Anda di halaman 1dari 18

23

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada makalah ini akan dijelaskan tentang Pertusis Pada Anak serta bagaimana
asuhan keperawatan Pertusis Pada Anak. Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran
nafas yang mengenai setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada
anak-anak. (Behrman, 1992).
Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat.
Batuk adalah gejala khas  dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-
tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang
keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara
shingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang
baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak
terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan
penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah hal-hal apa saja yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan pertusis pada anak.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Asuhan Neonatus,Bayi,Balita dan Prasekolah
Patologi yang berupa makalah tentang pada asuhan kebidanan pertusis pada
anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dan etiologi dari pertusis.

23
24

2. Untuk mengetahui patofisiologi dan PATHWAY dari pertusis.


3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dan penatalaksanaan dari
pertusis.
4. Untuk mengetahui pencegahan dan komplikasi dari pertusis.

1.4 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
dengan menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari
berbagai literature baik itu buku maupun dari berbagai media elektronik.

24
25

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu
yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992).
Definisi Pertusis lainnya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan
yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang
bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan,
1993).
Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat.
Batuk adalah gejala khas  dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-
tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang
keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara
shingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang
baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak
terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan
penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk.

2.2 Etiologi
Pertusis biasanya disebabkan diantaranya Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis).
Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para
pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain :
1. Berbentuk batang (coccobacilus)
2. Tidak dapat bergerak
3. Bersifat gram negative.

25
26

4. Tidak berspora, mempunyai kapsul


5. Mati pada suhu 55 º C selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10º C)
6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik
7. Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten
terhdap penicillin
8. Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
a. Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)
b. Endotoksin (lipopolisakarida)

2.3 Patofisiologi
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan organisme hanya
akan berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa berhubungan
dengan epitel bersilia dan menghasilkan toksisn seperti endotoksin, perttusinogen,
toxin heat labile, dan kapsul antifagositik, oleh limfosist dan leukosit untuk
polimorfonuklir serta penimbunan debrit peradangan di dalam lumen bronkus. Pada
awal penyakit terjadi hyperplasia limfoid penbronklas yang disusun dengan nekrosis
yang mengenai lapisan tegah bronkus, tetapi bronkopnemonia disertai nekrosis dan
pengelupasan epitel permukaan bronkus. Obstruksi bronkhiolus dan atelaktasis terjadi
akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadi bronkiektasis yang bersifat menetap.
Cara penularan: Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain
melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula
melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman
penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat
menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.

26
27

2.4 PATHWAY

27
28

28
29

2.5 Manifestasi Klinis


Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih
dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :
1. Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal
a. Lamanya 1-2 minggu
b. Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan
bagian atas, yaitu timbulnya rinore dengan lender yang jernih:
1) Kemerahan konjungtiva, lakrimasi
2) Batuk dan panas ringan
3) Anoreksia kongesti nasalis
c. Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold
d. Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi semakin
hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket

2. Stadium paroksimal / stadium spasmodic


a. Lamanya 2-4 minggu
b. Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk
yang bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik
nafas pada akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5 – 10 kali,
selama batuk anak tak dapat bernafas dan pada akhir serangan batuk
anak mulai menarik nafas denagn cepat dan dalam. Sehingga terdengar
bunyi melengking (whoop) dan diakhiri dengan muntah.
c. Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan tanpa
adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.
d. Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol, lidah
terjulur, lakrimasi, salvias dan pelebaran vena leher.

29
30

e. Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal menangis dan


aktifitas fisik (makan, minum, bersin dll).

3. Stadium konvaresens
a. Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal
b. Gejala yang muncul antara lain : Batuk berkurang
c. Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang
d. Anak merasa lebih baik
e. Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat
gangguan pada saluran pernafasan.

2.6 Penatalaksanaan
Anti mikroba Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang
dini. Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap paling
efektif dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis
yang dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari.
1. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
2. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian
diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
3. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari Berguna dalam pengobatan pertusis terutama
pada bayi muda dengan seragan proksimal.Salbutamol

2.7 Pencegahan
Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang telah
dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama vaksin
difteri dan tetanus. Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2 bulan.
Kontra indikasi pemberian vaksin pertusis :
1. Panas lebih dari 33ºC
2. Riwayat kejang

30
31

3. Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya misalnya: suhu tinggi


dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilatik lainnya.

2.8 Komplikasi
1. Pada saluran pernafasan
a. Bronkopnemonia
Infeksi saluran nafas atas yang menyebar ke bawah dan menyebabkan
timbulnya pus dan bronki, kental sulit dikeluarkan, berbentuk gumpalan
yang menyumbat satu atau lebih bronki besar, udara tidak dapat masuk
kemudian terinfeksi dengan bakteri. Paling sering terjadi dan
menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 3 tahun terutama bayi
yang lebih muda dari 1 tahun. Gejala ditandai dengan batuk, sesak
nafas, panas, pada foto thoraks terlihat bercak-bercak infiltrate tersebar.
b. Otitis media / radang rongga gendang telinga
Karena batuk hebat kuman masuk melalui tuba eustaki yang
menghubungkan dengan nasofaring, kemudian masuk telinga tengah
sehingga menyebabkan otitis media. Jika saluran terbuka maka saluran
eustaki menjadi tertutup dan jika penyumbat tidak dihilangkan pus dapat
terbentuk yang dapat dipecah melalui gendang telinga yang akan
meninggalkan lubang dan menyebabkan infeksi tulang mastoid yang
terletak di belakang telinga.
c. Bronkhitis
Batuk mula-mula kering, setelah beberapa hari timbul lender jernih yang
kemudian berubah menjadi purulen.
d. Atelaktasis
Timbul akibat lender kental yang dapat menyumbat bronkioli.
e. Emphisema Pulmonum
Terjadi karena batuk yang hebat sehingga alveoli pecah dan
menyebabkan adanya pus pada rongga pleura.

31
32

f. Bronkhiektasis
Terjadi pelebaran bronkus akibat tersumbat oleh lender yang kental dan
disertai infeksi sekunder.
g. Aktifitas Tuberkulosa
h. Kolaps alveoli paru akibat batuk proksimal yang lama pada anak-anak
sehingga dapat menebabklan hipoksia berat dan pada bayi dapat
menyebabkan kematian mendadak.
2. Pada saluran pencernaan
a. Emasiasi dikarenakan oleh muntah-muntah berat.
b. Prolapsus rectum / hernia dikarenakan tingginya tekanan intra abdomen.
c. Ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada saat
batuk.
d. Stomatitis.
3. Pada system syaraf pusat Terjadi karena kejang :
a. Hipoksia dan anoksia akibat apneu yang lama
b. Perdarahan sub arcknoid yang massif
c. Ensefalopat, akibat atrof, kortika yang difus
d. Gangguan elektrolit karena muntah

32
33

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN

A. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Berdasarkan SOAP

Hari / Tanggal : Minggu, 14 April 2023

Jam : 11.38 Wita

1. DATA SUBJEKTIF

a. Identitas Pasien

Nama : An. R

Umur : 4 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cemara Raya

b. Identitas orang tua

Nama : Ny. T

Umur : 39 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Ibu Kandung

33
34

c. Keluhan

Ibu mengatakan anaknya batuk tak kunjung sembuh dan semakin parah disertai

muntah

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Ibu pasien mengatakan anaknya pernah menderita batuk seperti ini juga saat umur

1 tahun, tapi tidak terlalu parah,dan itu terjadi sudah lama sekali

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang menderita penyakit

asma,hipertensi, jantung dan DM, dan saat ini tidak ada yang menderita penyakit

yang sama.

f. Riwayat Alergi

Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada riwayat anergi

g. Riwayat disfungsi gangguan pernafasan

Ayah mengatakan anak tidak pernah menderita gangguan pernafasan sebelumnya

hanya pernah mengalami batuk seperti ini pada umur 1 tahun

h. Riwayat vaksinasi DPT

Ibu mengatakan lupa bagaimana riwayat imunisasi anaknya,dulu pernah tapi

hanya sekali saja dan tidak diimunisasikan lagi karena setelah disuntik imunisasi

sakit panas

i. Riwayat kontak dengan penderita pertussis

Ayah mengatakan anak sering berkontak dengan orang lain sehingga tidak tau

pasti apakah pernah berkontak dengan penderita pertussis sebelumnya

j. Pengkajian Kebutuhan Dasar Anak

1) SPO2 : Tidak ada sesak, kebutuhan O2 terpenuhi

2) Nutrisi

34
35

Sebelum Sakit : Ibu Pasien mengatakan makan 3x sehari

dengan porsi sedang

Saat Sakit : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak nafsu

makan karena jika makan memicu terjadinya batuk

3) Sosialisai

Sebelum Sakit : Ibu Pasien megatakan sebelum sakit semakin

parah seperti saat ini anak sangat ceria dan selalu

bermain Bersama teman sebayanya

Saat Sakit : Ibu Pasien mengatakan anaknya sekarang lebih

sering bermain dirumah

4) Eliminasi

- (BAB)

Sebelum sakit : 2x sehari konsistensi lunak, bau

khas,warna kuning

Sesudah sakit : 1x sehari, konsistensi padat, bau khas, warna

Kuning

-(BAK)

Sebelum sakit : 4-5 x sehari bau khas,warna jernih

Sesudah sakit : 3-4 x sehari bauk has,warna jernih

5) Istirahat

Ibu mengatakan anak sering terbangun dari tidurnya dan tamapk gelisah

6) Aktivitas

Ibu mengatakan anak batuk berkepanjangan,kelelahan,demam ringan, dan

sesak

7) Persepsi kognitif

35
36

Ibu mengatakan komunikasi anak terhambat karena batuknya

2. DATA OBJEKTIF

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran Umum : Composmentis

Suhu : 38,6 0C

Nadi : 100x/m

Respirasi : 24x/m

SPO2 :
98%

BB :- sebelum : 17,3 kg

-sesudah : 14,1 kg

b. Pemeriksaan Khusus

1) Inspeksi

Kepala : Tampak bersih, dan tidak ada kelainan

Rambut : Distribusi tampak merata, bersih dan tidak

Rontok

Mata : Tampak merah dan berair

Hidung : Tampak bersih, tidak ada secret dan tidak ada

kelainan

Telinga : Tampak simetris, bersih dan tidak ada kelainan

Mulut : Tampak bersih, mokusa bibir kering, dan tidak

ada pembengkakan pada gusi

leher : Tampak adanya pembengkakan pada kelenjar

limfae dan pada kerongkongan terdapat selaput

keabu abuan

36
37

Dada : Tampak adanya tarikan dinding yang dalam

dan berbunyi

Abdomen : Kulit tampak bersih dan tidak ada luka bekas

operasi

Ekstermitas : Tidak tampak oedema dan tidak ada kelanan

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan darah

Hb : 11,8 g/dl

Leukosit : 30 ribu/uL (pada penderita pertussis akan mengalami

peningkatan leukosit)

2) Pemeriksaan lendir

3) Pemeriksaan rontgen dada

3. ASSESMENT

Anak R Umur 4 Tahun Dengan Pertusis

4. PLANNING

1) Membersihkan jalan nafas tidak efektif banyaknya mucus agar jalan nafas

bebas dan anak bernafas dengan normal

2) Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada

E/didapati hasil pernafasan dangkal dan Gerakan dada tidak simetris

3) Melakukan Auskultasi pada dada pasien

E/didapat hasil suara pernafasan mengi

4) Membantu pasien Latihan nafas sering dengan cara menunjukkan pasien

melakukan batuk dengan cara menekan dada saat batuk

5) Memberikan air hangat untuk merangsang pengeluaran secret

37
38

6) Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi agar

terpenuhi nutrisinya dan terhindar dari kelaparan

7) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat dan cairan

infus sesuai imdikasi:

a. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari


b. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari
kemudian diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
c. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari Berguna dalam pengobatan
pertusis terutama pada bayi muda dengan seragan
proksimal.Salbutamol
8) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tua yang telah

dilakukan meliputi keadaan umum anak lemah, kesadaran

composmentis, Suhu: 38,60C , Nadi: 100x/m ,Respirasi: 24x/m , SPO 2:

98% , dan BB: 14,1 kg

E/ Orang tua megetahui hasil pemeriksaan

9) Memberikan KIE pada orang tua tentang pentingnya imunisasi lengkap

guna meningkatkan kekebalan tubuh

E/ orang tua mengerti

10) Memberikan KIE kepada orang tua tentang kebersihan diri dan

lingkungan sekitar agar terhindar dari paparan virus

E/orang tua mengerti

38
39

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang
rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992).
Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat. Batuk
adalah gejala khas  dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-tiba dan
berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar.
Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara shingga bernapas
dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang baru lahir berumur kurang
dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak terdengar. Batuk pada pertusis
biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan penderita sangat kelelahan setelah
serangan batuk.
4.2 Saran
Sebagai bidan diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan terhadap
penderita pertussis, karena sering kali penderita pertussis disertai dengan komplikasi.Bidan
juga harus berperan sebagai pendidik dalam melakukan penyuluhan mengenai pentingnya
imunisasi yang akan berguna jika dilakukan sesuai program, selain itu Bidan harus mampu
memberikan pengetahuan pada orang tua mengenai penyakit pertussis secara jelas dan
lengkap terutama mengenai manifestasi, pencegahan dan penanganannya.

39
40

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam,dkk.2005.Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.jakarta : salemba medika


Manjoer,arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3,jilid 2.jakarta : media aesculapius
Doenges,marilynn,E.dkk.2001.Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3.jakarta : egc
Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2015- 2017

40

Anda mungkin juga menyukai