Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TUMBUH KEMBANG

PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

Oleh :

Yayuk erfitamala (SN 161171)

Afrizal

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2017

1
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang
dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya kesehatan
ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan, yang ditujukan
untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat ( intact
survival). Upaya yang dilakukan sejak anak masih berada dalam kandungan sampai
lima tahun pertama kehidupannya.
Anak-anak adalah generasi penerus penentu masa depan bangsa. Kualitas
generasi penerus tergantung kepada kualitas tumbuh kembang terutama pada masa
Balita. Penyimpangan tumbuh kembang pada anak harus dapat dideteksi sejak dini,
terutama sebelum anak berumur 3 tahun supaya segar dapat diintervensi. Karena
jika  penangananmya terlambat, akibatnya penyimpangan yang terjadi akan
semakin sukar diperbaiki. anak-anak tidak hanya perlu dipantau pertumbuhan fisik
seperti berat badan dan tinggi badannya saja. Tetapi juga perkembangan otak dan
kecerdasannya, yang antara lain dapat dilihat dari perkembangan motorik halus,
motorik kasar dan lainnya. Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu
10 % dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas
tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu
mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan
kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi penyimpangan tumbuh
kembang.

B. TUJUAN
a. Tujuan intruksional umum
Pada akhir proses penyuluhan ibu dapat mengenal dan memahami cara
mengasuh dan membimbing anak sesuai dengan tahap perkembangan.

b. Tujuan intruksional khusus
Setelah diberikan penyuluhan ibu dapat :
1. Menjelaskan mengapa anak perlu diasuh dan dibimbing

2
2. Menyebutkan tentang hal yang perlu diperhatikan dalam meangasuh dan
membimbing anak
3. Menyebutkan hakikat mengasuh dan membimbing anak.
4. Menyebutkan beberapa prinsip dalam mengasuh dan membimbing anak.
5. Menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia 0 – 1,5 tahun.
6. Menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia 1,5 – 3 tahun.
7. Menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia 3 – 6 tahun.
8. Menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia 6 – 12 tahun.
9. Menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia 12 – 18 tahun.

C. JENIS PERMAINAN
1. Mengapa anak perlu diasuh dan dibimbing.
2. Hal yang perlu diperhatikan dalam meangasuh dan membimbing anak.
3. Hakikat mengasuh dan membimbing anak.
4. Prinsip-prinsip dalam mengasuh dan membimbing anak.
5. Mengasuh dan membimbing anak usia 0 – 1,5 tahun.
6. Mengasuh dan membimbing anak usia 1,5 – 3 tahun.
7. Mengasuh dan membimbing anak usia 3 – 6 tahun.
8. Mengasuh dan membimbing anak usia 6 – 12 tahun.
9. Mengasuh dan membimbing anak usia 12 – 18 tahun

D. MEDIA
1. Leaflet

E. METODE
1. Ceramah.
2. Tanya Jawab.

F. PESERTA

3
Ibu-ibu dengan anak bayi, toddler, prasekolah, sekolah dan remaja dengan latar
pendidikan yang berbeda (5-8 orang).

G. SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Penyaji

: Moderator

: Fasilitator

: observer

: Klien

H. WAKTU PELAKSANAAN
a. Hari / tanggal : jum’at, 27 Januari 2017
b. Waktu : 10.00 WIB
c. Tempat : Klinik Anak
I. PENGORGANISASIAN

Moderator : Afrizal

Penyaji : Yayuk Erfitamala

Observer : Afrizal

Fasilitator : Afrizal & Yayuk

J. RENCANA PELAKSANAAN

4
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience
10 Menit 1. Pembukaan
a. Penyuluh memulai penyuluhan dengan a. Memperhatikan
mengucapkan salam.
b. Memperkenalkan diri. b. Menjawab salam.

c. Menjelaskan tujuan penyuluhan c. Mendengar dan


d. Menyebutkan materi yang akan memperhatikan
diberikan d. Idem
e. Membagikan leaflet e. Idem

f. Menerima dan
membaca
35 Menit 2. Pelaksanaan :
a. Menjelaskan mengapa anak perlu a. Memperhatikan.
diasuh dan dibimbing.
b. Menyebutkan tentang hal yang perlu b. Memperhatikan.
diperhatikan dalam mengasuh dan
membimbing anak.
c. Menyebutkan hakikat mengasuh dan c. Memperhatikan.

membimbing anak.
d. Menyebutkan beberapa prinsip dalam d. Memperhatikan.

mengasuh dan membimbing anak.


e. Memberikan kesempatan padaa e. Bertanya dan

audience untuk bertanya dan mendengarkan

memberikan jawaban atas pertanyaan. jawaban.

f. Menjelaskan tentang mengasuh dan f. Memperhatikan.

membimbing anak usia 0 – 1,5 tahun.


g. Menjelaskan tentang mengasuh dan g. Memperhatikan.

membimbing anak usia 1,5 – 3 tahun.


h. Menjelaskan tentang mengasuh dan
membimbing anak usia 3 – 6 tahun. h. Memperhatikan.

5
i. Menjelaskan tentang mengasuh dan
membimbing anak usia 6 – 12 tahun. i. Memperhatikan.
j. Menjelaskan tentang menagsuh dan
membimbing anak usia 12 – 18 tahun. j. Memperhatikan.
k. Memberikan kesempatan pada
audience untuk bertanya dan k. Bertanya dan
memberikan jawaban atas pertanyaan mendengarkan
jawaban.
10 Menit 3. Evaluasi :
a. Meminta audience menjelaskan a. Menjelaskan mengapa
mengapa anak perlu diasuh dan anak perlu diasuh dan
dibimbing. dibimbing.
b. Meminta audience menyebutkan b. Menyebutkan tentang
tentang hal yang perlu diperhatikan hal yang perlu
dalam mengasuh dan membimbing diperhatikan dalam
anak. meangasuh dan
membimbing anak.
c. Meminta audience menyebutkan c. Menyebutkan hakikat
hakikat mengasuh dan membimbing mengasuh dan
anak. membimbing anak.
d. Meminta audience menyebutkan d. Menyebutkan
beberapa prinsip dalam mengasuh dan beberapa prinsip
membimbing anak. dalam mengasuh dan
membimbing anak.
e. Meminta audience menjelaskan e. Menjelaskan tentang
tentang mengasuh dan membimbing mengasuh dan
anak usia 0 – 1,5 tahun. membimbing anak
usia 0 – 1,5 tahun.
f. Meminta audience menjelaskan f. Menjelaskan tentang
tentang mengasuh dan membimbing mengasuh dan
anak usia 1,5 – 3 tahun. membimbing anak
usia 1,5 – 3 tahun.

6
g. Meminta audience menjelaskan g. Menjelaskan tentang
tentang mengasuh dan membimbing mengasuh dan
anak usia 3 – 6 tahun. membimbing anak
usia 3 – 6 tahun.
h. Meminta audience menjelaskan h. Menjelaskan tentang
tentang mengasuh dan membimbing mengasuh dan
anak usia 6 – 12 tahun. membimbing anak
usia 6 – 12 tahun.
i. Meminta audience menjelaskan i. Menjelaskan tentang
tentang mengasuh dan membimbing mengasuh dan
anak usia 12 – 18 tahun. membimbing anak
usia 12 – 18 tahun.
5 Menit 4. Terminasi
a. Mengucapkan terimakasih atas a. Memperhatikan.
perhatian yang diberikan.
b. Mengucapkan salam penutup. b. Membalas salam

K. KRITERIA EVALUASI
1. Ibu dapat menjelaskan mengapa anak perlu diasuh dan dibimbing.
2. Ibu dapat menyebutkan tentang hal yang perlu diperhatikan dalam mengasuh
dan membimbing anak.
3. Ibu dapat menyebutkan hakikat mengasuh dan membimbing anak.
4. Ibu dapat menyebutkan beberapa prinsip dalam mengasuh dan membimbing
anak.
5. Ibu dapat menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia 0 – 1,5
tahun.
6. Ibu dapat menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia 1,5 – 3
tahun.
7. Ibu dapat menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia 3 – 6
tahun.
8. Ibu dapat menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia 6 – 12
tahun.

7
9. Ibu dapat menjelaskan tentang mengasuh dan membimbing anak usia 12 – 18
tahun.

L. DAFTAR HADIR
-

M. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Tumbuh Kembang Anak ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.  Jakarta. 2006.
Markum A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2010
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, Cetakan I, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2010
Whaley & Wong, Nursing Care of Infant’s and Children, Fifth Edition,
Mosby Company, Missouri, 2005
Martono, Lydia Herlina, Mengasuh dan Membimbing Anak Dalam Keluarga, Edisi
I, PT Pustaka Antara, Jakarta, 2007

MATERI PENYULUHAN
MENGASUH DAN MEMBIMBING
ANAK SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN

8
1. MENGAPA ANAK PERLU DIASUH DAN DIBIMBING
Anak perlu diasuh dan dibimbing karena mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan adalah bertumbuhnya  anak dari segi jasmani.
Perkembangan ialah berkembangnya kepribadian anak, dari seorang mahluk yang
tadinya secara mutlak bergantung pada lingkungannya, menjadi seorang yang secara
relatif mandiri dan berguna bagi lingkungannya.
Perkembangan anak merupakan proses. Artinya, perkembangan itu meliputi
berbagai aspek kehidupan manusia, dan terjadi sebagai hasil interaksi antara faktor
bawaan dan faktor lingkungan. Agar perkembangan itu berjalan sebaik-baiknya, anak
perlu diasuh dan dibimbing oleh orang dewasa, terutama dalam lingkungan kehidupan
berkeluarga.

2. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENGASUH DAN


MEMBIMBING ANAK
Sebagaimana dijelaskan diatas, perkembangan anak dipengaruhi oelh faktor bawaan
dan faktor lingkungan. Kedua faktor itu perlu diperhatikan dalam mengasuh anak.
a. Faktor bawaan
Faktor bawaan adalah sifat yang dibawa anak sejak lahir :
1) Ada anak yang penyabar, pemarah, pendiam, banyak bicara, ceradas, bodoh, dll.
2) Kedaan fisik yang berbeda-beda , ada yang tinggi/pendek, ada yang berkulit
hitam/putih, hidung mancung/pesek, dll.
3) Faktor bawaan dapat mempercepat, menghambat, atau melemahkan pengaruh
faktor lingkungan. Setiap anak itu unik, artinya bahwa tidak ada satu anak pun
yang persis sama. Dalam mengasuh dan membimbing anak, kita tidak boleh
membandingkan perkembangan anak yang satu dengan yang lainnya, tanpa
memperhatikan sifat mereka masing-masing.
b. Faktor lingkungan
Pengaruh luar atau lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak.
Faktor lingkungan meliputi suasana lingkungan dalam keluarga dan hal lain yang

9
berpengaruh dalam perkembangan anak, seperti sarana dan prasarana yang tersedia,
misalnya alat bermain, lapangan bermain atau televisi.
Faktor lingkungan dapat merangsang berkembangnya fungsi tertentu dari
anak, shingga mempercepat perkembangan anak. Namun, faktor lingkungan juga
dapat mmeperlambat atau mengganggu kelangsungan perkembangan anak. Peran
orangtua adalah menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak ke
arah yang positif.

3. HAKIKAT MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK


a. Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam mendidik anak. Pendidikan
di lingkungan keluarga merupakan dasar-dasar pertama perkembangan anak.
b.  Mengasuh dan membimbing anak ialah mendidik anak agar kepribadian anak dapat
berkembang dengan sebaik-baiknya, sehingga menjadi manusia dewasa yang
bertanggung jawab.
c. Mengasuh dan mebimbing anak melibatkan seluruh aspek kepribadian anak, baik
aspek jasmani, intelektual, emosional dan keterampilan, serta aspek norma dan
nilai.
d. Hakikat mengasuh dan membimbing anak meliputi pemberian kasih sayang dan
rasa aman, sekaligus disiplin dan contoh yang baik. Oleh karena itu, diperlukan
suasana kehidupan keluarga yang stabil dan bahagia.
e. Mengasuh dan membimbing anak selain merupakan tantangan dalam kelauraga,
juga merupakan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan.
f. Mengasuh dan membimbing anak membutuhkan pengetahuan, keterampilan,
pengalaman dan kesabaran orangtua.

4. PRINSIP DALAM MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK


a. MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK UMUR 0 – 1,5 TAHUN
1) Ciri dan tuntutan perkembangan:
a) Memperoleh rasa aman dan rasa percaya dari lingkungan merupakan dasar
yang penting dalam hubungan anak dengan lingkungannya

10
b) Rasa aman ini diperolehnya melalui sentuhan fisik yang menyenangkan
dengan ibunya dan sesedikit mungkin mengalami hal-hal yang kurang
mneynangkan.
2)  Sikap orangtua
a) Penuh kasih sayang dalam merawat dan mengasuh akan menimbulkan
perasaan aman serta percaya pada bayi.
b) Kesiapan ibu pada setiap saat dibutuhkan oleh bayi, juga menimbulkan rasa
aman dan percaya pada bayi.
c) Berilah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi anda. Jangan terlalu ketat dengan
jadwal pemberian makanan, karena setiap bayi mempunyai kebutuhan yang
berbeda-beda.
d) Bila ibu terpaksa memberikan susu botol, perlakukanlah seperti bayi minum
ASI, yaitu dengan cara memeluknya.
e) Ketika bayi rewel, carilah penyebabnya dan atasilah masalahnya. Tangisan
tidak selalu berarti bayi lapar.
f) Angkat dan peluklah bayi anda serta gendonglah berkeliling rumah/halaman
sambil menunjukkan benda-benda yang ada di sekitarnya.
g) Sering-seringlah berbicara kepada bayi anda setiap hari, pada saat
memakaikan pakaian, memberinya makan, memandikan, atau ketika
melakukan kesibukan rumah tangga lainnya. Bayi tidak pernah terlalu muda
untuk diajak berbicara.
h) Ajaklah bayi anda bermain sambil tersenyum dan tirukanlah gerakan,
mimik, dan kegiatannya. Bayi anda akan menirukan kegiatan anda pula.
i) Senandungkan dan ayunkanlah bayi anda pada saat menidurkan, sehingga ia
akan tertidur dengan nyaman.
j) Perkenalkan dengan berbagai macam benda, bunyi-bunyian, dan warna. Hal
ini akan mempercepat perkembangan bayi anda.
Segala hal yang dapat mengganggu proses menyusui dalam hubungan ibu
dan anak pada tahap ini akan menyebabkan terganggunya pembentukan rasa
aman dan percaya. Hal ini menyebabkan goyahnya tahap perkembangan
berikutnya. Anak diliputi rasa tidak aman dan tidak percaya.

11
3) Gagguan/penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini:
a) Kesulitan makan.
b)  Mudah terangsang, marah, tersinggung (Irritabilitas).
c) Menolak segala sesuatu yang baru.
d) Sikap dan tingkah laku yang seolah-olah ingin melekat pada ibu dan
menolak lingkungan.
e) Bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik, maka pada masa
dewasa kemungkinan besar akan timbul kelainan jiwa yang bercorak
ketergantungan yang kuat seperti :
(1) Depresi (rasa murung, sedih, dan perasaan tertekan).
(2) Adiksi obat (ketergantungan obat).
(3) Skizofrenia (gangguan jiwa dengan kepribadian terpecah).

b. MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK UMUR 1,5 – 3 TAHUN


1) Ciri dan tuntutan perkembangan:
a)  Anak akan bergerak dan berbuat sesuatu sesuai dengan keamuannya
sendiri, sehingga ia seolah-olah ingin mencoba apa yang dapat
dilakukannya.
b) Anak dapat menuntut atau menolak apa yang ia kehendaki atau tidak ia
kehendaki.
c) Akan tertanam perasaan otonomi diri, yaitu rasa kemampuan mengatur
badannya dan lingkungannya sendiri. Hal ini menjadi dasar terbentuknya
rasa yakin pada diri dan harga diri di kemudian hari.
2) Sikap orangtua
a) Doronglah agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan hal-hal
yang diperkirakan mampu ia kerjakan, sehingga akan menumbuhkan rasa
kemampuan diri. Namun harus bersikap tegas untuk melindungi dari
bahaya, karena dorongan anak berbuat belum diimbangi oleh kemmapuan
untuk melaksanakannya secara wajar dan rasional.
b) Usahakan agar anak mau bermain dengan anak lainnya. Dengan demikian ia
akan belajar bagaimana mengikuti aturan permainan. Namun jangan lupa

12
bahwa dalam bermain atau berhubungan dengan orang lain, anak masih
bersifat egoistis, yaitu mementingkan diri sendiri dan memperlakukan orang
lain sebagai obyek atau benda sesuai dengan kemauannya sendiri.
c) Banyaklah berbicara kepada anak dalam kalimat pendek yang mudah
dimengerti.
d) Bacakan buku cerita atau dongeng kepada anak setiap hari, dan doronglah
agar ia mau menceritakan kepada anda apa yang ia lihat atau dengar.
e) Ajak anak ke taman, toko, kebun binatang, lapangan, atau tempat lainnya.
f)  Usahakan agar anak membereskan mainannya setelah bermain, membantu
kegiatan rumah tangga yang ringan dan menanggalkan pakaiannya tanpa
dibantu. Hal ini akan melatih anak untuk bertanggung jawab.
g)  Latihlah anak dalam hal kebersihan diri, yaitu buang air kecil dan buang air
besar pada tempatmnya, namun jangan terlalu ketat.
h) Latihlah anak untuk makan sendiri memakai sendok dan garpu, dan ajaklah
ia makan bersama keluarga.
i) Berilah alat permainan yang sederhana, dan doronglah agar anak mau
bermain balok-balok atau menggambar.
j) Jangan terlalu banyak memberikan larangan. Namun orangtua pun jangan
terbiasa menuruti segala permintaan anak. Bujuk dan tenangkanlah anak
ketika ia kecewa dengan cara memeluknya dan mengajaknya berbicara.
Gangguan dalam mencapai rasa otonomi diri akan berakibat bahwa anak
dikuasai oleh rasa malu dan keragu-raguan serta pengekangan diri yang
berlebihan. Sebaliknya, dapat juga terjadi sikap melawan dan memberontak.
3) Gangguan / penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini:
a) Kesulitan makan, terutama bila ibu memaksa makan.
b) Suka mengadat (ngambek/tempertantrum).
c) Tingkah laku kejam.
d) Tingkah laku menentang dan keras kepala.
e) Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain yang diwarnai oleh sikap
menyerang.
c. MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK UMUR 3 – 6 TAHUN

13
1) Ciri dan tuntutan perkembangan :
a) Anak bersifat ingin tahu, banyak bertanya berbagai macam, dan meniru
kegiatan di sekitarnya.
b) Anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama dan menunjukkan
inisiatif untuk mengerjakan sesuatu, tapi ia tidak mementingkan hasilnya.
Pengalaman dalam melakukan aktivitas ini amat penting artinya bagi anak.
c) Seringkali kita lihat bahwa anak cenderung berpindah-pindah dan
meninggalkan tugas yang diberikan kepoadanya untuk melakukan yang lain.
Hal ini dapat menimbulkan krisis baru karena hal itu bertentangan dengan
lingkungan yang semakin menuntut, sehingga anak mengalami kekecewaan.
d)  Jika dalam tahap sebelumnya hanya tokoh ibu yang bermakna bagi anak,
dalam tahap ini tokoh ayah mempunyai peran penting baginya. Disini
terbentuk segitiga hubungan kasih sayang ayah-ibu-anak. Anak laki-laki
merasa lebih sayang kepada ibunya, dan anak perempuan lebih sayang
kepada ayahnya.
e) Melalui peristiwa ini, anak dapat mengalami perasaan sayang, benci, irihati,
persaingan, memiliki dan lain-lain. Begitu pula perasaan takut dan cemas.
f) Kedua orangtua harus bekerjasama untuk membantu anak melalui tahap ini.
Peranan orangtua sebagai tokoh ayah dan tokoh ibu sangat penting
g) Ayah dan ibu merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu jangan mau
dimanipulasi oleh anak. Ayah dan ibu memberikan kasih sayang yang sama,
baik terhadap anak perempuan ataupun anak laki-laki.
h) Dengan terselesaikannya hubungan segitiga tersebut, maka anak wanita
akan beridentifikasi dengan ibunya dan anak laki-laki dengan ayahnya
(identitas seksual maupun identitas diri).
i)  Bila ibu terlalu dominan (menonjol pengaruhnya) dalam rumah tangga,
sedangkan ayah kurang tegas atau ayah tidak ada (absen) baik secara
lahiriah maupun kejiwaan, maka akan terjadi identifikasi (proses meniru)
yang salah. Anak laki-laki akan beridentifikasi dengan ibunya, sehingga ia
lebih mengembangkan sikap kewanitaan dan sebaliknya.

14
j) Anak mulai melihat adanya perbedaan jenis kelamin. Kadang-kadang, ia
terpaku pada alat kelaminnya. Sering kita melihat anak laki-laki memegang
alat kelaminnya sampai ereksi. Jangan dimarahi karena hal ini tetapi
alihkanlah perhatiannya. Bila diatasi dengan baik, fase ini akan berakhir
dengan baik pada usia 6 tahun.
2) Sikap orangtua.
a) Berilah kesempatan kepada anak untuk menyalurkan inisiatifnya, sehingga
ia mendapat kesempatan untuk membuat kesalahan dan belajar dari
kesalahan tersebut.
b) Ikut sertakan anak dalam aktivitas keluarga, misalnya menyapu, berbelanja
ke pasar, memasak, atau membetulkan mainan yang rusak.
c)  Jangan menakut-nakuti anak. Pada anak laki-laki akan berakibat cemas,
karena pada tahap ini ia sangat takut akan kehilangan alat kelaminnya
(kastrasi), sedangkan pada anak perempuan timbul rasa iri hati.
d) Dengar dan hargailah pendapat serta usul yang dikemukakan oleh anak.
e)  Jangan menuntut yang melebihi kemampuan anak.
f) Ibu perlu lebih dekat kepada anak perempuannya. Sedangkan ayah perlu
lebih akrab dengan anak laki-lakinya.
g)   Jawablah pertanyaan anak dengan benar, jangan membohongi atau
menunda jawaban, misalnya bila anak bertanya bagaimana caranya adik
keluar dari perut mama, jawablah bahwa keluarnya melalui jalan lahir,
jangan katakan dibelah dari perut. Hal ini akan menakutkan bagi anak yang
dapat berdampak negatif pada jiwanya.
h) Sering-seringlah membacakan buku cerita atau dongeng. Kemudian
diskusikanlah isi ceritanya dan tanyakanlah beberapa pertanyaan kepada
anak.
i)  Berilah ia kesempatan untuk mengunjungi tetangga, teman, dan saudara
tanpa ditemani.
j) Luangkan waktu setiap hari untuk berdialog dengan anak. Dengarkanlah ia
dan tunjukkanlah bahwa anda mengerti pembicaraannya dengan mengulangi

15
apa yang dikatakannya. Pada saat ini janganlah menggurui, mencaci dan
menyepelekannya.
k)  Ajarkanlah untuk membedakan yang salah dan yang benar, serta tata tertib
dan sopan santun yang berlaku di masyarakat setempat.
l) Peranan ayah menjadi penting disini. Oleh karena itu ajaklah anak bermain
bersama. Disini, ayah perlu bersikap sebagai teman bagi anak
Gangguan dalam mencapai rasa inisiatif akan menyebabkan anak merasa
bersalah, rasa takut berbuat sesuatu, takut mengemukakan sesuatu, serta
serba salah dalam bergaul.
3) Gangguan/ Penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini :
a) Kesulitan belajar.
b) Masalah sekolah.
c) Masalah pergaulan dengan teman.
d) Anak yang pasif dan takut serta kurang kemauan, kurang inisiatif.

16

Anda mungkin juga menyukai