Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONKITIS

Disusun oleh:

VIVEN CORNYSEN

NIM: 142114

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015
A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang
menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan
menengah yang bermanifestasi sebagai natuk, dan biasnya akan membaik
tanpa terapi dalam 2 minggu. Btonkitis umumnya disebabkan oleh virus
seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus parainfluinza, Adenovirus,
Virus rubeola, dan paramyxovirus dan bronchitis karena bakteri biasanya
dikaitkan dengan mycoplasma pneumonia, bordetella pertussis, atau
corynebacterium diphtheria (Rahajoe, 2012).
Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran nafas akut (inflamasi
bronkus) yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga
disertai dengan trakeitis
Bronkitis biasa juga disebut dengan laringotrakeobronkitis akut
atau croup dan paling sering menyerang anak usia 3 tahun (Sarwono,
2010)

2. Etiologi
Bronkitis oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV),
virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus.menurut laporan
penyebab lainnya dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung seperti
asam lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan setelah
pejanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau pejanan
dalam jumlah besar yang disebabkan zat kimia dan menjadikan bronchitis
kronis
Bronchitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan mycoplasma
pneumoniae yang dapat menyebabkan bronchitis akut biasanya terjadi
pada anak berusia diatas 5 tahun atau remaja, bordetella pertussis dan
corynebacterium diphtheria bisa terjadi pada anak yang tidak diimunisasi
dan dihubungkan dengan kejadian trakeobronkitis, yang selama stadium
katral pertusis, gejala-gejala infeksi respiratori lebih dominan .gejala khas
berupa batuk kuat berturut-turut dalam satu ekspirasi yang diikuti dengan
usaha keras dan mendadak untuk inspirasi, sehingga menimbulkan whoop.
Batuk biasanya menghasilkan mucus yang kental dan lengket
(rahajoe,2012).
Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri
(staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae).
Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur

3. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala pada kondisi bronchitis akut:


a. Batuk
b. Terdengar ronki
c. Suara yang berat dan kasar
d. Wheezing
e. Menghilang dalam 10-14 hari
f. Demam
g. Produksi sputum
Tanda Dan gejala bronchitis kronis:
a. Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab
b. Sering mengalami infeksi saluran napas(seperti misalnya pilek atau
flu) yang dibarangi dengan batuk
c. Gejala bronchitis akut lebih dari 2-3 minggu\
d. Demam tinggi
e. Sesak napas jika saluran tersumbat
f. Produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau hijau
4. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis
Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak
dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan
Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau
Bronkietaksis
e. Gagal jantung kongestif
f. Pneumonia 

5. Patofisologi dan Pathway

Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan -


Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan)
- Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan
menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering
kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk -
Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal -
Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru
segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Carpenito,
2006).

Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui


diduga erat hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan
perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat
patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor obstruksi
bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis paru, dan
factor intrinsik dalam bronkus atau paru.
6. Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
1) Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lender/secret.
2) Sering mengubah posisi.
3) Banyak minum.
4) Inhalasi.
5) Nebulizer
6) Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah
dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di Rumahsakit
kecuali ada komplikasi yang menurut dokter perlu perawatan di
Rumahsakit, oleh karenanya perawatan lebih ditujukan sebagai
petunjuk kepada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan
adalah akibat batuk yang lama dan resiko terjadi komplikasi.
1. Akibat batuk yang lama
Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering
terjadi siang dan malam terutama pagi-pagi sekali yang
menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur; pasien akan
terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya
daya tahan tubuh pasien yang menurun, anoreksia, sehingga berat
badannya sukar naik. Pada anak yang lebih besar batuk-batuk yang
terus menerus akan mengganggu kesenangannya bermain, dan bagi
anak yang sudah sekolah batuk mengganggu konsentrasi belajar
bagi dirinya sendiri, saudara, maupun teman-temannya.
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar
batuk tidak bertambah banyak dengan memberikan obat secara
benar dan membatasi aktivitas anak untuk mencegah keluar banyak
keringat, karena jika baju basah akan menyebabkan batuk-batuk
(karena dingin). Untuk mengurangi batuk pada malam hari berikan
obat batuk yang terakhir sebelum tidur. Anak yang batuk apalagi
bronchitis lebih baik tidak tidur di kamar yang ber AC atau
memakai kipas angin. Jika suhu udara dingin pakaikan baju yang
hangat, bila ada yang tertutup leherya. Obat gosok membuat anak
merasa hangat dan dapat tidur tenang.Bila batuk tidak segera
berhenti berikan minum hangat tidak manis.
Pada anak yang sudh agak besar jika ada dahak di dalm
tenggorokannya beritahu supaya dibuang karena adanya dahak
tersebut juga merangsang batuk.Usahakan mengurangi batuk
dengan menghindari makanan yang merangsang seperti gorng-
gorengan,permen,atau minum es.Jangan memandikan anak terlalu
pagi atau sore,dan memandikan dengan air hangat.
2. Terjadi komplikasi
Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung
menjadi bronchitis kronik, sedangkan bronchitis kronik
memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan
pernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik ialah
bila lendir tetap tinggal di dalam paru akan menyebabkan
terjadinya atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan
menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien
bronchitis harus mendapatkan pengobatan dan perawatan yang
benar sehingga lender tidak selalu tertinggal dalam paru. Berikan
banyak minum untuk membantu mengencerkan lendir; berikan
buah dan makanan bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana
sikapnya jika ia sedang batuk dan apa yang perlu dilakukan. Pada
bayi batuk-batuk yang keras sering diakhiri dengan muntah;
biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak
tenang. Tetapi bila muntah berkelanjutan, maka dengan keluarnya
makanan dapat menyebabkan bayi menjadi kurus serta
menurunkan daya tahan tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan
tersebut setelah bayi muntah dan tenang perlu diberikan minum
susu atau makanan lain.  
b. Tindakan Medis
1) Jangan beri obat antihistamin berlebih
2) Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial
3) Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4) Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka
belum ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang
diberikan biasanya untuk penurun demam, banyak minum terutama
sari buah-buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk
yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk
tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh
diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis.
Pemberian antibiotic yang serasi untuk M. Pneumoniae dan H.
Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya
amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik
diberikan 7-10 hari dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan
foto thorak untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru
segmental dan lobaris, benda sing dalam saluran napas, dan
tuberkolusis.  
B. ASUHAN KEPERAWATAN TIORI

1. Pengkajian

a. Riwayat
Adalah data yang dikumpulkan tentang tingkat kesejahtraan klien(saat
ini dan masa lalu), riwayat keluarga, perubahan dalam pola kehudupan,
riwayat social budaya, kesehatan spiritual dan reaksi mental serta
emosi terhadap penyakit.
b. Pola Gordon
- Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
- Pola Nutrisi dan Metabolik
- Pengkajian Pola Nutrisi
- Pola Eliminasi
- Pola Aktifitas dan Latihan
- Pola Istirahat Tidur
- Pola Kognitif – Perseptual
- Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Pola Hubungan dan Peran
- Pola Seksualitas – Reproduksi
- Pola Mekanisme Koping
c. Pemerriksaan fisik
Keadaan umum, TB/BB, Lingkar kepala(<2 tahun) mata, hidung,
mulut, telinga, tengkuk, dada, jantung, paru-paru, perut, punggung,
genitalia dan anus, ekstrimitas, kulit, pemeriksaan neurologi, Tanda
vital
d. Pemeriksaan penunjang
1) Rongent
Peningkatan tanda bronkovaskuler
2) Tes fungsi paru
Memperkirakan derajad disfungsi paru
3) Volume residu
Meningkat
4) GDA
Memperkirakan progresi penyakit (Pa02 menurun dan PaCO2
meningkat atau normal)
5) Bronkogram
Pembesaran duktus mukosa
6) Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen
7) EKG
Disritmia arterial
8) EKG latihan
Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk program
latihan

2. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
bronkokonstriksi, peningkatan produksi lender, batuk tidak efektif, dan
infeksi bronkopulmonal
2. Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh berhubungan lingkungan yang
panas, proses peradangan
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan, hiverpentilasi, paru derformitas dinding dada
3. Perencanaan Keperawatan
No NOC NIC
Dx (Tujuna dan Kriteria Hasil) (Intervensi)
1  Respiratory status: Airway suction
ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal
 Respiratory status: airway suctioning
patency 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
Setelah dilakukan tindakan sesudah suctioning
keperwatan selama 1x,.. jam 3. Informasikan pada klien dan keluarga
masalah bersihan jalan napas tentang suctioning
dapat teratasi dengan KH: 4. Gunakan alat yang steril setiap
1. Mendemonstrasikan batuk melakukan tindakan
efektif dan sura nafas yang 5. Monitor setatus oksigen pasien
bersih, tidak ada sianosis Airway management
dan dyspneu(mampu 1. Bukak jalan nafas, gunakan teknik
mengeluarkan seputum, chinlift atau jaw thrust bila perlu
mamou bernafas dengan 2. Lakukan fisioterapi dada bila
mudah, tidak ada pursed 3. Atur intake untuk cairan
lips) 4. Monitor respirasi dan status O2
2. Menunjukan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
napas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasi
dan mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas
2  Termoregulasi Newborn Care
 Termoregulasi : newborn 1. Pengaturan suhu: mencapai dan atau
Setelah dilakukan tindakan mempertahankan suhu tubuh dalam
keperwatan selama 1x,.. jam range normal
masalah suhu tubuh dapat 2. Pantau tekanan darah, nadi, pernapasan
teratasi dengan KH: dengan tepat
1. Suhu kulit normal 3. Tingkatkan keadikuatan masukaan
2. Suhu badan 36,0-37,0 c cairan dan nutrisi
3. TTV dalam batas normal 4. Pantau warna dan suhu kulit
4. Hidrasi adekuat Temperature regulation (pengaturan
5. Tidak hanya menggigil suhu)
6. Gula dara DBM 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
7. Keseimbangan asam basa 2. Monitor TD, Nadi, dan RR
DBM 3. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
8. Bilirubin DBN hipotermi
4. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
5. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
3  Respiratory status: Airway Management
ventilation 1. Posisikan pasien untuk
 Respiratory status: airway memaksimalkan ventilasi
patency 2. Identifikasi pasien perlunya
 Vital sign status pemasangan jalan nafas buatan
Setelah dilakukan tindakan 3. Pasang mayo bila perlu
keperwatan selama 1x,.. jam 4. Auskultasi suara nafas, catat adanya
pola napas kembali efektif suara tambahan
dengan KH: 5. Atur intake untuk cairan
1. Mendemonstrasikan batuk mengoptimalkan keseimbangan
efektif dan sura nafas yang 6. Monitor respirasi dan status O2
bersih, tidak ada sianosis Oxygen Thrapy
dan dyspneu(mampu 1. Atur peralatan jalan nafas yang paten
mengeluarkan seputum, 2. Monitor aliran oksigen
mamou bernafas dengan 3. Pertahan kan posisi pasien
mudah, tidak ada pursed Vital sign Monitoring
lips) 1. Monitor TD, nadi, suhu, RR
2. Menunjukan jalan nafas 2. Monitor suara paru
yang paten (klien tidak 3. Monitor pola pernapasan abnormal
merasa tercekik, irama 4. Monitor suhu, warna dan kelembaban
nafas, frekuensi kulit
pernafasan dalam rentang 5. Monitor sianosis perifer
normal, tidak ada suara
napas abnormal)
3. Tanda tanda vital dalam
rentang normal(tekanan
darah, nadi, pernafasan
4. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan
penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin
tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk
dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga mengatakan
nyerinya berkurang.
O: adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam 1
bulan.
A: adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis. P adalah perencanaan yang
P: akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahapan evaluasi .
Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2006. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 9Vol 1. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Carpenito. L.D. (2006). Nursing diagnosis; application to clinical practice. 7th


Edition. Lippincott. Philadelpia. New York.

Nurarif H A, Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


diagnosa medis NANDA NIC-NOC Jilid 1 Jogjakarta: Media Action

Rahajoe Nastini, Supriyanto Bambang, dkk. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi 1.
IDAL, 2012

Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. Pengantar Ilmu Kebidanan, edisi 4, 2010.


Yayasan Pustaka

Anda mungkin juga menyukai