Disusun oleh
SELFI ARIYANI
SN 152127
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar (defeksi)dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definasi lain
memakai frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari,
buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lender dan darah.
Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral
langsung dari penderita diare atau melalui makan/minuman yang
terkomtaminasi bakteri pathogen yang berasal dari tinja manusia/hewan
atau bahan muntahan penedrita dan juga dapat melalui udara atau melalui
aktifitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal. (Sudoyo Aru, dkk
2009)
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan (Sudoyo Aru, dkk 2009)
a. Lama waktu diare:
- Akut :berlangsung kurang dari 2 minggu
- Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu
b. Mekanisme patofisologis: osmotic atau sekretorik dll
c. Berat ringan diare: kecil atau besar
d. Penyebab infeksi atau tidak: infeksi atau non infeksi
e. Penyebab organic atau tidak: organik atau fungsional
Gastroenteritis adalah buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya,
untuk neonotus bila lebih dari 4 kali dan untuk anak lebih dari 3 kali. Dan
terjadi secara mendadak berlangsung 7 hari dari anak yang sebelumnya
sehat.( Tim adaptasi Indonesia, 2009)
Diare ialah frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
(Ngastiyah, 2005 : 224)
2. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2005) penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa
faktor:
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enterial
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
a) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
b) Infeksi bakteri: vibrio, Ecoli, salmonella, shigella.
c) Infeksi parasit: Cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,
strongyloides), protozoa (entamoeba hystolytica, giardia
lambilia, trichomonas hominis), jamur (candida albicanas)
2. Infeksi pareteral
Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut,
tonsilitis/tonsilofaringitis, bronchopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
3. Manifestasi Klinik
1. Diare akut
- Akan hilang dalam 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut\
- Nyeri pada kuadran kanan bawa disertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan BB dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dihidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
(Yuliana,2009)
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada
anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
6. Penatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak
tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
B. ASUHAN KEPERAWATAN TIORI
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
b. Pola Gordon
- Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
- Pola Nutrisi dan Metabolik
- Pengkajian Pola Nutrisi
- Pola Eliminasi
- Pola Aktifitas dan Latihan
- Pola Istirahat Tidur
- Pola Kognitif – Perseptual
- Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Pola Hubungan dan Peran
- Pola Seksualitas – Reproduksi
- Pola Mekanisme Koping
c. Pemerriksaan fisik
Keadaan umum, TB/BB, Lingkar kepala(<2 tahun) mata, hidung,
mulut, telinga, tengkuk, dada, jantung, paru-paru, perut, punggung,
genitalia dan anus, ekstrimitas, kulit, pemeriksaan neurologi, Tanda
vital
d. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
2. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makan
3. Perencanaan Keperawatan
No NOC NIC
Dx (Tujuna dan Kriteria Hasil) (Intervensi)
1 NOC NIC
Fluid balance Fluid management
Hydration Pertahankan catatan intake dan output
Nutritional status : food yang akurat
and fluid intake Monitor status hidrasi (kelembaban
Kriteria hasil : membrane mukosa, nadi adekuat,
Mempertahakan urine tekanan darah, jika diperlukan
output sesuai dengan usia Monitor vital sign
dan BB, BJ urine normal, Monitor masukan makanan/cairan dan
HT normal hitung intake kalori harian
Tekanan darah, nadi, suhu Kolaborasi pemberian cairan IV
tubuh dalam batas normal Monitor status nutrisi
Tidak ada tanda tanda Berikan cairan IV pada suhu ruangan
dehidrasi. Elastis turgor Dorong masukan oral
kulit baik, membran Dorong keluarga untuk membantu
mukosa lembab, tidak ada pasien makan
rasa haus yang berlebihan Kolaborasi dengan dokter
Hypovolemia Management
Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan
Monitor tanda vital sign
Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk menambah intake
oral
DAFTAR PUSTAKA
Sodoyo Aru, dkk 2009, Buku Ajar Penyakit Dalam, jilid 1, 2, 3, edisi keempat.
Internal Publishing, Jakarta.
Time Adaptasi Indonesia, 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit. Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di
Kbupaten/Kota. Depkes, Jakarta.
.