G → segmen tulang
saling mendekat
Ad axim : B, L → segmen tulang membuat sudut
Ad latus : segmen tulang saling menjauh, jarang terjadi.
93
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
94
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
c. Bidai
Tujuan :
1. Immobilisasi fraktur dan dislokasi
2. Mengistirahatkan badan yang
cidera
3. Mengurangi rasa sakit SELALU !!!
4. Mempercepat penyembuhan
Prinsip:
1. Immobilisasi
2. Melewati minimal 2 sendi.
Penanganan:
1. Bidai harus meliputi 2 sendi, diukur pada anggota badan yang
sakit.
2. Ikatan jangan terlalu kuat ataupun terlalu kendor.
3. Ikat bidai dari distal ke proksimal dan ikatan harus cukup
jumlahnya. Lewatkan ikatan pada bagian lekuk tubuh seperti
leher, lutut, dan pergelangan kaki.
4. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak
95
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
cedera.
5. Periksa denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan
sesudah pembidaian, dan perhatikan warna kulit distalnya.
6. Periksa setiap 15 menit untuk menjamin ikatan tidak
terlalu kencang akibat pembengkakan jaringon yang
cedera.
d. Bolu1
9 •
96
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
97
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
98
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
99
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
100
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Penanganan :
Lindungi daerah fraktur dengan benda lebar,
misal kardus atau telapak tangan korban.
Balut dengan kencang, tapi jangan sampai
kesulitan bernafas.
Siap-siap dengan Pneumothoraks.
2. Fraktur Klavikula
101
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
3. Fraktur Ekstrernitas
102
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
103
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
4. DISLOKASI
4.1. Definisi Dan Jenis-Jenis Dislokasi
Dislokasi adalah berpindahnya permukaan sendi total sehingga
kontak normal dengan struktur sekitar tidak lagi terjadi. Penting
untuk membedakan dislokasi pertama kali atau berulang.
Dislokasi merupakan kasus emergency. Apabila penanganan lebih dari
6 jam, maka kecil kemungkinan sendi dapat berfungsi 100% kembali.
Subluksasi adalah berpindahnya permukaan sendi sebagian, biasanya
terjadi sementara secara alami. Penting untuk membedakan subluksasi
pertama kali atau berulang
104
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
2. Siku
3. Jari
Teknik reposisi
4. Pangkal Paha
o Dislokasi paling parah.
o Reposisi harus kurang dari 4 jam untuk menghindari
nekrosis.
o Lakukan posisi anatomis setelah reposis
105
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
5. Lutut
Dislokasi Anterior
(Tersering)
Dislokasi Posterior
6.Pergelangan kaki
Normal
Dislokasi Anterior
106
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Dislokasi Lateral
Dislokasi Posterior
(Tersering )
5. SPORT INJURIES
5.1. Klasifikasi Umum Sports Injuries
a. Trauma injuries
Merupakan cedera karena beberapa episode trauma baik akut, subakut, maupun kronik.
Macam-macam trauma injuries beserta penjelasannya, yaitu :
1. Pada tulang : fraktur, hematoma subperiosteal
2. Pada sendi : dislokasi, subluksasi, kontusio sendi, hemarthtosis
3. Pada Ligamen :
1. Sprain derajat 1 adalah kondisi di mana beberapa serabut ligamen robek dengan tanda-
tanda bengkak ringan, nyeri, sulit digerakkan, dan tidak ada instabilitas pada sendi
2. Sprain derajat 2 adalah kondisi di mana lebih banyak lagi serabut ligamen robek, tetapi
fungsi ligamen masih intak meskipun sedikit teregang, dengan tanda-tanda bengkak
sedang, nyeri, sulit digerakkan, dan sedikit ada instabilitas pada sendi
3. Sprain derajat 3 adalah kondisi di mana seluruh serabut ligamen ruptur, dengan tanda-
tanda bengkak hebat, nyeri, tidak mampu digerakkan, serta instabilitas total pada sendi
yang bisa diklasifikasikan menjadi :
1+ :permukaan sendi terstabilisasi normal oleh ligamen dan mengalami perpindahan
posisi 3-5 mm dari posisi awal
2+ :permukaan sendi terpisah 6-10 mm
3+ :permukaan sendi terpisah lebih dari 10 mm
4. Pada tendon :
1. Strain derajat 1 : robekan pada jaringan sedikit, mild tenderness, nyeri
dengan rentang gerak normal.
2. Strain dejarat 2 : robekan pada otot atau tendon, nyeri,gerak
terbatas, mungkin terjadi bengkak dan depresi pada daerah cidera.
3. Strain derajat 3 : gerak terbatas atau tidak dapat bergerak, nyeri hebat.
107
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
2. Pada otot : kram
Kram terjadi karena adanya spasme dan kontraksi otot yang tidak terkontrol,
menghasilnya rasa nyeri dan restriksi.
b. Overuse injuries
Macam-macam overuse injuries, yaitu :
1. Pada tulang : Stress fracture, Apophysitis
2. Pada sendi : arthritis, sinovitis
3. Pada ligamen : medial elbow injury, breastroker’s, plantar fascitis
4. Jaringan lunak lain : bursitis
109
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
110
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
RESUSITASI CAIRAN
1. JENIS-JENIS CAIRAN
1.1. Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid merupakan larutan dengan air (aqueous) yang terdiri dari molekul-molekul
kecil yang dapat menembus membran kapiler dengan mudah. Biasanya volume pemberian lebih
besar, onset lebih cepat, durasinya singkat, efek samping lebih sedikit dan harga lebih murah.
Yang termasuk cairan kristaloid antara lain salin (salin 0,9%, ringer laktat, ringer asetat),
glukosa (D5%, D10%, D20%), serta sodium bikarbonat. Masing-masing jenis memiliki
kegunaan tersendiri :
a. salin biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh sehari-hari dan saat
kegawat daruratan
b. glukosa biasa digunakan pada penanganan kasus hipoglikemia,
c. sodium bikarbonat yang merupakan terapi pilihan pada kasus asidosis metabolik dan
alkalinisasi urin.
Mekanisme secara umum larutan kristaloid menembus membran kapiler dari kompartemen
intravaskuler ke kompartemen interstisial, kemudian didistribusikan ke semua kompartemen
ekstra vaskuler. Hanya 25% dari jumlah pemberian awal yang tetap berada intravaskuler,
sehingga penggunaannya membutuhkan volume 3-4 kali dari volume plasma yang hilang.
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah cairan kedalam pembuluh darah dengan
segera dan efektif untuk pasien yang membutuhkan cairan segera.
Cairan kristaloid bersifat mudah keluar dari intravaskuler, terutama pada kasus dimana
terjadi peningkatan resistensi kapiler seperti pada sepsis, penting untuk dipikirkan penggantian
cairan yang memiliki molekul lebih besar, yaitu jenis koloid. Berikut ini beberapa jenis dari
cairan kristaloid :
a. Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154. Kemasan : 100, 250, 500,
1000 ml.
Indikasi :
Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya molekul
protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang bergerak ke intertisial
karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang
hilang pada intravaskuler.
Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl digunakan
untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein plasma atau
cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang terbakar. Untuk
111
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.
Kontraindikasi :
Hipertonik uterus
Hiponatremia
Retensi cairan.
CHF
Insufisiensi renal
Hipertensi
Edema perifer
Edema paru.
Adverse Reaction edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru),
penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.
b. Ringer Laktat
Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109- 110, basa =
28-30 mEq/l.
Cara Kerja cairan: keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit
dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium
merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida
merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan
berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit- elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan
kehilangan cairan pada dehidrasi dan Syok hipovolemik termasuk syok perdarahan. Ringer laktat
menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan
menyebabkan penumpekan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.
Indikasi:
Kontraindikasi:
Hipernatremia
Kelainan ginjal
Kerusakan sel hati
Asidosis laktat.
Adverse Reaction edema jaringan pada penggunaan volume yang
besar,biasanya paru-paru.
112
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Peringatan dan Perhatian”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati pemberian
pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-eklamsia.
c. Dextrosa
Komposisi: glukosa = 50gr/l (5%), 100gr/l (10%), 200gr/l (20%)
Indikasi:
Cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah
operasi
Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari 25
mg/100ml).
Hiperglikemia.
Adverse Reaction Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada
pembuluh darah dan tromboflebitis.
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit menembus membran
kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil,
onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan lebih mahal.
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma sehingga cenderung tidak
keluar dari membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan
dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan
volume yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga dan
meningkatkan tekanan osmose plasma.
a. Albumin
113
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Komposisi: Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa
yang dimurnikan dari plasma manusia (contoh: albumin 5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena volume yang dibutuhkan
lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan
jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia,
atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal
akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.
Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien dengan
hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat memberikan efek
diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.
Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis. Sirosis
memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan yang baik
bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan penggunaan albumin pada terapi
tersebut dapat mengurangi resiko renal impairment dan kematian. Kontraindikasi : gagal
jantung, anemia berat.
b. HES (Hydroxyetyl Starches)
Komposisi: Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.
Indikasi:
Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah,
sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi:
Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi, hal ini terjadi
karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg).
Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES pada sepsis
masih terdapat perdebatan.
NB : Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu
penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :
Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap
bisa digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas.
Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan
manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis refraktori.
HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada kondisi
sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.
114
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada
sepsis karena :
Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES), yang
manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.
HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada
pasien sepsis dengan hipovolemia.
HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus, dan
liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh:
transplantasi ginjal).
Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada pasien
dengan sepsis.
Adverse reaction HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan dalam
jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus
Perlengkapan dan peralatan yang umum diperlukan untuk terapi intravena meliputi :
a. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
b. Trauma abdomen berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah).
c. Fraktur khusus di pelvis dan femur (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
d. Heat stroke (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi).
e. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi).
f. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
g. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangancairan tubuh dan komponen
darah).
h. Dehidrasi
4. PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
a. Letakkan pasien pada posisi yang nyaman, sebaiknya lengan pasien disangga dengan
bantal kecil.
b. Identifikasi vena yang akan dikanulasi, vena daerah ante-cubital (punggung tangan)
kiri ( vena basilica atau vena cephalica).
c. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan non-steril (non-sterile gloves, DC 2002)
d. Pasang torniket pada lengan bagian proximal dari daerah vena yang akan dikanulasi,
nadi arteri radialis harus tetap teraba.
e. Minta pasien untuk buka tutup genggaman tangan ( memperbesar pengisian vena).
f. Bersihkan bagian kulit dengan larutan chlorhexidine atau alcohol 70%, biarkan sampai
kering dan jangan raba atau sentuh lagi bagian tersebut.
g. Buka iv-catheter yang sudah dipilih ukurannya, pegang dengan posisi bevel stylet
menghadap keatas.
h. Pegang tangan pasien dengan tangan kiri, gunakan ibu jari menekan dan fiksasi (untuk
stabilisasi) distal vena yang akan dikanulasi
i. Pegang iv-catheter sejajar vena, dan membentuk sudut 100 -300 dengan permukaan kulit,
lakukan insersi (tusukan). Bila iv-catheter sudah masuk yang ditandai dengan adanya
darah yang masuk kedalam chamber (flash back), kemudian datarkan iv-catheter untuk
mencegah tertusuknya dinding posterior dari vena, sorong masuk ± 1 mm.
j. Tarik stylet perlahan dan darah harus terlihat masuk kedalam iv-catheter, hal ini
memberi konfirmasi bahwa kanula berada dalam vena.
k. Sorong masuk iv-catheter kedalam vena dengan perlahan, bebaskan torniket,
masukkan stylet kedalam kantong sampah benda tajam.
l. Flush iv-catheter untuk memastikan patensi dan mudahnya penyuntikan tanpa adanya
rasa sakit, resistensi, dan timbulnya pembengkakan.
m. Fixasi iv-catheter dengan moisture-permeable transparent dressing ( supaya bila ada
phlebitis atau dislodge dapat terlihat)
116
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
n. Catat seluruh prosedur ini, termasuk alat-alat, tempat atau lokasi kanulasi, operator,
dan jumlah tusukan yang dilakukan.
5. MAINTENENCE CAIRAN
Contoh : pada orang berat badan 40 kg, cairan maintenance menjadi : 40 ml/jam + 20
ml/jam + 20 ml/jam = 80 ml/jam
a. Nyeri
b. Memar
c. Infeksi bakteri
d. Ekstravasasi
e. Flebitis
f. Trombosis
g. Emboli, dan kerusakan saraf.
117
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief AS, dkk. 2002. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada pembedahan. Ed.Kedua.
Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI.
2. Bongard F.S., Sue D.Y., Vintch J.R., 2008. Current Diagnosis and Treatment
3. Sue, D.Y., 2005. Current Essentials of Critical Care. McGraw Hill.
4. Powel, jeremy. 2011. British Consensus Guidelines on Intravenous Fluid Therapy for Adult
Surgical Patients. BAPEN
118
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
SYOK
Ditinjau kembali oleh :
1. DEFINISI
Syok atau renjatan dapat diartikan sebagai keadaan terdapatnya pengurangan yang sangat besar
dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen serta unsur-unsur gizi lainnya secara efektif
ke berbagai jaringan sehingga timbul cidera seluler yang mula-mula reversible dan kemudian bila
1
keadaan syok berlangsung lama menjadi irreversible. Selain itu syok merupakan suatu kelainan
progresif yang menyebabkan kematian bila masalah-masalh yang mendasarinya tidak dikoreksi. Yang
menjadi masalah yang mendasari bisa seperti kehilangan banyak darah/exsanguinations, trauma atau
luka bakar yang luas, infark miokard, emboli paru, dan sepsis. Tanpa memandang sebabnya, syok
ditandai oleh hipoperfusi sistemik jaringan; yang bisa disebabkan oleh curah jantung yang berkurang
atau oleh berkurangnya volume darah efektif yang beredar. Akibatnya adalah menjadi gangguan perfusi
3
jaringan dan hipoksia.
Syok adalah salah satu keadaan darurat medik yang perlu mendapat pertolongan medis segera.
Namun pertolongan prehospital yang benar dapat membantu meningkatkan kualitas hidup korban
4
karena dapat mencegah perburukan kondisi.
3
Patogenesis Syok
Syok umumnya cenderung berkembang melalui tiga tahap umum, kecuali bila kelainan
yang ada sangat masif dan mematikan dengan cepat (misalnya, hilangnya darah/exsanguinations
dari suatu aneurisme aorta yang ruptur). Tahap tahap ini telah diketahi dengan lebih jelas pada
syok hipovolemik namun juga dapat dipakai secara umum pada syok bentuk lain :
b. Tahap progresif,
Ditandai dengan hipoperfusi jaringan dan mulainya sirkulasi yang memburuk dan gangguan
metabolisme, termasuk asidosis. Tahap ini terjadi karna penyebab yang mendasari timbulnya
119
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
syok tidak dikoreksi. Sejalan dengan hipoksia jaringan yang meluas, organ-organ vital
terpengaruh dan mulai mengalami kegagalan organ.
c. Tahap irreversible,
Jejas sel dan jaringan sangat berat sehingga walaupun defek hemodinamik diperbaiki , tidak
memungkinkan pasien selamat. Jejas sel yang meluas tergambarkan dari kebocoran enzim
lisosomal, yang memperburuk keadaan syok. Fungsi kontraktil otot jantung memburuk, antara
lain oleh karena meningkatnya pembentukan nitrat oksida. Pada tahap ini di mana kegagalan
organ yang terjadi walaupun diberikan pengobatan yang terbaik, biasanya proses akan terus
berlanjut hingga berakhir pada kematian.
2. KLASIFIKASI SYOK
Berdasarkan penyebabnya
1
a. Syok Hipovolemik atau oligemic
Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat sekunder dari muntah, diare, luka bakar, atau
dehidrasi menyebabkan pengisian ventrikel tidak adekuat, seperti penurunan preload berat,
direfleksikan pada penurunan volume, dan tekanan end diastolic ventrikel kanan dan kiri. Perubahan
ini yang menyebabkan syok dengan menimbulkan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung
yang tidak adekuat
1
b. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik. Tekanan arteri sistolik < 80
2
mmHg, indeks jantung berkurang di bawah 1,8 L/menit/m , dan tekanan pengisian ventrikel kiri
meningkat. Pasien sering tampak tidak berdaya, pengeluaran urin kurang dari 20 ml/jam,
ekstremitas dingin dan sianotik.
Penyebab paling sering adalah infark miokard ventrikel kiri, miokarditis akut dan depresi
kontraktilitas miokard.
1
c. Syok Obstruktif Ekstra Kardiak
Syok ini merupakan ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi selama diastole, sehingga secara
nyata menurunkan volume sekuncup (stroke volume) dan berakhirnya curah jantung. Penyebab
lain bisa karena emboli paru masif.
120
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
1
d. Syok Distributif
Bentuk syok septik, syok neurogenik, syok anafilaktik yang menyebabkan penurunan tajam
pada resistensi vaskuler perifer.
a. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai diikatnya oleh
reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa,
saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh makrofag. Makrofag segera mempresentasikan
antigen tersebut kepada limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang
menginduksi limfosit B berproliferasi menjadi sel plasma (plasmosit). Sel plasma memproduksi
Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk antigen tersebut. Ig E ini kemudian terikat pada receptor
permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
b. Fase Aktivasi, yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama. Mastosit
dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang.
Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat
oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain
histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang disebut dengan
istilah preformed mediators. Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari
membran sel yang akan menghasilkan leukotrien (LT) dan prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa
waktu setelah degranulasi yang disebut newly formed mediators.
c. Fase Efektor adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator
yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ organ tertentu. Histamin
memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan
edema, sekresi mukus dan vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan
bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek bronkospasme
dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor
kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan
bronchokonstriksi, demikian juga dengan leukotrien.
121
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
4
Penjelasan di atas dapat dirangkum dalam tabel di bawah ini:
Kehilangan darah
(perdarahan)
Kehilangan darah dan/atau Kehilangan
cairan tubuh dalam jumlah plasma darah
Syok Hipovolemik besar tubuh mengalami (luka bakar)
kekurangan volume darah Kehilangan cairan
untuk mengangkut oksigen tubuh
(muntah, diare,
dehidrasi)
Trauma multipel
Kegagalan jantung memompa
darah
Gagal jantung,
Serangan jantung,
Kematian otot
jantung (infark
Syok Kardiogenik
miokard),
Hilangnya
elastisitas otot
Jantung,
Aritmia/disritmia
jantung
123
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
4
Syok perdarahan berdasarkan jumlah darah yang hilang
Klasifikasi
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Syok
Kehilangan
Hingga
darah (ml) 750 750–1500 1500–2000 >2000
Kehilangan
Hingga
darah (%) 15% 15–30% 30–40% >40%
Tekanan
Normal Normal Menurun Menurun
Normal
Tekanan nadi
atau Menurun Menurun Menurun
Frekuensi
Produksi
urine
Sedikit Sedikit
Status Mental cemas cemas Cemas Bingung,
124
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
3. DERAJAT SYOK
1
Berat dan ringannya syok:
Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan prgan non-vital seperti kulit, lemak, otot
rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa
adanya perubahan jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi
urin normal atau anya sedikit menurun, asidosis metabolic tidak ada atau ringan.
Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal, dan lainnya).
Organ- organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti lemak, kulit, dan otot.
Oligouria bisa terjadi dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran relatif masih baik.
Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok beraksi untuk
menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi vasokonstriksi di semua
pembuluh darah lain. Terjadi oligouria dan asidosis berat, ganguan kesadaran dan tanda- tanda
hipoksia jantung.
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis syok secara umum4
a. Nadi cepat namun lemah/dangkal, ketika sudah parah, nadi menjadi sangat lambat
dan lemah
b. Kulit pucat, dingin, dan lembab
c. Wajah pucat atau terlihat sianosis/kebiruan pada bibir, lidah, dan cuping telinga
d. Merasa haus, dingin, mual, dan ingin muntah
e. Merasa lemah dan lesu
f. Kehilangan kesadaran, kebingungan, atau merasa pusing
g. Mata terlihat sayu dan pupil melebar
h. WPK (Waktu Pengisian Kapiler) >2 detik
Laktikasidosis
c. Syok Neurogenik1
Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bradikardi, sesudah pasien menjadi tidak
sadar, barulah nadi bertambah cepat. Pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler, dan vena,
maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.
d. Syok Kardiogenik1
o Pasien tidak sadar atau hilangnya kesadaran secara tiba- tiba.
o Sianosis akibat dari aliran perifer berhenti
o Akral dingin
o Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum posisi penderita
dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
o Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan digerakkan
sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk menghindari terjadinya luka yang
126
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
lebih parah atau untuk memberikan pertolongan pertama seperti pertolongan untuk
membebaskan jalan napas.
o Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita tidak
sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring miring) untuk memudahkan
cairan keluar dari rongga mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah
atau darah. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas
tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.
o Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau kepala agak
ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.
o Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita dibaringkan dengan
posisi telentang datar.
o Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang dengan kaki
ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah
menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita
menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.
d. Pertahankan Respirasi
o Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
o Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(guedel/oropharingeal airway).
o Berikan oksigen 6 liter/menit
o Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup (ambu
bag) atau ETT.
o Jika denyut nadi tidak ada lakukan BLS4
o
Jika nadi ada namun tidak bernapas lakukan rescue breathing4 Jika napas dan nadi ada
pertahankan jalan napas dan lanjut ke penanganan selanjutnya4
e. Pertahankan Sirkulasi
o Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan darah,
warna kulit, isi vena, produksi urin, dan Central Venous Pressure (CVP) untuk tim
medis ahli. Kontrol perdarahan dan rawat cedera lain bila ada4 Tinggikan tungkai korban
15-30 cm agar lebih tinggi dari kepala (jika tidak dicurigai adanya cedera spinal) agar
aliran darah dari tungkai dapat mengalir ke organ vital (jantung dan otak) dengan lancar4
o
Pastikan bahwa kepala korban lebih rendah dari jantung, otak adalah salah satu organ
paling vital yang cepat mengalami kematian sel bila tidak tersuplai oksigen4
o
Longgarkan pakaian korban yang terlalu ketat untuk memperlancar sirkulasi4
o
Pertahankan suhu tubuh korban dan cegah kehilangan panas dengan menyelimuti dan
memberi tutup kepala4
o
Pertahankan kadar oksigenasi korban dengan memberikan oksigen jika memungkinkan4
o
Pantau dan reassessment kondisi korban4
128
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
6. PENATALAKSANAAN SYOK BERDASARKAN JENISNYA
a. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi
dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha
memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
b. Penilaian A-B-C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu: Airway
(membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak ada
sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan
leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu
dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut
(jaw thrust)
Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda-tanda bernapas,
baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai edem
laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita yang
mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat- obatan, juga harus
diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera
ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.
Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a. karotis, atau a. femoralis),
segera lakukan kompresi jantung luar.
129
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
c. Segera berikan adrenalin 0.3–0.5 mg larutan 1: 1.000 untuk penderita dewasa
atau 0.01 mg/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini
dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis
menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2–4 ug/menit.
d. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang
memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 5–6 mg/kgBB intravena
dosis awal yang diteruskan 0.4–0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
e. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau
deksametason 5–10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi
efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel.
f. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk
koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai
tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan
meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat.
Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan
perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya
peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila
memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali dari
perkiraan kekurangan volume plasma.
g. Dalam keadaan gawat, pada penderita syok anafilaktik jangan dikirim ke
rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Bila terpaksa
dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah harus
semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi
penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam
posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
h. Kalau syok sudah teratasi, lakukan evaluasi selama kurang lebih 4 jam.
Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2–3 kali
suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk evaluasi.
130
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Algoritma Penanganan Syok Anafilaktik
131
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
2,5
Penatalaksanaan Syok Hipovolemik
b. Pemberian Cairan
o Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual, muntah,
atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
o Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan yang
mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
o Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi kontra.
Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau muntah.
o Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama dalam
melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume
interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk
meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan jumlah cairan
yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah
pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik.
Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian
volume intravaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali volume perdarahan
yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid memerlukan jumlah yang sama dengan
jumlah perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang
dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap. Pemantauan
tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan yang berlebihan.
d. Pemberian Cairan
Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual, muntah,
atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan yang
mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi kontra.
Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau muntah.
Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama dalam
melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume
132
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk
meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan jumlah cairan
yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah
pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik.
Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian
volume intravaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali volume perdarahan
yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid memerlukan jumlah yang sama dengan
jumlah perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang
dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap. Pemantauan
tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan yang berlebihan.
133
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Algoritma Penanganan Syok Hipovolemik
134
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
1,5
Penatalaksanaan Syok Kardiogenik
Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan berlebihan yang
akan membebani jantung. Harus diperhatikan oksigenasi darah dan tindakan untuk
menghilangkan nyeri.
135
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
5
Penatalaksanaan Syok Septik
136
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
1,2,5
Penatalaksanaan Syok Neurogenik
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti
fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan
sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong jalannya darah.
Penatalaksanaannya:
a. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
trendelenburg).
b. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya
dengan menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi
dan hipotensi yang berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator
mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari
pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distres respirasi
yang berulang.
Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi
cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya diberikan per
infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap
tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urine output untuk menilai respon
terhadap terapi.
Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-
obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang merupakan indikasi, sedangkan
kontra bila ada perdarahan seperti ruptur lien):
137
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Algoritma Penanganan Syok Neurogenik
a. JANGAN meninggikan kepala. Jaga posisi kepala lebih rendah dari tungkai dan
jantung
138
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
139
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
140
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
TRAUMA LINGKUNGAN
1. MOUNTAIN SICKNESS
Acute Mountain Sickness (AMS) merupakan penyakit yang dapat mengenai
seseorang pada 6-12 jam setelah mencapai daerah dataran tinggi atau ketinggian,
1,14.
umumnya diatas 2.400m dpl.
1.1.Penyebab
Kejadian dari AMS ini bergantung pada ketinggian, faktor risiko yang dimiliki
2
oleh orang tersebut, dan kecepatan pendakian.
1.2.Gejala
Tanda dan gejala yang tergolong ringan ini umumnya cenderung memburuk pada
malam hari ketika laju pernafasan berkurang, yakni meliputi:
a. Sakit kepala
b. Pusing atau kepala terasa ringan
c. Lemah
d. Nadi cepat
e. Sesak nafas
f. Kehilangan nafsu makan
g. Mual atau muntah
h. Gangguan tidur
i. Malaise
Tanda dan gejala yang termasuk gejala sedang atau berat, antara lain:
a. Segera evakuasi pasien ke ketinggian yang lebih rendah sesegera mungkin dengan
cara seaman mungkin, terutama bila gejala semakin memburuk
13,15
2. HIPOTERMIA
Merupakan kedaan saat suhu tubuh berada di bawah normal sementara
tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi keadaan tersebut (tidak bisa
o o
menghangatkan tubuh). Suhu tubuh normal yakni 37 C +/-5 C. Seseorang
o
mengalami hipotermia apabila suhu tubuh < 35 C.
13
2.1. Penyebab
Berada pada udara atau air yang dingin dalam waktu yang cukup lama.
Hipotermia juga bergantung kepada usia, massa tubuh, lemak tubuh, keadaan
kesehatan dan durasi terpapar paparan dari tiap-tiap individu.
Mekanisme :
Tubuh terpapar udara atau lingkungan dingin tubuh kehilangan panas dari kulit
kehilangan panas dipercepat bila hembusan angin juga cukup kuat
organ lain menurunkan fungsinya supaya panas tetap terjaga dan darah tetap
terpasok ke otak sebagai pusat pengatur temperature suhu bila suhu terus
menurun maka fungsi otak akan semakin menurun juga kemudian diikuti
13,15
2.2. Gejala
Hipotermia
0 0
36.1 C – 37.5 C Suhu tubuh -
normal
0 0
32 C – 35 C Hipotermia ringan gemetaran, menggigil,
merinding, kulit
kebiruan,
kebingungan,
gangguan bicara,
hiperventilasi,
takipnea, takikardi,
0 0
28 C – 32 C Hipotermia mengantuk (penurunan
menggigil lagi,
berhalusinasi,
hipoventilasi, pupil
berdilatasi,
hyporeflexia,denyut
jantung menurun.
0
<28 C Hipotermia berat kekakuan, kehilangan
143
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
kesadaran, nafas
berhenti, denyut
jantung berhenti
(ventricular aritmia),
edema pulmonal.
hipotensi.
Kondisi frostnip akan pulih jika dilakukan pemanasan dan tidak kehilangan
jaringan, kecuali bila keadaan berulang dalam beberapa tahun karena hilangnya
bantalan jaringan lemak dan atropi.
144
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
16
menyebabkan hilangnya warna dan rasa pada area yang terkena . Biasanya frostbite
16
mengenai hidung, telinga, pipi, dagu, jari tangan atau kaki .
2. Baju-baju sempit dan lembab harus dilepaskan dan diganti dengan selimut hangat
4. HIPERTEMIA
4.1. Heat stroke
Heat stroke adalah terjadinya gangguan pada susunan saraf pusat sehingga
menyebabkan penurunan kesadaran tiba-tiba. Terjadi akibat temperatur internal
tubuh meningkat mencapai level yang membahayakan (>39,5°C). Mekanisme
normal tubuh untuk menurunkan suhu terganggu, biasanya setelah melakukan
aktivitas fisik yang berat pada lingkungan dengan suhu yang sangat panas tanpa
asupan cairan yang cukup. Untuk evaluasi, pengukuran suhu tubuh secara oral
kurang akurat bila dibandingkan dengan pengukuran secara rectal17.
a. Gejala
145
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
1. Gangguan susunan saraf pusat penurunan kesadaran,
bahkan bisa sampai terjadi koma.
2. Hiperpireksia temperatur rektal 41-43oC, temperatur
axila 42oC.
3. Kulit panas, kering, tidak ada keringat, penurunan turgor
kulit.
1. Temperatur tubuh sangat tinggi (hiperpireksia)
2. Kulit kemerahan, panas, dan kering tidak ada keringat
3. Korban kebingungan dan gelisah.
4. Korban mungkin kehilangan kesadaran
5. Pupil dilatasi
6. Mulut kering
7. Diawali dengan nafas cepat dan dalam kemudian dangkal dan lemah
8. Nadi cepat dan kuat, biasanya >130x/menit.
9. Mual muntah disertai hilang nafsu makan
10. Kadang disertai kejang
11. Penurunan tekanan darah
b. Tatalaksana
Heat exhaustion terjadi akibat aktivitas fisik yang cukup berat pada lingkungan
dengan suhu panas, tanpa asupan cairan dan garam yang cukup. Mekanisme terjadinya
adalah akibat kehilangan cairan dan elektrolit karena keringat yang berlebihandisertai
perubahan kardiovaskular.
a. Gejala
1. Sakit kepala
2. Pusing
3. Lemas (malaise)
4. Nyeri otot (mialgia)
5. Agitasi
6. Mual (nausea) muntah (vomitting)
7. Kulit dingin dan pucat
146
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
8. Berkeringat
9. Temperatur tubuh 38,3-40,6 ºC
10. Takikardia
b. Tatalaksana
1. Istirahatkan korban di tempat yang teduh/ sejuk
2. Pendinginan secara aktif dengan meningkatkan evaporasi korban.
3. Kompres dengan handuk basah.
4. Longgarkan pakaian korban. Kipasi korban.
5. Taruh ice packs pada bagian-bagian lipatan tubuh seperti ketiak.
Bila kesadaran baik, dapat diberikan air dingin.
6. Segera rehidrasi korban dengan memberikan larutan saline per oral
jika memungkinkan. Cairan fisiologis atau glukosa isotonic dapat
diberikan secara intravena.
7. Istirahatkan dari kegiatan sementara waktu‘
Heat cramps adalah terjadinya kram otot yang terasa sangat nyeri, terjadi pada
otot yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup berat. Kram otot
yang sangat nyeri dan mendadak lebih kurang 1-3 menit.Otot pada kaki dan perut
adalah yang tersering.
a. Penyebab
b. Gejala
1. Nyeri kepala
2. Pusing
3. Kulit dingin dan lembab
4. Temperatur tubuh mungkin normal atau sedikit meningkat
c. Tatalaksana
1. Istirahatkan korban di tempat yang teduh/ sejuk
2. Rehidrasi, terutama berikan larutan garam (larutan saline) per oral. Jangan
berikan tablet garam!
3. Pada bagian yang kram, kita dapat melakukan pelemasan dengan merelaksasikan
otot tersebut. Bila kram telah hilang, kita dapat memberikan pijatan lembut pada bagian
yang kram tersebut.
4. Minta korban untuk tidak melanjutkan aktivitas fisiknya.
5. LUKA BAKAR
Combustio adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak
dengan sumber panas, sehingga dapat menyebabkan kematian Patofisiologi luka
bakar adalah sebagai berikut12 :
147
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
a. Adanya kontak dengan sumber panas, terjadi kerusakan pembuluh kapiler,
permeabilitas meningkat, edema, bulla (membawa elektrolit), volume cairan
intravaskuler menurun
b. Sel darah rusak, anemia
c. Fase luka bakar. Dapat dibagi menjadi tiga, yaitu fase akut, fase sub akut,
dan fase lanjut.
5.1. Penyebab
5.2. Klasifikasi
parah. Pada zona ini terjadi kerusakan jaringan yang bersifat ireversibel akibat
koagulasi protein pada jaringan tersebut.
2. Zona statis
kerusakan ireversible.
3. Zona Hiperemis
1. Derajat I
Hanya mengenai lapisan epidermis
Kulit tampak eritema (kemerahan), kering tanpa terbentuk
bulla.
Terasa nyeri/ hipersensitif
2. Derajat II dangkal :
Mengenai epidermis dan superficial dermis
Kulit tampak hiperemis, lembab, nyeri dan terbentuk bulla
3. Derajat II dalam :
Mengenai epidermis dan sebagian besar dermis
4. Derajat III :
Mengenai epidermis dan dermis serta lapisan di
bawahnya.
Kulit tampak pucat, abu-abu dan permukaan lebih rendah
dari sekitarnya.
Tidak ada bulla dan tidak nyeri
149
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
18
Tabel 1. Karakteistik Luka Bakar sesuai derajatnya
(derajat) refill
Ada ada
Ada ada
10
Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan kedalaman luka bakar
penilaian
Epidermis Dermis Dermis Full thickness
(superfisial) (profunda)
setelah di
tusuk
150
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
kembali lambat
1. Palmar surface
luas permukaan telapak tangan korban (termasuk jari) kira-kira
0,8-1% total luas permukaan tubuh. Digunakan untuk luas
pemukaan <15% atau >85%.
5.3.
G
e
j
a
l
151
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
a yang timbul dapat disesuaikan dengan keadaan atau klasifikasi berdasarkan
derajat luka bakar.Dapat dibaca pada poin sebelumnya.
1. Fase Akut
a.Cedera inhalasi (gangguan saluran pernapasan)
Obstruksi saluran napas bagian atas :mengalami nekrosis dengan sekret kental terjadi
peningkatan fibrin
Obstruksi saluran napas bagian bawah : Fibrin yang menumpuk pada mukosa
alveoli membentuk membran hialin terjadi gangguan difusi dan perfusi O2
ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom)
c. Gangguan sirkulasi
elektrolit ke ruang intersisial cairan di jaringan intersisial meningkat gangguan
keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik gangguan perfusi metabolisme
seluler syok hipovolemik
3. Fase Lanjut
Berlangsung sejak penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.
Masalah/penyulit :
a. Parut hipertrofik
b. Kontraktur
c. Deformitas lainnya
5.4. Tatalaksana
a. Hentikan proses trauma bakar (lihat penjelasan sebelumnya) dan sebelum memberi
pertolongan pastikan tempat korban berada telah aman.
b. Amankan ABC korban. Pastikan tidak ada trauma inhalasi (lihat penjelasan
sebelumnya)
c. Dinginkan bagian yang terbakar selama 10 – 20menit. Terapi ini efektif untuk 20
menit pertama pasca trauma. Tujuannya untuk mengurangi proses edema dan
mengurangi nyeri. Jangan menggunakan air es!
d. Pada luka bakar derajat 1, penolong dapat menggunakan kasa basah untuk
mengkompres luka bakar.
e. Tangani nyeri.
Dapat digunakan bebat atau berikan analgesic (opioid) atau NSAID
(ibuprofen).
Derajat I
c. Pemberian analgetik
Derajat II
153
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
a. Bila bulla kecil akan sembuh spontan
b. Bila mengganggu, lakukan aspirasi tanpa melakukan pembuangan lapisan
c. Bila bulla besar, lakukan insisi dan aspirasi kemudian tutup dengan tulle dan kasa
absorben atau hidrofilik
d. Immobilisasi bagian tubuh yang terkena dalam tenggang waktu tertentu
Derajat III
Untuk luka bakar derajat III harus dirujuk ke burn center untuk mendapat
penanganan lebih lanjut seperti skin graft.
Escharotomies :prosedur bedah yang biasa digunakan pada kasus luka bakar derajat III
(full thickness) dengan tujuan mencegah terjadinya compartment syndrome akibat
komplikasi full thickness burn.
SPECIAL CASES
1.
Luka bakar akibat zat kimia : Gunakan air mengalir saja, segera rujuk.
154
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
6.2. Gejala
12
a. Electrical mark
Merupakan kelainan yang dapat dijumpai pada tempat di mana arus
listrik masuk kedalam tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai
sedang. Electrical mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian
yang datar dan rendah di tengah, yang dikelilingi oleh kulit yang
menimbul. Bagian tengah tersebut biasanya pucat dan kulit di luar
electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh darah. Bentuk serta
ukuran electric mark tergantung bentuk dan ukuran benda berarus listrik
yang mengenai tubuh.
12
b. Joule Burn
Joule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak antara
tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama,
dengan demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electrical
mark dapat menjadi hitam hangus terbakar.
10
c. Extragenous Burn
Luka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn dapat terjadi bila
tubuh mausia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan
tinggi, yang memang sudah mengandung panas. Tubuh korban akan
hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang
disertai dengan patahnya tulang-tulang.
155
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
e. Jika terdapat luka bakar, segera lepaskan pakaian yang dapat dilepas dari
permukaan luka tersebut dan diinginkan pada air mengalir sehingga nyeri
berkurang, lakukan pertolongan pertama pada luka
bakar. Jangan paksa lepas benda di pusat luka bakar.
g. Electrical shock sering disertai trauma lain seperti, jatuh atau terlempar
yang menyebabkan cedera internal maupun eksternal. Hindari
menggerakkan korban dengan gerakan yang tidak perlu seperti memeluk
atau menggerakkan kepala korban, karna bisa saja korban kemungkinan
mengalami cedera cervical.
7. SINDROMA DEKOMPRESI
20
7.1.Pengertian Sindroma Dekompresi
22
7.3.Tanda dan Gejala Sindroma Dekompresi Gejala yang dapat
muncul pada pasien diantaranya:
20
7.4. Prinsip Penatalaksanaan pada Sindroma Dekompresi
158
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
1. Medline Plus Acute Mountain Sickness (internet) diupdate 13 Januari 2013. Tersedia pada
URL: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000133.htm Diakses pada tanggal
25 November 2016.
9. MCphee SJ, Papadakis MA. 2009. Current Medical Diagnosis and Treatment.
USA: The McGraw-Hill Companies. Chapter 37
159
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
11. Tintinalli, Judith E..2016. Tintinalli‘s Emergency Medecine
th
Comprehensive Study Guide 8 Edition.American College of Emergency
Physician. Section 16.
12. Electrical Injuries from Southern Medical Journal (on line) available at
http://medscape/CME/discussion/410681_3.htm Diakses pada tanggal 27
November 2016.
13. Dakota N. Health and Safety Guidelines Hypothermia and Cold Related
Injuries 1. 2015;1–6.
14. Naeije R and Swenson, ER. Inhaled Budesonide for Acute Mountain
Sickness. Eur Respir J 2017; 50; 1701355
[http://doi.org/10.1183/13993003.01355-2017]
16. CDC. Frostbite (intenet). diupdate 20 Desember 2016. Tersedia pada URL:
www.cdc.gov. Diakses pada 26 Desember 2017.
17. Helman, RS. Heat Stroke Treatment & Mnagement. (internet). diupdate 18 Mei
2017. Diakses pada 26 Desember 2017.
18. Lumbuun RFM, Wardhana A. Peranan Eksisi Dini dan Skin Graft pada Luka
Bakar Dalam. CDK-251. [online]. 2017. [cited in 2017 Dec 26] 44(4).
Available From <kalbemed.com>
19. Waldmann V. Electrical Injury. BMJ. [online]. 2017. [cited in 2017 Dec 26]
357;j1418. available from <www.bmj.com>
20. Vann RD, Butler FK, Mitchell SJ, Moon RE. Decompression Illness. The
Lancet [serial online]. 2011 [cited in 2017 Dec 26];377. available from
<www.ncbi.nlm.nih.gov>
21. Vann RD, Denoble PJ, Howle LE, Weber PW, Freiberger JJ, Pieper CF.
Resolution and Severity in Decompression Illness. Aviation, Space, and
Envirotmental Medicine [serial online]. 2009. [cited in 2017 Dec 26];
80(5):466-471. available from <www.uhms.org>
160
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
1. DEFINISI
2. KLASIFIKASI
Serangan Hewan Tersangka Rabies
a. Definisi
Rabies merupakan penyakit endemik yang terdapat di negara Afrika dan
Asia. Rabies merupakan penyakit infeksi virus akut pada sistem saraf pusat
mamalia (manusia) yang biasanya bersifat fatal dan menginfeksi manusia
melalui sekret, cakaran, atau gigitan hewan yang terinfeksi.
Infeksi didapat dengan masuknya virus lewat luka pada kulit atau mukosa.
Paling sering disebabkan oleh anjing, tapi bisa juga melalui kucing, rubah,
kera, rakun, serigala, kelelawar atau binatang menyusui lainnya yang
terinfeksi.
b. Cara penyebaran
Virus rabies ditemukan dalam jumlah banyak pada saliva hewan
yang menderita rabies. Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau
ke manusia terutama melalui :
1. Lewat luka gigitan pada kulit atau membran mukosa
2. Jilatan pada luka / kulit yang tidak utuh
161
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
3. Jilatan pada selaput mukosa yang utuh
4. Menghirup udara yang tercemar virus rabies (inhalasi), seperti goa kelelawar
5. Dari donor kornea penderita rabies
hidup Masa inkubasi dari virus rabies ini selama 1 minggu atau lebih,
pada umumnya 1 bulan.
c. Tanda-tanda penyakit rabies pada hewan :
1. Bertingkah laku aneh, kadang-kadang muram, sedih, gelisah, atau mudah marah
2. Mulutnya berbusa, tidak dapat makan atau minum
3. Kadang-kadang binatang jadi liar (gila) dan dapat menggigit setiap
manusia/binatang lain disekitarnya (agresif)
4. 2-4 hari setelah gejala pertama terjadi kelumpuhan, dan mati dalam waktu
5-7 hari
162
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
d. Penatalaksanaan
1. Di lapangan
Luka gigitan harus segera dicuci dengan sabun atau detergen dengan
air mengalir selama 5-10 menit
Debridement luka
Berikan desinfektan seperti alcohol 40-70%, tinktura yodii, atau
larutan ephiran 0,1%
2. Di Rumah Sakit
Vaksinasi
Pada luka gigitan yang ringan pemberian vaksin saja sudah cukup tetapi
pada semua kasus gigitan yang parah dan semua gigitan binatang liar yang
biasanya menjadi vektor rabies, kombinasi vaksin dan serum anti rabies
(SAR) adalah yang paling ideal dan memberikan proteksi yang jauh lebih
baik dibandingkan dengan vaksin saja.
VAR (Vaksin Anti Rabies)
Vaksinasi pre-exposure
Untuk menghindari infeksi virus rabies, disamping pemberian
VAR setelah mendapatkan gigitan hewan tersangka rabies.
Vaksinasi post-exposure
Neutralizing antibody terhadap virus rabies dapat segera terbentuk
dalam serum setelah masuknya virus ke dalam tubuh dan sebaiknya
terdapat dalam titer yang cukup tinggi selama setahun sehubungan
dengan panjangnya masa inkubasi penyakit. Ada dua tipe vaksin anti
rabies (VAR) yaitu : Nerve Tissue Vaksin (NTV) yang berasal dari
otak hewan dewasa, Non Nerve Tissue Vaccine yang berasal dari telur
itik bertunas (Duck embryo Vaccine = DEV) dan vaksin yang
163
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Pada luka gigitan yang ringan pemberian vaksin saja sudah cukup
tetapi pada semua kasus gigitan yang parah dan semua gigitan binatang
liar yang biasanya menjadi vector rabies, kombinasi vaksin dan serum
anti rabies (SAR) adalah yang paling ideal dan memberikan proteksi
yang jauh lebih baik dibandingkan dengan vaksin saja.
3. P e
r
a
w
a
t
170
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Perawatan Rabies
a. Infiltrasi serum anti rabies dengan dosis 40 IV/kg BB yaitu 5 ml di sekitar luka
b. ½ dosis suntikan antibodi pada luka dan ½ dosis lagi disuntikkan pada
otot, biasanya pada paha
c. Jenis Vaksin Rabies :
171
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Vaksin SMBV, dosisnya 2cc, Sc 7x sebagai dasar dan 2 x 0,25 ml sebagai booster.
Vaksin HDCV atau RVA dengan dosis pertama 1cc IM dan selanjutnya hari
ke 3,7,14, dan 28, pada orang dewasa diberikan pada otot deltoid dan pada
anak-anak pada paha anterolateral.
iv. Anti Tetanus Serum
Gigitan Ular
i. a. Klasifikasi ular
Ular Berbisa Ular Tidak Berbisa
172
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
3. Dua luka gigitan utama akibat gigi
taring yang berbisa
3. Luka halus di sepanjang lengkungan bekas
4. Ada lekukan (lubang) di antara mata
gigitan (bentuk U)
dan lubang hidungnya
5. Mata sipit (bentuk elips)
6. Mengeluarkan bunyi gemeretak
dengan menggetarkan cincin pada
ujung ekornya
7. Memiliki lapisan bewarna keputihan
di dalam mulutnya
8. Memiliki cincin merah, kuning, dan
hitam sepanjang tubuhnya
173
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
174
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
2. Cobra
175
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Penyebaran : Jawa
Ukuran dewasa : 130 - 185 cm
Habitat : Hutan tropis, sawah, sungai, padang
rumput terbuka. Jenis bisa : Postsynaptic
neurotoxin
Efek klinis : Terkena bisa 80% (20% dry bite) berpotensi
mematikan. Tingkat kematian sekitar 40% - 60%.
3. Weling
176
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
4. Welang
177
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
6. Vipera Russelii
bebatuan, atau
padang
178
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
179
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Penyebaran
Kepulauan : Jawa, Ukuran
Sumatra, Simalur, Mentawai,
dewasa : 50 - 90 cm
Natuna.
180
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
10. Insularis
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi menjadi beberapa kategori:
1. Efek lokal
Rasa sakit dan pelunakan di daerah gigitan luka dapat membengkak
hebat dan dapat berdarah serta melepuh
2. Perdarahan
Korban dapat berdarah dari luka gigtan atau berdarah spontan dari luka
yang lama. Perdarahan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan syok
atau bahkan kematian
3. Efek sistem syaraf
181
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
bernafas, dan kesemutan.
4. Kematian otot
Jaringan parut dapat menyebabkan penyumbatan ginjal, yang mencoba
menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
5. Mata
Semburan bisa ular kobra dapat secara tepat mengenai mata korban,
menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada
mata.
d. Klasifikasi gigitan ular berbisa
1. Derajat 0
Bekas gigitan satu/ banyak dan datar
Tidak nyeri
Eritema minimal
Tanpa gejala sistemik 12 jam pertama
2. Derajat 1
Didapatkan bekas taring
Nyeri dan eritema sampai 12 jam pertama
Oedema 1-5 cm sekitar gigitan
3. Derajat 2
Tampak bekas taring
Nyeri berat
Edema dan eritema 6-12 jam pertama dan meluas ± gejala
sistemik mual, neurotosik, dan syok
4. Derajat 3
Derajat 2 + gejala sistemik hipotensi, petekiae, ekimosis, dan syok
5. Derajat 4
Derajat 3 dengan multiple organ failure seperti gagal ginjal,
koma, sputum berdarah, edema distal dari gigitan.
182
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
IV + + +++ >ekstremitas ++
GG(gagal ginjal),
Koma,perdarahan
e. Penatalaksanaan
1. Di lapangan
Cek ABC
Tenangkan korban yang cemas rendahkan dari jantung
Inspeksi area gigitan : cari tanda gigitan taring (fang marks), edema,
eritema, nyeri lokal, perdarahan, memar, dan nekrosis jaringan
(terutama akibat ggitan ular dari familia vipiridae)
Buka semua perhiasan atau aksesoris yang dapat menimbulkan
terjadinya hambatan pada aliran pembuluh darah
Lakukan PBI (pressure bandage immobilitation)
i. Tujuan: mencegah pergerakan dan kontraksi otot yang
dapat meningkatkan penyebaran bisa ke dalam aliran
darah dan getah bening.
ii. Teknik :
183
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
184
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
f. Algoritma
185
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Gigitan Serangga
Korban oleh gigitan serangga biasanya ringan dan tak banyak bahayanya.
Dasar timbul reaksi dari penderita adalah suatu reaksi alergi. Reaksi ini
bermacam-macam dan sangat tergantung kepada individu. Bukan saja
bisanya tetapi komponen serangga itu sendiri bersifat alergen. Kematian
disebabkan reaksi anafilaktis dan timbulnya akibat sengatan.
a. Gejala Klinik
c. Sengatan Tawon
186
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Pada orang yang tak sensitif hanya mengeluh sakit setempat, bengkak, kemerahan.
Pertolongan pertama:
1. Kompres es
2. Berikan krem yang mengandung soda disekitar sengatan
Gejala Klinik
Berupa gatal-gatal dan kemerahan yang berat berupa syok sebagai reaksi histamin
Penatalaksanaan
187
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Algoritma
Gigitan Kalajengking
a. Gejala klinis
1. Nyeri lokal meluas dengan cepat
2. Hiperestesia berlanjut menjadi hipostesia
3. Timbul rasa gatal pada hidung, mulut dan kerongkongan, lidah
terasa tebal, trismus, inkontinensia, berbuih, salivasi, hipersalivasi,
laringospasme, kejang.
4. Bila korban mampu melewati masa kritis yaitu 3 jam pertama maka
prognosis baik
b. Penatalaksanaan
1. Pemasangan tormiquet diproksimal sengatan
2. Eksisi tempat sengatan
3. Kompres es
4. Injeksi emetin HCl 1 gram dalam 1 ml larutan NaCl 0,9% didekat
sengatan sebagai antagonis terhadap racun kalajengking sebagai anti
bisa
188
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
c. Algoritma
189
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Gigitan Laba-Laba
a. Gejala klinis
190
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
c. Algoritma
191
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Gejala:
1. Resusitasi
2. Torniquet
3. Lokal: air panas, alkohol
4. Obat-obatan: narkotik, anestesi lokal, kortison
cream Prognosa
192
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
b. Gurita
Bisa dari gurita berasal dari sekret ludah yang mengandung
hyaluronidase dan neurotoksin yang bersifat blokade pada
neuromuskular.
Gejala Klinis
Tatalaksana
193
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Ikan pari berbahaya karena sabetan ekornya yang bergerigi 2 baris pada sisi
dorsal, racun dihasilkan oleh sel sekretoris integumen yang menutup alur
ventrolateral yang biasanya rusak pada waktu duri menancap pada korban.
Ikan singa yang terdiri dari beberapa jenis mengeluarkan racun dari 12-13
sirip dorsal, 3 sirip anal, dan sepasang sirip panggul.
Gejala dan tanda
1. Lokal
Luka dicuci dengan air garam dan kulit yang teracun dibersihkan
Luka direndam dengan air panas hangat kuku karena toksin rusak
dengan suhu tinggi
Dapat ditambahkan dengan asam encer, amonia, atau MgSO4
2. Sistemik
ATS/ toksoid
Diazepam
Atropin
Antibiotik
194
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
d. Bulu Babi
Bulu babi berbahaya karena duri primer dan sekunder yang panjang dan
mudah patah jika disentuh kaki dan terinjak. Duri sekunder berakhir pada
kelenjar racun yang memuntahkan produknya lewat lubang pada ujung
duri. Bulu babi juga punya organ penjepit (pedicelariae) di antara duri.
Tertusuk pedicelariae agak lebih berat sampai menyebabkan nyeri,
bengkak, mual dan sinkop.
Tatalaksana
195
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
196
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
197
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
INTOKSIKASI
Telah di tinjau kembali oleh :
dr. I Gusti Ngurah Pramesemara, M. Biomed, Sp.And
1. PENDAHULUAN
Intoksikasi adalah masuknya zat toksik (racun) ke dalam tubuh baik melalui
saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara lainnya yang menimbulkan tanda dan
gejala klinis. Pada keadaan keracunan makanan, gejala timbul karena racun ikut tertelan
bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan, gejala timbul tak lama
setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan dapat segera timbul tidak melebihi 24
jam setelah tertelannya racun. Seseorang yang terkena gejala keracunan harus segera
ditangani karena reaksi keracunan dapat terjadi saat itu juga, beberapa waktu kemudian,
atau terasa saat sudah lama. Penanganan yang kurang tepat 198hlo memperparah
keadaan penderita.
2. GEJALA UMUM
a. Mengantuk hingga koma (narkotika)
b. Nyeri perut, mual, muntah, dan diare
c. Produksi liur berlebih, atau tampak mulut seperti berbusa
d. Pupil mata abnormal (miosis ataupun midriasis berlebih)
e. Rasa terbakar di sekitar bibir dan mulut (racun korosif, 198hlord bahan pemutih)
f. Kejang otot (strychnine)
g. Bingung dan mengalami penurunan kesadaran
h. Keringat berlebih
i. Nafas abnormal (cepat dan dangkal atau terlalu lambat)
j. Hipotermia
k. Kulit menjadi merah muda/cherry red
l. Kulit melepuh
m. Kulit kebiruan/sianosis
n. Napas berbau
o. Detak jantung abnormal (takikardia atau bradikardia)
p. Kelemahan otot
3. PRINSIP PENATALAKSANAAN
a. Safety first, pastikan bahwa penolong tidak terkena racun
b. Selalu lakukan primary assessment dan diikuti secondary assessment
c. Dekontaminasi racun dari tubuh korban
d. Lakukan manajemen spesifik sesuai dengan jenis racun
198
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
e. Pastikan sudah memanggil ambulans atau bantuan medis professional
4. JENIS INTOKSIKASI
Ingested poison
Keracunan melalui saluran cerna ini banyak disebabkan karena bahan-bahan
dalam rumah tangga seperti obat-obatan terutama obat tidur atau penenang (luminal,
valium, mogadon) dengan dosis yang tinggi atau jumlah banyak; makanan yang
mengandung racun misalnya jengkol, singkong, tempe bongkrek, jamur, makanan
kaleng kadaluarsa; obat nyamuk, minyak tanah, bensin, pretoleum; makanan atau
minuman yang mengandung 199hlorda. Penilaian korban: penolong harus
mengumpulkan informasi dengan cepat terkait jumlah dan jenis racun yang tertelan.
Jangan !:
Merangsang muntah jika korban tertelan bensin atau bahan lain yang bersifat
korosif (misalnya karena bahan pemutih, pembersih toilet, asam kuat, atau basa
kuat). Hal ini juga dapat diamati apabila mulut atau tenggorokan mengalami luka
bakar atau iritasi setalah menelan racun. Tidak boleh merangsang muntah karena
hal ini dapat melukai permukaan dalam organ pencernaan. Beri korban minum
yang banyak dan segera bawa ke rumah sakit karena harus segera ditangani
dengan bilas lambung.
Melakukan breathing rescue secara langsung dari mulut ke mulut karena masih
ada kemungkinan kontak dengan racun yang tersisa di mulut korban. Gunakan
pocket face mask dengan katup satu arah, bag valve mask dengan supplemental oxygen,
atau ventilasi tekanan positif untuk menolong korban.
Penanganan korban keracunan yang tertelan akan dibahas kemudian
Inhaled Poisons
Racun yang terhirup dapat berbentuk gas, uap air, dan spray. Substansi yang
menjadi penyebab antara lain karbon monoksida, 199hlorda, klorin, spray
pembunuh serangga, dan gas dari senyawa 199hlordan (mudah menguap). Efek
toksiknya sepenuhnya disebabkan oleh hipoksia.
Penanganan:
Dalam penanganan korban, prinsip utamanya adalah menjaga jalan napas dan
berikan bantuan respirasi (oksigen) dengan menggunakan masker yang ketat (tight-
fitting).
Langkah-langkah penanganan:
a. Perkenalan diri dan tenangkan keadaan
b. Primary assessment, evaluasi apakah dibutuhkan transportasi segera
terkait kondisi kritis pasien
c. Lakukan secondary assessment dan cek tanda vital
d. Berikan oksigen konsentrasi tinggi
e. Transportasikan korban dan bawa kaleng, botol, atau label dari substansi
199
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
yang menyebabkan keracunan ke layanan medis
f. Lakukan reassessment di perjalanan
g. Smoke Inhalation
Masalah serius pada kasus kebakaran adalah menghirup asap. Hal ini
berhubungan dengan luka bakar dan keracunan bahan kimia pada asap. Asap hasil
pembakaran memiliki substansi berbahaya, selain itu dapat menyebabkan kulit yang
terbakar, iritasi mata, menyebabkan respiratory arrest, dan efek berbahaya lainnya.
Absorbed Poisons
Keracunan ini dapat menyebabkan kontaminasi pada kulit dan mata. Bagian
terpenting dari penanganan racun yang terserap adalah menghilangkan racun dari
kulit atau mata. Cara terbaik untuk menghilangkan racun adalah dengan mangairi
kulit atau mata dengan air bersih yang mengalir atau larutan saline. Dalam melakukan
irigasi jangan menggunakan air bertekanan tinggi karena dapat melukai kulit. Jangan
menetralkan racun dengan menggunakan asam atau basa. Ketika asam bertemu
dengan basa memang benar akan menjadi netral, tetapi reaksi ini menghasilkan panas
sehingga dapat menambah kerusakan kulit.
Penanganan Korban:
a. Perkenalan dan tenangkan keadaan
b. Primary assessment, evaluasi apakah dibutuhkan transportasi segera
terkait kondisi kritis pasien
c. Lakukan secondary assessment, cek tanda vital, dan lepas pakaian
yang terkontaminasi
d. Hilangkan racun dengan:
Jika berupa serbuk, sikat serbuk yang menempel pada kulit korban
menggunakan sikat yang halus (agar tidak terjadi iritasi pada kulit) lalu
lanjutkan seperti penanganan absorbed poisons
200
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Jika berupa cairan, irigasi dengan air bersih selama paling tidak 20 menit dan
lanjutkan selama di perjalanan jika memungkinkan
Jika pada mata, irigasi dengan air bersih selama paling tidak 20 menit dan
lanjutkan selama di perjalanan jika memungkinkan
e. Antar pasien dan bawa substansi yang menyebabkan keracunan ke layanan medis
f. Lakukan reassessment di perjalanan
Kontaminasi kulit
a. Lepaskan semua pakaian dan barang pribadi dan cuci menyeluruh seluruh
daerah yang terkontaminasi dengan air hangat yang banyak. Gunakan sabun
dan air untuk bahan berminyak.
b. Petugas kesehatan yang menolong harus melindungi dirinya terhadap
kontaminasi sekunder dengan menggunakan sarung tangan dan
celemek.
c. Pakaian dan barang pribadi yang telah dilepas harus diamankan dalam
kantung plastik transparan yang dapat disegel, untuk dibersihkan lebih lanjut
atau dibuang.
d. Setelah penanganan awal, bawa pasien ke unit kesehatan terdekat
untuk pemeriksaan dan penanganan lanjut.
Kontaminasi Mata
a. Bilas mata selama 20 menit dengan air bersih yang mengalir atau larutan
saline, pastikan bahwa mata yang terkontaminasi berada di bawah.
b. Balikkan kelopak mata bagian atas dan bawah dan pastikan
semua permukaannya terbilas.
201
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
c. Pada kasus asam atau alkali irigasi mata hingga Ph mata kembali dan tetap
normal (periksa kembali Ph mata 15-20 menit setelah irigasi dihentikan).
d. Jika memungkinkan, mata harus diperiksa secara seksama dengan pengecatan
fluorescein untuk mencari tanda kerusakan kornea. Jika ada kerusakan pada
permukaan mata (konjungtiva atau kornea), korban harus diperiksa segera
oleh dokter mata.
e. Salah satu kasus kontaminasi racun yang sering terjadi adalah
terciprat/terpercik pembersih toilet saat membukanya. Karena itu kita dapat
mencegahnya dengan cara mengarahkan mulut botol menjauhi muka saat
membuka suatu produk agar jika memercik tidak mengenai mata.
f. Setelah penanganan awal, bawa pasien ke unit kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan dan penanganan lanjut.
202
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
(Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita
kejang.
c. Bilas Lambung
d. Pemberian susu dan air kelapa dapat dipertimbangkan
e. Segera rujuk ke RS
Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi, akar
dan daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida
sianogenik, artinya suatu ikatan 205hlorda yang dapat menghasilkan racun biru
atau HCN (205hlorda) yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama
linamarin.
Penyebab keracunan singkong adalah asam sianida yang terkandung
didalamnya. Bergantung pada jenis singkong kadar asam sianida berbeda-beda.
Namun tidak semua orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini
209
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
disebabkan selain kadar asam 205hlorda yang terdapat dalam singkong itu sendiri,
juga dipengaruhi oleh cara pengolahannya sampai di makan. Diketahui bahwa
dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air dalam jangka waktu
tertentu, kadar asam sianida (HCN) dalam singkong akan berkurang oleh karena
HCN akan larut dalam air.
HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan
mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzim
sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, O2 tidak dapat digunakan oleh
jaringan sehingga organ yang 205hlordane terhadap kekurangan O2 akan sangat
menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu
tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi
dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan.
Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. Dosis letal (mematikan)
dari HCN adalah 60-90 mg. Waktu kerja HCN akan semakin cepat jika HCN
ditelan pada saat lambung kosong dimana kadar asam lambung sangat tinggi.
Gejala Klinis
Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gejala
keracunan singkong ini antara lain:
a. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
b. Sesak nafas, takikardi, cyanosis dan hipotensi
c. Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.
d. Renjatan (kejang)
e. Syok.
Penatalaksanaan
Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Penatalaksanaannya antara lain:
a. Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam
setelah makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat
penderita muntah.
b. Natrium 205hlordane205205 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara
intravena perlahan. Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara
inhalasi.
c. Bila timbul sianosis dapat diberikan oksigen.
d. Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
e. Bila gejala sangat berat, bawa ke Rumah Sakit.
Gejala Klinis
Gejala permulaan keracunan akut adalah
a. Rasa mual dan muntah,
b. Sakit kepala, pusing, gelisah, tremor dan kelemahan.
Gejala ini berkembang dengan cepat dan terjadi hipereksitabilitas susunan saraf
pusat secara umum dengan delirium dan kejang klonik atau tonik. Fase ini kemudian
diikuti oleh depresi yang progresif, paralysis, koma dan kematian
Penatalaksanaan
a. Control vital sign
b. Bilas lambung
c. Muntahkan bila perlu
d. Rujuk ke rumah sakit
Gejala Klinis
Gejala klinis ketika seseorang mengalami intoksikasi minuman beralkohol ialah:
a. Sering menguap dan mengantuk
b. Kondisi delirium
c. Penglihatan kabur, kejang perut, mual dan muntah
d. Kehilangan kontrol diri
e. Pasien berbicara tanpa arti
f. Disertai delusi, ilusi, dan halusinasi
209
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Penatalaksanaan
a. Pastikan ABC aman
b. Control vital sign
c. Biarkan korban muntah hingga mualnya berkurang
d. Bilas lambung, induksi muntah, dialisis
e. Kontrol
209
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
209
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
DEFINISI
a. Wound Management
Manajemen luka adalah teknik untuk menghentikan pendarahan, mencegah
infeksi, menilai kerusakan yang terjadi pada struktur yang terkena, dan
menyembuhkan luka.
Alat
Instrumen Pemotong
Pisau bedah
211
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Pisau bedah terdiri dari dua bagian yaitu gagang (skalpel) dan mata
pisau (mess/bistouri/blade). Kegunaanya adalah untuk menyayat
berbagai organ atau bagian tubuh manusia. Mata pisau disesuaikan
dengan bagian tubuh yang akan disayat.
2. Gunting
Bentuk dan besarnya gunting bermacam-macam tergantung
penggunaannya, oleh karena itu gunting dibedakan menjadi 4
macam, yaitu:
Gunting Jaringan (bedah)
213
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Gunting Perban
Gunting Iris
214
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
2. Pinset Chirurgis
Pinset Chirurgis biasanya memiliki dua gigi pada satu bidang. Pinset
bergigi ini digunakan untuk memegang jaringan yang hanya
memerlukan tekanan minimal, misalnya subkutis, otot, fascia, tetapi
tidak untuk memegang struktur yang mudah berlubang (peritoneum,
pleura).
Cara memegang pinset :
Pegang pinset seperti memegang pensil.
215
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
3. Klem Jaringan
216
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
4. Cunam
Alat penjepit dengan ujung berbentuk cincin yang bisa dipakai untuk
menjepit kasa pembersih luka.
c. Instrumen Hemostatik
1. Klem Arteri
Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan
perdarahan pembuluh darah kecil dan menggenggam jaringan
lainnya dengan tepat tanpa menimmenimbulkan kerusakan yang
217
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Cara penggunaan:
Needle digenggam pada jarak 2/3 dari ujung berlubang needle, dan
berada pada ujung jepitan needle-holder. Hal ini akan memudahkan
tusukan jaringan pada saat jahitan dilakukan.
e. Jarum Jahit
218
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
219
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
2.2 Bahan
a. Benang Jahit
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang
yang absorbable biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam,
mengikat pembuluh darah dan kadang digunakan pada bedah minor.
Benang non-absorbable biasanya digunakan untuk jaringan tertentu
dan harus diremove.
Benang absorbable
1. Alami
Plain Cat Gut
Benang yang dibuat dari kolagen sapi dan domba. Benang ini
memiliki daya serap pengikat 1-2 minggu dan diabsobsi
sempurna oleh tubuh melalui enzim proteolitik jaringan dalam
waktu 70 hari. Warnanya putih kekuningan. Digunakan untuk
mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit sub kutis, dan
dapat digunakan untuk menjahit daerah longgar seperti perut
maupun wajah dan luas luka yang sempit.
Mirip dengan plain cat gut, namun diberi lapisan tambahan larutan
garam Chromium untuk memperpanjang waktu absorbsi sampai 90
hari, dengan daya serap pengikat selama 2-3 minggu. Warnanya
coklat kebiruan. Biasanya benang ini digunakan untuk menjahit
tendon atau subkutan intradermal, dan jaringan yang waktu
penyembuhannya cukup lama.
220
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
2. Buatan (synthetic)
Benang non-absorbable
1. Alami
Benang silk dibuat dari 70% protein organik yang disebut fibroin.
Warnanya hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa,
karena sudah dikombinasikan dengan bahan perekat 30% nya.
Digunakan untuk menjahit kulit, perbaikan tendon, dan mengikat
pembuluh darah besar.
221
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
2. Buatan
c. Cairan Steril
Cairan digunakan untuk irigasi luka dengan cara menyemprotkan cairan
tersebut ke bagian dalam luka. Untuk menyemprotkan cairan, dapat
222
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
d. Kasa Steril
Kasa steril digunakan untuk debridement, menghentikan perdarahan,
menutup luka setelah dijahit, menyerap eksudat, membatasi penguapan,
melindungi luka dan lain-lain.
h. Doek Steril
223
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
a. Asepsis medis
Teknik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme. Misalnya: mencuci tangan, memakai
handshcoen, mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir
untuk obat.
1. Cuci tangan
Mencuci tangan merupakan proses asepsis yang paling penting
untuk mencegah infeksi. Pada tindakan bedah minor dimana tidak
dibutuhkan teknik scrubbing, cuci tangan dilakukan selama 40-60
detik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
2. Menggunakan handschoen
Mengenakan handschoen atau gloving dapat dilakukan dengan dua
cara, terbuka dan tertutup. Pada teknik tertutup, handschoen
digunakan dengan tangan tetap berada di dalam gown, sedangkan
pada teknik terbuka, handschoen digunakan dengan tangan yang
sudah berada di luar gown seperti yang terlihat pada gambar di
bawah.
224
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
b. Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh
mikroorganisme dari suatu daerah. 3 prinsip-prinsip tindakan asepsis yang
umum, yaitu sebagai berikut.
1. Semua benda yang menyentuh atau dimasukkan ke dalam tubuh
haruslah steril.
2. Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril
3. Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang agar objek
tersebut selalu terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya
kontaminasi di luar pengawasan.
4. Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek
yang steril.
5. Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau
kertas yang sudah steril.
6. Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung
pembungkusnya tidak mengarah pada si petugas.
7. Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan
objek yang tidak steril.
8. Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep
dipegang sehingga cairan desinfektan menyentuh bagian yang
steril, maka forcep itu sudah tercemar.
225
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
3.2 Antisepsis
Antisepsis adalah tindakan mengurangi mikroorganisme, baik yang
berupa flora normal maupun transient menggunakan teknik sterilisasi
dan/atau disinfeksi. Pada prinsipnya, tindakan antisepsis merupakan
usaha untuk menjaga kondisi asepsis yang dibutuhkan dalam proses
operasi.
a. Skin preparation
Sebelum melakukan tindakan bedah, kulit dibersihkan menggunakan
cairan antiseptik dimulai dari tengah ke perifer (secara sentrifugal).
Area yang dibersihkan harus mencakup seluruh insisi yang akan
dilakukan beserta area di sekitarnya. Selain itu, jika operasi akan
dilakukan pada lokasi tertentu yang membutuhkan penanganan
khusus, pencukuran perlu dilakukan agar rambut-rambut tidak
mengganggu jalannya operasi. Penggunaan duk (pada operasi minor)
atau draping pada operasi yang lebih besar perlu dilakukan untuk
membatasi area operasi.
Beberapa cairan antisepsis yang dapat digunakan antara lain povidone
iodine 10%, alkohol 10%, dan klorheksidin.
226
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
227
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
229
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Gambar 41. Teknik forehand dengan needle holder memegang jarum pada 1/3
proksimal
5.3 Jenis-Jenis Jahitan
a. Jahitan Terputus (Simple Inerrupted Suture)
Teknik ini dapat digunakan untuk menjahit kulit, fascia, dan otot. Cara
jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan.
Keuntungan jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat
yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di
tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama
untuk mengerjakannya.
230
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
b. . Jahitan Matras
1. Jahitan Matras Horizontal
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul. Sebelum
disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari
tusukan pertama. Jahitan ini memberikan hasil jahitan yang
kuat.Teknik ini akan menimbulkan lebih banyak trackmarks
dibanding teknik penjahitan lainnya. Akan tetapi kelebihan dari
teknik ini adalah sifat hemostasisnya serta kemampuannya
memudahkan bentuk eversi dari luka.
231
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
near‖. Teknik ini memudahkan terbentuknya eversi dan dan
digunakan pada luka dengan permukaan jaringan yang tidak sama
tinggi. Hasil akhir dari teknik ini adalah garis vertikal terhadap
garis luka.
232
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
233
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
3. Jahitan dimulai dari sisi luka yang letaknya paling jauh dari tubuh
operator, menuju ke arah operator.
4. Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk
sudut 90˚ dan bahu abduksi, jarum ditusukkan di kulit secara
tegak lurus.
5. Tusukan jarum dilakukan 3 – 4 mm dari tepi luka, di dekat
tempat yang dijepit pinset. Jarak antar tusukan kurang lebih 0.5 –
1 cm. Untuk jahitan di wajah, tusukan jarum dilakukan 2 – 3 mm
dari tepi luka dengan jarak antar tusukan 3 – 5 mm.
6. Kulit ditegakkan, dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta
adduksi bahu yang serentak, jarum didorong maju dalam arah
melengkung sesuai dengan lengkungan jarum, tetapi jangan
terlalu dangkal (akan terbentuk dead space )
7. Setelah jarum muncul kembali di balik kulit, jarum dijepit
dengan klem pemegang jarum dan ditarik keluar (penjepitan ini
tidak boleh pada ujungnya, karena jarum dapat patah atau
bengkok).
8. Benang ditarik terus sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.
9. Tusukkan lagi jarum di tepi luka yang lain dengan cara dan
kedalaman yang sama.
10. Setelah jarum muncul di kulit, ditarik lalu dibuat simpul ikatan 2
x1x2
11. Luka dibersihkan dan dinilai ketatnya ikatan
12. Simpul ditarik ke tepi ke arah pada ujung benang yang lebih pendek.
234
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
7. TAHAP PENYIMPULAN
Beberapa jenis simpul yang perlu diketahui antara lain reef knot dan
surgeon’s knot. Berikut ini adalah tahapan menyimpul dengan menggunakan
instrumen.
236
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Instrumen
(biasanya
needle holder) diletakkan diantara sisi panjang dan pendek kedua benang.
Buat dua kali loop pada benang yang panjang, kemudian ambil ujung dari
benang pendek menggunakan instrumen tersebut, tarik. Lakukan langkah
yang sama dengan hanya satu kali loop menggunakan benang yang panjang,
ambil ujung dari benang pendek dengan menggunakan instrumen tersebut,
tarik, dan simpul selesai dibuat.
Selain menggunakan instrumen, simpul juga dapat dibuat dengan tangan
kosong. Simpul tersebut antara lain, reef knot, surgeon’s knot dan slip knot.
Karena relatif jarang digunakan dalam setting di luar kamar operasi, maka
akan ditunjukkan ilustrasi gambarnya. Detil langkahnya dapat dipelajari di
Textbook Surgical Techniques oleh Mihaly Boros.
237
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
9. KOMPLIKASI
Komplikasi post-operasi adalah segala luaran negatif yang terjadi selama atau
paska tindakan dan dapat memengaruhi proses penyemuhan dari pasien.
Beberapa komplikasi yang mungkin muncul paska tindakan bedah sederhana
antara lain reaksi obat akibat anestesi lokal, perdarahan, kerusakan organ, infeksi
luka operasi, hematoma dan lepasnya jahitan.1 Segala bentuk komplikasi yang
mungkin terjadi harus dijelaskan kepada pasien sebelum tindakan dilakukan
ketika meminta inform consent sehingga pasien atau keluarganya memahami
kemungkinan komplikasi yang terjadi atas tindakan yang dilakukan
terhadapnya.
238
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
tidak tumpul), kaca tahan panas (pyrex), kasa, doek, laken, jas
operasi.
g. Flamber berarti membakar dengan spritus atau alkohol 96%.
Bahan bakar harus cukup untuk member nyala minimum selama 5
menit. Cara ini mudah dikerjakan, cepat dan cocok dalam keadaan
darurat, dan sterilitasnya terjamin. Alat yang dibakar harus dalam
keadaan bersih dan kering dan tempat membakar sebaiknya
alumunium atau wadah yang terbuat dari logam tahan karat. Cara
ini jangan sering digunakan pada alat dari logam karena alat akan
berubah warna dan rusak, gunting dan pisau juga akan mudah
tumpul.
h. Autoclave (otoklaf) dilakukan dengan memasak dengan uap
bertekanan 750 mmHg dan temperature 120oC. Waktu dapat
dipersingkat dengan menaikkan tekanan atau suhu. Dengan cara
ini dalam tempo 13 menit spora dan bakteri akan mati. Digunakan
unuk mensterilkan kain kasa, doek, laken operasi dan jas operasi.
Dipakai untuk mensterilkan sarung tangan operasi, kateter balon,
kasa dan pembalut
i. Gas etilen oksida , cairan ini dapat membunuh spora, bakteri serta
virus dan jamur patogen. Sifatnya toksik dan mudah terbakar. Cara
ini baik untuk alat tak tahan panas. Dipakai untuk mensterilkan
alat endoskopi, alat yang terbuat dari karet, gunting dan mata
pisau operasi.
j. Larutan antiseptik dilakukan dengan cara membilas atau
merendam alat-alat dengan larutan tersebut. Larutan antiseptik
digunakan untuk mensterilkan alat bedah, alat-alat yang tajam,
kateter dan korentang.
239
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
240
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
ANAMNESIS
1. Definisi
Pada tingkat yang paling dasar, percakapan dengan pasien ini memiliki tiga tujuan,
yaitu membangun hubungan yang saling percaya dan mendukung (sambung rasa dokter-
pasien), mengumpulkan informasi, dan menyampaikan informasi. Proses anamnesis
tersusun meliputi sebuah kerangka terstruktur untuk memperoleh informasi dari pasien
dalam bentuk tertulis maupun lisan. Kerangka tersebut berfokus pada informasi penting
yang dibutuhkan, memfasilitasi clinical reasoning, diagnosis, dan mencakup perawatan
pasien.
2. Jenis anamnesis
3. Teknik Anamnesis
a. Kondisikan lingkungannya:
241
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
b. Ciptakan suasana yang kondusif:
Jadilah terbuka dan ramah. Hal ini dapat dibangun dengan senyuman yang tulus dan
pembahasan ringan tentang non-medis
Menyapa pasien dengan nama panggilan.
“Baik Bapak Eko, ada yang bisa saya bantu?”
Perkenalkan diri, dengan nama lengkap dan peran.
“Perkenalkan saya dr. Erin yang bertugas di Puskesmas Patrang ini”
Jelaskan maksud dari anamnesis atau wawancara yang akan dilakukan
Jelaskan harapan agar pasien memberi informasi secara detail
4. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang membawa pasien datang menemui dokter atau
petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama dapat berupa kata atau kalimat singkat dengan
lama waktu keluhan, contohnya nyeri sudah 2 minggu. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengetahui keluhan utama pasien diantaranya:
Riwayat perlajanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum sakit hingga pasien datang berobat. Untuk
menggali RPS dalam anamnesis, diperlukan data tentang tujuh butir mutiara anamnesis (The
Sacred Seven), yaitu :
242
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Lokasi dan penjalaran (lokasi secara tepat, dalam atau superfisial, terlokalisir atau
difus)
Onset / awitan dan kronologis (onset, durasi,perioditas, frekuensi)
Kuantitas keluhan (intensitas/keparahan menggunakan skala tertentu)
Kualitas keluhan/ sifat sakit
Faktor-faktor yang memperberat
Faktor-faktor yang memperingan
Gejala klinik yang menyertai
Tujuan dalam menanyakan riwayat ini dalam anamnesis yakni untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara penyakitnya saat ini dengan penyakitnya dahulu. Yang perlu
ditanyakan diantaranya:
Tujuan dalam menanyakan riwayat ini dalam anamnesis yakni untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara penyakitnya saat ini dengan riwayat penyakit yang berpotensi
diturunkan dari keluarga seperti, DM, hipertensi, jantung, dll.
Tujuan dalam menanyakan riwayat penggunaan obat dalam anamnesis yakni untuk
mengetahui apakah ada alergi penggunaan obat tertentu pada pasien sehingga dapat
membantu dalam pemberian obat kepada pasien.
Anamnesis riwayat pribadi meliputi data-data ekonomi dan sosial. Perlu ditanyakan
mengenai keadaan kehidupan pasien, kondisi lingkungan terutama kebersihan yang berkaitan
dengan sampah, air, ventilasi dan sebagainya, kebiasaan merokok atau konsumsi minuman
keras bahkan penggunaan narkoba
DAFTAR PUSTAKA
1. Talley, NJ. Clinical Examination : a systemic guide to physical diagnosis. 7th edition.
Elsevier: Australia; 2014.
2. Ball, J, et al. Seidel’s guide to physical examination. 8th edition. Elsevier: USA; 2015.
3. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia. Jakarta:
Katalog Dalam Terbitan (KDT); 2012. Available from :
http://www.kki.go.id.assets/data/arsip/SKDI_Perkonsil,_11_maret_13.pdf (diakses
tanggal 23 November 2018).
4. Chatten K, Howe M,Marks G, Smith T, Noble L. Guide To History Taking and
Examination. London: UCL Medical School University College; 2012. Available from :
http://www.ucl.ac.uk>pcph>cbt>year4 . [Accessed 25th November 2016].
5. Supartondo, Setiyohadi B. Anamnesis. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing; 2015.
6. Wiley-Blackwell In Davey P. At a Glance Medicine 3rd Edition.Chichester:
2011.Available at http://www.oxfordjournals.org
7. Backley, LS. Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking. Eleventh Edition.
Lippincott Williams and Wilkins; Philadelpia; 2013.
244
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
PEMERIKSAAN FISIK
1. DEFINISI
Pemeriksaan fisik umum merupakan pemeriksaan awal yang dilakukan dokter
saat pertama kali melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. KEADAAN UMUM
b. Status gizi dan habitus (habitus atletikus : pasien dengan berat badan dan bentuk
badan yang ideal, habitus astenikus : pasien yang kurus, dan habitus piknikus : pasien
yang gemuk). Keadaan gizi pasien juga harus dinilai, apakah kurang, cukup, atau
obesitas.
c. Deformitas dan lesi pada inspeksi umum (warna kulit, deformitas yang mencolok
atau luka-luka dan memar).
Gambar 1. Skala nyeri. Jelaskan pada pasien bahwa gambar tersebut merupakan
gambar wajah pasien tanpa rasa sakit dan wajah pasien yang merasakan sakit. Wajah
0 merupakan wajah bahagia karena pasien tidak merasakan sakit sama sekali. Wajah 2
menunjukan wajah pasien dengan sangat sedikit rasa sakit. Wajah 4 menunjukan
wajah pasien dengan rasa sakit yang lebih dibandingkan wajah 2. Wajah 6 merupakan
wajah pasien yang merasa lebih kesakitan lagi. Wajah 8 menunjukan wajah pasien
dengan rasa sangat sakit. Wajah 10 menunjukan wajah pasien yang sakit sebanyak
yang dapat dibayangkan .13
e. Mobilitas penderita secara umum dan posisi tubuh (apakah penderita terbaring
lemas atau berlarian kesana kemari di tempat periksa).
f. Kesan dari keadaan hidrasi (kulit kering atau bibir kering juga bisa menandakan
adanya kekurangan cairan).
g. Aspek khusus dari keadaan umum (adanya bau-bauan dan penilaian terhadap
produk dan cairan tubuh yang mungkin bisa terlihat).
h. Struktur tubuh. Kedua sisi tubuh pasien harus terlihat dan bergerak sama.
246
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
c. Kriteria :
Compos Mentis : 15
Cedera kepala ringan : SKG skore 13-14
Cedera kepala sedang : SKG skore 9-12
Cedera kepala berat : SKG skore 3-8
247
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Tanda-tanda vital
Pengukuran tanda-tanda vital memberikan informasi yang berharga terutama mengenai
status kesehatn pasien secara umum. Tanda-tanda vital meliputi : temperatur/suhu tubuh,
denyut nadi, laju pernafasan/respirasi, dan tekanan darah.
a. Temperatur/Suhu Tubuh
Pengukuran suhu tubuh dapat menggambarkan tingkat keparahan penyakit
(misalnya, infeksi). Rentang suhu tubuh normal untuk dewasa adalah 36,5-37,5°C (97,6 –
99,6 °F) 12. Hiperpireksia adalah peningkatan suhu yang ekstrim di atas 41,1°C. Sedangkan
hipotermia adalah suhu rendah di bawah normal. Suhu tubuh normal dapat dipengaruhi
oleh ritme biologis, hormon-hormon, olahraga dan usia.
Rute Oral
Rute ini merupakan rute pengukuran suhu tubuh yang akurat dan mudah dilakukan
pada pasien yang sadar. Temperatur tubuh pada dewasa yang diukur melalui rute
oral adalah 37°C (98,6 °F). Rute oral ini lebih rendah 0,4 °C – 0,5 °C dibanding
suhu tubuh sebenarnya dan lebih tinggi 1°C dibandingkan dengan rute axilla13.
Namun, pengukuran suhu oral tidak dianjurkan pada kondisi pasien tidak sadar,
gelisah, atau tidak dapat menutup mulutnya. Untuk mengukur suhu oral
menggunakan termometer kaca :
Guncangkan termometer sampai air raksa turun hingga 35°C (96°F) atau kurang.
Letakkan ujung termometer di bawah lidah, dan minta pasien untuk
merapatkan kedua bibirnya.
Tunggu selama 3-5 menit, kemudian baca hasilnya pada termometer
Rute Rektal
Rute rektal merupakan cara paling akurat untuk mengukur temperatur tubuh.
Dengan cara ini, suhu tubuh dewasa yang terukur normalnya adalah 37,5°C (99,5
248
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
°F) ; 0,5°C (1°F) lebih tinggi daripada rute oral. Rute rektal merupakan rute pilihan
untuk pasien bayi, pasien yang bingung, koma, atau tidak dapat menutup mulut
karena intubasi, mandibulanya dikawat, bedah facial, dan sebagainya. Untuk
mengukur suhu rektal :
Minta pasien berbaring miring dengan sendi paha difleksikan
Lumasi ujung termometer dan masukkan sedalam 3-4 cm ke dalam saluran anus
dengan arah menuju umbilikus .
Cabut ujung termometer setelah didiamkan selama 3 menit, kemudian baca hasil
pengukuran.
Rute Axilla
Rute axilla digunakan hanya jika rute oral dan rectal tidak dapat dilakukan. Suhu
tubuh dewasa yang diukur melalui rute axilla adalah 36,5°C (97,7°F), yang berarti
0,5°C lebih rendah daripada rute oral.
Untuk mengukur suhu axilla :
Letakkan termometer di tengah axilla.
Termometer dijepit di bawah lengan pasien.
Lipat lengan pasien ke dadanya agar termometer tetap di tempatnya.
Biarkan termometer selama 5 menit pada anak-anak dan 10 menit pada pasien
dewasa.
Rute Dahi
Termometer untuk rute dahi mempunhyai ujung probe yang diletakan di dahi yaitu di
tengah-tengah alis dengan jarak 5 cm (1/2 inchi) di atas alis atau atau hanya
mendekati dahi tanpa kontak langsung ke kulit tergantung jenih dari thermometer
yang dimiliki, Termometer ini memiliki sensor inframerah yang mendeteksi suhu darah
yang mengalir melalu ateri temporal di dahi. Metode ini tidak invasif ,cepat dan
efisien.
Untuk mengukur suhu tubuh melalui rute dahi ini:
Tekan tombol power terlebih dahulu
Letakan di dahi atau mendekati dahi dan tekan tombol start/on
Thermometer akan bunyi dan hasil dapat di diliat
250
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
b. Denyut Nadi
Denyut nadi dapat diraba/palpasi untuk menilai kecepatan jantung, ritme dan
fungsinya. Denyut nadi a. radialis paling sering digunakan untuk menilai denyut jantung karena
mudah diakses. Hitung denyut nadi dalam 1 menit lalu nilai kecepatan dan ritme denyut nadi.
Jika kecepatan denyut nadi melebihi normal maka disebut takikardi sedangkan kurang dari
normal disebut bradikardi. Ritme denyut nadi yang tetap dan rata (normal) adalah teratur, jika
tidak teratur disebut aritmia.
251
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Tabel 3. Kecepatan jantung normal untuk berbagai kelompok usia
Hipertensi
Stage 1 140‐159 90‐99
Stage 2 >160 >100
d. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding arteri. Tekanan darah
mempunyai dua komponen: sitolik dan diastolik. Pengukuran tekanan darah paling sering
dilakukan pada lengan saat pasien duduk, lengan yang umum digunakan adalah lengan
kanan. Tekanan darah yang diukur saat supinasi cenderung lebih rendah dibanding saat
duduk. Tekanan darah sistolik menggambarkan tekanan maksimum pada arteri ketika
252
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
kontraksi ventrikel kiri (atau sistol), dan diatur oleh volume sekunvup(atau volume darah
yang dipompa keluar pada setiap denyut jantung). Tekanan darah diastolik adalah tekanan
saat istirahat yaitu tekanan dari darah antar kontraksi ventrikel.
253
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
t. Catatlah kedua angka tekanan tadi. Tekanan darah dinyatakan dengan nilai tekanan
sistolik per diastolic
Pemeriksaan Regional
a. Kulit
Inspeksi
Warna kulit (pallor/pucat, sianosis/kebiruan, hiperemis/kemerahan, ikterik/kekuningan).
Lesi & trauma : perhatikan lokasi, distribusi, susunan, tipe, dan warnanya
Palpasi
Turgor (hidrasi)
Kelembaban
Suhu (hangat/dingin)
Tekstur (kasar/halus)
Ketebalan (tebal/tipis)
Mobilitas dan edema
b. Kepala
Lakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada :
Rambut (kuantitas, penyebaran, tekstur)
Kulit kepala (benjolan/lesi)
Tulang tengkorak (ukuran) : hidrosefalus, normosefalus, dan lain – lain. Pada hidrosefalus,
fontanel (pelat lunak di antara pelat tengkorak kepala bagian atas dan belakang kepala bayi)
menonjol dan mata dapat menyimpang ke bawah memperlihatkan sklera bagian atas dan
membentuk setting sun sign 13.
Gambar 7. Anak dengan hidrosefalus13. Tampak setting sun sign pada mata.
254
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Wajah (simetris & ekspresi wajah): paralisis wajah, emosi, edema dsb
c. Mata
Inspeksi alis mata, perhatikan ketebalan, distribusi rambut dan apakah terdapat sisik 13. Sisik
terdapat pada seboroik dermatitis, sedangkan rambut alis yang tipis di tepi terjadi pada pasien
hipotiroid13.
Uji ketajaman penglihatan (visus) dan skrining lapang pandang. Lakukan pemeriksaan pada mata
kiri dan kanan satu persatu menggunakan optotype snellen yang dipasang pada jarak 6 meter dari
penderita.
Posisi dan kesejajaran mata: simetris kanan & kiri. Nilai adanya strabismus (juling) atau tidak.
Observasi kelopak mata: lagophtalmus (tidak mampu menutup mata dengan sempurna), ptosis
(tidak bisa membuka kelopak mata).
Inspeksi sklera, konjungtiva, kornea, iris, dan lensa.
Bandingkan kedua pupil dan lakukan tes reaksi terhadap cahaya (langsung dan tidak langsung).
Dengan oftalmoskop, lakukan inspeksi fundus okuli
d. Telinga
Inspeksi: aurikel, kanalis auditorius, dan membran timpani. Periksa ketajaman pendengaran:
Jika ketajaman berkurang, periksa lateralisasi (tes Weber) dan bandingkan hantaran udara dengan
hantaran tulang (tes Rinne). Gunakan garpu tala dengan frekuensi 512 Hz13.
Pada tes Weber, letakkan dasar dari garpu tala pada puncak kepala pasien atau di tengah dahi
pasien. Pada unilateral conductive hearing loss, suara terdengar atau terlateralisasi ke telinga yang
lemah atau terganggu. Pada tes Rinne, letakkan garpu tala pada tulang mastoid, di belakang telinga.
Saat pasien sudah tidak lagi mendengar suara, letakkan garpu tala segera pada lubang telinga dengan
bagian “U” dari garpu tala menghadap ke depan, dan tanya apakah pasien mendengar getaran. Pada
keadaan normal, suara didengar lebih panjang melalui udara dibandingkan tulang. Pada unilateral
hearing loss, suara terdengar pada telinga yang normal. Pada conductive hearing loss, suara yang
didengar melalui tulang sama panjangnya atau lebih panjang dibandingkan suara yang didengar melalui
udara.13
255
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Palpasi
Memeriksa nyeri tekan pada sinus frontalis dan maksilaris
g. Leher
Inspeksi
massa atau pulsasi abnormal pada leher.
Palpasi
kelenjar limfa servikal dan kelenjar tiroid: adanya deviasi trakea/tidak. Nyeri tekan/tidak, massa
atau pulsasi abnormal pada leher.
h. Punggung
Inspeksi dan palpasi tulang belakang dan otot punggung
j. Dada
Inspeksi
Inspeksi secara umum dengan melihat bentuk, ukuran, simetrisitas, frekuensi pernapasan selama
15 detik, tipe pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan14.
Inspeksi dada dari arah depan, melihat permukaan dada apakah ada pelebaran vena, ginekomasti,
melihat fossa jugularis (deviasi trakea), fossa supra dan infra klavikularis, iga dan sela iga
(menyempit/melebar), simetrisitas dan keterlambatan gerak dinding dada 14.
Inspeksi dari arah belakang, melihat bentuk (kifosis/ lordosis/ skoliosis) dan simetrisitas gerakan
pernafasan14.
Palpasi
256
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Palpasi permukaan dinding dada, apakah terdapat massa, deformitas, krepitasi, nyeri tekan,
getaran, thrill, atau edema14.
Palpasi untuk mengetahui posisi mediastinum, yakni palpasi pada trakea dan iktus kordis14.
Palpasi untuk menilai gerakan napas pada thoraks bagian atas, tengah dan bawah, bagian depan
dan belakang14.
Melakukan pemeriksaan vocal fremitus pada thoraks bagian depan dan belakang14.
Perkusi
Perkusi orientasi pada dinding dada14.
Perkusi untuk menetukan batas paru-paru dan hepar14.
Melakukan ekskursi paru untuk menilai pengembangan paru (dilakukan pada saat inspirasi di
ICS 4 dan ekspirasi pada ICS 6; peranjakan paru normal senilai 2 ICS) 14.
Perkusi orientasi pada dinding toraks bagian belakang14.
Auskultasi
Auskultasi pada dinding toraks bagian depan secara sistematis untuk mendengar suara
pernapasan dan suara tambahan seperti wheezing atau ronkhi14.
Auskultasi pada dinding toraks bagian belakang untuk mendengar suara pernapasan dan suara
tambahan seperti wheezing atau ronkhi14.
Auskultasi tes bisik (pasien diminta untuk bedesis, misalnya berkata ―ss-ss-sss-ss-ss‖ lalu
auskultasi pada seluruh lapang paru) dan tes percakapan (pasien diminta berbicara apa saja,
misalkan berhitung lalu auskultasi pada seluruh lapang paru) 14.
l. Sistem kardiovaskular
Inspeksi
Keadaan umum; adakah sesak, kesakitan, pucat dan ikterik16.
Tangan: adakah edema, clubbing finger, sianosis, nail spoonserta perdarahan pada ujung kuku 16.
Wajah: memeriksa apakah ada exopthalmus, sclera ikterik, konjungtiva pucat, xanthelasma,
mitral facies, dan bibir sianosis16.
Dada: memeriksa adanya scar atau bekas operasi, kelainan bentuk tulang dada (pigeon chest,
barrel chest, funnel chest ) serta melihat lokasi iktus kordis, terlihat atau tidak (normalnya tidak
terlihat) 16.
Palpasi
Tangan: memeriksa frekuensi, amplitudo, simetris dan irama dari a. radialis dan a. brakhialis.
Leher: memeriksa apakah adanya struma serta palpasi arteri karotis ( meraba simetrisitas, irama
dan kuat angkat).
Pengukuran JVP
Tinggikan kepala pasien hingga 30o untuk melakukan observasi pulsasi vena jugularis dan ukur
tekanan vena jugularis terhadap angulus sterni. Cari puncak pulsasi vena jugularis. Setelah itu,
mencari posisi angel of louis/angulus sternalis sebagai titik pengukuran. JVP >3 cm diatas
258
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
angulus sternalis atau total > 8 cm jaraknya dengan atrium kanan dinyatakan abnormal atau
meningkat13.
Letak iktus kordis pada 3 posisi (terlentang/supinasi, left lateral decubitus, duduk condong ke
depan). Palpasi dilakukan dengan menggunakan telapak tangan. Kemudian laporkan lokasi,
diameter, amplitudo, apakah terdapat thrill dan durasi pulsasi iktus kordis.Lalu, tentukan lokasi
denyut iktus kordis dengan jari telunjuk. Normalnya, iktus kordis teraba di ICS 5 midclavicular
line sinistra.
Perkusi
Menentukan batas redam kiri jantung dan kanan jantung
Auskultasi
Dengarkan bunyi jantung pada daerah apeks kordis (ICS 5 midclavicular line sinistra.) dan
margo sternalis inferior dengan mengunakan stetoskop bell.
Auskultasi daerah katup jantung: area mital di apeks jantung, ICS 5 midclavicular line sinistra,
area katup trikuspid di ICS 4 parasternal line sinistra, area katup pulmonal di ICS 2 dan ICS3
parasternal line sinistra dan area katup aorta di iCS 2 parasternal line dextra.
Dengarkan : bunyi jantung pertama dan kedua (S1 dan S2, bunyi jantung tambahan, bising
jantung, dan splitting). Murmur atau bising jantung disebabkan karena adanya turbulensi aliran
darah. Murmur sistolik terdengar saat adanya aliran darah dari ruangan yang bertekanan lebih
tinggi ke ruang dengan tekanan yang lebih rendah, melalui katup atau suatu struktur yang
seharusnya tertutup13. Saat murmur sistolik terdengar, kelainan yang terjadi dapat berupa
regurgitasi katup mitral, regurgitasi katup trikuspid, stenosis katup aorta atau stenosis katup
pulmonal. Kelainan tersebut dapat diketahui dengan lokasi terdengarnya murmur. Murmur
diastolik lebih sullit terdengar dan lebih jarang terjadi. Murmur diastolik dapat menandakan
adanya stenosis dari katup mitral, stenosis katup trikuspid, regurgitasi katup aorta ataupun
regurgitasi katup mitral.
m. Abdomen17.
Inspeksi (Pasien dalam posisi terlentang dan menekuk lutut):
bentuk (datar, scaphoid atau distended), permukaan (apakah ada lesi, pelebaran vena, tanda-
tanda inflamasi, bekas operasi atau benjolan), pergerakan (apakah terlihat gerak peristaltik usus
259
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
atau pulsasi aorta dan arteri), umbilicus (konsistensi, lokasi, apakah ada hernia) serta daerah
inguinal (hernia atau tanda-tanda inflamasi).
Auskultasi
Auskultasi orientasi di keempat kuadran abdomen (mendeteksi apakah peristaltik ususnya
normal, hiperperistaltik atau tidak terdengar sama sekali serta apakah terdapat metalic-sound).
Auskultasi jumlah bising usus permenit (5-34 kali permenit).
Auskultasi bising aorta abdominalis, a. renalis serta a. iliaca.
Perkusi
Perkusi orientasi di keempat kuadran abdomen (normalnya terdengar suara timpani).
Perkusi hepar: menentukan liver span, normalnya 6-12 cm. Lakukan perkusi dari ICS 2 ke
bawah, sampai ditemukan suara redup lalu berikan tanda/minta bantuan kepada pasien untuk
meletakkan jari diatasnya. Lalu lakukan perkusi dari bawah ke atas pada linea midclavicularis
dextra sampai ditemukan suara redup. Lalu ukur jaraknya.
Perkusi lien: apabila tidak terdapat pembesaran, traube space ditemukan positif. Lakukan perkusi
di ICS 6 ke garis aksilaris anterior dextra, normalnya ditemukan suara sonor. Lalu, minta pasien
menarik nafas, lalu perkusi sekali lagi di lokasi yang sama. Apabila masih terdengar sonor, maka
traube space positif.
Palpasi
Palpasi ringan: menilai lesi pada permukaan atau dalam otot, membuat pasien relaks sebelum
melakukan palpasi medium dan dalam.
Palpasi medium : menilai lesi medieval pada peritoneum, massa, nyeri tekan.
Palpasi dalam : menilai apakah adanya massa dan dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan.
Palpasi hepar :
Hepar Lobus Kanan
Mintalah pasien untuk menekuk kedua tungkainya pada pangkal paha dan lutut agar
dinding perut lemas
tentukan titik pedoman pemeriksaan, yaitu titik arkus kosta kanan yang dilalui oleh garis
midklavikula kanan
letakkan tangan kiri pada posisi supinasi dibagian posterior diantara iga ke dua belas
kanan dan krista iliaka, disebelah lateral muskulus paraspinosus
tangan kanan diletakkan pada posisi pronasi di kuadran kanan bawah abdomen
lakukan palpasi dari region iliaka kanan menuju ke arkus kosta kanan yang dilalui oleh
midklavikula kanan
palpasi hati dilakukan dengan penekanan dinding perut dengan menggunakan sisi lateral
telunjuk jari tangan kanan
pasien disuruh menarik napas dalam ketika pemeriksa menekan kearah dalam dan ke
arah atas dengan tangan kanannya, serta menarik ke atas dengan tangan kirinya
lakukan gerakan ini berulang-ulang, dan posisinya digeser 1-2 jari ke arah lengkung iga
Hepar lobus kiri
Mintalah pasien untuk menekuk kedua tungkainya pada pangkal paha dan lutut agar
dinding perut lemas
Tentukan titik pedoman pemeriksaan, yaitu processus xyphoideus yang dilalui oleh garis
midsternalis
Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dalam posisi supinasi pada bagian posterior
tulang iga yang terbawah sebelah kanan (iga ke 12)
Tangan kanan diletakkan pada posisi pronasi di region hypogastrium pasien
Lakukan palpasi dari region hypogastrium menuju ke processus xyphoideus yang dilalui
oleh garis midsternalis
Palpasi hati dilakukan dengan melakukan penekanan dinding perut dengan menggunakan
sisi lateral telunjuk jari tangan kanan
Pasien disuruh menarik nafas dalam ketika pemeriksa menekan kea rah dalam dank e
arah atas dengan tangan kananya,serta menarik ke atas dengan tangan kirinya
260
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Lakukan gerakan ini berulang-ulang dan posisinya digeser 1-2 jari kea rah processus
xyphoideus
Palpasi lien: telapak tangan kiri diletakkan di belakang pasien, mengangkat dada bawah dan
pinggang kiri sedangkan tangan kanan tepat berada di bawah arkus aorta kiri, lalu minta pasien
menarik nafas dalam sembari menekan dengan lembut. Lien normal tidak teraba.
Palpasi ginjal: letakkan telapak kiri di belakang pasien, menyangga kosta 12 dengan ujung jari
menyentuh sudut kostovertebra, lalu dorong ginjal dengan lembut ke depan. Tangan kanan
diletakkan di kuadran kanan atas di sebelah lateral. Minta pasien untuk bernafas dalam, lalu
tekan tangan kanan dalam-dalam ke bawah arkus kostalis pada keadaan normal, ginjal tidak
teraba.
n. Ekstremitas Bawah
Pasien berbaring
Sistem vaskuler perifer
Inspeksi : edema, perubahan warna kulit atau ulkus
Palpasi : denyut nadi femoralis, nadi poplitea, kelenjar limfe inguinalis, gejala pitting edema
Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi : deformitas atau pembengkakan sendi
Palpasi sendi dan tindakan manuver, periksa range of movement (ROM) : keterbatasan gerak
Sistem saraf
Periksa untuk menilai massa, tonus, dan kekuatan otot Pemeriksaan sensorik dan refleks
(fisiologis dan patologis)
Pasien berdiri
Sistem vaskular perifer
Inspeksi vena varikosa
Sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan untuk menilai kelurusan tulang belakang dan ROM, kelurusan tungkai dan kedua
kaki.
Genitalia dan hernia pada laki-laki
Periksa penis serta isi skrotum untuk mencari hernia.
Sistem saraf
Amati cara pasien berjalan dan kemampuan berjalan dengan telapak kaki, berjinjit pada ujung
jari kaki, berjalan dengan tumit, melompat di tempat, dan menekuk lutut
Lakukan tes Romberg
o. Ekstremitasatas
Posisi tubuh: observasi posisi tubuh pasien pada saat istirahat dan bergerak.
Gerakan involunter: perhatikan gerakan involunter seperti tremor atau fasikulasi, catat kualitas,
frekuensi dan iramanya serta hubungannya dengan postur, aktivitas dan emosi.
Muscle Bulk: bandingkan kontur dan ukuran otot, apakah datar atau cekung, unilateral atau
bilateral, proksimal atau distal.
Kekuatan otot terbagi menjadi 5 tingkatan:
0 Tidak ada kontraksi otot yang terdeteksi
1 Ada sedikit sekali kontraksi otot yang dapat
terdeteksi
2 Gerakan aktif tanpa melawan gaya gravitasi
3 Gerakan aktif maupun melawan gaya gravitasi
4 Gerakan aktif maupun melawan gaya gravitasi dan
sedikit ditahan
5 Gerakan aktif maupun melawan tahanan penuh
261
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
(normal).
Cara pemeriksaanya adalah dengan cara meminta pasien untuk melawan tahanan aktif yang dilakukan
oleh pemeriksa. Apabila otot terlalu lemah untuk melawan tahanan, coba dengan menghilangkan tahanan
gravitasi atau coba dengan melawan gaya gravitasi, kemudian bila pasien masih belum mampu untuk
menggerakkan bagian tubuh coba deteksi adanya kontraksi otot. Gangguan kelemahan otot disebut
paresis, sedangkan tidak adanya kekuatan otot sama sekali disebut paralisis (plegia). Pasien diminta
untuk memfleksikan dan ekstensikan sendi siku dan catat adanya keterbatasan gerak.
p. Sistem saraf
Status Mental
Tingkat Kesadaran: Lihat apakah pasien sadar dan waspada terhadap lingkungan sekitar serta
menjawab pertanyaan dengan cepat, tidak nyambung, diam atau bahkan tertidur. Apabila pasien
tidak merespon, keraskan volume suara atau guncangkan bahu pasien seperti membangunkan
orang yang tidur. Bila pasien tidak merespon, pasien dalam keadaan penurunan kesadaran yang
berat.
Perhatian: kemampuan untuk memusatkan perhatian atau berkonsentrasi pada suatu tugas
tertentu dalam suatu periode waktu tertentu (orang yang kurang memperhatikan atau yang
perhatiannya mudah teralih dengan disertai gangguan kesadaran akan mengalami kesulitan
menceritakan riwayat medisnya atau menjawab pertanyaan).
Daya ingat (memori): dapat diperiksa dengan meminta pasien untuk mengulangi materi
pembicaraan yang baru saja didiskusikan bersama. Daya ingat jangka pendek diukur dengan
satuan menit, jam atau hari, sedangkan daya ingat jangka panjang diukur berdasarkan masa
selang atau interval beberapa tahun.
Orientasi: kemampuan untuk mengenali seseorang, tempat atau waktu. Kemampuan ini
memerlukan daya ingat dan juga perhatian.
Persepsi: Kemampuan sensorik untuk menyadari keberadaan benda-benda di sekitarnya. Persepsi
juga berhubungan dengan stimulus internal seperti mimpi atau halusinasi.
Proses berpikir: pola berpikir logis, koheren dan relevan ketika pikiran pasien menuju
kesadadaran tertentu.
Isi pikiran: apa yang dipikirkan oleh pasien, termasuk kemampuan insight dan judgement.
Wawasan: kemampuan untuk menyadari bahwa perilaku atau gejala yang menyimpang itu
normal atau abnormal, misalnya kemampuan untuk membedakan lamunan dan halusinasi yang
seolah-olah menjadi nyata.
Judgement: proses membandingkan dan mengevaluasi semua alternatif yang tersedia pada saat
memutuskan suatu tindakan.
Afek: alam perasaan yang dapat diamati dan biasanya bersifat episodik yang diungkapkan melalui
suara, ekspresi wajah dan tindakan.
Mood: perasaan yang berlangsung lebih lama dan dapat mempengaruhi pandangan pasien
terhadap lingkungan sekitar.
Bahasa: sesuatu yang digunakan untuk mengekspresikan, menerima dan memahami kata-kata.
Bahasa merupakan komponen esensial untuk menilai komponen lainnya.
Fungsi luhur: dinilai berdasarkan perbendaharaan kata, keinginan untuk memperoleh informasi,
kemampuan berpikir abstrak, menghitung dan membangun benda-benda berbentuk dua atau tiga
dimensi.
Nervus kranialis
Olfaktorius: lakukan tes sensitasi bau dengan meminta pasien mencium bau yang tidak
menyengat dan akrab baginya. Pertama, pastikan kedua hidung pasien paten. Lalu minta pasien
untuk menutup matanya. Tutup salah satu lubang hidung pasien lalu minta pasien membaui
bahan-bahan seperti kopi, cengkeh, sabun atau vanili. Tanyakan apakah pasien dapat mencium
bau, jika pasien menjawab ‗ya‘, tanyakanlah bau apa. Lakukan hal yang sama pada lubang
262
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
hidung berlawanan. Normalnya, kedua sisi hadung harus dapat mempersepsikan bau dan dapat
mengenalinya.
Optikus: lakukan inspeksi fundus okuli memakai oftalmoskop dengan memberikan perhatian
khusus pada diskus optikus. Lakukan skrining lapang pandang dengan tes konfrontasi.
Optikus dan okulomotorius: inpeksi ukuran serta bentuk kedua pupil, bandingkan kedua pupil.
Lakukan tes reaksi pupil terhadap cahaya, bila abnormal, lakukan tes reaksi dekat.
Okulomotorius, troklearis dan abdusen: lakukan tes gerakan ekstraokular pada enam arah
pandang utama, dan cari gangguan gerakan konjugasi pada salah satu dari keenam arah pandang
tersebut. Periksa pula konvergensi kedua mata.
Trigeminus:
Motorik: palpasi pada muskulus temporalis dan masseter secara bergantian sembari
meminta pasien menggertakkan giginya. Perhatikan kekuatan kontraksi kedua otot
tersebut. Kelemahan otot-otot tersebut secara unilateral menunjukan adanya lesi pada NK
V.
Sensorik: lakukan tes nyeri pada dahi, pipi dan rahang di setiap sisi wajah dengan mata
pasien tertutup serta menggunakan peniti, jarum atau benda tajam lain yang tepat. Minta
pasien mengatakan sensasi rangsangan tersebut, apakah ditunjuk benda tajam atau
tumpul. Kemudian bandingkan antara kedua sisi wajah tersebut. Bila terdpat
abnormalitas, lakukan tes sensasi suhu (menggunakan garpu tala yang normalnya terasa
dingin, dapat pula didekatkan ke air panas sehingga garpu tala menjadi panas. Keringkan
sebelum digunakan dan minta pasien menyebutkan sensasinya panas atau dingin). Lalu,
lakukan tes sentuhan ringan dengan menggunakan kapas dipilin yang menghasilkan
ujung lancip. Minta pasien bereaksi saat pasien merasakan ujung kapas menyentuh kulit.
Lakukan tes refleks kornea. Minta pasien menoleh ke atas dengan pandangan menjauhi
pemeriksa. Pemeriksa mendekati pasien di sisi yang lain dan diluar jarak pandang pasien
serta menjaga agar tidak menyentuh bulu mata pasien, lalu sentuh kornea pasien dengan
ujung kapas yang dipilin secara ringan.
Fasialis: inspeksi ekspresi wajah pasien baik saat berbicara maupun istirahat. Mintalah
pasien untuk mengangkat kedua alis matanya, mengernyitkan keningnya, menutup kedua
matanya dengan erat (lakukan tes kekuatan otot dengan mencoba membuka mata pasien),
memperlihatkan gigi sebelah atas dan bawah, tersenyum dan menggembungkan kedua
pipi. Perhatikan apakah ada ketidaksimetrisan.
Akustikus: lakukan pemeriksaan pendengaran, bila terdapat gangguan, lakukan tes
lateralisasi dan bandingkan hantaran udara dan tulang.
Glosofaringeus dan Vagus: dengarkan suara pasien apakah ada suara parau atau sengau,
apakah ada kesulitan menelan, minta pasien mengatakan ‗ah‘ atau menguap saat
pemeriksa mengamati palatum mole dan faring (palatum mole normalnya bergerak
simetris, uvula tetap berada di tengah, serta setiap sisi faring posterior bergerak menuju
263
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
medial), tes refleks muntah (setelah menginformasikan kepada pasien terlebih dahulu)
dengan memberikan stimulasi ringan pada bagian belakang kerongkongan pada setiap
sisi secara bergantian dan perhatikan refleks muntahnya.
Asesorius spinalis: dari belakang pasien, cari gejala atrofi atau fasikulasi pada m.
Trapezius dan bandingkan antarsisi. Minta pasien mengangkat bahunya untuk melawan
tahanan yang diberikan. Minta pasien untuk memalingkan wajahnya ke setiap sisi
melawan tahanan yang diberikan oleh tangan pemeriksa. Perhatikan kontraksi m.
sternokleidomastoideus.
Hipoglosus: dengarkan pengucapan kata pasien. Inspeksi lidah pasien, cari tanda atrofi
atau fasikulasi. Ketika lidah pasien dijulurkan, cari tanda asimetrisitas, atrofi atau deviasi
dari garis tengah. Minta pasien menggerakkan lidah dari satu sisi ke sisi yang lainnya,
perhatikan simetrisitas gerakan.
Sistem motorik
Massa otot, tonus, dan kekuatan otot
Fungsi serebellum: gerakan silih berganti yang cepat, point-to-point movements, finger-to-nose,
dan lain – lain.
Sistem sensorik: tes nyeri, suhu, sentuhan lembut, vibrasi, dan diskriminasi. Bandingkan sisi
kanan dan kiri serta proksimal dengan distal pada tungkai.
Refleks: refleks fisiologis dan patologis
q. Pemeriksaan tambahan
Rectal toucher pada pria18.
Inspeksi daerah sakrokoksigeal dan perianal
Memberi lubrikan secukupnya pada jari telunjuk
Memasukkan jari telunjuk secara lembut dan perlahan ke dalam anus, tangan yang bebas
melakukan fiksasi.
Melakukan palpasi dan penilaian pada rektum.
Melakukan palpasi dan penilaian pada prostat (konsistensi, permukaan, lobus).
Mengeluarkan jari secara perlahan sembari meminta pasien menarik nafas.
Melakukan penilaian pada sarung tangan.
Genitalia dan rektum pada wanita
Periksa genitalia eksterna, vagina, dan serviks
Lakukan pap smear, rektovagina, dan rektum
Palpasi uterus dan adneksa
3. REKAM MEDIS
Menurut Permenkes RI No: 269/Menkes/PER/III/2008, medical record atau rekam medis
kesehatan adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
3.1. Manfaat:
a. Pengobatan Pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis
penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan
kepada pasien.
b. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Membuat rekam medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap akan
meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan
masyarakat yang optimal.
c. Pendidikan dan Penelitian
264
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit, pelayanan medis,
pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran
dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi.
d. Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan pembiayaan dalam
pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan
kepada pasien.
e. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari
perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit-
penyakit tertentu.
f. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah
hukum, disiplin dan etik
d. Diagnosis/masalah
e. Rencana penatalaksanaan atas masalah pasien, pengobatan, atau tindakan
f. Pemeriksaan laboratorium
Penulisan rekam medis harus sesuai dengan tata cara penulisan rekam medis yaitu :
Ditulis secara lengkap dan menyeluruh
Ada nama, waktu, dan tanda tangan dokter atau tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan
kesehatan, PIN (pada rekam medis elektronik).
Tidak boleh diganti/ dihapus.
Bila keliru harus dicoret dan kemudian dibenarkan dan diberi paraf
266
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
1. Asmara GY, Priyambodo S, Karuniawaty TP. Keterampilan Medik Pemeriksaan Fisik Umum.
Edisi 1. Mataram: Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram;
2015.
2. Lestari IA, Wardoyo EH. Keterampilan Medik Pemeriksaan Fisik Tanda Vital Dan Rumple
Leede. Edisi 1. Mataram : Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram ; 2015.
3. Craven RF, Hirnle C. Fundamentals of Nursing: Human Health and Function. 2007. 5th
Edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins ; 2007.
4. Bickley, LS. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking Twelfth Editon.China:
Wolters Kluwer; 2017.
5. Thalib, SS. Keterampilan Medik Pemeriksaan Fisik Paru. Edisi 2. Mataram: Laboratorium
Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram ; 2016.
6. Infrared Thermometer ,Health Technology Assesment section Medical Development Division
Ministry of Health Malaysia.2012
7. https://sentralalkes.com/blog/cara-menggunakan-termometer/ (Hanya gambar)
8. Hanum H. Diagnosa Fisik . Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.2012.
9. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI.Fakultas Kedokteran Universtias Indonesia
267
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
FARMAKOLOGI PRAKTIS
Telah ditinjau oleh :
dr. Decky Aditya Zulkarnaen (TBM Bumi Gora)
dr. Vina Nadiyah Hajjah (TBM Vertex)
Dr.dr. Sharul Rahman, Sp.PD-FINASIM (TBM FK UMSU)
1. Definisi
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat menyakit, membebaskan
gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat dapat berefek lokal maupun sistemik. Efek lokal
adalah obat yang efeknya hanya berada pada lokasi di tempat obat tersebut digunakan, contohnya adalah
rute inhalasi (obat yang disemprotkan dalam mulut atau hidung dengan alat tertentu seperti inhaler), rute
mukosa (melalui mukosa telinga, hidung, atau vagina), dan topikal (penggunaan obat pada kulit, telinga,
dan lain lain). Efek sistemik adalah obat yang efeknya terjadi pada seluruh tubuh karena obat tersebut
dapat bersikulasi dalam darah
2. Golongan Obat
Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna
hitam. Contoh : parasetamol
Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus
pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna
hitam. Contoh : asam mefenamat.
Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : diazepam, phenobarbital.
Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh :
Morfin, Petidin
268
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
3. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)
Inflamasi adalah nama lain dari radang, dimana ditandai dengan tanda: merah, panas, bengkak,
nyeri, dan gagalnya fungsi. Obat ini diberikan untuk mengatasi radang dengan ciri-ciri di atas. Obat
AINS menghambat suatu enzim bernama siklooksigenase (COX 1 dan COX2), yang nantinya mengubah
asam arakidonat menjadi Prostaglandin E2. COX 1 mempunyai fungsi yang baik yaitu proteksi lambung,
namun COX 2 untuk peradangan. AINS ada yang menghambat COX 2 saja dan ada yang sekaligus,
sehingga obat AINS ini mempunyai efek samping terhadap lambung (iritasi lambung)
Meloxicam 7,5 mg
Meloxicam merupakan AINS derivate asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat
biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi melalui penghambatan COX-2
sehingga proses inflamasi dapat dihambat tanpa efek samping terhadap ginjal dan GIT. Indikasi :
OA dan RA
Kontraindikasi dari meloxicam adalah hipersensitivitas terhadap zat aktif atau salah satu
komponen produk NSAIDs yang dapat memberikan efek berupa serangan asma, urtikaria atau
angioedema, tidak untuk kehamilan dan menyusui, juga tidak untuk pasien dengan ulkus
peptikum atau gangguan berat pada ginjal dan renal
Efek samping : gangguan GI,edema,nyeri pada tubuh,pusing,sakit kepala,batuk,infeksi saluran
napas,back pain.anemia,insomnia.
Dosis :
1. Pada OA: 7,5 mg 1x1 hari, jika diperlukan dapat ditingkatkan 15mg 1 hari
2. Pada RA: 15 mg 1x 1 hari, dapat dikurangi menjadi 7,5 mg/hari tergantung respon klinis.
3. Untuk pasien resiko tinggi dan gagal ginjal diberi dosis awal 7,5 mg 1x1 hari
Natrium Diklofenak 25 mg
Mempunyai efek analgesik dan antipiretik. Menghambat aktivitas siklooksigenase melalui
pengurangan produksi prostaglandin oleh jaringan.
Indikasi : Pengobatan akut dan kronis gejala rheumatoid artiritis, osteoarthritis, dan ankilosing
spondylitis
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap sodium diclofenac, riwayat alergi akibat aspirin atau
NSAIDs lain, kehamilan trimester ketiga, perdarahan gaster atau ulserasi duodenum atau gaster
aktif, gangguan inflamatori usus, NYHA III/IV, pasca operasi coronary artery bypass graft,
insufisiensi hepar berat, insufisiensi renal berat (creatinine clearance <30 mL/menit), riwayat
porfiria hepatik dengan diklofenak sebagai pemicu, perdarahan aktif, demam dengue, retensi
cairan atau gagal jantung, bisa memicu onset baru hipertensi atau memperparah hipertensi yang
sudah ada, sebabkan gangguan kulit parah yaitu Steven-Johnson Syndrome dan Toxic Epidermal
Necrolysis yang fatal.
Efek samping :
1. GIT : perdarahan, tukak lambung, usus, perforasi pasien tukak lambung dan usus
2. SSP : pusing, sakit kepala, mycolonix, encephalopathy, mual, muntah, kejang
3. Lokal : rasa nyeri, terbakar pada tempat injeksi, pada kejadian yang terbatas abses dan
nekrosis local
4. Kejadian terbatas : reaksi kulit yang parah (erythema multiforme, steve
Johnson syndrome, lyell.s syndrome, reaksi bolus), dan fotosensitivitas
269
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Piroxicam
Antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Diperkirakan dapat menghambat biosintesis
prostaglandin melalui penghambatan yang reversible terhadap enzim siklooksigenase.
Efek Samping :
Gangguan GIT: stomatitis, anoreksia, distress epigastricum, mual, konstipasi, stomach
discomfort, nyeri abdomen, edema, pusing ,sakit kepala, ruam kulit, pruritis, penurunan
hemoglobin dan hematokrit.
Asam Mefenamat
Merupakan senyawa turunan asam antranilat dengan efek analgesi, antiinflamasi yang bekerja
menghambat aktivitas enzim siklooksigenase, sehingga menurunkan pembentukan prekursos
prostaglandin dan tromboksan dan asam arakhidonat, secara kompetitif menghambat ikatan
prostaglandin dengan reseptornya.
Indikasi :
Menurunkan rasa nyeri ringan sampai sedang, pengobatan tidak lebih dari 1 minggu.
Kontraindikasi :
Inflammatory bowel disease, ulkus peptikum aktif, hipersensitif terhadap aspirin (asam
asetilsalisilat) atau NSAIDs lain, gagal ginjal8
Efek Samping :
Permasalahan GIT (diare,mual,muntah,nyeri perut,konstipasi), hemolitis, sakit kepala, vertigo,
pusing. Perhatian untuk penderita tukak saluran cerna, anak di bawah 14 tahun, wanita hamil,
gangguan fungsi ginjal.
Paracetamol
Analgetik antipiretik yang cepat diabsorbsi tanpa menimbulkan iritasi lambung, konstipasi.
Indikasi :
270
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Untuk menyembuhkan demam dan berbagai nyeri pada: sakit kepala, otot, sendi, gigi, influenza,
nyeri haid, demam, nyeri karena peradangan.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap paracetamol, gagal hepar akut, gangguan hepar, kerusakan renal berat,
syok, overdosis asetaminofen, inflamasi hepar akut akibat virus Hepatitis C, nutrisi buruk, reaksi
alergi berupa urtikaria/eritem, mual, muntah.9,10 hepar akut akibat virus Hepatitis C, nutrisi
buruk, reaksi alergi berupa urtikaria/eritem, mual, muntah.
Efek samping :
Reaksi alergi yang memunculkan ruam dan bengkak, flushing, tekanan darah rendah dan denyut
jantung cepat jika diberikan secara intravena, gangguan darah (misal, trombsitopenia dan
leukopenia), kerusakan hepar dan renal jika digunakan dengan dosis berlebih atau bahkan bisa
memberikan efek fatal pada kasus berat.11Sangat jarang seperti anemia hemolitik,
methemoglobinemia, mual, muntah, ikterik.
4. Obat Maag
Antasida
Merupakan basa lemah untuk menetralkan asam lambung, sehingg dapat meningkatkan pH.
Indikasi : tukak lambung usus dengan rasa terbakar pada hati, maag, dan refluks
gastroesofageal (kondisi dimana HCl dapat naik ke atas lambung).
Dosis :
Dewasa: maag diminum saat perut kosong dapat mengurangi nyeri 20-60 menit
AH2 (Cimetidine,Ramotidine,Famotidine)
Cimetidin
Reseptor Histamin 2 yang diisi oleh histamin dapat menyebabkan peningkatan asam lambung
dan pepsin naik karena dapat memperbanyak pengeluaran HCl melalui protein kinase. Obat
digunakan untuk menghambat reseptor histamine H2 di lambung yang memicu produksi asam
klorida, sehingga pH lambung meningkat menjadi 6-7.
Indikasi : sebagai obat maag, tukak lambung dan usus.
Kontraindikasi: pada alergi terhadap antihistami 2 dan ibu menyusui.
Dosis sediaan : 400 mg (dewasa maag =1 kali sehari setelah makan malam)
Efek Samping : Diare (sementara), nyeri otot, pusing-pusing, reaksi kulit, nyeri sendi, nyeri
otot, kebotakan, lelah, sakit kepala, ruam kulit
2.Ranitidine
Ranitidine termasuk ke dalam kelompok obat histamine-2 blocker. Obat ini bekerja dengan cara
mengurangi jumlah produksi asam lambung.
Indikasi : digunakan untuk kondisi ulkus gastrika dan intestinal, bisa juga digunakan untuk
menangani kasus produksi asam berlebih pada gaster khususnya pada kasus Zollinger-Ellison
Syndrome. Juga bisa digunakan untuk kasus Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau
kasus lain yang mirip kemudian memberikan efek heartburn akibat naiknya asam lambung ke
kerongkongan.
Kontraindikasi : pada alergi terhadap ranitidine dan porfiria.
Dosis:
271
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Ulkus duodenal dewasa : peroral 150mg 2x1 atau 300mgx1 bisa juga diberikan via IV dengan
kecepatan 6,25mg/jam selama 24 jam
Gastroesophageal Reflux Disease dewasa : peroral 150mg 2x1 atau via IV atau IM 50mg tiap 6-8
jam
Efek samping :
Pusing, sakit kepala, mengantuk, diare, trombositopenia, leukopenia, impoten, insomnia 12
PPI (Omeprazole,Lansoprazole,pantoprazole,esomeprazole)
1.Omeprazole
Menyebabkan penghambatan asam lambung, dipakai pada maag yang tidak mempan obat AH-2
(cimetidine) atau maag kronis.
Indikasi :
Dapat menyembuhkan ulkus duodenal lebih cepat daripada H2-blocker yaitu cimetidine atau
ranitidine, bahkan dalam 2 minggu bias memberikan efek dramatis kesembuhan secara
endoskopi sebanyak 50-70%
Kontraindikasi : pada Gastritis atrofik, metabolisme buruk untuk CYP2C19, gangguan hepar,
nefritis interstitial, clostridium difficile collitis, osteoporosis, kerusakan tulang, vitamin B12
inadekuat, kadar magnesium rendah dalam darah, alergi terhadap proton pump inhibitors
Dosis sediaan : 20 mg,30 mg
Efek Samping :
Jangka panjang perlu diperhatikan pertumbuhan bakteri berlebihan di sel cerna (karena fungsi
asam lambung/HCl untuk membunuh bakteri)
5. Obat Diare
Loperamide
Mengurangi gerak peristaltic usus sehingga mengurangi motilitas/pergerakan dan
menormalisasikan sel-sel yang hipersekresi.
Dosis sediaan : 2 mg
Dewasa 4 mg (2 tablet pertama) kemudiaan diikuti 2 mg berikutnya setelah BAB.maksimal 8
tablet 1 hari
Kontraindikasi : Memiliki alergi terhadap bahan aktif pada loperamide, nyeri perut tanpa diare,
konstipasi, kembung perut, berak darah16
Attapulgite
Berguna untuk mengabsorbsi kuman, racun yang menyebabkan diare, mengurangi kehilangan
cairan tubuh
Dosis dewasa ; 1,2-1,5 gram setiap BAB.maksimal 9 gram perhari
Indikasi : Diare bakterial, kram perut
Kontraindikasi :
Alergi terhadap bahan aktif attapulgite, demam, berak darah atau mukus pada berak, pasien
konsumsi garam sitrat (misal suplemen kalsium, antasida, dan laksatif)
Efek Samping :
Sembelit, efek berat berupa reaksi alergi berat (ruam, urtikaria, susah napas, rasa tertekan pada
dada, bengkak sekitar mulut, wajah, bibir atau lidah)
272
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
6. Obat Mual Muntah
Metoklopramid
Berguna untuk memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung (berdasarkan stimulasi saraf
kolinergis, khasiat dopamine di pusat dan perifer), serta kerja langsung otot polos. Antiemetis/anti
mual muntah karena blockade dopamine di CTZ .
Dosis : 1 tablet 10 mg (dewasa 3 kali sehari 5-10 mg)
Indikasi : Dipakai pada semua jenis mual/muntah, kecuali oleh mabok jalan/mabuk darat
Kontraindikasi : Depresi, tanda-tanda Parkinson, gerakkan abnormal pada otot wajah dan lidah,
Neuroleptic Malignant Syndrome, aldosteronism, tekanan darah tinggi, gagal jantung kronik,
obstruksi intestinal mekanis, operasi menyambungkan dua bagian usus, pengerasan hepar,
perdarahan gaster atau intestinal, kejang, pheochromocytoma, retensi air, ruptur dinding gaster atau
intestinal, porfiria, defisiensi enzim sitokrom B5 reduktase dalam darah, kerusakan renal moderate
sampai berat
Efek samping : Mengantuk, gelisah, diare, nyeri abdomen, berak dempul, urin warna gelap, susah
napas dan berbicara dan menelan, demam, denyut jantung cepat
Domperidone
Berguna memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung. Antiemetis/anti mual muntah karena
blockade dopamine di CTZ.
Dosis : 1 tablet 10 mg (dewasa 3 kali sehari 10-20 mg)
Indikasi : Dipakai untuk mual muntah selain mabuk darat, misal pada kemoterapi dan migraine, dan
kondisi di mana asam lambung dapat kembali ke esophagus.
Kontraindikasi : Pasien degan konduksi jantung buruk atau rusak, gangguan jantung misal gagal
jantung kongestif, menerima obat yang memperpanjang inter QT atau inhibitor CYP3A4, gagal
hepar berat21
Dimenhidrinat
Sering dikenal dengan nama antimo. Merupakan jenis anti histamine 1.
Dosis : dewasa sebelum perjalanan 50-100 mg satu kali
Indikasi : Mabuk jalan dan muntah karena kehamilan
Kontraindikasi : Alergi terhadap bahan dimenhidrinat, pasien konsumsi sodium oxybate,
monoamine oxidase inhibitor dalam 14 hari terakhir, menyusui
Efek samping : Mengantuk berat
Ondansetron
Ondansetron digunakan untuk mencegah mula dan muntah,biasa digunakan pada keaadaan mual
muntah yang dikarnakan pembedahan,pengobatan kemoterapi atau radiasi.
Dosis : dewasa 8 mg 1-2 jam sebelum terapi atau injeksi intravena lambat ,kemudian 8 mg tiap 12
jam
Indikasi : mual dan muntah akibat kemoterapi dan radioterapi,pencegahan mual dan muntah pasca
operasi.
273
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Efek samping : sakit kepala,kemerahan atau sensasi hangat tubuh ,konstipasi, gangguan gerakan
,aritmia ,nyeri dada ,bradikardi.
7. Anti Alergi
Anti Histamin I: Mengantagonis histamin dengan memblok reseptor H1 yang terdapat di otot
pembuluh, bronkus, saluran cerna, kandung kemih, rahim, dan kapiler. Efek histamin adalah: kontraksi
otot polos bronkus, usus rahim; memperlebar pembuluh darah (dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah); permeabilitas kapiler meningkat (akibatnya udem/bengkak/bentol pada kulit); pengeluaran
berlebihan ingus, air mata, ludah; stimulasi ujung saraf sehingga merah dan gatal-gatal.
CTM AH1 generasi 1 (ada efek sedasi)
Obat ini digunakan untuk mengobati reaksi alergi, urtikaria, tanda-tanda demam, rhinitis alergi
dan ia sendiri merupakan kelompok kelas anti-histamin. Selama ini tidak ada bukti adanya resiko
pada kehamilan.
Indikasi : Reaksi alergi misalnya rhinitis allergic (bersin karena alergi), dapat menjadi tambahan
pada obat batuk
Kontraindikasi : Adanya alergi degan asam askorbat (vitamin C) atau obat yang mengandung
asam folat
Efek samping : Mengantuk, diare, konstipasi, rasa tidak nyaman pada perut, reaksi alergi jika
memilliki alergi
Dosis sediaan : 4 mg (dewasa 3 kali sehari )
Loratadine, Cetrizine AH1 generasi 2 (tidak ada efek sedasi)
-Loratadine
Dosis : Sediaan 10 mg
Dewasa: 1 x 10 mg per hari
Indikasi : Penggunaan pada reaksi alergi, rhinitis (bersin karena alergi), gatal-gatal/biduran
(urtikaria)
Kontraindikasi : Gangguan hepar, kerusakan renal sedang sampai berat
Efek samping : Sakit kepala, bibir kering
-Cetirizine
Dosis : Sediaan 10 mg
Dewasa: 1 x 10 mg per hari
Indikasi : Penggunaan pada reaksi alergi, rhinitis (bersin karena alergi), gatal-gatal/biduran
(urtikaria)
Kontraindikasi : Peningkatan tekanan bola mata, gangguan hepar, penyakit renal,
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
Efek samping : Sakit kepala, bibir kering
8. Obat Asma
Pada asma terjadi hal-hal berikut:
1. Inflamasi/radang saluran pernafasan kronis : terjadinya pengeluaran berlebihan lendir,
penebalan otot polos
2. Obstruksi/terhalangnya pengeluaran nafas: terjadi karena bengkaknya saluran pernafasan,
konstriksi otot saluran pernafasan, pembentukan lendir. Hal ini menyebabkan kesulitan
mengeluarkan nafas (ekspirasi)
3. Hyperresponsive/reaksi berlebihan bronkus sehingga terjadi bronkokontriksi
QUICK RELIEVER :
Aminofilin (metilxantin)
Bekerja dengan merelaksasi otot paru dan bronkus dan menyebabkan paru kurang sensitif terhadap
alergen. Tujuan penggunaan obat untuk mengurangi mengi dan kesulitan bernapas karena gangguan
napas, misal pada kasus asma, emfisema, bronkitis kronis.
Dosis :
Dewasa normal, bukan perokok: 0,5 mg/ KgBB/jam IV
Anak <12 th dan dewasa perokok: 0,8-0,9 mg/ KgBB/ jam IV
Indikasi : Penggunaan pada reaksi emfisema, bronkitis kronis dan asma bukan dalam kondisi sudden
attack29
Kontraindikasi :
Alergi teofilin, teobromine, kafein, atau etilenediamin, riwayat sakit fibrosis kistik, diabetes,
glukoma, gagal jantung kongestif, aritmia, hipertensi, penyakit renal, sirosis, kejang, ulkus gaster
atau intestinal, penyakit tiroid
Efek samping : Pusing, kram perut, mual, muntah, diare, hilang nafsu makan, sakit kepala,
gangguan tidur, iritabilitas (rewel), perasaan nervous, tremor, peningkatan urinasi.
9. Kortikosteroid
Dexametason
Merupakan kortikosteroid yang mirip dengan hormon alami yang dihasilkan glandula adrenal
sehingga biasa digunakan ketika tubuh dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Kinerja
obat dengan memperbaiki efek inflamasi (bengkak, hangat, kemerahan, dan nyeri) juga bisa
digunakan untuk berbagai bentuk arthritis, gangguan kulit, darah, renal, mata, tiroid, gangguan
intestinal, alergi parah, dan asma, juga bisa untuk beberapa tipe kanker.
Dosis sediaan : 0,5 mg (dosis tergantung kebutuhan/berat ringannya penyakit)
Indikasi : Obat anti inflamasi (radang) yang kuat dan anti alergi (asma bronkial, dermatitis atopik,
alergi obat, rinitis alergi), gangguan kulit, darah, renal, mata, tiroid, gangguan intestinal, juga bisa
untuk beberapa tipe kanker
Kontraindikasi : Alergi deksametason, aspirin, tartrazine, warfarin, obat arthritis, aspirin, anti-
jamur, gangguan hepar, renal, intestinal, gangguan mental, diabetes,, hipotiroidisme, myasthenia
gravis, osteoporosis, infeksi herpes di mata, kejang, tuberkulosis, dan ulkus.
Efek Samping : Bila berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid seperti kehabisan
protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak dll.
Metilprednisolon
Glukokrtikoid turunan prednisolone dengan efek kerja dan penggunaan yang sama seperti senyawa
induknya. Tidak mempunyai aktifitas retensi natrium.
Dosis sediaan : 4 mg (dosis tergantung berat ringannya penyakit)
Indikasi : Peradangan kulit dan saluran nafas tertentu, penyakit hematologik, hiperkalsemia terkait
kanker, abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen, alergi.
275
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Kontraindikasi : Alergi deksametason, aspirin, tartrazine, warfarin, obat arthritis, aspirin, anti-
jamur, gangguan hepar, renal, intestinal, gangguan mental, diabetes,, hipotiroidisme, myasthenia
gravis, osteoporosis, infeksi herpes di mata, kejang, tuberkulosis, dan ulkus.
Efek Samping : Pemberian jangka panjang/dosis besar pada gangguan elektrolit dan cairan tubuh,
lemah otot, resistensi terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya
tekanan darah, katarak, gangguan pertumbuhan pada anak.
Prednisolon
Merupakan obat glukokortikoid yang digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh dan
mengurangi peradangan .
Dosis :
Indikasi : penyakit autoimun dan kondisi perandangan seperti asma,copd,kelainan rematik
,kelainan alergi,colitis ulserative, dan penyakit crohn,insufisiensi adrenokortikal,dll.
Kontraindikasi : infeksi sistemik (kecuali kalua diberikan pengobatan microbial spesifik)
,hindari pemberian vaksin virus hidup pada pemberian dosis imunosupresif.
Efek samping : kadar gula darah meningkat,dyspepsia,tukak lambung,abdominal
distention,pada jangka panjang dapat menimbulkan sindrom cushing,osteoporosis,dll.
10. Antibiotik
Amoxicilin 500 mg
Turunan penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung. Amoxicillin diabsorbsi
cepat dan baik pada saluran pencernaan tidak bergantung ada/tidaknya makanan. Amoxicillin aktif
terhadap organisme gram positif dan negative.
Dosis :
Dewasa dan anak BB >20kg: 250-500 mg tiap 8 jam
Indikasi :
1. Infeksi kulit dan jaringan lunak: Stafilokokus bukan penghasil penisilinase, Streptokokus, E coli.
2. Infeksi saluran nafas: H Influenza, Streptokokus pneumoni, Stafilokokus bukan penghasil
penisilinase, E. Coli.
3. Infeksi saluran genitourinary: E coli, P mirabilis, Streptokokus faecalis.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap komponen penisilin dan agen beta laktam, kejang,
gangguan renal, reaksi kulit, reaksi Jarisch-Herxheimer, kristaluria, konsumsi antikoagulan35
Efek samping :
1. Reaksi kepekaan: Erythema maculopapular rashes, urtikaria, serum sickness
2. Reaksi kepekaan seperti anafilaksis
3. Gangguan sal pencernaan: mual, muntah, diare
4. Reaksi hematologi
Cefadroxil 500 mg
Merupakan antibiotik semisintetik golongan cephalosporin yang bersifat bakterisida terhadap
mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Bekerja menghambat pembentukan dinding sel
mikroorganisme.
Dosis :
Dewasa : sehari 1-2 g
Anak-anak : sehari 25-50 mg/kg berat badan, dibagi dalam 2 dosis.
Pengobatan 2-3 hari sampai setelah gejala infeksi hilang
Indikasi :
Infeksi sedang dan berat:
276
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
1. Infeksi saluran nafas atas dan bawah
2. Infeksi kulit dan jaringan lunak
3. Infeksi traktus genitourinaria
4. Osteomielitis dan artritis septik
Kontraindikasi : Gangguan gaster atau intestinal terutama kolitis, gangguan renal
Efek samping : Diare, mual, muntah, gatal, angioedema, pseudomembran colitis
Nifedipine
Merupakan obat kelas calcium-channel blocker untuk vasodilatasi sehingga jantung tidak bekerja
terlalu keras dalam memompa darah ke seluruh tubuh
Furosemid
Merupakan water pill (diuretik) sehingga dapat memicu produksi urin pengguna yang dapat
bermanfaat untuk mengurangi tingginya kadar air dan garam dalam tubuh, selain itu bisa juga untuk
membuang kelebihan cairan berlebih misal pada edema yang disebabkan gagal jantung, penyakit
hepar, penyakit renal, serta dapat mengurangi gejala napas pendek-pendek atau bengkak pada
lengan, kaki dan abdomen
Dosis : 80mg/2x pemberian/hari
277
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Indikasi : Lebih efektif daripada Tiazid (HCT) untuk hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal atau
gagal jantung
Kontraindikasi : Kehilangan kalium dalam jumlah banyak misal akibat muntah, diare, juga pada
pasien hiperplasia prostat yang berisiko alami retensi urin
Efek Samping :Hipokalemi meningkatkan efek toksin, obat digitalis, hiperkalsemia, hiperglikemia,
urisemia, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia
Valsartan
Merupakan obat golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) yang bekerja dengan menghambat
reseptor angiotensin II yang menyebabkan penurunan tekanan darah pada hipertensi.
Dosis : 80 mg 1 X 1 per hari
Indikasi : Hipertensi,gagal jantung
Kontraindikasi : gangguan fungsi hati berat,sirosis,obtruksi empedu,menyusui
Efeksamping : hipotensi ortostatik,ruam,hiperkalemia,gangguan saluran napa,mual,muntah
kelelahan,sakit kepala,mimisan,trombositopenia,nueutropenia
Bisoprol
Merupakan obat golongan beta-Blocker yang bekerja dengan cara menghambat reseptor beta-1
adrenergik reseptor
Dosis : 5 mg 1 kali sehari
Indikasi : Hipertensi,angina,gagal jantung kronik
Kontraindikasi:keadaan akut atau gagal jantung dekompensasi yang menghendaki pemberian
inotropic intravenal,blok sino-atrial
Efek samping : sakit kepala,rasa lelah,diare dan edem di kaki
SINGKATAN ARTI
a.c. ante cibum sebelum makan
amp. ampule ampul
aq. aqua air
a.d. auris dexter telinga kanan
a.s. auris sinister telinga kiri
278
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
a.u. auris utro tiap telinga
aurist auristillae tetes telinga
caps. capsula kapsul
c.c. cum cibus dengan makan atau
makanan
dil. dilutus dilusi
Emuls emulsum emulsi
e.m.p. ex modo prescripto sesuai yang diperintahkan
resep
fl. fluid cairan
Gtt. guttae tetes
H hora pada jam
h.s. hora somni pada jam tidur
i.m. intramuscular intramuscular
Inj. injectio injeksi
i.v. / IV Intravenosa
liq. liquor Larutan
lot. Lotio
n. nocte di malam hari
neb. nebule spray
non.rep. non repetatur jangan diulang
occulent. occulentum eye ointment
o. oculus mata
o.d. oculus dexter mata kanan
o.l. / o.s. oculus leavus/sinister mata kiri
o.u. oculus utro kedua mata
o.m. omni mane tiap pagi
p.a.a. parti affectae applicandus digunakan pada area yang
sakit
p.o. per os melalui mulut
p.c. post cibum setelah makan
p.r. Perectum
p.r.n. pro re nata jika dibutuhkan
pulv. pulvis bubuk
q.i.d. quater in die empat kali sehari
q.d. quaqua die setiap hari
q.h. quaqua hora setiap jam
S.C./subc/subq Subkutan
Sig. signa Label
sol. Solusio
stat. statim secepatnya
supp. suppositorium supositori
syr. syrupus sirup
tab. tabella tablet
t.i.d. ter in die tiga kali sehari
troche trochiscus lozenges
tuss. tussis batuk
ung. ungentum ointment
Cara baca :
Ambil amoxicillin, GG, CTM, Vit C masing-masing 10 tablet, diberikan 3x1/hari
Ket : R/ = recipe (ambillah)
Tab = tablet
Dd = de die (sehari)
Catatan : setiap menulis resep obat digarisbawahi dan diberi paraf.
Saccarom lastic QS
Mfl pulv dtd No IX
ʃ 3 dd pulv I
Ket :kita buat puyernya masing-masing sejumlah ¨ö x 9 = 3 tablet. Saccarom lactis adalah suatu pemanis.
mfla : misce fag lege artis : campur dan buat menurut cara semestinya
dtd : de tales doses : berikan sebanyak dosis tersebut
Obat Tetes
R/ erlamycetin ED flac No I
ʃ 3 dd gtt 1-2 ODS
Cara baca :1 flacon erlamycetin 1-2 tetes, 3x sehari pada mata/ telinga kanan-kiri tergantung
bagian mana yang sakit.
Obat Luar
R/ 2-4 zalf tube I
ʃ Ue
R/ Hidrocortison 1% cream tube I
ʃ Ue
Ket :Ue = Usus Externus
280
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Obat Diare
R/ medocair/ Diatab tab X
ʃ 2-1-1
Catatan :untuk obat diare 2-1-1 bukan dibaca 2 pagi, siang dan malam 1
Maksud dari resep ini adalah setelah pasien menerima obat, diare pertama setelah itu diberi minum obat
sebanyak 2 tablet. Kemudian untuk diare berikutnya cukup 1 tablet dan kalau diare sudah berhenti
dihentikan penggunaannya untuk menghindari sembelit.
Resep Injeksi
R/ ectacobalamin inj 1 cc
ʃ Imm
Ket :
Imm : in monum medici : berikan ke tangan dokter
Inj : injection : suntik
Daftar Pustaka
281
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
KASUS MEDIS NON EMERGENCY
Telah ditinjau oleh :
dr. Vina Nadiyah Hajjah (TBM Vertex)
1.3 Penyakit
a. Sinusitis
Dalam wajah kita terdapat suatu rongga yang disebut dengan para-
nasal sinus. Terdapat 4 pasang sinus; sinus maxillary, ethmoid,
sphenoid, frontal. Sinus ini memiliki lapisan mukosa, jika lapisan
ini terinfeksi maka produksi mukosa akan meningkat, sehingga sinus
ini akan dipenuhi oleh mukosa. Pengeluaran mukosa berlebihan ini
melalui nasal cavity. Terkadang inflamasi karena infeksi tersebut
akan mengakibatkan obstruksi saluran menuju nasal cavity,
sehingga mukosa akan menumpuk di sinus, sehingga akan
mengakibatkan sakit kepal.
Sinus juga berfungsi untuk resonansi suara. Sehingga, jika sinus
terpenuhi oleh mukosa maka resonansi suara ketika orang berbicara
282
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
2. COMMON COLD
Umumnya sama dengan prinsip pada ISPA.
3. CEPHALGIA
Rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang
dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian
daerah tengkuk).
Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri
kepala primer dan nyeri kepala sekunder.
Nyeri kepala primer kemudian dibagi menjadi empat kategori yaitu:
a. Migraine
b. Nyeri kepala tipe tegang
c. Nyeri kepala cluster – trigerminal
d. Nyeri kepala primer lainnya.
Nyeri kepala sekunder
283
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
b. Cluster Headache
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang
sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang
menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa
didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri
diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15
menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar
arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit,
vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap
klorpromazin.
c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-
otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena
tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada
dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai
―beban berat yang menutupi kepala‖. Sakit kepala ini cenderung
kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan
biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan.
Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada
lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
284
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
285
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
5. DIARE
Diare adalah peningkatan massa tinja, bertambahnya frekuensi buang air besar
atau fluiditas (tingkat keenceran) tinja yang lebih tinggi. Diare dapat
disebabkan oleh beberapa hal yaitu karena adanya infeksi enteral dan
parenteral, imuninodefisiensi, terapi, maupun karena tindakan tertentu lainnya.
Infeksi enteral dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, dan cacing.
Sedangkan infeksi parenteral dapat disebabkan oleh karena intoksisitas
makanan, alergi dan malabsorbsi.
286
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
6. DISENTRI
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perut dan
buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur
lendir dan darah. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi
dua yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Penyebab yang paling umum
yaitu adanya infeksi parasit Entamoeba histolytica yang menyebabkan
disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab
disentri basiler.
287
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
7. KONJUNGTIVITIS
Konjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada
konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang
disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi bahan-bahan kimia.
288
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
289
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
8. MALARIA
Malaria adalah penyakit yang berpotensi mengancam nyawa yang
disebabkan oleh infeksi protozoa Plasmodium yang ditransmisikan oleh
nyamuk Anopheles betina infektif. Infeksi Plasmodium falciparum membawa
290
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
prognosis yang buruk dengan angka kematian yang tinggi jika tidak diobati,
tetapi memiliki prognosis yang sangat baik jika didiagnosis dini dan diobati
dengan tepat.
291
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
292
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
293
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
292
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
SIRKUMSISI
Telah ditinjau oleh :
dr. Vina Nadiyah Hajjah (TBM Vertex)
1. Definisi
Sirkumsisi berasal dari bahasa latin circum:around, caedere: to cut. Khitanan
disebut juga sirkumsis yang berarti sayatan melingkar, yang diidentikkan pada
pemotongan prepusium yang melingkar terhadap batang penis. Dalam prosesnya
khitanan adalah tindakan pembuangan kulup penis dengan tujuan menjalankan
syari‘at agama ataupun indikasi medis.
Sirkumsisi adalah tindakan membuang sebagian atau seluruh preputium
termasuk membebaskan glans penis dan sulcus coronarius dari perlengketan dengan
mukosa preputium untuk tujuan tertentu. Sirkumsisi dapat mengurangi risiko infeksi
saluran kemih (ISK) 3-10x karena smegma dapat memicu infeksi
293
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
294
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
sel skuamosa dan penyakit paget ekstra mamae harus disingkirkan biasanya
dengan biopsi. Sirkumsisi terbukti mencegah perkembangan penyakit ini dan
dapat menyembuhkan pada sebagaian besar kasus.
7) Kalkulasi prepusium
Kalkulasi prepusium terjadi kebanyakan pada negara yang belum
berkembang. Insidensinya berbanding terbalik dengan standar kehidupan,
sehingga penyakit ini jarang di dunia barat. Kalkuli prepusium terjadi terutama
pada dewasa dan berhubungan dengan fimosis, higeene genital yang buruk
dan status sosial ekonomi yang rendah. Jika tidak diobati, kalkuli prepusium
dapat mengakibatkan angka kesakitan yang signifikan dengan inflamasi
kronis dan pembentukan fistula urinarius. Infeksi akut diatasi sementara
dengan pembuatan celah pada preputium bagian dorsal untuk drainase.
B. KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi sirkumsisi dibagi menjadi 2 yakni absolut dan relatif
a. Absolut
1) Hipospadia
Hipospadia adalah kelaianan kongenital dimana meatus urethra eksterna tidak
terletak di ujung glans penis melainkan terletak di sepanjang sisi ventral penis
atau pada skrotum atau pada perineum. Frekuensinya sekitar 1 dari 300
kelahiran bayi laki-laki. Pada keadaan yang lebih sering, jenis hipospadia yang
lebih ringan berupa urethra yang terletak pada atau distal dari korona penis .
2) Epispadia
Epispadai adalah kelainan kongenital dimana meatus urethra eksterna
terdapat pada bagian dorsal batang penis. Keadaan ini lebih jarang
dibandingkan dengan hypospadia.
295
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
b. Relatif
1) Hemofilia : Yakni kelainan darah yang sukar membeku
2) Infeksi lokal
3. Alat dan bahan
A. Alat
Alat- alat yang diperlukan dalam operasi khitan tidan jauh berbeda dengan operasi
kecil lainnya. Jenis alat dan bahan tergantung pada metoda sirkumsis mana yang
digunakan. Berikut adalah alat yang digunakan untuk tekhnik dorsumsisi dan
guelotin.
1) Gunting diseksi sebanyak 1 buah dengan permukaan ujung tumpul dan tajam.
2) Klem mosquio sebanyak 1 buah, digunakan untuk menjepit
perdarahan (hemostasis) terutama pada jaringan yang tipis dan lembut.
1) Klem pean lurus sebanyak 2 buah, digunakan untuk hemostasis dan menjempit
jaringan lunak.
2) Klem Halstead, untuk memegang jaringan yang lunak, misalnya untuk membuka
luka dengan jalan menjepit tepi dalam luka. Klem ini sama besar dengan klem
mosquito, hanya bedanya klem ini bergigi pada ujungnya. Biasanya pada
sirkumsisi dibutuhkan dua buah
3) Pinset anatomi dan pinset sirurgis sebanyak 1 buah
296
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
297
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Persiapan Tim:
a. Intrumen (non steril): memegang alat non-steril
b. Co-operator (steril): memberikan alat steril kepada operator
c. Operator (steril): melakukan setiap prosedur pembedahan
Tekhnik sterilisasi
Aseptik adalah keadaan bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya melalui tekhnik aseptik. Tekhnik
aseptik/asepsis/sterilisasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi. Tindakan ini meliputi antisepsis, desinfeksi dan sterilisasi.
Antisepsis adalah upaya pencegahan infeksi atau menghambat pertumbuhan
298
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Bahan yang digunakan
disebut antiseptik. Antiseptik harus dibedakan dengan obat seperti antibiotik yang
dapat membunuh mikroorganisme di dalam tubuh atau dengan disinfektan yang
digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda mati. Perlu
diperhatikan bahwa adanya reaksi atau riwayat alergi terhadap iodium. Jenis
antiseptik yang sering digunakan adalah alkohol 70%, povidone iodine,
chlorhexidine gluconate dan triclosan.
Tindakan yang dilakukan adalah dengan mengusapkan cairan antiseptik pada
lapangan operasi dan sekitarnya. Untuk memperluas permukaan steril maka
dilakukan drapping, yaitu pemakaian duk bolong steril.
Tekhnik tindakan aseptik:
1) Lipat dan jepit kasa dengan ring klem
2) Celupkan kasa tadi kedalam larutan antiseptik yang telah dituangkan dalam
kom
3) Usapkan mulai dari distal ke pangkal penis sampai seluruh batang penis
terlumuri. Usapkan kasa lainnya dari pangkal penis memutar kebagian luar
sampai daerah supra pubis, lipatan inguinal, skrotum dan terakhir femoral
media. Pengusapan secara melingkar mengarah keluar seperti pola obat
nyamuk (setrifugal).
4) Ulangi tindakan di atas jika ada bagian yang tidak terusap
5) Tutuplah lapangan operasi dengan duk bolong steril.
Tekhnik anastesi
299
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
block dan penile nerve blok. Kedua cara ini masing-masing mempunyai keuntungan
dan kerugian.
1) Ring blok
Dilakukan dengan menyuntikkan obat anastesi di sekitar atau proksimal daerah
insisi dekat pangkal penis dengan maksud memblok impuls saraf-saraf yang
mempersarafi daerah di sekitar inisisi. Daerah penyuntikan disesuaikan dengan
lokasi persarafan. Secara anatomis, cabang-cabang saraf yang mempersarafi
penis berada disekitar jam 11 dan jam 1, cabang – cabangnya jugaterdapat di jam
5 dan jam 7, serta daerah frenulum. Dinamakan ring blok karena anastesi
dilakukan melingkari seluruh lingkaran penis.
Tekhnik :
a. tarik ujung preputium dan regangkan batang penis
b. identifikasi gambaran pembuluh darah superfisial ( agar pembuluh darah
tidak tertusuk yang dapat menyebabkan hematom).
c. suntikkan jarum di jam 12 miringkan terhadap batang penis. Setelah itu,
masukkan jarum sambil sudut miring diperkecil (lebih datar) sampai hampir
seluruh panjang jarum masuk. Lokasinya adalah sekitar 1/3-2/3 proksimal
batang penis dan kedalamannya sampai subkutis.
d. aspirasi, jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut
jarum menelusuri jam 11,10,9 atau bisa sampai ke jam 8.
e. tanpa jarum keluar dari kulit, arahkan kembali jarum ke jam 1,2,3,4. Tusukan,
aspirasi, lalu keluarkan obat 0,2 cc sambil menarik jarum perlahan-lahan
jarum dicabut.
f. tusukkan jarum di jam 6 sambil sudut miring diperkecil (lebih datar)
g. aspirasi,jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut
jarum perlahan-lahan tetapi jarum tidak sampai tercabut dari kulit.
h. miringkan jarum kearah jam 9
i. kembali tusukkan jarum menelusuri jam 7,8,9
j. aspirasi, jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut
jarum perlahan-lahan tetapi jarum tidak sampai tercabut dari kulit
k. miringkan jarum ke arah jam 3
l. kembali tusukkan jarum menelusuri jam 5,4,3
m. aspirasi, jika tidak ada darah masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut
jarum secara perlahan-lahan
n. lakukan masase
o. beberapa saat kemudian ujilah dengan cara menjepit kulit di jam 11,9,3 dan
6 dengan pinset sirurgis
p. perhatikan respon pasien
2) Penile nerve block
Bertujuan memblok semua impuls sensorik dari batang penis melalui pemblokan
nervus pudendus yang terletak di bawah fasia buch‘s dan ligamentum
suspensorium.
Tekhnik:
a. Gunakan spuit 3 cc
300
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
301
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
d. Suntikkan :
i. Antihistamin difenhidramin 10-20 mg
j. Kortikosteroid-deksametason 4-8 mg iv (1-2 ampul)
k. Bila ada spasme bronchial, aminofilin 200-500 mg i.v perlahan-lahan.
e. Bila terjadi henti nafas, berikan nafas buatan, bila disertai henti jantung
lakukan resusitasi jantung paru (RJP).
f. Bersamaan dengan pemberian adrenalin, lakukan pernafasan buatan dan
kompresi jantung, pemasangan infus dengan kristaloid (NaCl, ringer laktat)
dengan tetesan secepat mungkin (diguyur) sampai nadi teraba.
g. Observasi dengan seksama sampai tanda-tanda vital stabil. Pasien kemudia
dirujuk untuk perawatan.
Tekhnik sirkumsisi
B. Insisi
Tekhnik insisi yang sering digunakan adalah dirsumsisi dan guillotine. Sebelum
diinsisi, dilakukan dulu penandaan sampai mana insisi akan dilakukan. Penandaan
dilakukan dengan maksud agar kulit yang dipotong tidak terlalu panjang atau
kependekan. Jika kulit dan mukosa yang dipotong terlalu panjang, maka sesudah di
hekting penis seakan tertanam, dan akan menimbulkan rasa tidak nyaman jika ereksi.
Sebaliknya jika sisanya terlalu panjang maka korona glandis atau bahkan dari glans
akan tertutup ole prepusium. Hal ini mengakibatkan penumpukan kotoran masih
terjadi. Idealnya, penandaan dilakukan saat penis ereksi, jika tidak maka tekanlah
pangkal penis sehingga batang penis berdiri. Jepitkan pinset atau klem seikitar 2 – 5
mm proksimal dari proyeksi sulkus korona glandis. Setelah itu, lepaskan kembali
tekanan pada pangkal penis.
Tekhnik insisi di antaranya:
1) Dorsumsisi
Dinakaman dorsumsisi karena insisi prepusium dimulai dengan insisi
memanjang di dorsum penis (jam 12). Tahapan tekhnik ini adalah:
a. Pasang klem di arah jam 6, 11 dan jam 1 tarik ke arah distal.
302
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
d. Pindahkan kedua klem (dari jam 11 dan jam 1) ke ujung distal sayatan (jam
2 dan jam 12)
e. Dari ujung insisi jam 6 guntinglah ke kanan dan ke kiri secara melingkar
dengan arah serong menuju jam 12
f. Menggunting dapat juga dimulai dari distal sayatan jam 12 mengarah jam 6
ke kiri dan ke kanan
g. Gunting dan rapikan kelebihan mukosa
h. Pada teknik ini bisa juga memakai pinset anatomis sebagai landasan
masuknya gunting. Setelah klem dipasang di jam 11 dan jam 1, masukkan
pinset dengan arah sedikit ke atas meregang preputium sampai ujung pinset
berada di bawah tanda batas insisi yang telah di buat. Kemudia pinset dibuka
sedikit agar gunting masuk dengan mudah dan terarah.
2) Klasik (guillotine)
Disebut tekhnik klasik karena tekhnik inilah yang paling lama digunakan.
Tekhnik ini juga paling sering dipakai namun risiko terpotongnya/tersayatnya
glans lebih besar, terutama bila sayatan di bawah koher.
Tahapan tekhnik ini adalah:
a. Tandai batas insisi
b. Pasang klem di jam 6 dan jam 12 dan tarik ke distal sampai teregang
c. Urutlah glans seproksimal mungkin, dan fiksasi glans dengan tangan kiri
d. Jepitkan koher pada batas insisi yang telah dibuat dengan arah melintang
miring sejajar dengan kemiringan korona glans (sekitar 40 derajat) antara jam
12 dan jam 6 dengan posisi di jam 6 lebih distal.
e. Yakinkan glans tidak terjepit dengan cara ,engurutnya ke proksimal dan
coba digoyangkan
f. Sayat dengan bisturi, gunting atau elektrokauter cutting di bagian atas koder
g. Lepaskan koher dan kunculkan kembali glans
h. Rapikan sayatan dengan gunting, terutama jika sisa mukosa masih panjang.
C. SUTURING
Suturing atau penjahitan bertujuan untuk mendekatkan/aproksimasi tepi epitel
kulit dan sisa mukosa agar penyembuhan primer dapat terjadi. Penjahitan antara
bagian ujung sisa mukosa dan tepi kulit dilakukan setelah benar-benar yakin tidak
ada lagi perdarahan aktif. Penjahitan ini dimulai dari bagian luar sisa mukosa
303
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
mengarah ke pangkal penis untuk menembus tepi kulit dari dalam. Perlu diingat
bahwa arah penjahitan selalu menjauhi glans penis untuk menghindari trauma pada
glans. Sebelum dilakukan penjahitan, pastikan tidak ada lagi perdarahan aktif.
Lakukan pengecekan dengan balit tekan yang dilingkarkan, kemudian buka dan
perhatikan apakah masih ada perdarahan. Sebelum dilakukan penjahitan dapat juga
dibuat tali kendali di jam 12 dengan maksud agar jahitan lebih rapi dan simetris.
Tali kendali dibuat dengan menyatukan mukosa dan kulit sepanjang sekitar 6 cm
disimpulkan dan dipegang oleh klem. Sesudah hekting selesai tali kendali ini dapat
digunting dengan sisa 2 mm.
Banyaknya penjahitan tergantung pada keperluan dan dikaitkan dengan
kebutuhan kosmetik. Penjahitan ini ada beberapa macam, yaitu:
1. Penjahitan satu-satu (interrupted surture)
Adalah menghubungkan mukosa dan kulit di satu tempat saja, kemudian
pindah ke tempat lain tanpa berhubungan dengan jahitan sebelumnya.
Keuntungannya adalah lebih mudah dan tidak menimbulkan pencekikan atau
penekanan pada batang penis bila terjadi edema. Keuntungan lainnadalah jika
terjadi penyulit seperti perdarahan, hanya jahitan di daerah perdarahan saja
yang dibuka untuk mencari sumber perdarahan.
Penjahitan jenis inilah yang umumnya dilakukan. Penjahitan biasanya
dilakukan di jam 3,6,9 dan 12.
Tekhnik jahitan sebagai berikut:
a. Jahitan dilakukan dimulai dari mukosa ke arah kulit, arah gerakan jarum
sedapat mungkin selalu menjauhi glans penis
b. Tarik dan perhatikan apakah posisi kulit tetap simetris terhadap batang
penis
c. Simpulkan ujung jahitan secara reef knot.
d. Ulangi jahitan serupa dengan tekhnik yang sama di tempat yang lain.
e. Potong benang sekitar 1-2 mm
f. Dengan tekhnik yang sama jahit di jam 5
g. Jahitan dilakukan di jam 3 dan 9. Tali kendali di jam 12 dan 6 masih
dipertahankan
h. Hasil akhir dilakukan penjahitan di jam 12,4,6,8 dan 10.
2. Ligasi hekting
Lain halnya dengan di daerah lain, hemostasis di jam 6 memiliki tekhnik
yang berbeda mengingat adanya arteri yang cukup besar. Perdarahan paksa
khitan terbanyak karena kesalahan hemostasis di sini. Arteri yang terpotong
terbagi menjadi dua bagian pertama di sisa mukosa frenulum dekat glans dan
kedua di bawah kulit di jam 6 yang terpotong. Kedua bagian ini harus diligasi,
hekting karena jika hanya diligasi kemungkinan akan terlepas. Dapat juga
dilakukan koagulasi dengan elektrokauter atau laser dengan memperhatikan
jangan sampai uretrha terbakar karena di bagian frenulum letak urethra lebih
superfisial.
Jika dilakukan hemostasis dengan ligasi hekting, ada beberapa cara yang
dapat dilakukan. Dengan tekhnik ligasi ini diharapkan pembuluh darah yang
304
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
terpotong di kedua sisi yaitu sisi sisa mukosa dekat frenulum dan sisi lainnya
di bawah tepi kulit yang disayat diharapkan akan terligasi.
a. Tekhnik Matras
1) Pertama kali jarum di tusukkan dari arah luar kulit sebelah kanan dari
frenulum kemudian menyebrangi bagian dalam luka
2) Jarum masuk ke sisa mukosa dari bagian dalam dan keluar
3) Jahitan menyebrangi garis tengah untuk masuk kembali ke bawah luka
dan masuk ke kulit diseberangnya dari dalam keluar.
4) Tarik kedau ujung benang sampai tepi sayatan kulit dan tepi sayatan
mukosa bertemu. Simpul secara reef knot.
b. Tekhnik Figur of Eight
Ikatan seperti matras, tetapi disilangkan, menyerupai
angka 8. Tekhniknya adalah:
1) Tusukkan jarum pada kulit sedikit sebelah kiri rafe penis, lalu masukkan
menyilang dan keluar di sisa mukosa disisi yang berseberangan (sebelah
kanan frenulum).
2) Tusukkan kembali jarum ke sisa mukosa sebelah kiri terus masuk
menyilang keluar di kulit berseberangan (sebelah kanan rafe penis).
3) Simpulkan dengan reef knot.
MATRAS FIGURE OF 8
D. DRESSING
Dressing atau pembalutan luka praoperasi bertujuan untuk melindungi luka
operasi dari kontaminasi. Bagi sebagian pengkhitan, ada yang tidak membalut luka
paska khitan dengan tujuan agar evaporasi berlangsung lebih baik sehingga luka
cepat kering.
Luka pasca khitan adalah salah satu luka yang rawan infeksi, sebab umumnya
yang dikhitan adalah anak-anak yang biasanya belum mampu menjaga kebersihan
dengan baik dan luka khitan sering tersiram air setelah buang air kecil yang
menyebabkan terbawanya kuman oleh air dan sukar keringnya luka. Oleh karena
itu jika diperkirakan yang dikhitan tersebut sulit memelihara kebersihan, maka luka
paska khitan sebaiknya dibalut. Keuntungan dan kerugian ini benar-benar
dipertimbangkan karena infeksi dapat terjadi.
305
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
Secara umum, balutan yang digunakan terdiri dari beberapa lapisan tergantung
pada kebutuhan.
1) Lapisan antibiotik atau antiseptik
Lapisan ini bisa menggunakan tulle (sofra tulle, daryantu tulle) dipotong sesuai
luka insisi, kira-kira 1x5 cm, dibalutkan melingkari luka insisi. Lapisan ini bisa
juga diganti dengan mengolesi luka insisi dengan salep betadin, salep
tetrasiklin, salep gentamisin 0,1% atau salep kloramfenikol.
2) Lapisan kasa steril
Berupa lipatan tipis kasa steril dengan ukuran sekitar 1,5 x 8 cm atau 2x 5 cm
untuk tipe balutan cincin
3) Plester/hypafix/microfor 3 M
Gunanya untuk memfiksasi balutan yang telah dipasang, ada juga balutan yang
sudah mengandung beberapa lapisan sekaligus sehingga kita hanya tinggal
mengolesi dengan salep antibiotik/antiseptik saja. Misalnya hypafix dressing
strip. Penggunaannya sangat praktis tinggal menggunting disesuaikan dengan
ukuran penis.
E. Paska Khitan/sirkumsisi.
Seperti pada perawatan pasca operatif lainnya, perawatan paskakhitanpun tidak
berbeda. Yang membedakan adalah luka khitan relatif kecil dan pada umumnya yang
dikhitan adalah anak-anak, yang pada masa ini anak sering bermain dengan tanah atau
benda kotor lainnya. Maka perlu adanya pengawasan orang tua dalam memelihara
kebersihan lukanya.
1) Perawatan
Luka operasi sebaiknya tetap kering, minimal selama tiga hari untuk menghindari
kontaminasi. Perawatan untuk mencegah infeksi dengan penetesan iodin povidone
10% atau pembersihan luka secara rutin dengan NaCl 0,9% pada luka. Atau dapat
juga memakai salep iodin povidone yang lebih bisa bertahan lama.
Perwatan selanjutnya adalah pelepasan kasa pembalut (jika luka pascakhitan
dibalut). Pelepasan balutan ini dapat dilakukan pada hari ketiga karena pada
umumnya luka pada hari tersebut sudah kering.
2) Monitoring tanda – tanda komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan infeksi. Komplikasi
lainnya jarang ditemukan.
3) Medikamentosa
a. Antibiotik Profilaksis
Dapat diberikan antibiotik golongan penisilin, misalnya amoksisilin dengan
dosis 30-50 mg/kg BB/hari dibagi untuk 3 kali pemberian. Jika timbul infeksi
dan tidak berespon terhadap golongan penisilin dapat diberikan golongan
sefalosporin misalnya cefixime dengan dosis 8-10 mg/KgBB/Hari yang
diberikan 2 kali sehari. Golongan quonololn seperti cifrofloxacine tidak
dianjurkan diberikan pada anak karena menghambat pertumbuhan epifise.
b. Analgetik
Dapat diberikan analgetik mulai dari parasetamol dengan dosis 10-15 mg/Kg
306
BUKU KURIKULUM PTBMMKI STAF
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI
2019/2020
307
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Daftar Pustaka
308
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
MATRA
MANAJEMEN
309
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
DISASTER MANAGEMENT
TBM Bumi Gora
1. PENGERTIAN BENCANA
Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam, manusia dan/atau oleh keduanya yang mengakibatkan korban
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
2. PRINSIP
Prinsip penanggulangan bencana :
a. Cepat dan tepat
b. Prioritas
c. Koordinasi dan keterpaduan
d. Berdaya guna dan berhasil guna
e. Transparansi dan akuntabilitas
f. Kemitraan
g. Pemberdayaan
h. Nondiskriminatif
4. MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN
Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas
yang menentang dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem Pelayanan
Tanggap Darurat ditujukan untuk mencegah kematian dini karena trauma yang
bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera (kematian
segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma. Perawatan kritis, intensif,
310
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Menunjuk
petugas
RHA
(Rapid
Health
311
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
312
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
313
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
314
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Tingkat Puskesmas
Menyampaikan infromasi pra bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Menyampaikan informasi rujuka ke RS Kabupaten/Kota bila
perlu.
Menyampaikan informasi perkembangan bencana ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
Tingkat Kabupaten/Kota
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi
awal bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penilaian
kebutuhan pelayanan di lokasi bencana.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan
hasil penilaian kebutuhan pelayanan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
memberi respon ke Puskesmas dan RS Kabupaten/Kota.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi
perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi.
RS Kabupaten/Kota menyampaikan informasi rujukan dan
perkembangannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS Provinsi
bila diperlukan.
315
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Tingkat Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan bahwa informasi
awal kejadian dan perkembangannya ke Depkes melalui PPK.
Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kajian terhadap laporan
hasil penilaian kebutuhan pelayanan yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan laporan hasil kajian
ke PPK dan memberi respon ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan RS Provinsi.
RS Provinsi menyampaikan informasi rujukan da
perkembangannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan RS
Rujukan Nasional bila diperlukan.
Tingkat Pusat
PPK menyampaikan informasi awal kejadian, hasil kajian
penilaian kebutuhan pelayanan dan perkembangannya ke
Sekretari Jendral Depkes, Pejabat Eselon I dan Eselon II
terkait serta tembusan ke Mentei Kesehatan.
PPK melakukan kajian terhadap laporan hasil penilaian
kebtuhan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi.
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional menyampaikan
informasi rujukan dan perkembangannya ke PPK bila
dipelrukan.
PPK berserta unit terkait di lingkungan Depkes merespons
kebutuha
Pelayanan kesehatan yang diperlukan.
5.2. Penyampaian
Informasi yang diperoleh dapat disampaikan dengan menggunakan :
a. Kurir
b. Radio Komunikasi
c. Telepon
d. Faksimili
e. E-mail
f. SMS
316
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
6. RESPON BENCANA
6.1. Pre penanganan bencana
a. Preventif
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana
maupun kerentanan pihak yang terancam bencana (UU no. 24/2007). Upaya tidak
mempertemukan bahaya dengan kerentanan/kapasitas. Upaya yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya).
Misalnya :
Melarang pembakaran hutan dalam perladangan
Melarang penambangan batu di daerah yang curam.
Contoh kegiatan :
Membuat Peta Daerah Bencana
Mengadakan dan mengaktifkan isyarat-isyarat tanda bahaya
Menyusun Rencana Umum Tata Ruang
Menyusun Perda mengenai syarat keamanan, bangunan,
pengendalian limbah dsb.
Mengadakan peralatan/perlengkapan Ops. PB
Membuat Protap, Juklak, Juknis PB.
Perbaikan kerusakan lingkungan.
b. Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
(UU 24/2007). Ada 9 kegiatan dalam komponen kesiapsiagaan:
Penilaian Risiko (risk assessment)
Perencanaan siaga (contingency planning)
Mobilisasi sumberdaya (resource mobilization)
Pendidikan dan Pelatihan (training & education)
Koordinasi (coordination)
Manajemen Darurat (response mechanism)
Peringatan Dini (early warning)
Manajemen Informasi (information systems)
Gladi / Simulasi (drilling/simulation)
Misalnya:
Penyiapan sarana komunikasi
Pos komando
Penyiapan lokasi evakuasi
Rencana Kontinjensi dan sosialisasi peraturan / pedoman
penanggulangan bencana.
317
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Koordinasi memerlukan :
Manajemen penanggulangan masalah kesehatan yang baik.
Adanya tujuan, peran dan tanggung jawab yang jelas dari
organisasi.
Sumber daya dan waktu yang akan membuat koordinasi
berjalan.
Jalannya koordinasi berdasarkan adanya informasi dari
berbagai tingkatan sumber informasi yang berbeda.
318
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
319
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
320
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
321
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
322
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam setiap hari serta dapat
diperpanjang atau diperpendek waktunya sesuai dengan pelaksanaan
tanggap darurat.
Persyaratan Lokasi
1. Pos Komando Tanggap Darurat Bencana dapat
menempati bangunan atau tenda.
2. Bangunan atau tenda pos komando tanggap darurat
bencana menempati lokasi yang strategis dengan
kriteria:
i. Mudah diakses oleh berbagai pihak yang terlibat dalam
kegiatan
tanggap darurat bencana.
ii. Aman dan terbebas dari ancaman bencana.
iii. Memiliki lahan parkir yang memadai.
iv. Luas lahan sekurangkurangnya 500 m2.
323
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
324
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
1. Keamanan.
Lokasi pendirian RS lapangan harus berada di wilayah
yang aman dari bencana susulan.
2. Akses.
Kemudahan akses bagi petugas dan pasien, juga untuk
mobilisasi logistik.
3. Infrastruktur.
Apakah terdapat bangunan yang masih layak dan
aman dipergunakan sebagai bagian dari RS lapangan.
Jika tidak, apakah ada lahan dengan permukaan datar
dan keras yang dapat digunakan untuk pendirian RS
325
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
NB :
dokter umum, dokter spesialis bedah, dokter spesialis bedah tulang, dokter
anestesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis
anak, dokter spesialis jiwa, perawat mahir (gawat darurat, kamar bedah,
intensif, rawat bedah), perawat anestesi, perawat umum, radiographer, tenaga
analisis laboratorium, apoteker dan asisten apoteker, ahli gizi/dietisien, tenaga
326
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
pengemudi/supir, juru masak, tenaga administrasi, tenaga laundry, tenaga teknisi listrik dan
mesin, tenaga pembantu umum (untuk tenaga gudang, kebersihan, dll.), tenaga keamanan
1. Melihat jenis bencana yang terjadi, misalnya bencana banjir, bencana gunung meletus,
bencana kebakaran hutan, bencana kebakaran, bencana akibat konflik (huruhara).
Berdasarkan data tersebut, kita dapat melakukan perhitungan yang relatif sesuai dengan
kebutuhan selain jenis obat yang disediakan juga dapat mendekati kebutuhan nyata.
3. Pedoman pengobatan yang umum digunakan. Dalam hal ini sebaiknya merujuk pada
Pedoman Pengobatan yang diterbitkan oleh Depkes.
Agar penyediaan obat dan perbekalan kesehatan dapat membantu pelaksanaan pelayanan
kesehatan pada saat kejadian bencana, jenis obat dan perbekalan kesehatan harus sesuai
dengan jenis penyakit dan pedoman pengobatan yang berlaku.
327
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
328
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
329
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Tujuan Penggunaan :
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan
khusus/tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan
diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama
perjalanan.
Petugas :
Satu orang supir dengan kemampuan BHD (Bantuan Hidup
Dasar) dan berkomunikasi serta satu orang perawat dengan
kemampuan PPGD (pertolongan Pertama Gawat Darurat)
2. Ambulans Gawat Darurat
Tujuan Penggunaan :
Pertolongan penderita gawat darurat pra rumah sakit,
pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah
distabilkan dari lokasi kejadian ke tempat tindakan definitif
atau ke rumah sakit, sebagai kendaraan transport rujukan.
Petugas :
Satu orang pengemudi dengan kemampuan PPGD dan
komuniasi, satu orang perawat berkemampuan PPGD, dan
satu orang dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS.
3. Ambulans Rumah Sakit Lapangan
Tujuan Penggunaan :
Merupakan gabungan ebebrapa ambulans gawat darurat dan
ambulans pelayanan medik beregrak. Sehari – hari berfungsi
sebagai ambulans gawat darurat.
Petugas :
Seorang pengemudi berkemampuan PPGD dan komunikasi,
seorang perawat berkemampuan PPGD atau BTLS/BCLS,
dan seorang dokter berkemampuan ATLS/ACLS.
330
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
c. Triage
Triage adalah proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan
beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta
prioritas transportasi, artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab
ancaman hidup. Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam
mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas
kesehatan.
Tujuan Triage
Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi
segera (lebih ke perawatan yang dilakukan di lapangan).
Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan
dengan pembedahan.
Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan.
Prinsip Triage dan Tata Cara Melakukan Triage Triage
dilakukan berdasarkan observasi terhadap 3 hal, yaitu :
Pernapasan (respiratory)
Sirkulasi (perfusion)
Status mental (mental state)
Pengelompokan Triage Berdasarkan Tag Label
Prioritas 0 (hitam)
Pasien meninggal atau cedera parah yang jelas tidak
mungkin untuk diselamatkan
Prioritas 1 (merah)
Penderita cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan
tindakan medik atau transport segera untuk meyelamatkan
hidupnya.
Prioritas 2 (kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan
tingkat yang kurang berat dan dipastikan tidak akan
mengancam jiwa dalam waktu dekat.
331
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Prioritas 3 (hijau)
Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak
membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam
nyawa dan tidak menimbulkan kecacatan.
Klasifikasi Triage
Triage di tempat
Dilakukan ditempat korban ditemukan atau pada tempat
penampungan, triage ini dilakukan oleh tim pertolongan
pertama sebelum korban dirujuk ke tempat pelayanan medik
lanjutan.
Triage Medic
Dilakukan pada saat korban memasuki pos pelayanan medik
lanjutan yang bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan
dan tindakan pertolongan yang dibutuhkan oleh korban.
Triage evakuasi
Triage ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan
pada rumah sakit yang telah siap menerima korban, seperti
bencana massal.
6.3. Pasca Penanganan Bencana
a. Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Bencana yang disertai dengan pengungsian sering menimbulkan berbagai
masalah, terumata masalah kesehatan masyarakat yang besar. Dalam sitausi
bencana selalu terjadi kedaruratan semua aspek kehidupan. Terjadinya
kelumpuhan pemerintahan, rusaknya fasilitas umum, terganggunya system
komunikasi dan transportasi, lumpuhnya pelayanan umum yang
mengakibatkan terganggunya tatanan kehidupan masyarakat. Jatuhnya
korban jiwa, hilangnya harta benda, meningkatnya angka kesakitan
merupakan dampak dari adanya bencana. Kebutuhan pelayanan kesehatan
tiap – tiap penduduk rentan adalah tidak sama karena mereka mempunyai
karakteristik kebutuhan pelayanan kesehatan yang berbeda. Pelayanan
kesehatan pada bayi berbeda dengan kebutuhan pelayanan kesehatan pada
penduduk lansia. Sehingga perlu kiranya untuk menggali informasi dari
masyarakat mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan yang dharapkan oleh
para penduduk rentan atau penduduk yang beresiko tersebut berkenaan
dengan dampak kesehatan pasca bencana. Penggalian informasi, keinginan
da saran dari kelompok penduduk rentan adalah suatu proses pencarian
informasi dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia khusunya pada
kelompok penduduk yang rentan dan beresiko terkena penyakit dengan
adanya bencana tersebut. Tindakan penting yang dapat menolong
332
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Mortalitas
Fasilitas kesehatan harus memiliki catatan kematian pasien termasuk
sebab kematiannya dan informasi demografi lain yang relevan.
Morbiditas
Fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan,
termasuk klinik untuk balita dan program pemberian makanan yang
selektif, haruslah memiliki catatan harian medis pasien yang
menginformasikan nama, umur, jenis kelamin, diagnosa klinis, hasil
laboratorium, dan pengobatan.
Program Kesehatan Utama
Prioritas yang seharusnya dimasukkan dalam program tanggapan
darurat adalah :
Harus ada upaya untuk meringankan (mitigasi) dari efek
bencana yang mungkin dapat melibatkan kisaran strategi
kedokteran dan kesehatan pencegahan, termasuk
imunisasi untuk penyakit menular, perbaikan sanitasi,
personal hiegene, bahaya pembuangan limbah, kontrol
vektor dan cacing, kontrol imigrasi dan bea cukai,
pendidikan dan peringatan dini masyarakat.
Kesehatan reproduksi perihal keselamatan ibu yang
meliputi persalinan dan antenatal care (ANC).
Meningkatkan kapasitas yang meliputi :
1. Pendidikan kesehatan
2. Pengelolaan logistik obat – obatan
3. Pelayanan laboratorium
4. Informasi sektor vital seperti : Persediaan air minum,
persediaan kakus per orang, jumlah populasi dengan
penampungan yan memadai, jumlah sabun yang
disediakan untuk setiap orang perbulannya,melaksanakan
kontrol vector
5. Makanan dan Gizi
Respon cepat yang diambil adalah :
i. Memperkirakan keadaan kesehatan dan
gizi secepat mungkin
ii. Menjamin tersedianya makanan, transportasi,
penyimpanan, minyak goreng, dan peralatan
memasak.
333
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
7. Kesehatan Lingkungan
Respon cepat yang diambil adalah :
i. Mengumpulkan tinja pada satu tempat dan mencegah
pencemaran terhadap sumber – sumber air.
ii. Menentukan tempat – tempat yang berpotensi untuk
pembutan sarana sanitasi
iii. Menentukan metode pembuangan tinja, sampah dan
air limbah.
iv. Mengendalikan vektor yang mengancam kesehatan,
seperti nyamuk, lalat, kutu, binatang kecil, tikus, dan hama
lainnya.
v. Merencanakan tim sanitasi untuk membangun dan
memelihara prasarana.
vi. Mendirikan pelayanan pengendalian ancaman hama
vii. Membentuk sistem pemantauan untuk smeua
pelayanan kesehatan lingkungan
viii. Memasukkan kebersihan lingkungan sebagai
bagian pendidikan kesehatan
ix. Mengendalikan debu dengan cara menyiram jalan
dan membatasi lalu lintas
x. Mengendalikan air limbah dan menyediakan salutan
pembuangannya.
b. Trauma Healing
334
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
335
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
336
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
337
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
1. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan kita sehari-hari baik itu dijalani secara individu/personal
maupun secara berkelompok/berorganisasi membutuhkan rencana-rencana
dalam mencapai tujuan. Rencana telah disusun secara umum atau detail tanpa
didukung kemampuan menajemen (kemampuan menajerial
seseorang/sekelompok orang) sulit untuk dilaksanakan dalam perwujudan
tujuan rencana tersebut, begitupun sebaliknya. Berorganisasi membutuhkan
menajemen yang jauh lebih kompleks agar tercapai tujuan mereka.
Kemampuan memanage dalam pelaksanaan, pengontrolan dan evaluasi sebuah
rencana yang telah disusun dengan baik menentukan hidup matinya organisasi.
Meskipun demikian langkah awal senantiasa dimulai dari bagaimana
organisasi mampu menyusun perencanaan.
2. PERENCANAAN
Perencanaan bisa didefinisikan sebagai melaksanakan proses penilaian
keadaan, menentukan tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang dan
tindakan – tindakan yang harus dilaksanakan untuk mencapainya.Sehingga
perencanaan penting dilakukan baik sebelum maupun sesudah keadaan yang
tak terkendali. Dan perencanaan operasi harus didasarkan pada kebutuhan yang
terinci dan penilaian akan sumber daya. Adapun klasifikasi Rencana, yaitu :
a. Rencana Operasi (Operation Planning)
b. Rencana Cadangan (Alternative Planning)
Kedua tipe rencana tersebut jika digabung maka disebut sebagai master
planning, sehingga dapat menciptakan kondisi terkendali dan mengantisipasi
kondisi yang tak terkendali. Kesimpulannya rencana operasi tanpa rencana
cadangan akan terjebak dalam keadaan yang tak terkendali, begitupun dengan
rencana cadangan tanpa rencana opersi akan menjadi jasad sebuah ide.
338
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
b. Tujuan Umum
3.7 Identifikasi dan Penetapan Sumber Daya
a. Man Power
1. Jumlah
2. Job description
b. Method
1. Internal
2. Eksternal
c. Material
1. Sarana transport
2. Peralatan medis dan obat – obatan
3. Perlengkapan medis tim dan pribadi
d. Money
1. Dana BPP
2. Dana pribadi
e. Rule
1. Etika tim medis (khusus RO tim medis)
2. Surat kesepakatan
f. Information
1. Keadaan medan
2. Iklim dan cuaca
3. Keadaan sosial budaya masyarakat
g. Time
1. Waktu (time schedule)
2. Tempat
3.8 Objek Sasaran
a. Panitia
b. Peserta
c. Masyarakat
3.9 Target Kegiatan
Prinsip : SMART (Spesific, Measureable, Achieveable, Reality, Time Based)
3.10 Standar Keberhasilan
Prinsip : 4EP (Ekonomis, Etis, Efektif, Efisien, Produktif)
3.11 Skenario Lapangan
a. Time schedule tim
b. Rencana operasi lapangan
3.12 Alternative Planning
a. Sistematis
b. Realistis
339
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
340
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
341
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
342
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Kepala Badan Sar Nasional Nomor Pk. 6 Tahun 2015 Tentang
Rencana Strategis Badan Sar Nasional Tahun 2015 – 2019
Http://Basarnas.Go.Id/Repository/Documents/Regulasi/5b74d411b555594
0c4c45236be3f8f41.Pdf
Rencana Strategis Badan Sar Nasional Tahun 2010-2014
Http://Basarnas.Go.Id/Repository/Documents/Regulasi/0ddf0be2081a29fd8e6dac
1a310f65c2.Pdf
343
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
MATRA
PENUNJANG
344
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
NAVIGASI DARAT
1. DEFINISI
Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui tentang keadaan medan
yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta
tujuan perjalanan di alam bebas. Navigasi dibagi menjadi tiga, yaitu :
• Navigasi udara
Navigasi yang digunakan oleh petugas yang berkecimpung dan
berkaitan dengan kedirgantaraan.
• Navigasi laut
Navigasi yang digunakan oleh petugas yang
kegiatannya berkecimpung dibidang kelautan.
• Navigasi darat
Navigasi yang digunakan untuk kegiatan di darat. Navigasi darat
merupakan teknik menentukan posisi dan arah lintasan di peta
maupun pada medan sebenarnya (khususnya di daratan).
D. Busur Derajat
Pada pemakaiannya, busur derajat sudah jarang digunakan karena
sekarang ada alat yang namanya protactor, rumer yang fungsinya
sama dan di dalamnya ada pembagian karvak dalam beberapa skala
peta.
E. Curvimeter
Curvimeter adalah alat untuk menghitung jarak horizontal pada rute
lintasan yang berkelok-kelok di peta.
F. Altimeter
345
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
G. Pedometer
Pedometer adalah alat untuk mengukur langkah kaki, namun alat
yang letaknya di pinggang ini jarang digunakan atau sebatas
pelengkap saja.
3. PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang
diproyeksikan pada bidang datar dengan perbandingan atau perkecilan
tertentu yang disebut skala. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk
mewakili fitur yang ditemukan pada permukaan bumi. Representasi yang
ideal akan terwujud jika setiap fitur dari daerah yang dipetakan dapat
ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat dimengerti, peta harus
diwakili dengan tanda konvensional dan simbol. Pada navigasi darat
menggunakan jenis peta topografi (skala 1:10.000/1:5.000) karena
mempunyai banyak keistimewaan yaitu relief permukaan bumi, hutan,
pemukiman, jaringan jalan, sungai, sawah dan lainnya.
346
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Peta Topografi berasal dari bahasa yunani, “topos” berarti tempat atau
lapangan, “graphos” berarti gambaran atau catatan. Peta topografi yaitu
peta yang menggambarkan suatu tempat di permukaan fisik bumi yang
dinyatakan dengan garis-garis ketinggian atau garis kontur dan disertai
berbagai keterangan secara rinci mengenai daerah yang terpetakan.
Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya
adalah peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping
fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau, dll. Karena peta topografi
menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan jenis peta
yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan. Isinya
terdiri dari 4 ciri, yakni : relief (ketinggian), perairan (seperti sungai
danau), tumbuhan (hutan, semak, kelapa) dan hasil budaya manusia
(jalan raya, bangunan, jembatan). Peta topografi memiliki beberapa bagian
yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
347
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
• Judul Peta
Identitas yang tergambar pada peta, judul peta menyatakan lokasi
yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai
judul yang berbeda pula. Judul peta biasanya ada di bagian tengan
atas.
Keterangan Pembuatan
Informasi mengenai pembuatan peta, tahun pembuatan, dan instansi
pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah peta. Setiap peta
terutama peta topografi selalu mencamtumkan data tahun
pembuatannya karena sangat diperlukan untuk menghitung sudut
variasi magnetisnya. Kutub magnetis selalu berubah setiap
tahunnya. Ini disebabkan oleh rotasi bumi. Di Indonesia biasanya
kutub magnetis peta topografinya selalu bergeser ke arah timur,
variasi ini dinamakan ‗deklinasi‘ dan sangat berpengaruh terhadap
perhitungan dalam menggunakan peta dan kompas.
• Nomor Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan di sebelah kanan atas peta. Selain
sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, nomor peta juga
berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah lain di
sekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah
disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomornomor
peta yang ada di sekeliling peta tersebut.
• Pembagian Lembar Peta
Merupakan penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di
sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan
penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah lebih
luas.
• Sistem Koordinat
Koordinat adalah kedudukan sesuatu titik pada peta, yang
merupakan pertemuan garis tegak dan mendatar dari suatu lembaran
peta topografi. Sistem koordinat yang resmi ada dua macam :
348
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Gambar 2. Karvak
349
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
• Skala
Skala atau kedar peta merupakan perbandingan antara jarak dua titik
di peta dengan jarak dua titik di lapangan dalam satuan yang sama.
Ini untuk menentukan jarak antara obyek atau lokasi pada peta,
ukuran area tertutup, dan dapat mempengaruhi jumlah detail yang
ditampilkan. Menurut kategorinya, skala peta dibagi ke dalam tiga
kategori (skala kecil, menengah dan besar). Penjabarannya adalah
sebagai berikut :
• Arah peta
Arah peta adalah arah utara pada peta. Arah peta yang perlu
diperhatikan adalah arah utara peta dengan cara memperhatikan arah
350
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
huruf-huruf tulisan pada peta yang juga berarti arah utara peta.
Terdapat 3 macam arah utara yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Utara peta atau grid north (UP atau GN). Utara peta adalah
arah utara yang ditunjukan garis koordinat tegak peta ke
arah atas.
Utara sebenarnya atau true north (US atau TN), merupakan
arah yang menunjukkan kutub utara bumi (utara geografis)
dilambangkan dengan simbol bintang karena segaris
dengan bintang (kutub) utara, dikenal pula sebagai utara
astronomis.
Utara magnetik atau magnetic north. Utara magnetik (UM)
adalah arah yang menunjukkan kutub utara magnetik
bumi, dilambangkan dengan jarum atau mata panah. Kutub
utara magnetik bumi letaknya tidak bertepatan dengan
kutub utara bumi. Utara magnetik ditunjukkan oleh jarum
magneti kompas, biasanya disebut juga dengan utara
kompas (UK). Untuk keperluan yang lebih menuntut
ketelitian, perlu di perhitungkan adanya iktilaf peta, iktilaf
magnetis, deviasi. Penjabarannya adalah sebagai berikut :
Iktilaf peta atau konvergensi meridian, merupakan sudut
yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara peta.
Iktilaf magnetik atau deklinasi, merupakan sudut yang
dibentuk utara sebenarnya dengan utara magnetik
Iktilaf utara peta-utara magnetik atau deviasi, merupakan
sudut yang dibentuk utara peta dengan utara magnetik.
• Garis kontur
Garis kontur adalah garis khayal yang berkelok-kelok tak beraturan
dan tertutup, menghubungkan beberapa titik yang mempunyai
ketinggian sama dari permukaan laut. Pada medan sebenarnya,
permukaan bumi merupakan suatu bidang yang tidak rata. Hal
tersebut disebabakan karena terdapat gunung, lembah, jurang,
sungai, laut, tebing dan lainnya (disebut relief). Tidak ratanya relief
tersebut, menyebabkan perlunya kontur yang dapat memberikan
gambaran tentang tidak ratanya suatu medan di atas peta dan
sekaligus kita dapat membayangkan bentuk medan yang
sebenarnya. Adapun sifat garis kontur adalah sebagai berikut :
351
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
352
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
353
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
354
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
5. KOMPAS
Kompas merupakan salah satu peralatan navigasi utama untuk digunakan
bersamaan dengan peta. Sebuah peta tidak akan memiliki nilai lebih jika tidak ada
kompas. Dengan adanya kompas kita dapat mengetahui arah gerakan, azimuth
magnetik suatu point dll. Kompas berguna sebagai alat penunjuk arah yang untuk
mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan
menunjukan arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya
magnetis lainnya selain arah magnetis bumi). Tapi perlu diingat bahwa arah yang
ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan
arah utara sebenarnya.
• • Jenis kompas
• a. Kompas Orientasi
Untuk tujuan praktis karena sudah dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris
akan tetapi mempunyai akurasi yang kurang baik. Sering disebut sebagai kompas
Silva (nama merk) atau Sunto.
• b. Kompas Bidik
Dapat dibedakan berdasar kaca pembacanya : kompas lensa, kompas prismatik,
kompas optik.
355
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Bagian kompas
Secara garis besar, kompas terdiri dari :
➢ Badan, tempat komponen lain berada dan terlindungi
➢ Jarum, yang selalu menunjukan arah utara magnetis bumi
➢ Skala penunjuk, menunjukan pembagian derajat/mil sebagai sistem
satuan arah mata angin
Pada kompas lensatik, bagian-bagian kompasnya dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Cover atau penutup kompas berguna untuk melindungi
jarum magnetik dan piringan azimuth saat tidak
356
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
• Penggunaan kompas
1. Teknik Centerhold. Pertama, kompas dibuka secara penuh
hingga tutup membentuk suatu bidang datar dengan base.
Kemudian buka lensa (rear-sight) secara maksimal, biarkan
link mengapung dengan bebas. Berikutnya, tempatkan ibu
jari pada cincin, membentuk suatu dasar yang baik beserta
jari kelingking dan manis, sedangkan jari telunjuk diletakkan
sepanjang sisi kompas. Tempatkan ibu jari dari tangan lain
antara lensa dan bezel-ring, jari telunjuk sepanjang sisi lain
dari kompas, dan jari yang sisanya di sekitar jari dari tangan
lain. Tarik siku ke arah badan, ini akan memposisikan
kompas di antara dagu dan pinggang. Untuk mengukur
azimuth, secara sederhana, putar seluruh badan ke arah
obyek, tutup kompas akan menunjuk langsung ke obyek
tersebut. Ketika sedang menunjuk obyek, perhatikan dan
baca azimuth, sesuaikan garis indeks. Teknik ini lebih
disukai karena lebih mudah, cocok pada semua kondisi jarak
penglihatan, dan dapat digunakan tanpa harus melepas
kacamata.
2. Teknik Compass-To-Cheek. Buka tutup kompas hingga
posisi vertikal, kemudian buka rear-sight agak condong ke
depan (45o). sejajarkan rear-sight slot dan front-sight dengan
obyek yang diinginkan. Kemudian mengerling dan
perhatikan skala yang ditunjukkan oleh link untuk membaca
357
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
358
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
359
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
7. ORIENTASI MEDAN
1. Mengenal tanda medan
360
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
a. Resection
Resection merupakan cara untuk mengetahui posisi kita di
peta. Langkah-langkah melakukan resection:
361
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Bila kita berada di alam bebas tanpa membawa peta dan kompas,
kita dapat menggunakan tanda-tanda alam untuk menunjukkan arah
perjalanan kita, diantaranya adalah:
362
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
363
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
KOMUNIKASI LAPANGAN
Dalam keadaan survival jiwa Anda tergantung pada 4 hal yaitu : perlindungan
dari cuaca (dingin, hujan, panas), makanan, air dan regu pencari. Juga dalam
kegiatan operasi, seperti operasi SAR, pendakian dalam regu, pertolongan
bencana alam, komunikasi memegang peranan penting dalam operasi tersebut.
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain sangat vital untuk dikuasai dalam
berkegiatan di alam terbuka. Hal ini akan sangat terasa apabila kita berada dalam
kondisi survival dimana kita harus mampu memberikan isyarat untuk
memberitahukan atau meminta pertolongan pada seorang yang mungkin dapat
memberikan pertolongan pada kita. Komunikasi dengan sarana radio dua arah
(HT)
Kita sering melihat banyak anggota Polisi, TNI, Pemadam, SAR dan instansi
lain menggunakan radio dua arah yang lebih dikenal dengan nama "HT".
Masyarakat umum juga saat ini mulai banyak yang memanfaatkan HT tersebut
untuk berbagai kegiatan.
363
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
1.2. Morse
Morse adalah suatu bentuk isyarat komunikasi berupa kode
kombinasi panjang dan pendek yang mewakili semua huruf, angka, dan
tanda baca. Komunikasi ini juga dapat digunakan dalam keadaan gawat
darurat. Alat-alat yang biasa digunakan dalam komunikasi morse adalah
:
a. Peluit isyarat yang digunakan dalam menggunakan peluit adalah
dengan menggunakan panjang-pendek suara tiupan.
b. Cahaya biasanya menggunakan cahaya sorot (senter) yang ditutup
dengan kain berwarna merah/jingga karena intensitas cahayanya palin g
dapat diterima dengan baik oleh mata manusia. Isyarat yang digunakan
dengan menggunakan panjang–pendek sinar cahaya.
364
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
NB : Tanda Baca :
Tanda . direpresentasikan dengan .-.-.-
Tanda , direpresentasikan dengan –..–
Tanda : direpresentasikan dengan —…
Tanda - direpresentasikan dengan -….-
Tanda / direpresentasikan dengan -..-.
365
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
1.3. Heliograf
Sebuah telegraf surya yang mengirimkan sinyal menggunakan kode morse
melalui kedipan cahaya matahari yang dipantulkan cermin. Istilah
"heliograf" berasal dari bahasa Yunani yaitu helios yang berarti "matahari"
dan graphein yang berarti "tulis". Kedipan cahaya yang dihasilkan
diciptakan dengan cara memutar cermin atau dengan menghalangi cahaya
dengan penutup. Terdapat 3 jenis heliograf yang umum digunakan. ketiga
jenis heliograf ini memiliki instrumen dan cara kerja yang berbeda. ketiga
jenis heliograf meliputi:
a Heliograf Mance (Model Inggris)
Heliograf jenis ini digunakan saat stasiun yang dituju dan matahari
berada di depan heliograf. Namun, cahaya juga bisa dipantulkan oleh
cermin kedua atau yang biasa disebut dengan ―duplex‖ saat Matahari
berada di belakang heliograf. Kemudian, sebuah ―kunci‖ yang
diletakkan di bagian belakang heliograf akan mengangkat cermin ke atas
dan mengarahkan sinar matahari ke stasiun yang dituju saat ―kunci‖
tersebut ditekan, operator heliograf menggunakan titik dan garis dari
sandi morse untuk mengirim pesan, mirip seperti operator telegraf.
366
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Heliograf
Model
Amerika
Sumber
:https://c
6.staticfli
ckr.com/
8/7326/1
0434909853_2d35be3837 _b.jpg
c. Heliograf Model Portugis
Cermin simplex dan duplex digabungkan dalam satu unit dengan
tabung cahaya dengan garis bidik dan layar dua pisau. Unit ini
diletakkan di sebuah tripod, namun tripod harus dipasang sempurna
untuk menyelaraskan garis bidik dengan stasiun yang dituju.
Perangkat bidik yang kedua adalah sebuah lubang kecil yang
memungkinkan matahari dipantulkan melewati bagian bawah
simplex dan melalui lubang kecil lain menuju garis bidik tepat di
bawah penutup. Berbeda dengan model Inggris dan Amerika, alat
ini tidak perlu dibalik saat peralihan antara simplex dan duplex.
367
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
3420052_3acee80e8d_b.jpg Cara
menggunakan heliograf secara efektif :
B
T
e
k
n
i
Alat yang paling sering digunakan di dalam kegiatan alam bebas untuk
berkomunikasi jarak jauh melalui radio adalah TRX (Transceiver) yang
369
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
berarti Transmitter (TX) dan Receiver (RX). Alat ini adalah alat
komunikasi dua arah yang digunakan secara bergantian.
b. Cermin Survival
Cermin ini berbentuk segi empat yang memiliki cermin dikedua
belah sisinya. Mempunyai 2 lubang; satu ditengah dan satu lainya di
sudut. Cermin ini sangat efektif dalam menarik perhatian.
c. Kain
Kode darat ke udara tanda ini digunakan untuk memberikan isyarat
dari darat ke udara. Biasanya menggunakan kain yang berwarna
kontras dengan medan di sekitarnya. Kain dapat disebarkan atau
370
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Anda memiliki jas hujan atau penutup kapal atau kain lebar
371
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
• Pen Flare
Pen flare merupakan suar dengan bentuk penembak pena
dan suar pada ujungnya. Ketika ditembakkan, suar dapat
terbang sejauh 150 meter dengan diameter 3 sentimeter.
Langkah menggunakan pen flare adalah dengan :
Lepas pembungkus pen flare
Pasangkan suar ke penembak
Jangan kokang penembak, kalungkan di leher untuk
penggunaan segera.
Tembakkan di depan pesawat penolong . Hati hati
terhadap salah persepsi sebagai serangan.
• Star Cluster
Star c luster dapat mengorbit sampai ketinggian 200 - 215 m,
dan akan menyala selama 6 - 10 detik dengan kecepatan
turun 14m/s.
• Star parachute
Star parachute dapat mengorbit sampai ketinggian 200 - 215
m, dan akan menyala selama 50 detik ( suar merah ) dan 25
detik (su ar putih), dengan kecepatan turun 2,1 m/s. Suar ini
dapat dilihat pada jarak 48 -56 km.
b. Radio
372
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
374
2.3. Repeater to repeater
2.4. Internet radio gateway
2.5. Komunikasi lewat satelit
2.6. APRS (Automatic Packet Reporting System)
K
o
mponen inti dari APRS sendiri adalah suatu alat yang bernama TNC
( Terminal Node Controler ) . D engan menghubungkan perangkat radio
kita dengan TNC dan GPS, maka kita telah membangun APRS kita
sendiri. APRS digunakan untuk mencari data atau informasi di
lapangan. Jadi setiap ada data baru yang diperoleh di lapangan, tim
dapat langsung melaporkan data ke pos komando.
Fungsi APRS:
a. Sebagai tracker 1 arah
Untuk membangun APRS dengan fungsi sebagai tracker 1 arah,
peralatan yang dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS
tanpa layar
b. Sebagai tracker 2 arah
Untuk membangun APRS dengan fungs i sebagai tracker 2 arah,
peralatan yang dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS
dengan layar.
c. Sebagai alat penerima/pengirim pesan teks
d. Sebagai alat untuk manajemen informas
3. ETIKA BERKOMUNIKASI
3.1 Komunikasi point to point
a. Memantau dahulu/memonitor pada frekuensi/kanal
yang diinginkan
b. Wajib menyebutkan CALL SIGN dan tempat/posisi memancar
c. Menyebutkan call sign dan mengucapkan kata ganti pada akhir
pembicaraan
d. Memberikan kesempatan/prioritas pada penyampai berita-berita
yang penting
377
e. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
f. Mengatur jalur/kanal apabila muncul
pertama kali di kanal/frekuensi
g. Apabila jalur kanal sibuk sementara butuh komunikasi agak panjang
dengan seseorang, sebaiknya bergeser (tidak memonopoli
kanal/jalur/frekuensi)
h. Menggunakan kode TEN (10), kode eight (8) pada RAPI atau kode
―Q‖ pada pada ORARI untuk efisiensi komunikasi
i. Membiasakan menulis di log book, dicatat dengan siapa
berkomunikasi dan kapan/tanggal dan waktu komunikasi dilakukan
j. Menggunakan nama panggilan
k. Dilarang menjadi net pengendali apabila sedang dalam stasiun gerak
3.2 Komunikasi melalui repeater/pancar ulang
a. Radio Pancar Ulang (RPU) adalah stasiun radio yang digunakan
untuk memancar ulangkan pesan melalui pesawat yang jangkauanya
lebih luas.
b. Monitor dahulu selama 3-5 menit.
c. Memperhatikan siapa yang sedang berkomunikasi.
d. Memperhatikan apa yang sedang dikomunikasikan.
e. Masuk pada spasi atau interval (tidak perlu menggunakan kata break
atau contact), dengan menyebutkan call sign dan apabila ingin
berkomunikasi / memanggil komunikasi langsung memanggil
dengan menyebut orang yang di panggil dan tidak perlu tergesagesa,
komunikasikan dengan kata-kata yang jelas dan mudah
dimengerti/dipahami.
f. Apabila ada hal yang bersifat darurat/emergency silahkan gunakan
interupsi pada spasi/interval.
g. Jangan memonopoli frekwensi dengan berkomunikasi hanya dengan
satu orang, dan selalu memberikan kesempatan kepada orang lain
yang mau menggunakan pancar ulang.
h. Membiasakan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan.
i. Memberikan kesempatan kepada pengguna di lapangan.
j. Mengutamakan/memberikan kesempatan pada pembawa berita yang
bersifat emergency / darurat.
3.3 Penggunaan kata “Interupsi”
a. Apabila mau memotong/menyela pembicaraan disebabkan ada sesuatu
informasi yang penting, gunakan pada saat jeda komunikasi atau spasi,
kemudian masuk dengan menyebutkan call sign.Monitor/menunggu
sampai di sebutkan call sign atau sampai sudah dipersilahkan
menggunakan jalur
378
379
b. SANDI UNTUK KOMUNIKASI PERHUBUNGAN MOBILISASI
KODE KETERANGAN
1-1 Hubungan pusat melalui telepon
8 - 11 Kembali ke udara
379
9-3 Tugas mengawal Presiden
10 - 1 Selesaikan secepat mungkin
10 - 2 Saudara berada di mana/saya berada di …..
10 - 3 Berita/perintah terakhir dihapus
10 - 4 Berita ini tidak untuk umum
10 - 5 Untuk diumumkan kepada semua jajaran
1 0 - 6 Untuk diumumkan kepada semua anggota
10 - 7 Tidak sesuai dengan peraturan/perintah dilarang
10 - 8 Menuju ke …..
c. TARUNA = Berita
Asap dan Api
Warna Isyarat Arti
Asap jingga Saya sedang dalam bahaya dan memerlukan
pertolongan segera.
Asap mera h Oleh kapal selam I, sedang mencoba untuk timbul
secara darurat.
Asap jingga 2 kali Oleh pesawat terbang SAR I,
dengan selang saya telah melihat survivor
beberapa detik
Putih 2 kali & kuning Oleh kapal selam,
2 kali dengan selang 3 Saya sedang ti mbul
detik
Hembusan asap hitam Oleh kapal,
atau putih berturut - Rubah haluan anda untuk menghindari daerah
turut antara 10 detik terlarang
Bendera
Prosedur :
1. Prosedur isyarat bendera diambil dari buku isyarat internasional
2. Isyarat yang penting dalam lalu lint as berita SAR
1.1. JA : saya mengalami tabrakan
1.2. DO : saya hanyut, minta bantuan segera
1.3. AT : saya kandas, minta bantuan segera
380
1.7. FM: saya tenggelam, kirim bantuan segera untuk
menolong penumpang dan anak buah kapal
Merah 1 kali atau • Saya sedang dalam bahaya, ulang, minta bantuan
berulang segera.
• Oleh kapal selam : Akan timbul secara darurat,
hati-hati.
• Oleh para rescue : Tidak mungkin untuk
meneruskan rencana
Merah 2 kali • Oleh para rescue : Korban luka-luka, memerlukan
dokter dan para medis
Merah 1 kali, hijau 1 • Oleh para rescue : Pesawat radio tidak bekerja,
kali berikan penggantinya
381
Putih 1 kali • Oleh pesawat terbang : Kapal selam ada di bawah
saya
• Oleh kapal laut : Orang jatuh ke laut
• Oleh para rescue : Siap untuk menerima alat untuk
mengapung atau acrokit
Putih 2 kali • Oleh para rescue : Siap untuk menerima pemberian
peralatan MA-1
Putih 2 kali dengan selang • Oleh kapal selam : Saya sedang timbul, hati - hati
waktu 3 menit Putih
berturut- turut • Oleh pesawat terbang atau kapal : Ubah haluan
dengan selang waktu Anda untuk menghindari daerah ini
10 menit
Putih berulang -ulang • Oleh pesawat terbang : Saya dalam kesulitan
dan harus menghindar
Putih 1 kali, hijau 1 • Oleh para rescue : Siap untuk menerima
kali pemberian peralatan sekoci penolong
Putih 1 kali, merah 1 • Oleh para rescue : Alat pengapung rusak , drop
kali penggantinya
Putih 2 kali, hijau 1 • Oleh pesawat terbang SAR : Rescue berhasil
kali baik
Putih 2 kali, merah 1 • Oleh pesawat terbang SAR : Rescue tidak
kali berhasil
Kuning 1 kali • Oleh kapal selam : Akan naik hingga kedalaman
periscope
382
DAFTAR PUSTAKA
383
EVAKUASI MEDIS DARAT
1. PENDAHULUAN
Mobilisasi/evakuasi adalah upaya memindahan korban dari lokasi
kejadian menuju ke tempat yang aman, sampai akhirnya korban
mendapatkan perawatan dan pengobatan. Teknik mobilisasi yang
benar dan efektif penting untuk dikuasai penolong agar korban
segera mendapat perawatan dan pengobatan di rumah sakit, tanpa
memperburuk keadaan korban atau menambah cedera baru.
2. KLASIFIKASI
Mobilisasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan urgensinya,
yaitu:
2.1. Emergency move
Tindakan yang dilakukan sebelum assessment/penilaian
dan ketika bantuan belum datang, di mana saat itu ada
potensi bahaya dan penolong serta korban harus
dipindahkan ke tempat aman untuk menghindari bahaya
atau kematian. Ringkasnya, karakteristik emergency move
yaitu cepat, tanpa dilakukan stabilisasi spinal, dan ada
potensi bahaya bagi korban maupun penolong. Berikut
adalah indikasi keadaan dilakukannya emergency move:
384
2.3. Non-urgent move
Tindakan yang dilakukan jika keadaan tidak mengancam
kehidupan korban dan korban stabil. Pada kondisi ini,
mobilisasi dapat dilakukan setelah ada alat atau ambulance.
Tetap pastikan korban tidak mengalami cedera spinal.
3. PERENCANAAN MOBILISASI
3.1. Kenyamanan dan kondisi
Kenyamanan dan kondisi cedera harus menjadi pertimbangan
utama dalam memindahkan korban. Ada dua hal penting yang
harus diperhatikan, yaitu:
385
d. Hindari membengkokkan punggung (tegakkan
punggung sejajar dengan telinga)
e. Utamakan menarik korban daripada mendorong,
punggung tetap lurus
f. Selalu mulai dari posisi seimbang dan tetap jaga
keseimbangan
386
METODE-METODE MOBILISASI
5.1. One-rescuer methods
Cara memosisikan korban yang tidak Teknik:
sadar untuk berdiri a. Metode Teknik:
Reguler 1. Posisikan korban dalam posisi pronasi
2. Penolong berdiri membawahi korban
3. Masukkan tangan ke bawah dada korban,
kemudian kedua tangan saling mengunci
4. Angkat korban sambil mulai berjalan
mundur hingga lutut korban lurus dan kakinya
menapak
5. Jalan maju dan posisikan korban dalam
posisi berdiri dengan sedikit condong ke
belakang agar lutut tetap lurus
6. Jika lutut belum lurus ulang step 4 dan 5
7. Pegang salah satu pergelangan tangan
korban dan angkat lengannya. Gunakan
tangan penolong yang lain untuk menjaga
korban tetap dalam posisi berdiri
8. Penolong pindah ke depan korban melewati
bawah lengan korban, turunkan tangan
korban, kemudian penolong memegang
pinggang korban dengan kedua tangan
9. Penolong memosisikan kakinya di antara
kaki korban untuk melebarkan kaki korban
agar posisi berdirinya lebih stabil
387
b. Metode Alternatif 1. Posisikan korban dalam posisi pronasi
2. Penolong berlutut (pada 1 lutut) di depan
kepala korban
3. Letakkan tangan melewati bawah ketiak
hingga punggung korban
4. Penolong berdiri sambil mengangkat korban
hingga korban dalam posisi berlutut
5. Perlu diingat: jaga selalu kepala korban agar
tidak hiperekstensi
6. Tangan penolong turun hingga di atas
pinggang korban, kunci tangan, dan berdirikan
korban hingga lututnya lurus
7. Tangan korban turun hingga pinggang korban
dan posisikan badan korban agak condong ke
belakang untuk menjaga lutut tetap lurus
8. Penolong memosisikan kakinya di antara kaki
korban untuk melebarkan kaki korban agar
posisi berdirinya lebih stabil
388
d. Drag Carry/Clothes Drag/ Shoulder Dilakukan pada korban yang ditemukan
Pull dengan posisi telentang atau duduk. Kepala
korban tersokong selama mobilisasi. Namun
penolong harus memfleksikan pinggang dan
lutut, sehingga tidak nyaman jika jangka waktu
lama.
Prosedur: letakkan tangan di bawah bahu
korban (atau melewati ketiak) dan genggam
baju di setiap sisi, sokong kepala di antara
lengan bawah penolong. Kemudian tarik
korban secara perlahan ke tempat aman dengan
memfleksikan lutut dan pinggang, usahakan
arah tarikan lurus.
e. Blanket Drag/Blanket Pull Dilakukan pada korban yang ditemukan dengan
posisi telentang atau duduk. Kepala korban
tersokong selama mobilisasi. Namun penolong
harus memfleksikan pinggang dan lutut,
sehingga tidak nyaman jika jangka waktu lama.
Prosedur: letakkan tangan di bawah bahu korban
(atau melewati ketiak) dan genggam baju di
setiap sisi, sokong kepala di antara lengan
bawah penolong. Kemudian tarik korban secara
perlahan ke tempat aman dengan memfleksikan
lutut dan pinggang, usahakan arah tarikan lurus.
389
h. Firefighter’s Carry Teknik ini digunakan untuk mobilisasi jarak
jauh. Dibutuhkan penolong yang kuat, bisa juga
dibantu asisten. Prosedur:
1. Kaitkan kedua siku di bawah
ketiak korban
2. Angkat korban secara perlahan
dengan kedua lengan untuk menopang berat
korban
3. Gunakan tangan yang dominan untuk
memfiksasi korban (dalam gambar, tangan
dominan adalah tangan kanan). Lalu,
gunakan tangan kiri untuk mengenggam
tangan kanan korban, kemudian gantungkan
tangan korban pada bahu
4. Posisikan punggung tegak
untuk meletakkan korban di atas bahu,
kemudian selimuti bagian belakang lutut
korban dengan tangan kanan
5. Naikkan dan angkat paha
korban setinggi bahu kanan penolong.
Penolong memegang lutut serta tangan kanan
korban dengan tangan kanannya.
i. Pick-a- Back/Piggy Back Carry Jika cedera pada korban membuat firefighter’s
carry tidak mungkin untuk dilakukan, teknik ini
menjadi alternatifnya.
Jangan diaplikasikan pada pasien yang tidak
sadar, luka lengan, serta korban yang lebih berat
daripada penolong.
Prosedur: penolong berjongkok membelakangi
korban, minta korban mengalungkan lengannya
ke leher penolong. Angkat korban secara
perlahan, tangan penolong menyangga korban
pada paha. Usahakan agar punggung penolong
tetap lurus.
390
j. Cradle Carry/One Person Lift Dilakukan pada korban yang sadar dengan
berat lebih ringan dari penolong serta hanya
mengalami cedera minimal. Biasanya untuk
korban anak-anak.
Prosedur: penolong jongkok atau melutut
disampingkorban, satu lengan ditempatkan di
bawah paha korban dan lengan lainnya
melingkari punggung. Korban dipegang
dengan mantap dan didekapkan ke tubuh,
penolong berdiri dengan meluruskan lutut dan
pinggul.
Cradle carry dapat dimodifikasi jika ada dua
penolong, yaitu two handed seat carry, three
handed seat carry, atau four handed seat carry.
391
5.2. Two-rescuer methods
a. Chair Lift Mobilisasi dengan kursi bisa digunakan untuk
korban sadar maupun tidak, tanpa cedera
kepala/spinal. Metode ini
bagus untuk mobilisasi korban
melalui tangga/turunan/naikan.
Prosedur:
1. Dudukkan korban di kursi (gunakan
kursi yang kuat, bukan kursi lipat atau kursi
plastik)
2. Penolong yang dekat kepala korban
memegang bagian belakang kursi, penolong
di depan memegang kaki kursi
3. Jika korban sadar, mintalah untuk
bersedekap. Jika tidak sadar, ikat kedua
tangan korban di depan dadanya sebagai
proteksi.
4. Angkat kursi dengan komando dari
penolong yang dekat dengan kepala,
miringkan sedikit kursi ke belakang.
392
c. Three-handed Seat Carry Prosedur hampir sama pada two handed seat
carry. Perbedaannya adalah satu penolong
menggunakan kedua tangannya untuk alas.
e. Fore and Aft Carry Sangat cocok untuk mobilisasi korban yang
tidak sadar.
Prosedur:
Korban dalam posisi duduk. Penolong satu
berada di antara kedua paha korban menghadap
depan sambil memegang bagian bawah lutut
korban. Penolong dua berada di belakang
memegang korban dari ketiak.
393
Pengangkatan korban dilakukan berbarengan
atau dapat pula bergiliran dari penolong
belakang diikuti penolong depan dengan jeda
sementara.
Agar tidak mengganggu, kedua pergelangan
tangan korban dapat diikat di depan dada.
Penolong yang berada di depan korban dapat
memunggungi maupun menghadap korban.
Usahakan penolong yang lebih tinggi berada
pada bagian kepala korban.
Modifikasi dapat dilakukan dengan
mengangkat pada kedua pergelangan kaki
dengan satu tangan, sehingga akan
memudahkan penolong ketika perlu membuka
pintu, dll.
394
a. Hammock Carry Metode ini bisa digunakan oleh tiga penolong
atau lebih. Anggota yang paling kuat berada di
sisi dengan jumlah penolong yang paling
sedikit (jika jumlah ganjil).
Prosedur:
1. Lewatkan tangan di bawah korban, lalu
pegang pergelangan tangan penolong yang
berlawanan.
2. Penolong di ujung-ujung hanya berpegangan
pada salah satu pergelangan tangan penolong
di hadapannya. Tangan yang bebas
digunakan untuk mendukung kepala korban
(untuk penolong di dekat kepala) dan
kaki/lengan korban (untuk penolong di dekat
kaki).
3. Dengan komando penolong yang paling
dekat dengan kepala korban, penolong
kemudian mengangkat korban setinggi lutut
(masih berjongkok, lutut pada kaki yang
dominan untuk menopang korban). Kemudian,
posisi pegangan pada pergelangan tangan
diubah ke bagian atas lengan bawah.
4. Penolong mengangkat korban setinggi
pinggang sembari berdiri.
5. Mobilisasi dimulai dan pertahankan posisi
korban agar tetap sesuai aksis punggungnya.
395
5.4. Metode evakuasi dengan alat
Metode untuk memindahkan korban Minimal dilakukan oleh 3 penolong.
ke alat: Teknik: posisi penolong (minimal 2) jongkok
a. Untuk memindahkan korban ke alat dan bertumpu pada satu lutut di samping
korban. Tangan penolong dilewatkan bagian
yang letaknya lebih tinggi bawah tubuh korban. Kemudian dengan aba-
daripada tubuh korban aba, korban diangkat dan agak diletakkan di
lutut penolong dengan posisi seperti dipeluk.
Penolong ketiga bertugas
mendorong/memosisikan tandu di tempat awal
korban berbaring.
b. Untuk memindahkan korban ke alat Pada kasus cedera spinal, digunakan teknik
yang dapat menyesuaikan dengan logroll dengan tujuan memindahkan korban
posisi korban (pada kasus cedera spinal) tanpa menggerakkan vertebra atau istilah
: logroll lainnya adalah inline immobilisation (posisi
leher dan batang badan harus segaris, amankan
leher dengen neck collar atau yang sejenis
(sandal bag), jika tidak tersedia dapat
diamankan dengan dipegang).
Selain untuk mempermudah proses
memindahkan korban ke alat (karena alat yang
menyesuaikan posisi korban), logroll juga
digunakan untuk memeriksa bagian bawah
tubuh korban.
396
Minimal dilakukan oleh 3 penolong.
Teknik:
Jika dilakukan oleh empat penolong;
1. Satu penolong memfiksasi kepala-leher
dan koordinasi roll
2. Dua penolong membalikan dada, panggul,
dan anggota gerak ke satu sisi. Posisi tangan bisa
lurus maupun disilang antarpenolong.
3. Satu penolong terakhir memosisikan alat
di belakang punggung korban.
397
e. Tandu Improvisasi
✓ Dari baju/jaket
✓
ari selimut/ponco
398
arah jalan
399
penolong lainnya.
400
DAFTAR PUSTAKA
401
EVAKUASI MEDIS PERAIRAN
1. PENGERTIAN
Merupakan pertolongan/penyelamatan serta cara melakukan evakuasi
korban dari perairan.
4. ISYARAT DARURAT
Isyarat dapat diberikan dengan menggunakan peluit dengan cara:
402
e. Orang yang belum mahir berenang dengan atau tanpa alat.
403
8. MACAM-MACAM KORBAN
8.1. Perenang yang kelelahan
Korban akan berusaha untuk menjaga kepalanya tetap
berada di atas dengan gerakan dasar renang. Tanda-tanda:
a. Berusaha meminta bantuan
b. Terlihat panik
c. Kayuhan tangan/kaki lemah dan masih dapat mengapung
d. Posisi tubuh tergantung kondisi
e. Terdapat sedikit perubahan arah gerakan atau diam di tempat
8.3. Non-swimmer
Korban tidak dapat berenang dan berusaha untuk menjaga
kepala agar tetap di atas. Tanda-tanda:
404
9. CARA MASUK KE AIR
1. Slide in entry
Digunakan jika kedalaman perairan tidak diketahui. Cara yang paling aman:
a. Buat posisi seaman mungkin di tepi air dan masukkan salah satu kaki
b. Rasakan pijakan kaki apakah berbahaya atau tidak
c. Jatuhkan badan dan tahan berat badan dengan tangan
2. Step-in entry
405
10. KEMAMPUAN PENYELAMATAN DI AIR
Seorang penyelamat di dalam air harus mempunyai kemampuan untuk:
406
c. Overhand knot d. Figure of eight
407
12.4. Go
Penolong berenang mendekati korban dengan membawa alat
bantu apung dan akan berenang kembali ke pinggir/darat
bersama dengan korban.
12.5. Tow/Carry
Dapat dilakukan dengan (tow) atau tanpa (carry)
menggunakan alat. Metode yang dapat digunakan ketika
membawa korban tanpa menggunakan alat:
a. Cross-chest tow
Merupakan cara yang terbaik untuk
korban yang panik, karena penolong
dapat mengkontrol korban dan
korban merasa aman. Penolong dapat
menggunakan salah satu atau kedua
tanganya untuk menyilang dari bahu
sampai dada korban; dan bahu
korban diapit di ketiak penolong.
c. Wrist tow
Dapat digunakan untuk korban yang
tidak sadarkan diri. Penolong
memegang pergelangan tangan korban
(seperti berjabat tangan), kemudian
putar pergelangan penolong (sehingga
posisi jempol berada diatas permukaan)
sehingga korban ikut berputar.
d. Armpit tow
Dapat digunakan untuk
korban yang tidak
408
sadarkan diri. Penolong
dapat mengunakan
salah satu atau kedua
tanganya untuk
memegang ketiak
korban.
a. Block
Penolong dapat mendorong atau menendang tubuh korban agar
menjauh.
409
b. Wrist -Grip Escape
Buatlah korban berada di bawah air,
kemudian dorong bahu korban ke air dan
tendang korban sehingga penolong bisa
bebas.
e. PFD (Personal Floating Device) mengacu pada standar SOLAS (Safety Of Life
at Sea) . Terdapat beberapa tipe PFD yaitu tipe I PFD , tipe II PFD , tipe III
PFD , tipe IV PFD .
410
14. SELF RESCUE
Merupakan usaha untuk mempertahankan diri dengan sarana yang
ada di sekitarnya hingga bantuan datang. Syarat ketika melakukan
self rescue adalah tekad dan semangat untuk bertahan. Sedangkan
411
f. mammalian diving reflex
g. Lokasi korban juga bisa diklasifikasikan ke dalam air tenang, dan
air bergerak (deep holes, eddies downstream of large objects, dan
strainers).
Dibawah permukaan
Breath holding
cairan
Hypoxemic
Respiratory Laryngospasme
HyperactiveMovement Hypercarbic
Acidotic
Aspirasimeningkatcairan
Hipertensi
pulmonal Cardiac
Surfactantwashout failure
412
16.1. Faktor risiko terjadinya tenggelam
a. Pada infant dan anak-anak
Kurangnya pengawasan orang dewasa ✓ Kolam yang
kurang aman
Kurangnya alat-alat penyelamatan air
Kekerasan terhadap bayi dan anak-anak
b. Pada orang dewasa
Konsumsi alcohol
Tidak bisa berenang
Memiliki riwayat penyakit emergency seperti penyakit
jantung,stroke,kejang
413
Korban mencoba berenang namun dengan
gerakan yang tidak teratur
16.3. Tipe-tipe tenggelam
a. Dry drowning
Adanya laryngeal spasm yang menahan masuknya air ke
bronkus dan paruparu korban b. Wet drowning
414
h. Jangan menekan perut korban untuk
mengeluarkan air atau melakukan
drainase cairan saat proses resusitasi
i. Reassess dan monitor korban bila resusitasi sudah berhasil dilakukan
415
DAFTAR PUSTAKA
416
TEKNIK SURVIVAL
1. PENGERTIAN SURVIVAL
Survival adalah keterampilan bertahan hidup dalam keadaan darurat dan
terbatas dengan memanfaatkan hal-hal yang tersedia di sekitar Anda.
Teknik survival sendiri dimaknai sebagai kemampuan dan teknik
bertahan terhadap kondisi yang membahayakan kelangsungan
hidup yang terjadi di alam terbuka dengan mempergunakan
perlengkapan seadanya. Pelaku dari survival sendiri disebut
survivor. Rimpala (2002) menyatakan bahwa setiap huruf dalam
kata survival merupakan singkatan dari langkah-langkah yang
harus kita ingat dan lakukan,
Kita harus menyadari bahwa kita berada dalam keadaan yang tidak
menentu.
I : Improvise
Kita harus bisa berimprovisasi, seperti ponco atau flysheet dapat
dijadikan bivak untuk berlindung, sebuah pembuka kaleng kornet
dapat dijadikan mata kail.
V : Value Living
Hal yang terpenting, kita harus terus menumbuhkan dan menjaga
semangat
―Harus Hidup dan Harus Hidup‖.
417
Cobalah memahami perilaku dan kebutuhan penduduk sekitar,
apabila ada penduduk yang mengambil tumbuhan atau kayu di
hutan, kemungkinan bertemu akan ada.
418
a. Lokasi:
Jauh dari bahaya (perlindungan dari binatang liar,
batu atau pohon yang jatuh).
Dekat dengan bahan untuk membangun shelter.
Buatlah shelter sekitar 27 meter dari sumber air,
untuk menghindari mengkontaminasi sumber air
tersebut. Jangan mendirikan shelter dekat dengan air
yang tidak mengalir untuk menghindari serangga.
Tanah yang digunakan cukup luas dan datar. Jika
pada daerah yang tinggi terlalu terekspos, turunlah.
Sedangkan jika berada di daerah rendah dan basah,
naiklah untuk mencari tempat kering dan bebas
banjir.
Cukup terlihat untuk menerima dan membuat sinyal.
✓ Memiliki rute kabur yang terkamuflase.
b. Insulation (isolasi atau perlindungan dari kontak langsung
dengan tanah, hujan, angin, dan matahari) :
Pilihlah sisi selatan atau timur bukit, hutan atau
penghalang lainnya, karena angin biasanya datang dari
barat.
Gunakan penghalang angin alami seperti celah di tanah,
pohon tumbang, gua, tepian batu, dan gundukan pasir
untuk meminimalisir usaha yang dikeluarkan.
Perhatikan arah angin, posisikan pintu masuk shelter agar
tidak menghadap arah datang angin.
c. Sumber panas :
✓ Dari panas tubuh atau panas dari api.
d. Ukuran shelter :
Untuk satu orang atau kelompok.
Harus cukup besar untuk melindungi Anda, tetapi
cukup kecil untuk
419
menyimpan panas tubuh.
Jenis -jenis Bivak buatan
to .
Ikatkan tudung ponco pada cabang pohon kecil
sebagai support lean-
Selain itu, dapat juga dengan memposisikan
tongkat tegak lurus pada tengah ponco, tetapi dapat
mengurangi ruang gerak.
b. Ponco tent
Alat dan kondisi yang dibutuhkan:
420
Ponco
Tali 2-3 meter ✓ Pasak ±30 cm (4-6 buah) ✓ Pohon
(jarak 2-3 meter).
Pastikan arah
angin mengenai bagian
samping tenda.
Langkah pembuatan:
Ranting-ranting kayu.
Debris seperti dedaunan, lumut, pakis, kulit
kayu, dll.
Langkah pembuatan :
421
Letakkan tumpukkan debris yang kering dan lembut
dekat dengan tubuh kita (pada bagian dalam, sebagai
alas tidur) dan pada bagian atap.
Letakkan ranting di atas debris untuk mencegah tertiup
angin.
Tutup lubang masuk menggunakan dedaunan, tas, atau
pakaian.
d. Bivak alam
422
2.2. Pembuatan
api
Prinsip dasar api
Untuk membuat api, perlu dipahami prinsip dasar api, yaitu bahan
bakar tidak membakar sec ara langsung. Saat anda memberikan panas pada
bahan bakar akan menghasilkan suatu gas. Gas ini, berkombinasi dengan
oksigen di udara, dan terbakar.
Pemahaman konsep segi tiga api adalah sangat penting
yang akan dengan tepat membangun dan memelihara suatu
a
pi. Ketiga sisi segi tiga ini diwakili oleh udara, panas, dan bahan
bakar.
424
a. Tinder ( penyala ) merupakan bahan kering yang mudah
menangkap api seperti ranting mati seukuran korek,
serutan kayu, serutan kulit kayu, serpihan pinus, daun
rumput kering, dsb. Tinder akan segera terbakar jika
terkena percikan api sehingga dapat menghasilkan panas
yang cukup untuk membuat kindling terbakar.
b. Kindling ( pemancing ) merupakan kayu yang berdiameter
sekitar 1 - 3 cm, bisa menggunakan ranting besar atau kayu
yang telah dibelah. Terbakar secara perlahan sehingga
menghasilkan panas yang lebih tahan lama.
c. Fuel ( bahan bakar ) merupakan kayu yang berukuran
lebih be sar, membuat api akan bertahan lama dan stabil
dengan bara api yang baik. Semakin tebal kayu yang
digunakan, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk membuat kayu terbakar, namun api yang menyala
juga akan bertahan lebih lama.
Cara menyususun :
T
e
k
T
T
e
knik pembuatan api :
a. Batu api dan besi baja
Batu api dan besi baja digesekkan untuk membuat
percikan api yang diarahkan ke tumpukan daun kering
atau tinder . Setelah percikan api mengenai daun
kering atau tinder , segera tiup agar menjadi bara api.
b. Bo w drill
425
(drill), coal catcher (dapat menggunakan kulit kayu
pipih, daun tumbuhan yang kaku), bola tinder yang
terbuat dari bahan yang kering dan mudah terbakar
seperti kulit kayu yang diserut atau rumput kering.
Gunakan fire board sebagai alas atau tumpuan dengan
tebal sekitar 3 cm, pastikan bagian bawahnya datar.
Buat lubang dengan diameter yang lebih kecil dari
diameter drill.
Drill dibuat menggunakan ranting atau kayu berbentuk
silinder dengan panjang 20 cm dan diameter 3 cm.
Ujung bagian bawah dibentuk runcing, sedangkan
ujung bagian bawah tumpul (berbentuk seperti pensil
kayu tapi dalam ukuran yang besar).
Lilitkan drill di dalam busur (dibuat mengguankan
ranting yang melengkung dengan tali) dan posisikan di
atas area berlubang dari papan kayu.
Letakkan hand hold di atas drill untuk menjaga posisi
drill tetap stabil dan memberikan tekanan saat
dilakukan proses penggosokan.
Taruh coal catcher di bagian bawah lubang untuk
menangkap bubuk api.
Gerakkan busur maju dan mundur dan tekan hand hold
agar batang kayu berputar pada porosnya. Fireboard
dapat diinjak supaya tetap pada posisinya.
Lakukan terus hingga menghasilkan bubuk api
berasap.
Jika sudah ada bubuk api berasap, segera masukkan ke
dalam tinder lalu tiup agar terbentuk bara yang lebih
besar.
c. Hand drill
Prinsipnya sama dengan bow drill, tetapi tidak
menggunakan busur untuk memutar kayu. Pemutaran
kayu dilakukan menggunakan tangan yang ditakupkan
maju dan mundur.
d. Fire plow
Membuat api menggunakan 2 batang
kayu.
Kayu pertama (berukuran lebih besar
dan lunak) digunakan sebagai tumpuan
atau alas untuk digosok oleh kayu kedua
(lebih kecil dan keras).
426
Buat alur di kayu pertama dan gosokan
berulang kali kayu kedua pada kayu
pertama hingga menimbulkan percikan
api.
Setelah muncul percikan, taruh pada
tinder dan tiup agar menjadi bara api
yang lebih besar.
e. Fire saw
Menggunakan bambu kering yang
berdiameter besar dan berdinding tebal
dengan panjang yang cukup dari perut (dalam
posisi jongkok) ke tanah, lalu dibelah menjadi
setengah (bambu A dan bambu B).
Buat lekukan pada kulit bambu A.
Tajamkan bagian samping bambu B.
Keruk kulit bambu B untuk mendapatkan
tinder.
Taruh segenggam tinder dibagian dalam bambu A,
letakkan bambu A di tanah. Bisa dinjak agar posisnya
stabil.
Letakkan sisi tajam bambu B pada lekukan bambu A.
Gosokkan dengan cepat hingga timbul percikan yang
tertangkap pada tinder. Tiup hingga menjadi bara api.
2.3. Pencarian air
Penggunaan air oleh survvivor
a. Untuk mengatasi rasa haus yang berlebihan, kita dapat menjaga
agar mulut tetap lembab dan basah dengan cara menelan air liur
atau menghisap ujung kerah baju.
b. Pengaturan makanan disesuaikan dengan persediaan air yang
ada.
c. Jangan minum alkohol sebagai penahan haus karena sangat
berbahaya.
d. Meminum urin merupakan tindakan yang salah.
e. Jangan merokok karena menyebabkan tenggorokan kering dan
kehausan.
f. Peralatan pendukung dan usaha komunikasi dengan pihak lain.
Cara Mempertahankan Cairan Tubuh
a. Hindari kesibukan, istirahat saja dan jangan merokok
b. Usahakan untuk tetap merasa sejuk. Selalu berlindung di bawah
bayangan, apabila tidak ada bikin perlindungan.
c. Jangan berbaring di atas tanah yang panas atau permukaan yang
panas
427
d. Jangan makan atau makanlah sedikit mungkin, pencernaan
meningkatkan penggunaan cairan tubuh dan akan meningkatkan
dehidrasi, terlebih lemak yang sangat sulit untuk dicerna.
e. Jangan minum alkohol ini akan mengurangi cairan di organ yang
penting dan merusaknya.
f. Jangan banyak bicara, bernafaslah lewat hidung jangan mulut.
Syarat Mutu Air
Air yang dikonsumsi manusia ideal harus memenuhi syarat
sebagai berikut : a. Syarat fisik
Tak berbau, tak berasa, tak berwarna dan sejuk (dibawah suhu
sekitar), jernih
b. Syarat Bakteriologi
Angka kuman 1 cc kurang dari 100 cc air.
c. Syarat Kimia
Zat yang ada kurang dari 100 mg/liter, zat organik kurang
dari 10 mg/liter, mengandung fluor dan yodium, tidak boleh
mengandung gas H2S, NH4, NO3 kurang dari 20 mg/liter, dan NO2.
Macam Air
Mutu tingkat air dimulai dari kandungan zat-zat didalamnya
428
Pencarian Air
a. Pada tanah berbatu
Cari mata air pada daerah karst
Dari saluran air pada dinding lembah yang memotong
lapisan berpori. ✓ Pada daerah granit cari pinggir bukit
berumput paling hijau.
b. Pada tanah gembur
Cari pada daerah lembah atau lereng.
Kadang terdapat genangan kecil, air harus disterilkan.
c. Di pegunungan
✓ Digali bekas aliran sungai pada
kelokan sebelah luar. ✓ Pada hutan
lumut, ambil lumut lalu peras.
d. Dari tumbuh-tumbuhan
Kelapa, kaktus dipotong diperas
Liana/rotan dengan memotong dekat tanah ditampung
Palmae diambil niranya
Ruas bambu, bonggol pisang, lumut
e. Menampung embun
Pilih daerah dengan tanah yang
lembab (bisa berupa tanah
rendah tempat air
hujan mungkin
tertampung). Tanah sebaiknya
mudah digali dan terpapar
sinar matahari
sepanjang hari.
Gali tanah berbentuk mangkuk dengan diameter 1 meter
dan kedalaman 60cm. Lalu, gali cekungan kecil di
tengah galian sebesar tampat tadahan air (container).
Taruh selang atau sedotan, pada tempat tadahan, yang
cukup panjang hingga ke pinggir galian. Jangkarkan
dengan tali.
Rentangkan selembar plastik di atas lubang galian
hingga menutup lubang. Taruh batu atau tanah di
pinggir plastik untuk menahan plastik.
Taruh batu di tengah plastik sehingga plastik berbentuk
seperti kerucut. Pastikan bagian kerucut terletak di atas
tempat tadahan air agar tetesan airnya tepat masuk ke
tadahan
429
Tanda dari hewan ke sumber Air
430
Semut sangat memerlukan air, sekumpulan semut yang
berbaris menuju pucuk pohon untuk mengambil air yang
terperangkap di sana. Seringkali penampungan air ini satu-
satunya di daerah yang kering
431
Jenis tumbuhan yang dapat dimakan antara lain :
a. Umbi talas (Colocasia sp), rumput teki (Cyperus rotundus), uwi
atau gadung
(Dioscorea hispida) dan ganyong (Canna hybrida)
b. Buah senggani atau herendong (Malastoma polyantum), arbei
hutan (Rubus sp), markisa atau konyal (Passiflora
quadrangularis) dan ceplukan (Physalis angilata)
c. Biji muda sengon (Albizia lophanta) dan kaliandra (Caliandra
cathartica)
d. Daun muda paku tiang (Alsophia glauca), rasamala (Altingia
excelsa), selada air (Nasturtium officinale), poh-pohan atau
banyon (Pileamelastomoides), sintrong (Gynura arrantiaca),
dan antanan atau gagan atau kaki kuda
(Cantella asiatica)
e. Umbut paku tiang, batang muda ketebon (Genostegia hirta),
umbut palem muda (Fam palmae), batang daun begonia
(Begonia sp) dan rebung bambu
(Bambosa sp)
f. Bunga honje dan kecombrang (Nicolaria sp), bunga turi
(Sesbania glandiflora), pisang hutan (Musa sp) yang dapat
dimakan yaitu buah, jantung, batang bagian dalam dan bongkol
pisang muda.
g. Jamur
Tumbuhan Beracun :
a. Getah pohon paku putih dapat menyebabkan kebutaan.
b. Getah pohon rengas, ingas/semplop, sangat berbahaya karena
merusak jaringan.
c. Getah jambu monyet menyebabkan gatal-gatal.
d. Buah aren mentah menyebabkan gatal-gatal.
e. Kecubung, beracun bila dimakan.
f. Rarawean, dapat menyebabkan gatal-gatal dan pedih.
g. Daul Pulus dapat menyebabkan gatal-gatal dan panas Tanda-
tanda umum jamur beracun:
a. Pada umumnya mempunyai warna yang menyolok, seperti
merah darah, hitam legam, biru tua ataupun warna-warna
lainnya.
b. Menghasilkan bau yang menusuk hidung, seperti bau telur
busuk (H2S) ataupun bau amoniak.
c. Mempunyai cincin atau cawan, akan tetapi ada juga jamur yang
mempunyai cincin tetapi tidak beracun seperti jamur merang
dan jamur kompos (mushroom).
432
d. Umumya tumbuh pada tempat-tempat yang kotor seperti tempat
pembuangan sampah dan kotoran hewan.
e. Apabila jamur beracun tersebut dikerat dengan pisau yang
terbuat dari perak maka pisau tersebut akan berwarna hitam
atau biru.
f. Apabila dimasak cepat sekali berubah warna, dari warna putih
menjadi warna gelap.
g. Senyawa beracun yang dihasilkan oleh jamur yaitu : kolin,
muskarin, falin, atropin jamur dan asam helvelar.
Beberapa jenis tumbuhan obat yang ditemui di hutan yaitu :
a. Lumut hati, bila dimakan dapat sebagai obat hepatitis (penyakit
hati)
b. Antanan atau gagan atau kaki kuda daunnya bila dimakan atau
dilalap, dapat sebagai obat sakit perut, batuk, asma dan
sariawan
c. Kaliandra, daun dan biji mudanya dapat sebagai obat sariawan
d. Sembung manis, jenis tumbuhan herbal yang daunnya dapat
digunakan untuk sakit panas dan sakit perut
e. Kiurat, daunnya untuk obat luar, seperti luka dan salah urat
(keseleo)
f. Numpong, daunnya dihaluskan untuk obat luka
g. Getah kamboja, untuk menghilangkan bengkak
433
e. Pola tingkah laku hewan tersebut Hewan yang dapat
dimakan antara lain : a. Mollusca : siput dan kerang
b. Annelida : cacing dan lintah
c. Insecta : belalang dan ulat jati
d. Crustacea : kepiting dan udang
e. Pisces : ikan
f. Amphibia : katak
g. Reptilia : ular, kadal, cicak, dsb
h. Mamalia : kelinci, rusa, dsb
i. Aves : ayam hutan
2.5. Pembuatan Perangkap
Trap ini digunakan survivor untuk menangkap binatang
untuk diambil dagingnya untuk dimakan. Membuat trap
kadangkala memerlukan bahan lainya, seperti : karet, kawat,
tali, dan sebagainya. Maka dari itu barang-barang tersebut
tersedia di dalam survival kit.
d. Trap Menimpa
Perangkap lain yang ditujukan untuk menangkap binatang
kecil lainya adalah perangkap menimpa. Perangkap ini
memanfaatkan berat kayu untuk menindih. Model ini dikenal
434
dengan nama deadfall snare. Yang diperlukan dalam pembuatan
perangkap ini adalah :
menimpa.
✓ Umpan yang diletakan dekat dengan kayu pohon penopang dan apabila
tergerak, maka kayu pohon penopang akan bergeser sehingga batang
pohon besar akan jatuh menimpa.
435
2.6. Teknik Packing
Packing merupakan sebuah seni dalam menata seluruh
peralatan dan logistik ke dalam ransel. Ransel yang di-pack dengan
baik akan lebih mudah dan nyaman untuk dibawa dibanding
dengan yang berantakan.
436
437
Contoh daftar logistik:
1.
Packing 6. Navigasi atau orientasi
✓ Tas carrier atau ransel ✓ Kompas bidik atau tembak
✓ Tas pinggang ✓ Altimeter
✓ Stuffbag berbagai ukuran ✓ Protactor atau busur derajat
✓ Kantong plastik ✓ Kur vimeter
2.
Pakaian ✓ Peta dan tempatnya
438
DAFTAR PUSTAKA
439
MANAJEMEN PERJALANAN
1. Pendahuluan
1.1. Definisi
Suatu manajemen perjalanan menunjukkan hubungan yang
selaras antara persiapan, perjalanan dan perlengkapan serta kesehatan.
Perjalanan yang akan dilakukan harus dipersiapkan dengan matang.
Persiapan sangat berguna bagi pelaku petualang karena akan
mengurangi resiko yang mungkin timbul dalam perjalanan.
1.2. Tujuan
Ini adalah awal dari rangkaian kegiatan yaitu menentukan
maksud perjalanan, tujuan lokasi, dan target yang akan dicapai.
Contohnya akan diadakan ekspedisi penelitian ke suatu tempat, target
yang akan dicapai haruslah sudah jelas antara lain penelitian interaksi
ekosistem, pendataan jenis flora dan fauna.
1.3. Tantangan
Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca,
situasi medan dan waktu yang kadang tidak bersahabat dan tidak sesuai
perkiraan karena memang alam tidak bisa kita tebak. Oleh karena itu
perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai untuk mengantisipasi
440
semua hal tersebut. Salah satu ―perisai diri‖ ketika melakukan aktivitas
alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi yang memang harus
benar-benar dipersiapkan dengan baik.
1.4. Etika Perjalanan
Harus kita sadari sepenuhnya sebagai seorang pendaki bahwa
alam seperti gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki
kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang
dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri
bukanlah sikap yang terpuji, selain itu juga harus menghargai sikap dan
pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama
ini dilakukan.
2. Tahap Perencanaan
Ketika memutuskan untuk melakukan perjalanan dalam suatu
kegiatan, tentu seharusnya mempersiapkan segala sesuatunya secara
matang, baik personil, logistik, perlengkapan maupun pengetahuan
medan. Ketika merencanakan untuk kegiatan keluar, tentu juga akan
menyiapkan tim yang ideal dan solid, dan tahu betul kemampuannya.
Perbekalan dan peralatan yang cukup juga situasi medan dan route
yang akan dilalui, kemudian siap untuk melakukan perjalanan. Bahaya
tentu saja akan selalu ada baik itu dari diri sendiri dan tim yang
menyangkut kesiapan perlengkapan dan peralatan tim maupun
pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki tim dalam melakukan
perjalanan. Bahaya dari luar akan selalu ada, tergantung kesiapan dan
kesolidan tim dalam menghadapinya. Mental sangat berpengaruh
dalam perjalanan.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam perencanaan
perjalanan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data
kita dapat memperoleh dari literatur-literatur yang berupa buku-buku
atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang
pernah melakukan pendakian pada objek yang akan dituju. Tidak salah
juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja
yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan didaki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan).
Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah
mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan
apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya
perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur
pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara
teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan
sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan
anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu
441
makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya. Untuk merencanakan
suatu kegiatan ke alam bebas harus ada persiapan dan penyusunan
secara matang. ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H,
yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut :
1. Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita
harus mengetahui di mana tempat yang akan digunakan
2. Who (Siapa), apakah kegiatan alam tersebut dilakukan sendiri
atau berkelompok, siapa yang menjadi leader atau mengetahui
kemampuan diri.
3. Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang dan
bisa bermacam-macam jawaban.
4. When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut berapa
lama?.
5. How (Bagaimana) merupakan suatu pembahasan yang lebih
komprehensif dari jawaban pertanyaan di atas ulasannya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi tempat
2. Bagaimana cuaca disana
3. Bagaimana perizinannya
4. Bagaimana mendapatkan air
5. Bagaimana pengaturan tugas panitia
6. Bagaimana materi yang disampaikan.
442
2.3. Akses dan Transportasi
Sistem komunikasi yang efisien sangat penting dalam
pengendalian dan sebagai saluran informasi. Kegiatan apa saja yang
akan dilakukan selama ekspedisi berlangsung juga sangat penting
direncanakan sejak tahap awal persiapan agar seluruh kegiatan dapat
berjalan dengan lancar dan terstruktur. Rencana kegiatan yang di
dalamnya mencakup rincian
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi
basecamp panitia, pembagian waktu dan sebagainya.
2. Pengurusan perizinan (kepolisian, kepala sekolah, orang
tua, kepala desa setempat)
3. Pembagian tugas panitia
4. Penyusunan rencana kegiatan
5. Perencanaan kebutuhan peralatan, perlengkapan dan
transportasi. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kita
akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
2.5. Pendanaan/biaya
Anggaran biaya harus dirinci secara detail, maka diperlukan
salah satu dari tim yang bisa mengatur keluar masuknya uang. Selain
pemasukan dan pengeluaran perlu dicantumkan juga dana tidak
terduga.
2.6. Anggota/Peserta
Selain memilih anggota dalam perjalanan, yang perlu
diperhatikan juga adalah pembagian kerja tim dan sebuah kerjasama
yang baik. Karena kerjasama yang baik merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan perjalanan tersebut.
3. Tahap Persiapan
3.1. Pembentukan Tim
Langkah awal yang dilakukan setelah perencanaan kegiatan
adalah pembentukan tim sesuai dengan kebutuhan kegiatan tersebut,
meliputi :
a. Ketua pelaksana,
b. Sekretaris,
c. Bendahara,
d. Humas,
e. Pendanaan,
f. Perlengkapan/logistik,
g. Perizinan dan transportasi,
h. Dokumentasi, serta
443
i. Operasional lapangan yg mengurusi masalah teknis selama
kegiatan.
3.2. Perizinan dan Administrasi
Mempersiapkan seluruh prosedur dan administrasi yang
dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.
Selain itu perizinan dari orang tua dan keluarga juga sangat
dibutuhkan. Surat-menyurat yang diperlukan dalam perjalanan
kegiatan alam bebas antara lain:
1. Surat pengantar dari lembaga terkait, misalnya surat tugas dari
Dekanat atau Rektorat.
2. Surat ijin kegiatan (kepolisian dan sospol).
3. Surat ijin masuk kawasan.
3.3. Keterampilan, Mental, dan Fisik
Kesiapan mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya
sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya,
apabila mental sedang tidak baik dapat menganggu keseluruhan
persiapan. Kesiapan fisik juga sangatlah penting dalam persiapan
perjalanan. Beberapa latihan fisik yang perlu dilakukan, misalnya :
stretching /perenggangan (sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
olahraga, lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih
kelenturannya), jogging (lari pelan-pelan). Lama waktu dan jarak
sesuai dengan kemampuan, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu
bertambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up,
push-up dan pull-up. Lakukan sesuai kemampuan dan tambahlah
porsinya melebihi porsi sebelumnya.
Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan. materi disesuaikan
dengan maksud dan tujuan kegiatan. Setiap anggota tim harus
menguasai pengetahuan dasar hidup di alam terbuka, antara lain
navigasi, survival dan EMC (Emergency Medical Care) praktis atau
pertolongan pertama pada gawat darurat . Jika perjalanan yang dipilih
adalah pendakian maka harus dikuasai pengetahuan mountaineering.
3.4. Perlengkapan dan Logistik
Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dalam suatu
perjalanan, maka sebelum memulai kegiatan, sebaiknya dibuatkan
check-list terlebih dahulu. Perlengkapan dikelompokkan menurut
jenisnya, lalu periksa lagi mana yang perlu dibawa dan tidak. Apabila
perjalanan dilakukan dengan berkelompok, maka check-list nya untuk
perlengkapan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan
memerlukan waktu yang lama, perlu menentukan perlengkapan dan
perbekalan mana saja yang dibawa dari rumah atau titik
keberangkatan, dan perlengkapan atau perbekalan mana saja yang bisa
dibeli di lokasi terdekat dengan tujuan perjalanan. Yang tidak kalah
444
pentingnya adalah mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan
perlengkapan perjalanan yaitu kesesuaiannya dengan lokasi kegiatan,
sesedikit mungkin barang dengan kegunaan sebanyak mungkin.
Adapun spesifikasi perlengkapan yaitu perlengkapan pribadi dan
perlengkapan kelompok.
Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan perbekalan:
1. Sesuaikan perbekalan dengan lamanya perjalanan,
2. Sesuaikan perbekalan dengan aktivitas yang akan
dilakukan,
3. Serta sesuaikan perbekalan dengan kondisi medan
Sehubungan dengan keadaan di atas, ada beberapa syarat yang
harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang
memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu
lama, irit air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat, serta terjangkau.
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar
sesuai dengan syarat-syarat diatas, kita dapat mengkajinya dengan
langkah-langkah berikut:
1. Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan
kondisi medan, aktifitas tubuh yang perlukan, dan
lamanya waktu.
2. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan. Kalori
paling cepat didapat dari hidrat arang, lemak, dan
protein.
3. Susun daftar makanan yang memenuhi syarat di atas,
kemudian kelompokan menurut komposisi dominan.
Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing-masing
kalori totalnya (setelah siap dimakan).
4. Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan
terakhir, dan apabila ada kekurangan dapat ditambah
tablet vitamin dan mineral secukupnya.
4. Tahap Pelaksanaan
4.1. Pembagian Tugas dan Kerjasama Tim
Pembagian tugas disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan
lapangan. Ketua pelaksana beserta panitia sebagai penanggungjawab
seluruh kegiatan dan mempersiapkan semua kebutuhan pra kegiatan,
445
sedangkan operasional lapangan mengkoordinir tim lapangan.
Pembagian tugas tim lapangan ditentukan sesuai dengan kebutuhan.
4.2. Manajemen Perlengkapan dan Perbekala
Perlengkapan dan perbekalan adalah bagian paling penting
dalam kegiatan, oleh sebab itu perlu pengaturan dalam
penggunaannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan
perlengkapan dan perbekalan antara lain:
1. Data semua perlengkapan dan perbekalan
2. Rencanakan penggunaan peralatan perharinya
3. Jaga dan rawat peralatan tersebut
4. Bawa alat dalam jumlah sesedikit mungkin dengan
manfaat yang sebanyak mungkin.
4.3. Komando, Komunikasi, dan Rescue
Untuk kelancaran kegiatan lapangan maka perlu sistem
komando dan komunikasi yang bagus sehingga segala sesuatu seperti
informasi mendadak, pengiriman berita dan data kecelakaan dapat
direspon dengan cepat. Untuk rescue sendiri juga perlu diperhatikan
juga jalur evakuasi, yaitu jalur yang digunakan untuk membawa
korban apabila terjadi kecelakaan dalam kegiatan alam bebas, di mana
jalur tersebut dapat ditempuh dalam waktu sesingkat mungkin
mencapai tempat penanganan selanjutnya terhadap korban.
4.4. Dokumentasi Kegiatan
Mendokumentasikan kegiatan dalam bentuk foto, video, jurnal,
dll sangat diperlukan. Selain sebagai bahan untuk laporan kegiatan,
dokumen tersebut juga menjadi bahan untuk publikasi kegiatan
tersebut.
5. Pasca Kegiatan
5.1. Evaluasi Kegiatan/Perjalanan
Evaluasi kegiatan bertujuan agar segala kekurangan selama
kegiatan bisa diminimalisir untuk kegiatan selanjutnya.
5.2. Pelaporan
Laporan kegiatan adalah bentuk hasil kegiatan yang dapat
digunakan menjadi acuan dan tolak ukur kegiatan selanjutnya. Laporan
perjalanan memuat semua hasil perjalanan yang telah dilakukan. Dan
yang paling penting dari laporan perjalanan adalah evaluasi dari
perjalanan tersebut sehingga kita dapat belajar dari kesalahan apabila
kita akan melakukan perjalanan lagi.
446
DAFTAR PUSTAKA
447
EXPLORE SEARCH AND RESCUE
SAR adalah pencarian dan pemberian pertolongan terhadap orang
dan material yang hilang atau menghadapi bahaya. Untuk kegiatan SAR di
Indonesia, ruang lingkup tugasnya dijelaskan dalam Keppres SAR
Indonesia no. II tahun 1972 meliputi musibah penerbangan dan pelayaran.
Dalam perkembangannya kemudian mencakup juga penanganan musibah
akibat bencana alam (atas permintaan Bakornas PBA), dan kini termasuk
juga untuk mengamati musibah-musibah rekreasi. Kedua hal yang terakhir
sebenarnya tidak termasuk ke dalam lingkup tugas SAR.
7. PENGERTIAN SAR
7.1. Definisi SAR
SAR adalah pekerjaan dari personil terlatih dengan segala
fasilitas, guna menolong jiwa manusia dan sesuatu yang berharga
dengan cara yang paling efisien untuk mencapai hasil yang
maksimal.
448
c. OSC (On Scane Commander) adalah tidak mutlak ada, tapi juga bisa
lebih dari satu, tergantung wilayah komunikasi dan kesulitan
jangkuannya.
d. SRU (Search and Rescue Unit).
449
iii. Possible search area biasanya didapat dalam ukuran
yang cukup besar.
2. Probable search area
i. Berpatokan pada possible search area dengan faktor–
faktor yang harus diperhatikan mengenai korban juga
dengan menghitung keadaan medan.
ii. Pengetahuan tentang keadaan daerah setempat
memegang, peranan penting dalam penilaian probable
search area
iii. Probable search area dapat berbentuk bagian dari
possible search area.
Personil dan sumber daya yang tersedia
b. Informasi selama operasi pencarian
Dari tim-tim pencari di lapangan
Dari masyarakat sekitar kejadian walaupun belum dapat
dipastikan akurasinya
Dari sumber lain yang dapat dipercaya (ATC, polisi, teman
korban, dll) 8.3. Komunikasi
Sistem komunikasi yang efisien sangat penting dalam
pengendalian dan sebagai saluran informasi.
8.4. Mobilitas
Mobilitas merupakan hal pokok dalam pelaksanaan
pencarian (reconnaisance search). Mobilitas tinggi dari setiap personil di
lapangan sangat berpengaruh terhadap kemungkinan cepatnya korban
ditemukan. 8.5. Fleksibilitas
450
Rencana operasi SAR harus flexibel , setiap menerima informasi baru mungkin
dibutuhkan perubahan operasi pencarian di daerah lain diluar daerah pencarian yang
telah di rencanakan.
8.6. Personil
Secara ideal personil – personil yang digunakan dalam operasi SAR di darat
adalah personil yang terlatih dalam bergerak di medan gunung dan hutan, memiliki
disiplin tinggi serta memiliki teknik dan pengetahuan tentang operasi pencarian .
9. SISTEM SAR
9.1. Komponen S AR
a. Organisasi (SAR organization )
Merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan koordinasi,
komando dan pengendalian, kewenangan, tanggung jawab untuk penanganan
suatu musibah.
b. Komunikasi ( Communication )
Sarana untuk melakukan fungsi deteksi terjadinya musibah, fungsi komando, dan
pengendalian operasi, serta membina kerja sama/ koordinasi selama operasi SAR
berlangsung.
e. Dokumentasi (documentation)
451
Komponen berupa pendataan laporan dari kegiatan, analisa
serta data-data kemampuan yang akan menunjang efisiensi
pelaksanaan operasi SAR serta untuk perbaikan/pengembangan
kegiatan – kegiatan misi SAR yang akan datang.
452
Perencanaan pencarian dan penentuan lokasi pencarian.
Perencanaan pertolongan dan evakuasi.
Kedua hal tersebut dapat terperinci menjadi :
453
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
454
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
b. Road block
Tim pencari bertugas menutup jalan utama yang
diperkirakan kemungkinan subjek akan melalui jalan tersebut.
Tugasanya mencatat setiap orang yang keluar masuk area
pencarian, biasanya tugas ini dikerjakan oleh kelompok hobi
(seperti :
c. Look out
Tim pencari ditempatkan pada posisi yang dapat
mengamati daerah yang cukup luas atau ekstrim sehingga dapat
melihat jauh dan berusaha memancing atau menarik subjek
untuk mendekat.
d. Camp in
Tim pencari ditempatkan di cabang pertemuan jalan
setapak atau pertemuan sungai yang memungkinkan tempat
tersebut jadi perhatian subjek untuk ke lokasi tersebut.
455
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
e. Track traps
Tim pencari yang bertugas menjebak subjek dengan
memperhatikan jejak– jejak yang dilaluinya dan melakukan
pengecekan secara periodik. f. String line
a. Tipe I
456
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
457
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
DAFTAR PUSTAKA
458
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
PENJABARAN KURIKULUM PENDIDIKAN DAN LATIHAN
A. KOMPETENSI UTAMA
Tujuan Psikomotorik
1. Menghasilkan
anggota yang
mampu melakukan
penilaian awal sesuai
tahapan/urutan initial
assessment
459
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan
anggota yang
mampu untuk
memperlihatkan
sikap empati
terhadap korban-
korban yang terlibat
dalam kasus gawat
darurat
Memahami dan Tujuan Kognitif a. Pengertian Basic Life
mampu Support
Menghasilkan anggota b. Penatalaksanan jalan
melakukan Basic
yang mampu : nafas (tanpa alat)
Life Support
dalam menangani 1. Memahami definisi c. Resusitasi Kardio
kasus-kasus gawat Basic Life Support Pulmoner
darurat 2. Memahami prinsip d. Nafas buatan, ventilasi,
penggunaan AED dan oksigenasi
3. Memahami kasus e. Kompresi jantung luar
sumbatan jalan f. Prinsip penggunaan
nafas AED
g. Penatalaksanaan kasus
sumbatan jalan nafas
Tujuan Psikomotorik
2 BASIC LIFE SUPPORT Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Melakukan
pemeriksaan dan
penanganan
terhadap gangguan-
gangguan Airway,
Breathing, and
Circulation
2. Melakukan tindakan
Resusitasi Kardio
Pulmonal (RKP)
Tujuan Afektif
460
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Memperhatikan
secara cermat
keadaan pasien pada
saat memberikan
penanganan Bantuan
Hidup Dasar (Basic
Life Support)
2. Memperlihatkan
sikap empati kepada
pasien pada saat
memberikan
penanganan Bantuan
Hidup Dasar
Memahami prinsip Tujuan Kognitif a. Intubasi
pelaksanaan b. Pemasangan guedel
Menghasilkan anggota c. Suctioning
Advanced Trauma
yang mampu : d. Cricothyroidotomy
Life Support
1. Mengetahui definisi e. Needle
Advanced Trauma Thoracocentesis
Life Support f. Tube Thoracotomy
2. Memahami prinsip g. Blood Transfusion
penanganan korban
gawat darurat
dengan bantuan alat
ADVANCED TRAUMA
3
LIFE SUPPORT
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan
anggota yang
mampu untuk
memperlihatkan
sikap empati
terhadap korban-
korban yang terlibat
dalam kasus gawat
darurat
461
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Mengetahui Tujuan Kognitif a. Jenis-jenis luka
Prinsip dan b. Jenis- jenis fraktur
Menghasilkan anggota c. Jenis- jenis dislokasi
mampu
yang mampu : d. Jenis-jenis sport injury
melakukan
penanganan awal 1. Mengetahui jenis– e. Penanganan awal
terhadap kasus- jenis luka luka, fraktur, sport
kasus trauma 2. Mengetahui jenis– injury dan dislokasi
muskuloskeletal jenis fraktur
(luka, fraktur, dan 3. Mengetahui jenis-
dislokasi) jenis dislokasi
4. Mengetahui jenis-
jenis sport injury
5. Mengetahui prinsip
penanganan awal
terhadap kasus
trauma
muskuloskleletal
Tujuan Psikomotorik
TRAUMA
4 Menghasilkan anggota
MUSKULOSKELETAL
yang mampu :
1. Melakukan
penanganan awal
luka
2. Melakukan
penanganan awal
fraktur
3. Melakukan
penanganan awal
dislokasi
4. Melakukan
penanganan awal
sport injury
Tujuan Afektif
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Memperhatikan
462
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
secara cermat
keadaan pasien pada
saat melakukan
penanganan
terhadap luka,
fraktur, sport injury,
perdarahan dan
dislokasi
2. Memperlihatkan
sikap empati kepada
pasien pada saat
melakukan
penanganan
terhadap luka,
fraktur, sport injury,
perdarahan dan
dislokasi
Menguasai teknik- Tujuan Kognitif a. Jenis-jenis cairan
teknik resusitasi resusitasi
cairan yang Menghasilan anggota b. Teknik resusitasi
sederhana yag mampu : cairan
Mampu
1. Mengetahui jenis- c. Indikasi dan
melakukan
maintenance dan jenis cairan yang kontraindikasi
monitoring cairan digunakan dalam pemberian cairan
dengan tepat resusitasi cairan d. Alat dan bahan untuk
2. Mengetahui indikasi melakukan resusitasi
pemberian resusitasi cairan
cairan e. Menghitung kebutuhan
3. Memahami teknik cairan
5 RESUSITASI CAIRAN
dan cara f. Monitoring cairan
menghitung g. Maintenance cairan
kebutuhan cairan h. Prosedur pemasangan
4. Memahami aspek infus (IV Line)
monitoring dan
maintanace cairan
Tujuan Psikomotorik
1. Melakukan
identifikasi dan
penilaian awal
463
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
pasien gawat darurat
yang membutuhkan
resusitasi cairan
2. Melakukan
resusitasi cairan
dengan baik pada
pasien gawat darurat
3. Melakukan
pemasangan infus
(IV Line)
4. Monitoring dan
maintenance cairan
5. Mengevakuasi dan
merujuk pasien
yang membutuhkan
resusitasi cairan
lebih lanjut jika
diperlukan
Tujuan Afektif
1. Mampu menilai
kondisi pasien
dengan cermat dan
cepat melakukan
resusitasi cairan
pada pasien
kegawatdaruratan
2. Memiliki sikap
siaga dan rasa
empati kepada
pasien pada saat
melakukan
resusitasi cairan
Mengenal keadaan Tujuan Kognitif a. Definisi syok
syok pada pasien b. Gejala dan tanda –
Menghasilkan anggota tanda syok
gawat darurat dan
yang mampu :
6 SYOK Menguasai c. Jenis - jenis syok
penanganan awal 1. Memahami gejala (klasifikasi dan
syok dan tanda-tanda derajat)
syok d. Prinsip penanganan
464
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
2. Memahami jenis- awal syok pada pasien
jenis syok gawat darurat
3. Memahami e. Manajemen evakuasi
penatalaksanaan pasien syok
awal pada pasien
syok
4. Memahami
manajemen
evakuasi dan
merujuk pasien
dengan syok jika
diperlukan
Tujuan Psikomotorik
1. Melakukan
identifikasi dan
penilaian awal syok
pada pasien gawat
darurat
2. Melakukan
penatalaksanaan
awal syok pada
pasien gawat darurat
3. Mengevakuasi dan
merujuk pasien
dengan syok
Tujuan afektif
1. Mampu menilai
kondisi pasien
dengan cermat dan
cepat melakukan
penanganan awal
syok pada pasien
kegawatdaruratan
2. Memiliki sikap
siaga dan rasa
empati kepada
pasien pada saat
465
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
melakukan
penanganan awal
syok
Mengenal kondisi Tujuan Kognitif a. Mountain sickness
akibat trauma b. Sindrom dekompresi
Menghasilkan anggota c. Hipotermia
lingkungan
yang :
Menguasai d. Heat Stroke
penatalaksanaan 1. Memahami gejala e. Frostnip dan frostbite
awal trauma dan tanda-tanda f. Luka Bakar
lingkungan trauma lingkungan
2. Memahami jenis-
jenis trauma
lingkungan
3. Memahami
penatalaksanaan
awal pada pasien
dengan trauma
lingkungan
4. Memahami
manajemen
evakuasi dan
TRAUMA merujuk pasien
7
LINGKUNGAN dengan trauma
lingkungan jika
diperlukan
Tujuan Psikomotorik
1. Melakukan
identifikasi dan
penilaian trauma
lingkungan pada
pasien gawat darurat
2. Melakukan
penatalaksanaan
awal trauma
lingkungan pada
pasien gawat darurat
3. Mengevakuasi dan
merujuk pasien
dengan trauma
466
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
lingkungan jika
diperlukan
Tujuan Afektif
1. Mampu menilai
kondisi pasien
dengan cermat dan
cepat melakukan
penanganan awal
trauma lingkungan
pada pasien
kegawatdaruratan
2. Memiliki sikap
siaga dan rasa
empati kepada
pasien pada saat
melakukan
penanganan awal
trauma lingkungan
Menguasai Tujuan Kognitif a. Konsep awal
penatalaksanaan envenomasi dan
Menghasilkan anggota gigitan hewan
awal kasus-kasus
yang : b. Gigitan hewan
envenomasi;
gigitan ular, 1. Memahami jenis- tersangka rabies
sengatan serangga jenis kasus c. Gigitan ular berbisa
dan hewan laut envenomasi dan d. Sengatan serangga
Menguasai gigitan hewan e. Sengatan hewan laut
penatalaksanaan 2. Memahami
ENVENOMASI awal kasus-kasus penatalaksanaan
8 penatalaksanaana awal kasus-kasus
DAN ANIMAL BITE wal intoksikasi envenomasi dan
gigitan hewan gigitan hewan
3. Memahami
prosedur rujukan
kasus-kasus
envenomasi dan
gigitan hewan
Tujuan Psikomotor
467
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
1. Melakukan
penilaian dan
penatalaksanaan
awal kasus-kasus
envenomasi dan
gigitan hewan
2. Melakukan evakuasi
dan merujuk pasien
dengan kasus-kasus
envenomasi dan
gigitan hewan
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan
anggota yang
mampu
memperlihatkan
sikap siaga dan rasa
empati pada pasien
Mengenal kondisi Tujuan Kognitif a. Gejala dan tanda-tanda
intoksikasi pada umum intoksikasi
Menghasilkan anggota b. Intoksikasi
pasien gawat
yang mampu : berdasarkan jalur
darurat
Menguasai 1. Memahami kondisi masuk:
penatalaksanaan dan gejala Tertelan
awal intoksikasi intoksikasi pada Terhirup
pasien gawat darurat Terserap
2. Memahami jenis- c. Intoksikasi
jenis intoksikasi berdasarkan penyebab:
9 INTOKSIKASI
3. Mengetahui Makanan
penatalaksanaan Zat kimia
awal intoksikasi dan Obat-obatan
mengenal antidot Alkohol
4. Memahami
prosedur rujukan
kasus-kasus
intoksikasi jika
diperlukan
468
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Tujuan Psikomotorik
1. Melakukan
penilaian dan
penatalaksanaan
awal pada pasien
dengan intoksikasi
2. Melakukan evakuasi
dan rujukan pada
kasus intoksikasi
jika diperlukan
Tujuan Afektif
1. Mampu menilai
kondisi pasien
dengan cermat dan
cepat melakukan
penanganan awal
intoksikasi pada
pasien
kegawatdaruratan
2. Memiliki sikap
siaga dan rasa
empati kepada
pasien pada saat
melakukan
penanganan awal
intoksikasi
Mengenal jenis- Tujuan Kognitif a. Manajemen Luka
jenis luka (Wound dressing)
Menghasilkan anggota
Menguasai teknik- b. Prinsip basic surgical
yang mampu : skill
teknik dasar bedah
berupa penjahitan 1. Memahami jenis- c. Set alat dan bahan
BASIC SURGICAL habis pakai yang
luka jenis luka dan
10 SKILL DAN WOUND digunakan dalam basic
derajatnya
MANAGEMENT surgical skill
2. Memahami jenis
dan fungsi set alat d. Teknik aseptik dan
bedah minor dan antiseptik
bahan habis pakai e. Teknik anestesi lokal
3. Memahami jenis- f. Teknik jahit sederhana
(simple suture)
469
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
jenis dan prosedur g. Teknik simpul
penjahitan sederhana (knotying)
4. Memahami h. Teknik perawatan luka
prosedur bedah pasca tindakan
sederhana dan penjahitan
kebersihan pasca
tindakan
Tujuan Psikomotor
1. Melakukan
perawatan luka
secara sederhana
dan aseptik
2. Melakukan tehnik
jahitan sederhana
dan simpul dengan
benar
3. Melakukan
perawatan dan
monitoring pasca
tindakan penjahitan
dengan aseptik
Tujuan Afektif
1. Memperlihatkan
sikap empati kepada
pasien saat
melakukan
penanganan kasus
bedah sederhana
berupa jahit luka
2. Memperhatikan
secara cermat
keadaan pasien pada
saat melakukan
penanganan kasus
bedah sederhana
berupa jahit luka
470
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
PENJABARAN KURIKULUM PENDIDIKAN DAN LATIHAN
A. KOMPETENSI UTAMA
TUJUAN
NO MATERI TUJUAN KHUSUS POKOK BAHASAN
UMUM
Tujuan Psikomotorik
471
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
1. Melakukan teknik
anamnesis
2. Melakukan cara
pemeriksaan status
generalis
3. Melakukan cara
pemeriksaan status
vitalis
4. Melakukan cara
pemeriksaan status
regional
5. Melakukan teknik
pengisian medical
record
Tujuan Afektif
1. Memperhatikan secara
cermat keadaan pasien
ketika membuat
keputusan medis yang
berhubungan dengan
anamnesis dan
pemeriksaan fisik
2. Memperlihatkan sikap
empati dalam
melakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik
kepada pasien
Setiap Tujuan Kognitif 1. Dasar–dasar farmakologi
anggota Sediaan obat
Menghasilkan anggota yang
menguasai Cara pemberian
mampu :
tindakan 2. Obat–obat pada segala
FARMAKOLOGI pemberian 1. Mengetahui dan kondisi bantuan medis
2
PRAKTIS obat (terapi mampu menjelaskan Golongan/jenis obat
farmakologi penggolongan atau Indikasi dan
) dengan jenis-jenis obat secara kontraindikasi
tepat tepat Dosis
Efek samping
2. Mampu menentukan
472
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
terapi pengobatan 3. Penulisan resep
pilihan dengan tepat
3. Mengetahui cara
penulisan resep
Tujuan Psikomotorik
1. Mengetahui
pemberikan terapi
pengobatan pilihan
yang tepat
2. Memahami penulisan
resep
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan anggota
yang mampu
memperhatikan secara
cermat keadaan pasien
pada saat menentukan
terapi pengobatan
2. Memperlihatkan sikap
empati kepada pasien
pada saat menjelaskan
aturan pemakaian obat
yang ditentukan
Setiap Tujuan Kognitif a. Infeksi Saluran Pernapasan
anggota Akut
Menghasilkan anggota yang b. Common Cold
memahami
mampu: c. Cephalgia
KASUS MEDIS prinsip
NON penilaian 1. Mengetahui definisi d. Epigastric Pain Syndrome
3 EMERGENCY dan e. Diare
berbagai kasus medis
penanganan non- emergency f. Disentri
awal kasus- 2. Memahami gejala dan g. Konjungtivitis
kasus medis tanda pada berbagai h. Malaria
non- kasus medis non- i. Demam Berdarah Dengue
emergency emergency j. Demam Thypoid
473
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
3. Memahami prinsip k. Dermatitis
penatalaksanaan awal
kasus medis non-
emergency
Tujuan Psikomotorik
1. Menghasilkan anggota
yang mampu
memberikan terapi awal
kasus non-emergency
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan anggota
yang mampu
memperhatikan secara
cermat keadaan pasien
saat melakukan
penanganan awal kasus
non-emergency
2. Memperlihatkan sikap
empati kepada pasien
kasus non-emergency
Mengetahui, Tujuan Kognitif a. Defisini sirkumsisi
memahami b. Indikasi dan kontraindikasi
Menghasilkan anggota yang pelaksanaan sirkumsisi
dan mampu
mampu : (sebutkan dan jelaskan
melakukan
sirkumsisi 1. Mengetahui dan singkat)
memahami : c. Alat dan bahan dalam
Indikasi pelaksanaan sirkumsisi
Kontraindikasi d. Teknik sterilisasi pasien
4 SIRKUMSISI e. Teknik anastesi
Alat dan bahan
f. Teknik sirkumsisi
dalam sirkumsisi
g. Obat-obatan yang digunakan
Obat-obat dalam
dalam pelaksanaan sirkumsisi
sirkumsisi
serta jika kemungkinan terjadi
2. Mengetahui dan
komplikasi
memahami teknik
sirkumsisi
3. Mengetahui dan
memahami teknik
474
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
anastesi yang digunakan
dalam sirkumsisi
4. Mengetahui teknik
sterilisasi pasien terkait
proses tindakan
Tujuan Psikomotorik
1. Melakukan teknik
sirkumsisi dengan benar
2. Melakukan teknik
sterilisasi dengan benar
Tujuan Afektif:
1. Memperlihatkan sikap
empati kepada pasien
sirkumsisi
475
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
PENJABARAN KURIKULUM PENDIDIKAN DAN LATIHAN
B. KOMPETENSI TAMBAHAN
1. Matra Manajemen
TUJUAN
NO MATERI TUJUAN KHUSUS POKOK BAHASAN
UMUM
476
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
bencana di Initial Assessment
lapangan 3. Pasca Penanganan Bencana
Kegiatan Pelayanan
Kesehatan
Tujuan Afektif
Trauma Healing
Menghasilkan anggota Disaster secondary
survey (nonmedis)
yang mampu untuk :
1. Menjadi tenaga
medis yang siap,
sigap, dan cermat
dalam penanganan
kebencanaan
2. Memperlihatkan
sikap empati pada
korban bencana
Anggota Tujuan Kognitif a. Perencanaan
mampu b. Tahap–tahap perencanaan
Menghasilkan anggota operasional
memahami
yang mampu : c. Teknik penyusunan
dan
menerapkan 1. Memahami rencana operasi aksi dan
tahapan tahapan kontrol
manajemen perencanaan d. Sistem koordinasi
operasional operasional operasional lapangan
lapangan lapangan e. Mekanisme kontrol
2. Memahami operasional lapangan
MANAJEMEN rencana operasi f. Evaluasi
2 OPERASIONAL yang sistematis g. Mekanisme evaluasi
PERJALANAN 3. Memahami sistem operasional lapangan
koordinasi
operasional
lapangan
4. Memahami
mekanisme kontrol
operasional
lapangan
5. Memahami
mekanisme
evaluasi
operasional
477
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Tujuan Psikomotorik
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Menerapkan
tahapan
perencanaan
operasional
lapangan
2. Menyusun rencana
operasi yang
sistematis
3. Menerapkan
koordinasi
operasional
lapangan yang
sistematis
4. Menerapkan
mekanisme kontrol
operasional
lapangan
5. Menerapkan
mekanisme
evaluasi
operasional yang
sistematis
Tujuan Afektif
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Bertanggung
jawab terhadap
rencana operasi
yang disusunnya
2. Bertanggung
jawab atas
koordinasi dan
mekanisme kontrol
478
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
3. Bertanggung
jawab atas
mekanisme
evaluasi operasi
4. Memperhatikan
kepentingan tim
dalam mencapai
tujuan manajemen
operasional
lapangan
479
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
PENJABARAN KURIKULUM PENDIDIKAN DAN LATIHAN
B. KOMPETENSI TAMBAHAN
2. Matra Penunjang
TUJUAN
NO MATERI TUJUAN KHUSUS POKOK BAHASAN
UMUM
480
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
teknik navigasi
darat
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan
anggota yang
senantiasa
merawat peralatan
navigasi darat
secara baik
Mengetahui Tujuan Kognitif a. Definisi komunikasi
dan lapangan
Menghasilkan anggota b. Alat komunikasi lapangan
menerapkan
yang mampu : dan cara pengoperasiannya
dasar–dasar
komunikasi 1. Mengetahui c. Pembagian tugas dalam
lapangan cara komunikasi lapangan
pengoperasian d. Teknik komunikasi
alat lapangan
komunikasi
2. Mengetahui
pembagian
tugas dalam
komunikasi
KOMUNIKASI lapangan
2 3. Mengetahui teknik-
LAPANGAN
teknik komunikasi
Tujuan Psikomotorik
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Mengoperasikan alat
komunikasi lapangan
2. Menerapkan sistem
pembagian tugas dan
teknik-teknik
komunikasi
481
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan anggota
yang mampu merawat
peralatan komunikasi
secara baik dan benar
Tujuan Psikomotorik
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Menerapkan prinsip
dasar evakuasi medis
darat
2. Melakukan evakuasi
dan kontrol dalam
482
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
medan darat
Tujuan Afektif:
Menghasilkan anggota
yang mampu:
1. Memperhatikan
secara cermat
keadaan korban
ketika mengevakuasi
korban
2. Memperlihatkan
sikap empati kepada
evakuasi ketika
mengevakuasi korban
Anggota Tujuan Kognitif a. Prinsip dasar evakuasi
memahami dan medis perairan
Menghasilkan anggota
mampu b. Jenis-jenis evakuasi medis
yang :
menerapkan perairan
dasar–dasar 1. Memahami prinsip Tanpa alat
evakuasi medis dasar evakuasi medis Dengan alat
perairan perairan Teknik stabilisasi korban
EVAKUASI
2. Memahami jenis-jenis selama evakuasi
4 MEDIS
evakuasi perairan
PERAIRAN
Tujuan Psikomotorik
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Menerapkan prinsip
dasar evakuasi medis
483
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
perairan
2. Melakukan evakuasi
dan kontrol dalam
medan perairan
Tujuan Afektif
Menghasilkan anggota
yang mampu :
1. Memperhatikan secara
cermat keadaan
korban ketika
mengevakuasi korban
2. Memperlihatkan sikap
empati kepada
evakuasi ketika
mengevakuasi korban
Setiap anggota Tujuan Kognitif 1. Survival :
memahami - Tempat berlindung
1. Memahami teknik
teknik survival - Pembuatan api
survival
- Pencarian air
- Pencarian makanan
Tujuan Psikomotorik - Tanda (sign) untuk
TEKNIK memberitahu keberadaan
5 1. Menghasilkan anggota
SURVIVAL diri
yang mampu
- Dasar tali temali
menerapkan teknik
survival
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan anggota
484
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
yang mempunyai
sikap tenang dan
mampu
mengendalikan diri
dalam keadaan apapun
Setiap anggota Tujuan Kognitif 1. Tahap Perencanaan :
memahami dan Tempat tujuan
1. Mampu
mampu Waktu perjalanan
memanajemen
memanajemen Akses dan transportasi
perjalanan
perjalanan Rencana kegiatan
Pendanaan/biaya
Tujuan Psikomotorik Anggota/peserta
485
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
4. Pasca kegiatan
Evaluasi
Pelaporan
Anggota Tujuan Kognitif : a. Pengenalan dasar-dasar
mampu E-SAR
Menghasilkan anggota
memahami Definisi E-SAR
yang memahami :
teknik E-SAR Prinsip E-SAR
1. Pengenalan dasar- b. Syarat penggunaan E-SAR
dasar E-SAR c. Teknik penggunaan E-
2. Memahami dasar- SAR
dasar E-SAR dan
teknik penggunaan E-
SAR
Tujuan Psikomotorik
7 E-SAR 1. Menghasilkan
anggota yang mampu
menerapkan teknik E-
SAR
Tujuan Afektif
1. Menghasilkan
anggota yang
mempunyai sikap
tenang dan mampu
mengendalikan diri
dalam keadaan
apapun
486
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
B. KOMPETENSI TAMBAHAN
3. Matra Organisasi
487
BUKU KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2019/2020
masing-masing
(penjabaran fungsional
atau peran dari tiap divisi
dari PTBMMKI dan
Kepengurusan wilayah
masing-masing)
488