OLEH KELOMPOK 5
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian Pertusis
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu
yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. Definisi Pertusis
lainnya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat
menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang
bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. Penyakit ini
ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat. Batuk adalah
gejala khas dari batuk rejan atau pertusis. Serangan batuk terjadi tiba-tiba dan
berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang
keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara
shingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi
yang baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini
sering tidak terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga
muntah-muntah dan penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk.
2. Etiologi
Pertusis biasanya disebabkan diantaranya sebagai berikut :
1. Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis).
2. Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh
bordetella para pertusis, Bronchiseptiea dan virus.
3. Patofisiologi
Infeksi diperoleh oleh inhalasi yang mengandung bakteri
Bordetella pertusis. Perubahan inflamasi dipandang sebagai
organisme proliferasi di mukosa sepanjang saluran
pernafasan, terutama di dalam bronkus dan bronkiolus,
mukosa yang padat dan disusupi dengan neutrofil, dan ada
akumulasi lendir lengket dan leukosit di lumina bronkial.
gumpalan basil terlihat dalam
4. Manifestasi Klinis
Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8
minggu atau lebih dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :
1.Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal
a. Lamanya 1-2 minggu
b.Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran
pernafasan bagian atas, yaitu timbulnya rinore dengan lender
yang jernih.
1) Kemerahan konjungtiva, lakrimasi
2) Batuk dan panas ringan
3) Anoreksia kongesti nasalis
c. Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold
d.Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi
semakin hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket.
2.Stadium paroksimal / stadium spasmodic
1. Lamanya 2-4 minggu
2. Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yang
bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik nafas pada
akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5 – 10 kali, selama batuk anak tak
dapat bernafas dan pada akhir serangan batuk anak mulai menarik nafas denagn
cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi melengking (whoop) dan diakhiri
dengan muntah.Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa
bulan tanpa adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.Selama serangan,
wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol, lidah terjulur, lakrimasi, salvias
dan pelebaran vena leher.Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional
missal menangis dan aktifitas fisik (makan, minum, bersin dll).
3. Stadium konvaresens
1) Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal
2) Gejala yang muncul antara lain: batuk berkurang
3) Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang
4) Anak merasa lebih baik
5) Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat gangguan
pada saluran pernafasan
5. Penatalaksanaan
1. Anti mikroba
Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang dini. Eritromisin merupakan anti mikroba
yang sampai saat ini dianggap paling efektif dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun
tetrasiklin. Dosis yang dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari.
2. Kortikosteroid
a. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
b. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian diturunkan perlahan dan
dihentikan pada hari ke-8
c. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari
Berguna dalam pengobatan pertusis terutama pada bayi muda dengan seragan proksimal. Salbutamol Efektif
terhadap pengobatan pertusis dengan cara kerja :
a. Beta 2 adrenergik stimulan
1) Mengurangi paroksimal khas
2) Mengurangi frekuensi dan lamanya whoop
3) Mengurangi frekuensi apneu
b. Terapi suportif
1) Lingkungan perawatan penderita yang tenang
2) Pemberian makanan, hindari makanan yang sulit ditelan, sebaiknya makanan cair, bila muntah diberikan
cairan dan elektrolit secara parenteral
3) Pembersihan jalan nafas
4) Oksigen
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pada stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic jumlah leukosit
meninggi kadang sampai 15.000-45000 per mm3 dengan limfositosis,
diagnosis, dapat diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan napas
yang dikeluarkan pada waktu batuk.Secara laboratorium diagnosis pertusis
dapat ditentukan berdasarkan adanya kuman dalam biakan atau dengan
pemeriksaan imunofluoresen.
7. Komplikasi
1. Pada saluran pernapasan
a. Bronkopnemonia
Infeksi saluran nafas atas yang menyebar kebawah dan menyebabkan
timbulnya pus dan bronki, kental sulit di keluarkan, berbentuk gumpalan
yang menyumbat satu atau lebih bronki besar, udara tidak dapat masuk
kemudian terinfeksi dengan bakteri. Paling sering terjadi dan
menyebabkan kematian pada anak di bawah usia 3 tahun terutama bayi
yang lebih muda dari 1 tahun. gejala di tandai dengan batuk, sesak napas,
panas, pada foto thoraks terlihat bercak-bercak infiltrate terbesar.
b. Otitit/media radang rongga gendang telinga
Karena batuk hebat kuman masuk melalui tuba eostaki yang menghubungkan
dengan nasofaring, kemudian masuk telinga tenga sehingga menyebabkan otitis
media. Jika saluran terbuka maka saluran eostaki menjadi tertutup dan jika
penyumbat tidak di hilangkan dapat di bentuk yang dapat dipecah melalui
gendang telinga yang akan meninggalakan lubang dan menyebabkan infeksi
tulang mastoid yang terletak di belakang telinga.
c. Bronkhitis
Batuk mula-mula kering, setelah beberapa hari timbul lendir jernih dan
kemudian berubah menjadi purlende.
d. Atelaktasis
Timbul akibat lendir kental yang dapat menyumbat bronkioli.
e. Emphisema pulmonum
Terjadinya karena batuk yang menyebab sehingga alveoli pecah dan
menyebabkan adanya pus pada rongga pleura.
f. Bronkhiesktasis
Terjadi pelebaran bronkus akibat tersumbat oleh lendir yang kental dan disertai infeksi
sekunder.
g. Aktivitas tuberkulosa
h. Kolaps alveoli paru akibat batuk proksimal yang lama pada anak-anak sehingga dapat
menyebabkan hipoksia berat dan pada bayi dapat menyebabkan kematian mendadak.
1. Pengkajian
1. Data Subyek :
a. Paling banyak terdapat pada tempat yang dapat penduduknya usia yang paling rentang
terkena penyakit pertussis adalah anak dibawah usia 5 tahun
b. Cara penularan yang sangat cepat
c. Imunisasi dapat mengurangi angka kejadian dan kematian yang disebabkan oleh
pertussis.
d. Batuk ini disebabkan karena bordetella pertussis
e. Disalah satu Negara yang belum melaksanakan prosedur imunisasi rutin, masih banyak
terdapat penyakit pertussis
2. Data Obyektif
a. Anak tiba-tiba batuk secara terus menerus
b. Batuk yang sukar berhenti
c. Muka menjadi merah
d. Batuk yang sampai keluar air mata
e. Kadang sampai muntah di sertai dengan keluarnya sedikit darah karena batuk yang
angat keras.
f. Biasanya terjadi pada malam hari
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d banyaknya mucus
2. Pola napas tidak efektif b/d dyspnea
3. Resiko tinggi infeksi terhadap ( penyebaran ) factor
resiko ketidak adekuat
4. Nyeri
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Intervensi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d banyaknya mucus
Intervensi :
1.Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dengan gerakan dada.
Kriteria hasil :
Rata-rata pernapasan normal
Rasional :
Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/ cairan paru.
2.Auskultasi arae paru, catat area penurunan/ tak ada aliran udara dan bunyi napas
atventisius misalnya krekes, mengi.
Kriteria hasil :
Sputum keluar dari jalan napas
Rasional :
Penurunan aliran udara terjadi pada area konsulidasi dengan cairan.Bunyi napas
bronchial( normal pada bronkus ) dapat juga terjadi pada area konsulodasi. Krekes,
ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan ekspirasi pada respon terhadap
pengumpulan
3. Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/ bantu pasien melakukan batuk,
misalnya menekan dada dan batuk efektif.
Kriteria Hasil :
Pernafasan menjadi mudah
Rasional
Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil.
Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk
mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada
dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan kuat.
2.Auskultasi bunyi napas dana adaya bunyi napas atventisius seperti krekels,
mengi, gesekan pleural
Kriteria Hasil
Bunyi paru jelas/bersih
Rasional
Bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan, bekuan dan kolaps jalan napas kecil(atelaktasis). Menyertai
obstruksi jalan napas/ kegagalan pernafasan.
3.Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun dari tempat
tidur dan ambulasi sesegera mungkin.
Kriteria Hasil
Kedalaman paru dalam rentang normal
Rasional :
Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru memudahkan pernafasan. Pengubahan
posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga
memperbaiki difusi gas.
5. Dorong/ bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk . Pengisapan peroral atau
naso trakeal bila diindikasikan
Kriteria Hasil
Pengembangan dada normal antara inspirasi dan ekspirasi
Rasional
Dapat meningkatkan/ banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidaknyamanan upaya bernapas
3.Resiko tinggi infeksi terhadap (penyebaran).Faktor resiko ketidakadekuatan
pertahanan utama (penurunan kerja silia)
Intervensi
1.Pantau tanda vital dengan ketat , khususnya selama awal terapi
Kriteria Hasil :
1.Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
Rasional :
Selama periode waktu ini, potensial terjadi komplikasi