Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN EXPERT

TERAPI PEMBERIAN NEBULIZER PADA PASIEN ASMA


BRONKHIAL DI RUANG CEMPAKA BANGSAL ANAK RST
DR ASMIR SALATIGA

Disusun oleh :

IKA PUJIATI
SN 161059

PROGRAM STUDI PROFEI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
LAPORAN EXPERT
PEMBERIAN NEBULIZER PADA PASIEN ASMA BRONKHIAL DI
RUANG CEMPAKA BANGSAL ANAK
RST DR ASMIR SALATIGA

BAB I
PENDHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa sekarang ini Asma merupakan penyakit pernafasan

yang lazim terjadi di masyarakat, dengan perkembangan teknologi dalam

dunia kedokteran dan dari hasil penelitian maka dapat diketahui

epidemiology yang dapat menilai efficary, efektiveness dan efisiency

suatu cara pengobatan dan pencegahan penyakit yang berguna dan dapat

dimanfaatkan seluruh umat manusia yang hidup dalam lingkungan yang

berbeda-beda.

Walaupun pengobatan anti Asma telah mengalami kemajuan tetapi

masih terdapat beberapa gejala peningkatan interaksi serta tingkat

kesalahan penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan penyakit

asma belum adekuat sehingga diperlukan diagnosis keperawatan dan

perbaikan tingkat pengetahuan dokter, perawat, keluarga pasien serta

pasien sendiri (Sudarmoko, 1993 : 43).

Dari penelitian di London ditemukan bahwa prevalensi yang

berusia 45 % tahun diketahui laki-laki 28,1 % dan wanita 22,1 % dan di

Belanda yang berusia 40-60 tahun diketahui 81, 5 % pada laki-laki 19,6 %

wanita (Amin, 1993). Sedang menurut penyebab kematian di Indonesia


asma menduduki peringkat ke – 13. penelitian dilakukan oleh SKRT

Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1980 (Sudarmoko, 1993 : 43).

Telah dilakukan penelitian retraspektif terhadap catatan medik untu

perawatan paru intensif. Dari penelitian di RSUD Wonogiri diketahui

prevalensi laki-laki 2,8 % dan wanita 5,6 %. Dari 6 kasus lainnya, IDI

adalah untuk observasi ketat yaitu pada 4 kasus staus asmatikus, 1 kasus

pneumonia yang memerlukan oksigenasi dengan rebrathing mark dan

kasus kesadaran menurun.

Terapi inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting dalam

proses pengobatan penyakit respiratori (saluran pernafasan) akut dan

kronik. Penumpukan mukus di dalam saluran napas, peradangan dan

pengecilan saluran napas ketika serangan asma dapat dikurangi secara

cepat dengan obat dan teknik penggunaan inhaler yang sesuai (Setiawati,

2010)

Setelah sekian lama, terapi inhalasi memainkan peranan penting di

dalam merawat penyakit asma dan penyakit paru lainnya. Obat yang

diberikan dengan cara ini absorpsi terjadi secara cepat karena permukaan

absorpsinya luas, terhindar dari eliminasi lintas pertama di hati, dan pada

penyakit paru-paru misalnya asma bronkial, obat dapat diberikan langsung

pada bronkus. Tidak seperti penggunaan obat secara oral (tablet dan sirup)

yang terpaksa melalui sistem penghadangan oleh pelbagai sistem tubuh,

seperti eleminasi di hati.


Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran inhalasi

(Nebulizer) pada pasien Asma sangatlah bermanfaat, maka dari itu penulis

ingin mempelajari lebih lanjut tentang metode penanganan fisioterapi pada

kasus Penyakit Asma Bronkial.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah
pengetahuan kepada para pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu
keperawatan mengenai penyakit asma bronkhial. makalah ini juga dibuat
untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata kuliah
keperawatan anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proses penatalaksanaan terapi nebulizer pada pasien Asma
Bronkhial
b. Mengetahui pengaruh nebulizer pada pasien Asma Bronkhial
c. Mengetahui kontraindikasi diberikan nebulizer pada pasien Asma
Bronkhial
BAB II
ISI

A. Asuhan Keperawatan Teori


1. Konsep Penyakit
a. Definisi
Asma adalah keadaan klinik yang ditandai oleh masa

penyempitan bronkus roversibel, dipisahkan oleh masa dimana ventilasi

mendekati keadaan normal. Perubahan jaringan pada asma tanpa

komplikasi terbatas pada bronkus dan terdiri dari spasme otot polos,

oedem mukosa dan hiper sekresi mucus kental (Price, 1995 : 149).

Sedangkan definisi lain asma adalah suatu penyakit dengan cirri

meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap beberapa rangsangan

dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajat

berubah-ubah baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan

(Amin, 1993 : 102).

b. Etiologi

Penyebab asma menurut klasifikasi digolongkan sebagai berikut :

1. Asma imunologik / alergi ekstrinsik


Penderita alergi terhadap beberapa bahan yang dihisap / ditelan.
Misal : debu, bulu binatang, bahan makanan tertentu dan lain-lain.
2. Asma non imunologik / idiopatik intrinsic
Penderita saling mengalami infeksi persistem pada sinus para nasa
tonsil / saluran pernafasan bagian atas.
3. Asma campuran
Penderita asma diawali dengan alergi kemudian pada saat yang lain
serangan di cetuskan oleh faktor lain (perubahan suhu, kelembaban,
uap yang mengitari, asap, bau-bauan, stress emosional (Engram, B
1999 : 140).

c. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala-gejala dari penyakit asma antara lain : Serangan

seringkali terjadi malam hari, pasien terbangun dan merasa tercekik

bronkospasme dan penyempitan jalan napas menyebabkan wheezing saat

ekolasi. Pasien menggunakan otot-otot tambahan untuk bernapas dan

sianosis dapat timbul. Serangan biasanya menghilang dalam 30 sampai

60 menit. Pasien membatukkan sputum kental, dalam jumlah banyak.

Draphoresis biasanya terjadi karena pemakaian tenaga, kelelahan terjadi

setelah suatu serangan (Amin, 1993 : 83).

d. Patofisiologi

Kelainan utama dari asma diduga disebabkan karena adanya


hipersensitivitas dari cabng-cabang bronkus. Pada individu yang retan,
lapisan dan cabang-cabang bronkial tersebut akan menjadi lebih sensitif
terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya. Kerentanandari individu
kemungkinan diturunkan secara genetik, munculnya kerentanan
disebabkan oleh adanya perubahan terhadap rangsangan yang berlebih-
lebihan dengan faktor lingkungan tertentu, seperti penerapan bahan
alergen / iritan.
Apapun pencetusnya mekanisme yang terjadi adalah sama saja
bronkokontriksi yang terjadi kemungkinan sebagai suatu reaksi
perlindungan untuk membatasi instalasi alergen / iritasi yang lebih lanjut,
bila hal ini berlangsung terus maka lapisan jalan akan tersentifisasi
terutama pada bronkus berukuran sedang dan bronkiolus sehingga
mengalami peradangan dan edematosus. Pada asma atopik keadaan ini
disebabkan oleh alergen spesifik yang terkait dengan antibodi-antibodi
spesifik sehingga menyebabkan pelepasan dari berbagai macam hormon
lokal dan zat mediator. Pada semua kasus adanya peradangan dapat
ditandai dengan edema dari selaput lendir bronkial dan peningkatan
ekskresi. Hal ini dapat meningkatkan intabilitas dari obat-obat polos
bronkial.
e. Penatalaksanaan

Penegakkan Diagnosis, Penegakkan diagnosis asma dapat


dilakukan pemeriksaan penunjang yang penting dalam asma adalah
sebagai berikut :

Sponometri untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas


reversible, pemeriksaan sponometri dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronco ditator aerosol / inhaler / rebalizer golongan adrenegik.
Test Provokasi bronchial untuk menunjukkan adanya hiperaktivitas
bronkus, pemeriksaan test kulit, tujuan test kulit yaitu untuk
menunjukkan adanya antibodi IGE yang spesifik dalam serum,
pemeriksaan radiology, analisa gas darah, pemeriksaan eisonofil dalam
darah, pemeriksaan sputum.

Prinsip umum pengobatan Asam bronkial adalah :

1. Memperluas jalan napas dengan segera


2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan Asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita / keluarganya mengenai
penyakit Asma (Amin, 1993 : 45).

2. Teknologi Fisioterapi
a. Nebulizer
Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk mengubah obat
dalam bentuk cairan menjadi aerosol stabil. Bersamaan dengan cairan
dapat dapat diberikan juga obat bronkodilator atau kortikosteroid. Pada
eksaserbasi akut terapi oksigen merupakan hal yang pertama diberikan
dengan tujuan untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah keadaan
yang mengancam jiwa (Caia Francis, 2008).
Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk merubah obat dari
bentuk cair ke bentuk partikel aerosol.bentuk aerosol ini sangat
bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan dalam organ paru. Efek
dari pengobatan ini adalah untuk mengembalikan kondisi spasme
bronkus.
Nebulizer adalah alat medis yang digunakan untuk memberikan
cairan obat dalam bentuk uap/ aerosol ke dalam saluran pernafasan.
Alat dengan mesin tekanan udara yang membantu untuk pengobatan
asma dalam bentuk uap/ aerosol basah. Terdiri dari tutup, “
mouthpiece” yang dihubungkan dengan suatu bagian atau masker, pipa
plastik yang dihubungkan ke mesin tekanan udara.
Cara ini digunakan dengan memakai disposible nebulizer mouth
piece dan pemompaan udara (pressurizer) atau oksigen. Larutan
nebulizer diletakan di dalam nebulizer chamber. Cara ini memerlukan
latihan khusus dan banyak digunakan di rumah sakit. Keuntungan
dengan cara ini adalah dapat digunakan dengan larutan yang lebih
tinggi konsentrasinya dari MDI. Kerugiannya adalah hanya 50 – 70%
saja yang berubah menjadi aerosol, dan sisanya terperangkap di dalam
nebulizer itu sendiri.
Jumlah cairan yang terdapat di dalam hand held nebulizer adalah
4 cc dengan kecepatan gas 6 – 8 liter/menit. Biasanya dalam
penggunaannya digabung dalam mukolitik (asetilsistein) atau natrium
bikarbonat. Untuk pengenceran biasanya digunakan larutan NaCl.
Cara menggunakannya yaitu: Buka tutup tabung obat, masukan
cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang ditentukan à
gunakan mouth piece atau masker (sesuai kondisi pasien). Tekan
tombol “on” pada nebulizer à jika memakai masker, maka uap yang
keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam inhalasi ini dilakukan terus
menerus sampai obat habismasker. Bila memakai mouth piece, maka
tombol pengeluaran aerosol ditekan sewaktu inspirasi, hirup uap yang
keluar perlahan-lahan dan dalam. Hal ini dilakukan berulang-ulang
sampai obat habis (10 – 15 menit).
Beberapa contoh jenis nebulizer antara lain: Simple nebulizer;
Jet nebulizer, menghasilkan partikel yang lebih halus, yakni antara 2 – 8
mikron. Biasanya tipe ini mempunyai tabel dan paling banyak dipakai
di rumah sakit. Beberapa bentuk jet nebulizer dapat pula diubah sesuai
dengan keperluan, sehingga dapat digunakan pada ventilator dan IPPB,
dimana dihubungkan dengan gas kompresor.
Ultrasonik nebulizer, alat tipe ini menggunakan frekuensi
vibrator yang tinggi, sehingga dengan mudah dapat mengubah cairan
menjadi partikel kecil yang bervolume tinggi, yakni mencapai 6
cc/menit dengan partikel yang uniform. Besarnya partikel adalah 5
mikron dan partikel dengan mudah masuk ke saluran pernapasan,
sehingga dapat terjadi reaksi, seperti bronkospasme dan dispnoe. Oleh
karena itu alat ini hanya dipakai secara intermiten, yakni untuk
menghasilkan sputum dalam masa yang pendek pada pasien dengan
sputum yang kental.
Antomizer nebulizer, partikel yang dihasilkan cukup besar,
yakni antara 10 – 30 mikron. Digunakan untuk pengobatan laring,
terutama pada pasien dengan intubasi trakea.
b. Jenis Nebulizer
1) “Disposible nebulizer”, sangat ideal apabila digunakan dalam situasi
kegawatdaruratan/ ruang gawat darurat atau di rumah sakit dengan
perawatan jangka pendek. Apabila nebulizer di tempatkan di rumah
daapt digunakan beberapa kali lebih dari satu kali , apabila
dibersihkan setelah digunakan. Dan dapat terus dipakai sampai
dengan 2 minggu apabila dibersihkan secara teratur.Daapt digunakan
oleh orangtua, babysitter, saat bepergian, sekolah, atau untuk
persediaan apabila terjadi suatu serangan.
2) “Re-usable nebulizer” , dapat digunakan lebih lama sampai kurang
lebih 6 bulan. Keuntungan lebih dari nebulizer jenis ini adalah
desainnya yang lebih komplek dan dapat menawarkan suatu
perawatan dengan efektivitas yang ditingkatkan dari dosis
pengobatan. Keuntungan kedua adalah dapt direbus untuk proses
desinfeksi.Digunakan untuk terapi setiap hari.
c. Model-Model Nebulizer
1) Nebulizer dengan penekan udara (Nebulizer compressors),
memberikan tekanan udara dari pipa ke tutup ( cup ) yang berisi
obat cair. Kekuatan dari tekanan udara akan memecah cairan ke
dalam bentuk partikel- partikel uap kecil yang daapt dihirup secara
dalam ke saluran pernafasan.
2) Nebulizer ultrasonik (ultrasonic nebulizer), menggunakan
gelombang ultrasound, untuk secara perlahan merubah dari bentuk
obat cair ( catatan: pulmicort tidak dapat digunakan pada sebagian
nebulizer ultrasonic) ke bentu uap/ aerosol basah.
3) Nebulizer generasi baru (A new generation of nebulizer)digunakan
tanpa menggunakan tekanan udara maupun ultrasound. Alqat ini
sangat kecil, dioperasikan dengan menggunakan baterai, dan tidak
berisik.
d. Indikasi Dari Perawatan Dengan Menggunakan Nebulizer.
1) Rasa tertekan di dada
2) Peningkatan produksi secret.
3) Pneumonia (kongesti) dan atau atelektasis.
e. Kontraindikasi Perawatan Dengan Menggunakan Nebulizer
1) Tekanan darah tinggi (autonomic hiperrefleksia)
2) Nadi yang meningkat/ takikardia
3) Riwayat reaksi yang tidak baik dari pengobatan.
f. Alat-Alat Yang Digunakan Untuk Terapi Pernapasan Dengan Nebulizer
1) Nebulizer.
2) Tabung tekanan udara (untuk menjalankan nebulizer)
3) Selang oksigen.
4) Obat-obatan untuk pernapasan.
5) Nacl.
g. Kerusakan/ Komplikasi-Komplikasi
1) Henti nafas.
2) Dosis yang kurang tepat karena kurang tepat dalam menggunakan
alat ataupun tekniknya.
3) Kurang dalam pemberian obat karena malfungsi dari alat tsb.
4) Pemberian dosis tinggi dari beta agonis akan menyebabkan efek
yang tidak baik pada system sekunder penyerapan dari obat tsb.
Hipokalemia dan atrial atau ventricular disritmia dapat ditemui pada
pasien dengan kelebihan dosis.
5) Spasme bronkus atau iritasi pada saluran pernapasan
6) Alat aerosol atau adapter yang digunakan dan teknik penggunaan
dapat mempengaruhi penampilan karakter dari ventilator terhadap
sensitifitas system alarm.
7) Penambahan gas pada circuit ventilator dari nebulizer dapat
meningkatkan volume, aliran dan tekanan puncak saluran udara.
8) Penambahan gas pada ventilator dari nebulizer juga dapat
menyebabkan kipas ventilator tidak berjalan selama proses nebulasi.
h. Prosedur perawatan dengan nebulizer
1) Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk
beratnya. Lepaskan selang dari kompresor .
2) sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu
dengan subun kemudian keringkan.
3) hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan
perintah dan letakkan dalam tutup nebulizer.
4) pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
5) Hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
6) nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan
baik.
7) duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
8) apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan
nyaman pada bagian wajah.
9) apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi
dan lidah.
10) bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas
dalam dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.
11) lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10
menit).
12) apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan
istirahat selama kurang lebih 5 menit
i. Perawatan nebulizer
1) Setelah digunakan / sehabis dipakai
a) Lepaskan masker atau mouthpiece dan juga bagian yang
berbentuk T” dari tutup. Pindahkan pipa atau selang dan rapikan
disekitarnya. Selang atau pipa tidak boleh dicuci atau dibilas Bilas
masker atau mouthpiece dan bagian penghubung dengan air
hangat yang mengalir selama 30 detik. Gunakan air yang telah
direbus atau air steril untuk membilas apabila memungkinkan
b) Keringkan masker atau mouthpiece dengan kertas tissue atau
diangin-anginkan.
c) Rangkai kembali bagian-bagian tersebut seperti semula dan
sambungkan ke kompresor
d) Nyalakan mesin selama 10 – 20 detik untuk mengeringkan bagian
dalam dari nebulizer.
e) Lepas kembali selang dari pipa kompresor. Masukkan nebulizer
ke dalam tas plastic tertutup
2) Satu kali sehari
a) Lepaskan masker atau mouthpiece dan juga bagian yang
berbentuk T” dari tutup. Pindahkan pipa atau selang dan rapikan
disekitarnya. Selang atau pipa tidak boleh dicuci atau dibilas
b) Cuci masker atau mouthpiece dan bagian penghubung atau
penyambung dengan air mengalir atau sabun cuci dan air hangat.
c) Bilas dengan disemprot air selama 30 detik. Gunakan dengan air
yang telah direbus atau air steril bila memungkinkan
d) Keringkan masker atau mouthpiece dengan kertas tissue atau
diangin-anginkan.
e) Rangkai kembali bagian-bagian tersebut seperti semula dan
sambungkan ke kompresor
f) Nyalakan mesin selama 10 – 20 detik untuk mengeringkan bagian
dalam dari nebulizer.
g) Lepas kembali selang dari pipa kompresor. Masukkan nebulizer
ke dalam tas plastic tertutup
3) Satu kali atau dua kali dalam seminggu
a) Lepaskan masker atau mouthpiece dan juga bagian yang
berbentuk T” dari tutup. Pindahkan pipa atau selang dan rapikan
disekitarnya. Selang atau pipa tidak boleh dicuci atau dibilas
Cuci masker atau mouthpiece dan bagian penghubung atau
penyambung dengan air mengalir atau sabun cuci dan air hangat.
b) Bilas dengan disemprot air selama 30 detik
c) Rendam selama 30 menit dalam cairan cuka dan air matang 1 : 2,
dan cairan tersebut sekali pakai.
d) Bilas bagian-bagian nebulizer dan juga spuit obat dengan air
hangat yang dialirkan untuk 1 menit. Gunakan air matang atau air
steril bila memungkinkan.
e) Keringkan masker atau mouthpiece dengan kertas tissue atau
diangin-anginkan.
f) Rangkai kembali bagian-bagian tersebut seperti semula dan
sambungkan ke kompresor
g) Nyalakan mesin selama 10 – 20 detik untuk mengeringkan bagian
dalam dari nebulizer.
h) Lepas kembali selang dari pipa kompresor. Masukkan nebulizer
ke dalam tas plastic tertutup
i) Bersihkan permukaan mesin kompresor dengan kain lembab, kain
dibasahi sabun, atau spons. Bisa juga dengan alcohol atau
desinfektan. Jangan pernah meletakkan mesin kompresor udara
dalam air.
4) Perawatan secara umum
a) Tutup kompresor dengan menggunakan penutup yang bersih. Jaga
agar tetap kering dengan menyeka dengan kain bersih dan
lembab.
b) Jangan meletakkan kompresor udara di lantai.
c) Periksa filter kompresor udara secara langsung.
d) Obat-obatan harus diletakkan pada tempat yang kering dan
dingin. Periksa beberapa kali. Apabila terjadi perubahan warna
atau menjadi kristal, segera buang dang anti dengan obat yang
baru.

3. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas :Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama,
jenis kelamin,umur, alamat, suku bangsa, agama, No.registrasi,
pendidikan, pekerjaan,tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam
masuk Rumah Sakit.
2) Keluhan utama : Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien asma
bronkial biasanya mengeluh adanya batuk.
3) Riwayat penyakit sekarang : Pada riwayat sekarang berisi tentang
perjalanan penyakit yang dialami pasien dari rumah sampai dengan
masuk ke Rumah Sakit.
4) Riwayat penyakit dahulu : Perlu ditanyakan apakah pasien
sebelumnya pernah mengalami asma atau penyakit menular yang lain.
5) Pola fungi kesehatan Riwayat penyakit keluarga : Perlu ditanyakan
pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang pernah
mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain
yang ada di dalam keluarga.
6) : Pengorganisasian data berdasarkan pola fungsi kesehatan menurut
Gordon :
a) Persepsi terhadap kesehatan : Adanya tindakan penatalaksanaan
kesehatan di RS akan menimbulkan perubahan terhadap
pemeliharaan kesehatan.
b) Pola aktivitas dan latihan : Pola aktivitas perlu dikaji karena pada
klien dengan asma mengalami keletihan, dan kelemahan dalam
melakukan aktivitasgangguan karena adanya dispnea yang dialami.
c) Pola istirahat dan tidur : Gangguan yang terjadi pada pasien dengan
asma salah satunya adalah gangguan pola tidur, pasien diharuskan
tidur dalam posisi semifowler. Sedangkan pada pola istirahat
pasien diharuskan untuk istirahat karena untuk mengurangi adanya
batuk dan sesak yang disebabkan oleh aktivitas yang berlebih.
d) Pola nutrisi-metabolik : Adanya penurunan nafsu makan yang
disertai adanya mual muntah pada pasien dengan asma akan
mempengaruhi asupan nutrisi pada tubuhyang berakibat adanya
penurunan BB dan penurunan massa otot.
e) Pola eliminasi : Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan
ataupun gangguannpada kebiasaan BAB dan BAK.
f) Pola hubungan dengan orang lain : Akibat dari proses inflamasi
tersebut secara langsung akan mempengaruhi hubungan baik
intrapersonal maupun interpersonal.
g) Pola persepsi dan konsep diri : Akan terjadi perubahan jika pasien
tidak memahami cara yang efektif untuk mengatasi masalah
kesehatannya dan konsep diri yang meliputi(Body Image, identitas
diri, Peran diri, ideal diri, dan harga diri).
h) Pola reproduksi dan seksual : Pada pola reproduksi dan seksual
pada pasien yang sudah menikah akanmengalami perubahan.
i) Pola mekanisme koping : Masalah timbul jika pasien tidak efektif
dalam mengatasi masalahkesehatannya, termasuk dalam
memutuskan untuk menjalani pengobatanyang intensif.
j) Pola nilai dan kepercayaan : Adanya kecemasan dalam sisi spiritual
akan menyebabkan masalah yangbaru yang ditimbulkan akibat dari
ketakutan akan kematian dan akanmengganggu kebiasaan
ibadahnya.
k) Pemeriksaan Fisik
 paru-paru : adanya sesak, retraksi dada, auskultasi adanya
bunyironchi, atau bunyi tambahan lain. tetapi pada kasus berat
bisa didapatkan komplikasi yaitu adanya pneumonia.
 Pencernaan
Inspeksi :kaji adanya mual,muntah,kembung,adanya
distensiabdomen dan nyeri abdomen,diare atau konstipasi.
Auskultasi : kaji adanya peningkatan bunyi usus.
Perkusi :kaji adanya bunyi tympani abdomen akibat adanya
kembung.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Bone : adanya respon sistemik yang menyebabkan malaise,
adanya sianosis.
b. Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen (bronkospasme) penumpukan sekret, sekret kental
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
c. Rencana keperawatan
1. Dx : Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan
gangguan suplai oksigen (bronkospasme) penumpukan sekret, sekret
kental
Tujuan dan Kriteria hasil :
a. Mempertahan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
b. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas
misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sekret
Intervensi :
a. Aukultasi bunyi naapas, catat adanya bunyi napas
b. Kaji dan pantau frekuensi pernapasan, catat rasio
inspirasi/ekspirasi
c. Catat adanya derajat dispneu, ansietas, distress pernapasaan dan
penggunaan otot bantu
d. Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien misalnya :
semifowler
e. Pertahankan polusi lingkungan
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat bronkodilator
2. Dx : pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Mempertahankan ventilasi adekuat dengan menunjukkan respirasi
20x/menit dan irama napas teratur
b. Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain
c. Pasien dapat melakukan pernapasan dalam
Intervensi :
a. Ajarakan pasien pernapasan dalam
b. Tinggikan kepala dan bantumengubah posisi semifowler
c. Berikan oksigen tambahan
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Perbaiki ventilasi
b. Perbaikan oksigen jaringan adekuat
Intervensi :
a. Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa
b. Palpasi fremitus
c. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung
d. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

B. Resume Kasus
An. M adalah pasien rawat inap bangsal anak RST Dr Asmir Salatiga
dengan diagnosa medis asma bronkhial. An. M dan keluarga mengatakan 3 hari
sebelum masuk rumah sakit batuk, serta nyeri didada hilang timbul saat dikaji
An. M mengatakan batuk tidak bisa keluar dahak didapatkan data N :
90x/menit, RR: 26x/menit, S :36,7°C. Tindakan yang dilakukan yaitu
melakukan terapi nebulizer pada klien, diberikan obat ventolin. Setelah
dilakukan terapi nebulizer selama 3 hari pasien mengatakan batuk berkurang,
dahak bisa keluar, dan sudah tidak sesak lagi dan di dapatkan data N :
96x/menit, RR : 22x/menit, S : 37°C
C. Hasil

Hasil wawancara dengan ibu Gunanti Kepala diruang bangsal anak


mengungkapakan untuk nebulizer dilakukan untuk pasien yang mengalami
gangguan pernafasan, obat yang diberikan sesuai indikasi dan terapi dokter, di
ruang bangsal anak ini obat yang di gunakan adalah ventolin yang di encerkan
dengan NaCL 1cc agar obat yang masuk bisa sampai dihirup klien dan tidak
nyangkut di selang nebulizernya. Pemberian nebulizer pada pasien gangguan
pernafasan seperti asma dan lainnya untuk mengurangi dan mengencerkan
dahak yang tidak bisa keluar, serta membuat sesak nafas pasien berkurang
dengan diberikan terapi nebulizer.
Hasil wawancara dengan ibu wiwin mengungkapkan penggunaan terapi
nebulizer sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang membutuhkan
pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping sistemik yang
ditimbulkannya. Biasanya terapi nebulizer ditujukan untuk mengatasi
bronkospasme, meng-encerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti bronkus,
serta mengatasi infeksi. Terapi nebulizer ini baik digunakan pada terapi jangka
panjang untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkan obat,
terutama penggunaan kortikosteroid.pada pasien yang mengalami batuk lendir,
yang mengalami kemampuan reflek batuk sangat lemah. Sehingga dibutuhkan
terapi nebulizer ini yang akan membantu lendir di dalam paru- paru mencair.
Penggunaan terapi nebulizer ini diindikasikan untuk pengobatan asma,
keadaan atau penyakit lain dengan sputum yang kental dan lengket.
Penggunaannya terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan
yang mudah menguap dan obat lain yang berbentuk aerosol.
Obat-obatan yang digunakan untuk nebulizer di bangsal anak yaitu
ventolin dan Nacl 1cc, untuk ventolin harus di tambah Nacl untuk membantu
mengencerkan menjadi partikel-partikel kecil. Pemberian obat nebulizer sama
saja kandungannya, selama ini tidak ada efek samping untuk pemberian
nebulizer, semua obat yang diberikan sama manfaatnya. Pemberian nebulizer
dengan cara pasien posisi semifowler diberikan sesuai dengan terapi.

D. Pembahasan
Dari hasil diskusi dengan expert didapatkan bahwa terapi nebulizer
dengan obat ventolin fungsinya untuk mengencerkan sputum. Selama ini tidak
ada efek samping dalam pemberian terapi nebulizer. Proses pernapasan terdiri
dari inspirasi dan ekspirasi. Organ yang terlibat yaitu rongga hidung, pharing,
laring, trakhea dan paru-paru. Pada paru-paru terdapat percabangan dari
bronkus utama yang bercabang menjadi bronki lobalis dan segmentalis. Bronki
terpecah lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang dinamakan generasi.
Percabangan terkecil terakhir dinamakan bronkioli terminalis. Saluran udara
terminalis, berhubungan langsung dengan bronkus terminalis, yang juga
dikenal dengan parenkim paru-paru.
Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk
larutan menjadi aerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari
udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik. Aerosol yang terbentuk
dihirup penderita melalui mouth piece atau sungkup. Merupakan salah satu
penggunaan terapi inhalasi (pemberian obat ke dalam saluran pernafasan
dengan cara inhalasi). Sedangkan bronkodilator yang diberikan dengan
nebulizer memberikan efek bronkodilatasi yang bermakna tanpa menimbulkan
efek samping. Selain itu tujuan pemberian nebulizeradalah untuk mengurangi
sesak, untuk mengencerkan dahak, bronkospasme berkurang atau menghilang
dan menurunkan hiperaktivitas bronkus serta mengatasi infeksi dan untuk
pemberian obat-obat aerosol atau inhalasi. Beberapa bentuk jet nebulizer dapat
pula diubah sesuai dengan keperluan sehingga dapat digunakan pada ventilator
dimana dihubungkan dengan gas kompresor (Wahyuni, 2010)
Nebulizer adalah suatu alat yang bisa menyemburkan medikasi atau
agens pelembab seperti agens bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel
mikroskopik dan mengirimkannya kedalam paru – paru ketika klien menghirup
nafas. Indikasi pemberian Nebulizer biasanya diberikan pada klien dengan
penyempitan jalan nafas atau bronkospasme. Nebulizer dapat menguapkan obat
– obat yang dapat dihirup.
Cara penggunaan nebulizer :
1. persiapan alat nebulizer
a. Obat pentolin 1 kemudian di encerkan dengan NaCL 1cc Kapas alcohol
atau tissu untuk membersihkan masker nebulizer
2. Prosedur pelaksanaan
a. Tahap pra interaksi
1) Mengecek program terapi
2) Mencuci tangan
3) Menyiapkan alat
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3) Menanyakan kesiapan pasien
c. Tahap kerja
1) Jaga privacy klien
2) Mengatur posisi klien dalam posisi duduk
3) Dekat kantroly obat dan peralatan
4) Pastikan alat dalam kondisi baik
5) Bersihkan masker nebulizer dengan kapas alcohol
6) Masukkan obat ventolin yang telah di encerkan dengan NaCL 1cc
7) Hubungkan nebulizer dengan kontaklistrik
8) Hidupkan nebulizer dengan cara menekan tombol on
9) Pastikan uap keluar dari nebulizer
10) Pasangkan masker padaklien, jika klien berumur <1 tahun minta
bantua npada orang tua untuk mempertahankan posisi masker.
Sebaliknya pada anak – anak serta dewasa ajarkan dan motivasi untuk
memegang sendiri masker dan bernafas melalui mulut dengan cara
ambil nafas lambat, dalam dan kemudian menahan nafas selama
beberapa detik pada akhir mengambil nafas
d. Tahap terminasi
1) Melakukanevaluasitindakan
2) Bermaitandenganpasiendankeluarga
3) Mencucitangandandokumentasi
Dosis obat yang di gunakan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronkodilator yang diberikan dengan nebulizer memberikan efek
bronkodilatasi yang bermakna tanpa menimbulkan efek samping. Selain itu
tujuan pemberian nebulizer adalah untuk mengurangi sesak, untuk
mengencerkan dahak, bronkospasme berkurang atau menghilang dan
menurunkan hiperaktivitas bronkus serta mengatasi infeksi dan untuk
pemberian obat-obat aerosol atau inhalasi. Dari sini diketahui bahwa jenis
nebulizer yang digunakan di ruang Cempaka adalah Simple nebulizer dimana
nebulizer ini menghasilkan partikel yang lebih halus, yakni antara 2-8 mikron.
Biasanya tipe ini mempunyai tabel dan paling banyak dipakai di rumah sakit.
Beberapa bentuk jet nebulizer dapat pula diubah sesuai dengan keperluan
sehingga dapat digunakan pada ventilator dimana dihubungkan dengan gas
kompresor.
B. Saran
Dalam pembuatan laporan expert ini penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca mahasiswa
khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan laporan expert yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dkk. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga
University Press

Ayu, Dina. 2009. “Profil Penggunaan Obat pada pasien PPOK Dewasa
yangMengalami Eksaserbasi Akut di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman
Yokyakarta”. Skripsi. Jakarta, Fakultas Farmasi, Universitas Islam
Indonesia.

Barasila Z, Yunus F, Wiyono WH, Soerjanto. Perbandingan efikasi pemberian


kombinasi inhalasi formoterol /budesonide dengan nebulisasi
salbutamol/ipratropium bromide pada asma akut sedang. Med J Indo.
2006: 34-42.

Brown R (2004) Drug delivery system 2. Pulmonary and parenteral formulations.


Airways Jurnal 2 (1): 43-46.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jilid I.
Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Jual. 2003. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek


Klinis Edisi 6. Jakarta: EGC

Doenges, M.E, 2000, Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien,. Ed.3 Jakarta: EGC, Alih bahasa
I made karisa & Ni made sumarwati.

Dorland. 1996. Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC

Francis Caia. 2008. Perawatan Respirasi. Dialihbahasakan oleh Stelle TH.


Jakarta: Erlangga.

GOLD: Pauwels RA, Buist AS, Claverley PM, Jenkins CR, Hurd SS (2009)
Global strategy for the diagnosis, management and prevention of chronic
obstructive pulmonary disease. NHLB1/WHO Global iniviative for cronik
obstructive lung disease (GOLD) workshop summary. American
JurnalRespiratory and clinical Care Medicine 163 (5): 1256-1276.

Helmi (2005) Supporting smoking cessation in the general practice setting.


Airways Jurnal 1: 8-9.

Helmi M. Lubis. 2005. Fisioterapi Pada Penyakit Paru Anak, e-USU


Respository, Universitas Sumatera Utara. Iskandar Junaidi. 2010. Penyakit
Paru dan Saluran, PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Nur Basuki. 2009. Fisiologi Pernapasan, catatan kuliah FT D II. Akademi
Fisioterapi “YAB”, Jogjakarta.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis Dan


Penatalaksanaan PPOK di Indonesia

Potter, Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Pramahdi S, Yunus F, Wiyono WH,Hupudio H. Perbandingan efektiviti inhalasi


salbutamol dengan kombinasi salbutamol ditambahkan ipraptropium
bromide pada asma akut sedang. J Respir Indo. 2006;26:99-110.

Price & Wilson. 2000. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Rab T. 2007. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates

Setyabudi, dkk. 2001. Terapi Inhalasi. Http : WWW.Pharmacy.com. Diakses pada


tanggal 29 Juli 2010

Anda mungkin juga menyukai