Anda di halaman 1dari 17

PERTUSSIS

Fella Noprita Muqhny 081001083

PERTUSSIS
1.Defenisi :
Pertusis infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat berat atau batuk intensif. Nama lain dari pertisis yaitu tussis quinta, whooping cough, dan batuk rejan.

2. Etiologi :
Penyebab pertusis adalah Bordetella pertusis Tersebar diseluruh dunia. Menyerang semua golongan umur, yang terbanyak anak umur 1 tahun, lebih banyak laki-laki daripada wanita.

3. Epidemiologi

Cara penularan ialah kontak dengan penderita pertusis. Imunisasi sangat mengurangi angka kejadian dan kematian yang disebabkan oleh pertusis.

4. Patologi

Bordetella toxin submucosa bronchus timbul micronerosis, tempat ujung syaraf batuk. Basil biasanya bersarang pada silia epitel torak mukosa, menimbulkan eksudasi yang mukopurulen. Lendir yang terbentuk dapat menyumbat bronkus kecil hingga dapat menimbulkan emfisema atau atelektasis. Eksudasi dapat pula sampai ke alveolus dan menimbulkan infeksi sekunder. Kelainan - kelainan paru itu dapat menimbulkan bronkiekatasis.

5. Gejala Klinis
Masa tunas 7-14 hari , penyakit dapat berlangsung sampai 6 minggu atau lebih dan terbagi dalam 3 stadium. 1. Stadium kataralis Lamanya 1-2 minggu. Pada permulaan hanya berupa batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari. Batuk batuk ini makin bertambah berat dan terjadi pada siang dan malam. Gejala lainnya ialah pilek, serak, anoreksia,. Stadium ini menyerupai influenza.
2. Stadium spasmodik

Lamanya 2-4 minggu. Pada akhir minggu batuk makin bertambah berat dan terjadi paroksimal berupa batuk yang khas.

Penderita tampak berkeringat, pembuluh darah leher dan muka melebar, gelisah. Serangan batuk panjang, tidak ada inspirium diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi melengking). Sering disertai muntah dan banyak sputum yang kental. Anak dapat terberak-berak dan terkencing-kencing. Dan kadang kadang pada penyakit yang berat tampak pula perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis oleh karena meningkatnya tekanan pada saat batuk.

Batuk lama sembuh, batuk khas sekali tarik napas dalam kemudian batuk2 terus muntah.
expirium

inspirium

3. Stadium konvalensi Lamanya kira kira 2 minggu sampai sembuh. Pada minggu ke empat jumlah dan beratnya serangan batuk berkurang, muntah juga berkurang, nafsu makan pun timbul kembali.ronki difus yang terdapat pada stadium spasmodik mulai menghilang. Pilek yang berulang berbulanbulan kemudia, kadang-kadang dapat mencetuskan berulangnya whoop.

6. Diagnosa
Diagnosis ditegakan berdasarkan atas anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pada anamnesis ditanyakan adakah serangan yang khas yaitu batuk mula mula timbul pada malam hari, tidak mereda, meningkat menjadi siang dan malam dan terdapat kontak dengan penderita pertusis, batuk bersifat paroksimal dengan bunyi whoop yang jelas, bagaimanakah riwayat imunisasinya. Pada pemeriksaan fisik tergantung dari stadium saat pasien diperiksa

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis( 20.000-50000/ul) pada akhir stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodik. Pada pemeriksaan sekret nasofaring didapatkan Bordetella pertusis. Dan pemeriksaan lain adalah foto thorak apakah terdapat infiltrat perihiler, atelektasis atau emfisema.

7. Diagnosa Banding
Pada batuk spasmodik hendaknya dibedakan dengan batuk-batuk yang diakibatkan trakeobronkitis, bronkiolitis, pneumonia bacterial, sistis fibrosis, tuberculosis dan penyakit lain yang menyebabkan limfadenopati dengan penekanan diluar trakea dan bronkus.

8.Komplikasi Pertusis 1. Tekanan Intraorbital 2. Tekanan Intracranial 3. Tekanan intraabdominal.. 4. Tekanan Intrathoracal. . AKIBAT KOMPLIKASI

1.Subconjunctival bleeding 2. Perdarahan otak, stroke 3. Perdarahan paru, batuk darah 4. Hernia Umbilikalis / Inguinalis / scrotalis /labialis / thorakalis usus masuktho 5. Bronchopneumonia

9. Pengobatan
Antibiotika
1. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini dapat menghilangkan Bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2-7 hari ( rata rata 3-4 hari) dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. 2. Ampisilin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari, dibagi dalam 4 dosis. 3. lain lain : rovamisin, kotromoksazol, kloramfenikol dan tetrasiklin.

Imunoglobulin Belum ada penyesuaian faham mengenai pemberian immunoglobulin pada stadium kataralis. Ekspektoransia dan mukolitik Kodein diberikan bila terdapat batuk batuk yang hebat sekali. Luminal sebagai sedative. Oksigen bila terjadi distress pernapasan baik akut maupun kronik. Terapi suportif : atasi dehidrasi, berikan nutrisi Betameatsol dan salbutamol untuk mencegah obstruksi bronkus, mengurangi batuk paroksimal, mengurangi lama whoop.

10. Prognosis
Bergantung kepada ada tidaknya komplikasi, terutama komplikasi paru dan susunan saraf pusat yang sangat berbahaya khususnya pada bayi dan anak kecil. Dimana frekuensi komplikasi terbanyak dilaporkan pada bayi kurang dari 6 bulan mempunyai mortalitas morbiditas yang tinggi.

11. Pencegahan
Secara Aktif : Degan memberikan vaksin pertusis dalam jumlah 12 IU dandiberikan tiga kali sejak umur 2 bulan, dengan jarak 8 minggu. Vaksinasi pertusis diberikan bersama sama dengan vaksin difteri dan tetanus

Secara Pasif : Dengan memberikan kemoprofilaksis. Ternyata eritromisin dapat mencegah terjadinya pertusis untuk sementara waktu.pada anak dibawah umur 2 tahun yang belum pernah di vaksinasi dapat diberikan immunoglobulin pertusis sebanyak 1,5 ml secara intramuscular dan diulang 3-5 hari.

Anda mungkin juga menyukai