Di ruang keperawatan terdapat sebuah meja dan dua buah kursi dengan
tumpukan buku di atas meja. Diruang tersebut terdapat seorang perawat senior
berusia 45 tahun sedang menulis dibuku catatan keperawatan, kemudian seorang
perawat praktek dengan name take yang berwarna merah datang dengan wajah
lugunya sesaat keduanya bercakap-cakap.
Dengan wajah mengkerut perawat junior pergi meninggalkan perawat seniornya dan
mulai mempersiapkan peralatan, kemudian menuju ruang ICU.
Diruangan ICU terdapat sederet tempat tidur dengan salah satunya berbaring pasien
yang bernama Evi Fransiska dengan diagnosa medis gagar otak stadium IV. Terlihat
Ibu Eva sesekali mengusap dadanya seperti berdo’a untuk kesembuhan anaknya dari
luar ruangan
Perawat junior : Selamat pagi bu, dek! (tersenyum kearah ibu pasien)
Ibu : Selamat pagi, mbak! (tersenyum kearah perawat)
Perawat junior : Begini saya disini ingin memberi obat kepada dek Evi, tapi
melalui injeksi sekalian mau dilakukan pemeriksaan.
Ibu : Oh iya dek
Perawat junior : Baik bu saya permisi.
Ibu :Iya dek, silahkan.
Kemudian masuklah perawat junior ke ruang ICU dengan peralatan yang dia bawa
dengan bersikap ramah terhadap pasien. Sesekali pasien hanya mengeluarkan suara
Heegg-Heeg berulang- ulang seperti mendengkur ketika dilakukan injeksi obat dan
pemeriksaan tanda-tanda vital.
Perawat junior : Selamat pagi, dek evi. Saya suster Era, saya akan
memberikan obat melalui injeksi, insaallah obat ini dapat
membuat adek lebih baik. Permisi ya dek.!
Perawat junior : Alhamdulillah, sudah selesai.! Sekarang suster mau
memeriksa adek.
Berselang tiga menit dari laporan perawat junior ke perawat senior dan dari perawat
senior ke dokter ilham, ketiganya pun sudah berada di ruang ICU melakukan
pertolongan, sekiranya pasien atas nama amien dapat diselamatkan.
Perawat junior pergi keluar bersama perawat senior menemui keluarga pasien yang
pada saat itu ibu pasien menangis khawatir putrinya tidak dapat tertolong, dengan
Perawat junior dan senior (keluar dari ruangan)