Disusun oleh:
VIVEN CORNYSEN
NIM: 142114
SURAKARTA
2015
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Demam (Febris) adalah meningkatnya suhu tubuh yang tidak
normal yang merupakan tanda klinis terjadinya gangguan fisiologi tubuh
(Buku Saku Prosedur Kep. Medical Bedah : Dra. Elly Nur Achmah DNSc,
Ratna S. Sudarsono. Skp. MAPPSc).
Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ºC
(Hidayat,A. A.2005).
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2005)
Tipe demam yang mungkin kitra jumpai antara lain:
a. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat.Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal.Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.Suatu tipe demam kadang-
kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas
seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam
yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang
self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis
lainnya.Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada
terhadap infeksi bakterial.
2. Etiologi
b. Kulit kemerahan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
4. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang
demam ini juga tidak membahayakan otak
5. Patofisologi dan Pathway
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon
imun) anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya.
Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh
terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan
difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat
sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang
menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi
atau sistem kekebalan tubuh.
6. Penatalaksanaan
a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara
berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering
terkejut, atau mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak cenderung
melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam
yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel
otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai
oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-
banyaknyaMinuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu
(anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya
adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu
tubuh memperoleh gantinya.
5. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha.
Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh
anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi
karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain
kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan
membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat
keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi (keracunan).
7. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat
suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku
maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan
demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di
samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka
sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas
normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½
sendokteh sirup parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2
sendok teh sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu
dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan
3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap
sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien
berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan
metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang
demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari
golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan
kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol
yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis
dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15
mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan
baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan
kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun
rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja meneka
n pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik
dan antiinflamasi.Efek samping yang timbul berupa mual, perut
kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan
anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama
bila dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10
mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja
menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik,
analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa
agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna. Dosis
terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt uk
anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular
atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat
analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek
sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis
pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara
per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN TIORI
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
b. Pola Gordon
- Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
- Pola Nutrisi dan Metabolik
- Pengkajian Pola Nutrisi
- Pola Eliminasi
- Pola Aktifitas dan Latihan
- Pola Istirahat Tidur
- Pola Kognitif – Perseptual
- Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Pola Hubungan dan Peran
- Pola Seksualitas – Reproduksi
- Pola Mekanisme Koping
c. Pemerriksaan fisik
Keadaan umum, TB/BB, Lingkar kepala(<2 tahun) mata, hidung,
mulut, telinga, tengkuk, dada, jantung, paru-paru, perut, punggung,
genitalia dan anus, ekstrimitas, kulit, pemeriksaan neurologi, Tanda
vital
d. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang dan diproses
3. Resiko cidera berhubungan dengan mikroorganisme
4. Ketidakefktifan termoregulasi berhubungan dengan peruses penyakit,
fluktuasi shu lingkungan
3. Perencanaan Keperawatan
No NOC NIC
Dx (Tujuna dan Kriteria Hasil) (Intervensi)
1 Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
keperwatan selama 1x,.. jam 1. Monitor shu tubuh sesering mungkin
masalah hipertemi dapat 2. Monitor IWL
teratasi dengan KH: 3. Monitor warna dan suhu kulit
Thermoregulation 4. Moitor tekanan darah,nadi dan RR
1. Suhu tubuh dalam rentang 5. Berikan pengobatan untuk mengatasi
normal penyebab demam
2. Nadi dan RR dalam 6. Berikan anti pirektik
rentang normal Temperature regulation
3. Tidak ada perubahan 1. Monitor shu tubuh minimal tiap 2 jam
warna kulit dan tidak ada 2. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
pusing 3. Selimuti pasien untuk mencega
hilangnya kehangatan tubuh
Vital sign monitoring
1. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
2. Monitor kualitas nadi
3. Monitor suhu, warna dan kelembaban
kuli
4. Monitor siansori perifer
5. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
2 Setelah dilakukan tindakan Nutrition management
keperwatan selama 1x,.. jam 1. Kaji adanya alergi
masalah nutrisi dapat teratasi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dengan KH: menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Nutritional Status yang di butuhkan pasien
Nutritional status : food 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
and fluid intake Fe
Nutritional status : 4. Monitor jumlah nutrisi dan
nutrient intake kandungan kalori
Weght control Nutrition monitoring
1. Adanya peningkatan berat 1. BB pasien dalam batas normal
badan sesuai tujuan 2. Monitor adanya penurunan berat
2. Berat badan sesuai dengan badan
tinggi badan 3. Monitor interaksi anak atau orang tua
3. Mengidentifikasi selama makan
kebutuhan nutrisi 4. Monitor turgor kulit
4. Tidak ada tanda-tanda 5. Monitor mual muntah
malanutisi 6. Monitor kadar albumin, total protein,
5. Menunjukkan peningkatan Hb, dan kadar Ht
fungsipengecapan dari
menelan
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,A. A.(2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:Salemba
Medika.
.
- pathway
Resiko cidera