Anda di halaman 1dari 20

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS PNEUMONIA ASPIRASI

A. Pengertian
Pneumonia aspirasi adalah komplikasi dari aspirasi paru. Aspirasi paru
adalah masuknya makanan, asam lambung, air liur, atau benda asing lainnya ke
paru-paru yang dapat memicu infeksi paru. Pada keadaan normal atau pada
aspirasi dalam jumlah kecil, paru-paru memiliki mekanisme pertahanan untuk
mengeluarkannya, misalnya dengan batuk. Penyebab utama pneumonia aspirasi
adalah ketika kemampuan pertahanan paru-paru terganggu dengan adanya
bakteri berbahaya dalam jumlah besar yang masuk bersama dengan benda asing,
seperti makanan, minuman, atau air liur ke dalam saluran pernapasan.
Pneumonia adalah Infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. 2000).
Pneumonia adalah Penyakit infeksi akut yang disebabkan terutama oleh
bakteri dan merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang
paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita.
Pneumonia adalah Peradangan paru yang ditandai dengan gejala awal
sesak nafas dan batuk dimana kantong udara (dalam paru) terisi cairan / sel-sel
radang yang membuat kesulitan bernafas karena peredaran oksigen dalam paru
tidak lancar.

B. Klasifikasi
Secara garis besar pneumonia dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Aspirasi Pneumonia
Terjadi bila bayi tersedak dan ada cairan / makanan masuk ke paru-paru. Pada
BBL, biasanya tersedak karena air ketuban yang bercampur kotoran bayi
sendiri atau karena ASI.
- Pneumonia terjadi karena cairan masuk ke paru-paru
- Biasanya karena tersedak
- Didalam kandungan : aspirasi mekonium, 9 – 15 % dari kelahiran hidup,

jarang terjadi pada kehamilan < 37 minggu, 30% atau lebih terjadi pada

kehamilan 42 minggu, bila air ketuban bercampur mekonium biasanya

50% mekonium berada di trakea

- Pada bayi baru lahir : tersedak karena air ketuban ibu, aspirasi
mekonium
- Pada neonatus : tersedak karena air susu

2. Pneumonia Karena Infeksi Virus, Bakteri atau Jamur


Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti
streptococcus pneumoniae dan Haemophylus influenzae. Gejala akan muncul
1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala muncul mulai dari demam, batuk lalu sesak
nafas. Sedangkan jamur jarang terjadi. Infeksi ini bisa menyebabkan
pneumonia lobaris maupun bronkopneumonia duplex.

3. Pneumonia Akibat Faktor Lingkungan


Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang berbakat alergi.
Bila tak diobati bisa mengakibatkan bronkitis selanjutnya akan menjadi
pneumonia.

C. Etiologi
Penyebab pneumonia antara lain :
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada orang dewasa)
a. Staphylococcus aureus
b. Legionella
c. Hemophillus influenzae
2. Virus
a. Virus influenzae
b. Chicken-pox (cacar air)
3. Organisme mirip bakteri
a. Mycoplasma pneumoniae
(terutama pada orang dewasa muda dan anak-anak)
4. Jamur tertentu
a. Aspergilus
b. Histoplasma
c. Koksidioidomikosis

D. Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada


beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan
juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan
pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif
yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya.

Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah


mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi
imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran
napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius
dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan
fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas
bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme


pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran
napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada
keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang
ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella,
campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi
melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/viremia generalisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi


akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.
E. Manifestasi Klinik
- Demam

- Gelisah, rewel

- Batuk

- Sesak nafas

- Tidak mau menentek

Anak lebih besar:

- Mengeluh nyeri kepala

- Mengeluh nyeri abdomen disertai muntah

- Tanda dan Gejala

Neonatus:

- Takhipnoe

- Retraksi dinding dada

- Grunting (suara merintih pada bayi muda)

- Sianosis

Anak:

- Takhipnoe

- Retraksi dinding dada

- Sianosis

- Batuk

- Panas

- Iritabel
- Pada kondisi berat atau tidak dapat menyusu, memuntahkan semuanya,

kejang, letargis, tidak sadar, sianosis, distres pernafasan berat.

- Nafas Cepas

Neonatus: ≥ 60x/mnt

2 bulan – 12 bulan : ≥ 50 x/mnt

12 bulan – 5 tahun : ≥ 40 x/mnt

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen Thorak AP Lateral:

- Konsolidasi lobar atau segmental à penumococcus atau bakteri lain

- Corakan bronkhovaskular bertambah

- Gambaran bilateral yang difus, corakan peribronchial yang bertambah

- Infiltrat halus sampai ke perifer

2. Laboratorium:

- Leukosit > 15.000/μl

- Trombositopenia

G. Komplikasi

- Efusi Pleura pada cairan pada rongga paru

- Empiema(Paradangan di paru)
Peradangan terjadi karena kuman atau bakteri berhasil dilokalisasi oleh
pertahanan tubuh namun tidak dapat dibasmi akhirnya muncul nanah dan
mengumpul diantara paru-paru dan dinding dada.
- Pneumothorax
Udara dari alveolus yang pecah disebabkan karena sumbatan atau peradangan
disaluran bronkioli yang membuat udara bisa masuk namun tidak bisa keluar.
Lambat laun alveolus menjadi penuh sehingga tak kuat menampung udara dan
pecah.

H. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1 – 2 L/menit.
2. Infus dextrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
5. Berikan antibiotika jika penderita telah ditetapkan sebagai Pneumonia.
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.2009)
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA ASPIRASI

A. Pengkajian
Data Subyektif
1. Biodata : Nama bayi, Tanggal lahir, Jenis kelamin : terbanyak pada laki-
laki, Umur : < 2 bula, Alamat ,Nama ibu & ayah ,Pendidikan ,
Pekerjaan , Agama
2. Keluhan Utama
Bayi Mengalami : Panas, Takipnea, Retraksi dinding dada, Sesak nafas,
Batuk dan pilek, Nyeri tenggorokan, Nafsu makan berkurang
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat Prenatal
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ke berapa
periksa kehamilan di dan mendapatkan tablet Fe, vitamin dan
suntik TT sebanyak berapa kali?
b. Riwayat Natal
Kemungkinan bayi tersedak oleh cairan ketuban yang bercampur
mekonium
c. Riwayat post Natal
Kemungkinan pada bayi
- BBLR
- Gizi kurang
- Imunisasi tidak lengkap
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan bayinya batuk, pilek, nyeri ternggorokan, nafsu makan
berkurang, sesak nafas sejak beberapa hari yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Kemungkinan ada yang menderita batuk, pilek dan sesak
6. Riwayat Psikososial
Berhubungan dengan dukungan keluarga dan keadaan psikologis ibu.
7. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
Berhubungan dengan kecukupan nutrisi, nafsu makan berkurang,
tidak mendapatkan ASI dan muntah
b. Pola Eliminasi
Ada gangguan / tidak, warna, bau, konsistensi
c. Pola Istirahat
Berhubungan dengan kecukupan kebutuhan istirahat
Normalnya 16 – 20 jam/hari

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Cukup / baik / lemah
Kesadaran : Composmentis s/d somnolen
BB : Cenderung turun (normal 2500 – 3000 gr)
S : Cenderung naik (normal 36,5 – 37,3 oC)
N : 80 – 180 x/mnt
RR : Dangkal dan cepat (normal 30 – 60 x/mnt)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Muka : Kemungkinan pucat,simenis
Hidung : Kemungkinan ada pernafasan cuping hidung
Dada : Kemungkinan ada retraksi dinding dada
b. Palpasi
Dada : Kemungkinan ada retraksi dinding dada, ada nyeri tekan
atau tidak
Abdomen : Ada pembesaran organ atau tidak
Ekstremitas : Kemungkinan turgor kulit baik atau jele
c. Auskultasi
Dada : Kemungkinan terdapat ronkhi
Abdomen : Ada peristaltik usus atau tidak
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Lab. Darah
Kemungkinan hasilnya positif pneumonia
Kemungkinan terdapat Staphylococcus aureus

B. Diagnosa Keperawatan
1.Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah.
3.Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan
ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis,
malnutrisi.
4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
5.Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
6.Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
7.Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.

C. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial, peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:
 Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
 Bunyi nafas tak normal.
 Dispnea, sianosis
 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
 Batuk teratasi
 Nafas normal
 Bunyi nafas bersih
 Tidak terjadi Sianosis
Intervensi:
 Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.
 Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi
nafas.
Rasional: Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
 Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk
mempertahankan jalan nafas paten.
 Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada
faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.
 Berikan cairan sesuai kebetuhan.
Rasional: Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan
secret
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.
Rasional: Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret,
analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan
.

B. Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa


oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen, ditandai dengan:
 Dispnea, sianosis
 Takikardia
 Gelisah/perubahan mental
 Hipoksia
Tujuan : gangguan gas teratasi
Kriteria hasil :
 Tidak nampak sianosis
 Nafas normal
 Tidak terjadi sesak
 Tidak terjadi hipoksia
 Klien tampak tenang
Intervensi
 Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
 Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis
perifer (kuku) atau sianosis sentral.
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap
demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan
kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
 Kaji status mental.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral.
 Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk
efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran
secret untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
 Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master
venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan
metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.
C. Dx 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun),
penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
 Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
 Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
Intervensi:
 Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
 Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
 Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
 Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan
masukan nutrisi adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan
alamiah
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.
Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal
penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.
D. Dx 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:
 Dispnea
 Takikardia
 Sianosis
Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria hasil :
 Nafas normal
 Sianosis tidak terjadi
 Irama jantung normal
Intervensi
 Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
interan.
 Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan
istirahat.
 Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
 Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

E. Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap


ditandai dengan:
 Nyeri dada
 Sakit kepala
 Gelisah
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Nyeri dada teratasi

2) Sakit kepala terkontrol

3) Tampak tenang

Intervensi:
 Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga
dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
 Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus
bila alas an lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
 Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
 Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat
keefektifan upaya batuk.
 Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau
menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.
1. F. Dx 6 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses inflamasi
Tujuan: Nutrisi tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil :
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Pasien mempertahankan meningkat BB
Intervensi :
 Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum,
banyak nyeri.
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
 Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini
 Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.
 Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap
terapi.
1. G. Dx 7 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak,
nafas mulut, penurunan masukan oral.
Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter
individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
tanda vital stabil.

Intervensi :
 Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang,
takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik
dan kehilangan cairan untuk evaporasi.
 Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran
mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
 Catat laporan mual/muntah
Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
 Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung
keseimbangan cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan
keseluruhan penggantian.
Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
 Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
 Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan
penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan

D. Evaluasi Keperawatan
1.Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan :
A. Batuk teratasi
B. Nafas normal
C. Bunyi nafas bersih
D. Tidak terjadi sianosis
E. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas ditandai dengan :
i. Tidak nampak sianosis
ii. Nafas normal
iii. Tidak terjadi sesak
iv. Tidak terjadi hipoksia
v. Klien tampak tenang
vi. Tidak ada resiko terhadap infeksi ditandai dengan :
a. Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
b.Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
vii. Toleran terhadap aktivitas sehari-hari ditandai dengan :
a. Nafas normal
b.Sianosis tidak terjadi
c. Irama jantung normal
viii. Nyeri (akut) teratasi ditandai dengan :
a. Nyeri dada teratasi
b.Sakit kepala terkontrol
c. Tampak tenang
ix. Nutrisi adekuat ditandai dengan :
a. Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
b.Pasien mempertahankan meningkat BB.
x. Tidak ada tanda kurang volume cairan ditandai dengan : pasien
menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter
individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor
kulit baik, tanda vital stabil.
DAFTAR PUSTAKA

KTW. 2010. Suplementasi Zinc Menurunkan Kejadian Pneumonia Pada Anak-anak.

Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│.


Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.

Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8 , EGC , Jakarta

Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran,


Bandung

Baughman C Diane.2000,Keperawatan medical bedah, EGC, Jakrta


Nanda. (2007). Diagnose Nanda: Nic dan Noc.

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit.


Salemba

Medika. Jakarta.

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan
bidan).

Salemba Medika. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai