BAB I
PENDAHULUAN
23
24
24
25
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu
yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992).
Definisi Pertusis lainnya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan
yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang
bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan,
1993).
Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat.
Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-
tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang
keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara
shingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang
baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak
terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan
penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk.
2.2 Etiologi
Pertusis biasanya disebabkan diantaranya Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis).
Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para
pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain :
1. Berbentuk batang (coccobacilus)
2. Tidak dapat bergerak
3. Bersifat gram negative.
25
26
2.3 Patofisiologi
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan organisme hanya
akan berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa berhubungan
dengan epitel bersilia dan menghasilkan toksisn seperti endotoksin, perttusinogen,
toxin heat labile, dan kapsul antifagositik, oleh limfosist dan leukosit untuk
polimorfonuklir serta penimbunan debrit peradangan di dalam lumen bronkus. Pada
awal penyakit terjadi hyperplasia limfoid penbronklas yang disusun dengan nekrosis
yang mengenai lapisan tegah bronkus, tetapi bronkopnemonia disertai nekrosis dan
pengelupasan epitel permukaan bronkus. Obstruksi bronkhiolus dan atelaktasis terjadi
akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadi bronkiektasis yang bersifat menetap.
Cara penularan: Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain
melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula
melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman
penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat
menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.
26
27
2.4 PATHWAY
27
28
28
29
29
30
3. Stadium konvaresens
a. Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal
b. Gejala yang muncul antara lain : Batuk berkurang
c. Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang
d. Anak merasa lebih baik
e. Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat
gangguan pada saluran pernafasan.
2.6 Penatalaksanaan
Anti mikroba Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang
dini. Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap paling
efektif dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis
yang dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari.
1. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
2. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian
diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
3. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari Berguna dalam pengobatan pertusis terutama
pada bayi muda dengan seragan proksimal.Salbutamol
2.7 Pencegahan
Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang telah
dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama vaksin
difteri dan tetanus. Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2 bulan.
Kontra indikasi pemberian vaksin pertusis :
1. Panas lebih dari 33ºC
2. Riwayat kejang
30
31
2.8 Komplikasi
1. Pada saluran pernafasan
a. Bronkopnemonia
Infeksi saluran nafas atas yang menyebar ke bawah dan menyebabkan
timbulnya pus dan bronki, kental sulit dikeluarkan, berbentuk gumpalan
yang menyumbat satu atau lebih bronki besar, udara tidak dapat masuk
kemudian terinfeksi dengan bakteri. Paling sering terjadi dan
menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 3 tahun terutama bayi
yang lebih muda dari 1 tahun. Gejala ditandai dengan batuk, sesak
nafas, panas, pada foto thoraks terlihat bercak-bercak infiltrate tersebar.
b. Otitis media / radang rongga gendang telinga
Karena batuk hebat kuman masuk melalui tuba eustaki yang
menghubungkan dengan nasofaring, kemudian masuk telinga tengah
sehingga menyebabkan otitis media. Jika saluran terbuka maka saluran
eustaki menjadi tertutup dan jika penyumbat tidak dihilangkan pus dapat
terbentuk yang dapat dipecah melalui gendang telinga yang akan
meninggalkan lubang dan menyebabkan infeksi tulang mastoid yang
terletak di belakang telinga.
c. Bronkhitis
Batuk mula-mula kering, setelah beberapa hari timbul lender jernih yang
kemudian berubah menjadi purulen.
d. Atelaktasis
Timbul akibat lender kental yang dapat menyumbat bronkioli.
e. Emphisema Pulmonum
Terjadi karena batuk yang hebat sehingga alveoli pecah dan
menyebabkan adanya pus pada rongga pleura.
31
32
f. Bronkhiektasis
Terjadi pelebaran bronkus akibat tersumbat oleh lender yang kental dan
disertai infeksi sekunder.
g. Aktifitas Tuberkulosa
h. Kolaps alveoli paru akibat batuk proksimal yang lama pada anak-anak
sehingga dapat menebabklan hipoksia berat dan pada bayi dapat
menyebabkan kematian mendadak.
2. Pada saluran pencernaan
a. Emasiasi dikarenakan oleh muntah-muntah berat.
b. Prolapsus rectum / hernia dikarenakan tingginya tekanan intra abdomen.
c. Ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada saat
batuk.
d. Stomatitis.
3. Pada system syaraf pusat Terjadi karena kejang :
a. Hipoksia dan anoksia akibat apneu yang lama
b. Perdarahan sub arcknoid yang massif
c. Ensefalopat, akibat atrof, kortika yang difus
d. Gangguan elektrolit karena muntah
32
33
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
1. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 4 Tahun
Agama : Islam
Nama : Ny. T
Umur : 39 Tahun
Agama : Islam
33
34
c. Keluhan
Ibu mengatakan anaknya batuk tak kunjung sembuh dan semakin parah disertai
muntah
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah menderita batuk seperti ini juga saat umur
1 tahun, tapi tidak terlalu parah,dan itu terjadi sudah lama sekali
Ibu pasien mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang menderita penyakit
asma,hipertensi, jantung dan DM, dan saat ini tidak ada yang menderita penyakit
yang sama.
f. Riwayat Alergi
hanya sekali saja dan tidak diimunisasikan lagi karena setelah disuntik imunisasi
sakit panas
Ayah mengatakan anak sering berkontak dengan orang lain sehingga tidak tau
2) Nutrisi
34
35
3) Sosialisai
4) Eliminasi
- (BAB)
khas,warna kuning
Kuning
-(BAK)
5) Istirahat
Ibu mengatakan anak sering terbangun dari tidurnya dan tamapk gelisah
6) Aktivitas
sesak
7) Persepsi kognitif
35
36
2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
Suhu : 38,6 0C
Nadi : 100x/m
Respirasi : 24x/m
SPO2 :
98%
BB :- sebelum : 17,3 kg
-sesudah : 14,1 kg
b. Pemeriksaan Khusus
1) Inspeksi
Rontok
kelainan
keabu abuan
36
37
dan berbunyi
operasi
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah
Hb : 11,8 g/dl
peningkatan leukosit)
2) Pemeriksaan lendir
3. ASSESMENT
4. PLANNING
1) Membersihkan jalan nafas tidak efektif banyaknya mucus agar jalan nafas
37
38
10) Memberikan KIE kepada orang tua tentang kebersihan diri dan
38
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang
rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992).
Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat. Batuk
adalah gejala khas dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-tiba dan
berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar.
Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara shingga bernapas
dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang baru lahir berumur kurang
dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak terdengar. Batuk pada pertusis
biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan penderita sangat kelelahan setelah
serangan batuk.
4.2 Saran
Sebagai bidan diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan terhadap
penderita pertussis, karena sering kali penderita pertussis disertai dengan komplikasi.Bidan
juga harus berperan sebagai pendidik dalam melakukan penyuluhan mengenai pentingnya
imunisasi yang akan berguna jika dilakukan sesuai program, selain itu Bidan harus mampu
memberikan pengetahuan pada orang tua mengenai penyakit pertussis secara jelas dan
lengkap terutama mengenai manifestasi, pencegahan dan penanganannya.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
40