PERTUSIS
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
c. Stadium 3
Stadium ini berlangsung 1-2 minggu. Stadium ini
disebut juga stadium konvalesens.
Menurut Guinto-Ocampo H. (2006) dan Garna H., et.al.
(2005), pada stadium konvalesens, batuk dan muntah
menurun. Namun batuk yang terjadi merupakan batuk kronis
yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu.
Dapat terjadi petekie pada kepala/leher, perdarahan
konjungtiva, dapat terjadi ronki difus.
Menurut Rampengan (2008), manifestasi klinis pada
stadium ini adalah:
1) Whoop dan muntah berhenti.
2) Batuk biasanya masih menetap dan segera menghilang
setelah 2-3 minggu.
3) Beberapa penderita akan timbul serangan batuk
paroksismal kembali dengan whoop dan muntah-muntah.
Episode ini terjadi berulang dalam beberapa bulan bahkan
hingga satu atau dua tahun, dan sering dihubungkan
dengan infeksi saluran nafas bagian atas yang berulang.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan sputum
b. Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertussis
c. ELISA
Elisa dapat dipakai untuk menentukan IgM, IgG, dan IgA
serum terhadap filamentous hemoaglutinin (FHA) dan
toksin pertussis (TP). nilai IgM-FHA dan IgM-TP serum
tidak bernilai dalam penentuan seropositif oleh karena
menggambarkan respon imun primer dan dapat disebabkan
oleh penyakit atau vaksinasi. IgG langsung terhadap
toksin pertussis merupakan test yang paling sensitif dan
spesifik untuk infeksi akut. IgA-FHA dan IgA-TP kurang
sensitif daripada IgG-TP tetapi sangat spesifik untuk
infeksi natural dan tidak terlihat sesudah imunisasi
pertussis.
d. Leukositosis (15.000-100.000/mm3) dengan limfositosis
absolut selama stadium 1 (catarrhal) dan stadium 2
(paroxysmal).
e. Didapatkan antibodi (IgG terhadap toksin pertusis)
f. Diagnosis pasti dengan ditemukannya organisme Bordetella
pertussis pada apus nasofaring posterior (bahan media
Bordet-Gengou).
g. Polymerase chain reaction (PCR) assay memiliki
keuntungan sensitivitasnya lebih tinggi daripada kultur
pertusis konvensional.
h. Foto toraks
Infiltrat perihiler (perihilar infiltrates), edema (atau
mild interstitial edema) dengan berbagai tingkat
atelektasis yang bervariasi, mild peribronchial cuffing,
atau empiema.Konsolidasi (consolidation) merupakan
indikasi adanya infeksi bakteri sekunder atau pertussis
pneumonia (jarang).Adakalanya pneumothorax,
pneumomediastinum, atau udara di jaringan yang lunak
dapat terlihat.
Radiography tidak diindikasikan pada pasien dengan
tanda-tanda vital (vital signs) yang normal. Vital signs
ini meliputi: tekanan darah, nadi, heart rate,
respiration rate, dan suhu tubuh.
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan
a. Antibiotik
1) Erythromycin
a) Nama Dagang di Amerika: EES, E-Mycin, Eryc, Ery-Tab,
Erythrocin.
b) Mekanisme kerja:
Menghambat pertumbuhan bakteri, dengan menghalangi
disosiasi peptidyl tRNA dari ribosom menyebabkan RNA-
dependent protein synthesis berhenti.
c) Dosis dewasa:
250 mg (erythromycin stearate/base) atau 400 mg
(ethylsuccinate) PO q6h 1 h ac, atau 500 mg
(stearate/base) q12h.
Alternatif lainnya, 333 mg (stearate/base) q8h, dapat
ditingkatkan hingga 4 g/hari tergantung dari beratnya
infeksi.
d) Dosis anak-anak
40-50 mg/kg/hari (stearate/base) PO dibagi qid; tidak
melebihi 2 g/hari.
Garam estolate dapat digunakan pada bayi karena
penyerapan yang lebih efektif.
2) Azithromycin
a) Nama Dagang di Amerika: Zithromax
b) Mekanisme kerja:
Menghambat pertumbuhan bakteri, dengan menghalangi
disosiasi peptidyl tRNA dari ribosom menyebabkan RNA-
dependent protein synthesis berhenti.
c) Dosis dewasa:
500 mg PO pada hari pertama, lalu 250 mg/hari selama 4
hari berikutnya (total 5 hari)
d) Dosis anak-anak
10-12mg/kg/hari PO selama 5 hari.
3) Clarithromycin
a) Nama Dagang di Amerika: Biaxin
b) Mekanisme kerja
Menghambat pertumbuhan bakteri, dengan menghalangi
disosiasi peptidyl tRNA dari ribosom menyebabkan RNA-
dependent protein synthesis berhenti.
c) Dosis dewasa:
500 PO bid untuk 7-10 hari.
d) Dosis anak-anak
15-20 mg/kg PO dibagi bid selama 5-7 hari; tidak
melebihi g/hari.
4) Trimethoprin-sulfamethoxazole
a) Nama Dagang di Amerika:Bactrim, Septra, Cotrim
b) Mekanisme kerja:
Menghambat pertumbuhan bakteri, dengan menghambat
sintesis dihydrofolic acid. Obat alternatif, namun
kemanjurannya (efficacy) belum terbukti untuk pertusis.
c) Dosis dewasa:
160 mg (trimethoprim component) / 800 mg
(sulfamethoxazole component) PO bid selama 7-10 hari
(misalnya: 1 DS tab bid)
d) Dosis anak-anak
<2 bulan: kontraindikasi.
>2 bulan: 6-10 mg/kg/hari (berdasarkan komponen
trimethoprim) PO dibagi q12h untuk 7-10 hari.
b. Vaksin
Imunisasi aktif meningkatkan kekuatan melawan
(resistance) infeksi. Vaksin terdiri dari mikroorganisme
atau komponen seluler yang bertindak sebagai antigen.
Pemberian vaksin menstimulasi produksi antibodi dengan
specific protective properties.
Semua anak berusia kurang dari 7 tahun haruslah
menerima vaksin pertusis. Di Amerika Serikat, vaksin
pertusis acellular direkomendasikan dan biasanya
dikombinasikan dengan diphtheria and tetanus toxoids
(DTaP).
Vaksin tidak dapat mencegah pertusis seluruhnya, namun
terbukti dapat memperingan durasi dan tingkat keparahan
pertusis.
1) DtaP
a) Nama Dagang di Amerika: Tripedia, Certiva, Infanrix.
b) Dosis Dewasa:
0,5 mL IM toksoid tetanus dan difteri (Td) dan dosis
menurut riwayat vaksin.
c) Dosis anak-anak
0,5 mL IM pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan, dan 4-6
tahun. 7-18 tahun jadwal catch-up untuk imunisasi
primer: 0,5 mL IM Td untuk 3 dosis. Berilah jarak 4
minggu di antara dosis pertama dan kedua, dan 6 bulan
di antara dosis kedua dan ketiga; ikuti dengan dosis
booster 6 bulan setelah dosis ketiga (boleh mengganti
Tdap untuk dosis jika usia sesuai)
d) Dosis booster remaja (10-18 tahun): Tdap 0,5 mL IM
sekali, dosis tunggal.
2) Tdap
a) Nama Dagang di Amerika: Adacel, Boostrix.
b) Dosis dewasa:
0,5 mL IM sekali sebagai dosis tunggal, diberikan
melalui musculus deltoideus. Booster dengan Td
direkomendasikan q10y
Lebih dari 65 tahun: tidak diindikasikan.
c) Dosis anak-anak
<10 tahun: tidak diindikasikan.
10-18 tahun: diberikan sesuai dengan dosis dewasa.
Pertussis-specific immune globulin merupakan produk
investigational yang mungkin efektif untuk mengurangi
batuk paroksismal namun masih memerlukan evaluasi
lebih lanjut.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
DS : - Pasien mengatakan sering batuk-batuk.
DO : - Tampak lemah.
b. Pola nutrisi dan metabolic
DS : - Nafsu makan hilang.
- Mual/muntah.
DO : - Turgor kulit buruk.
- Penurunan massa otot.
- Penurunan BB.
c. Pola eliminasi
DS : - BAB dan BAK lancar.
DO : - Urine berbau amoniak dan berwarna kuning.
d. Pola aktivitas dan latihan.
DS : - Batuk panjang, kelelahan, demam ringan.
DO : - Sesak, kelelahan otot dan nyeri.
e. Pola tidur dan istirahat
DS : - Mudah terbangun.
DO : - Gelisah
f. Pola persepsi kognitif
DS : - Pasien mengatakan komunikasi terhambat akibat
batuknya.
g. DO : - Nyeri
Mual
h. Pola persepsi dan konsep diri
DO : - Gelisah
i. Pola peran dan hubungan dengan sesame
DO : - dirawat di tempat khusus.
j. Pola reproduksi dan seksualitas
DS : - Penurunan gairah seksual.
DO: - Keadaan umum lemah, ketidakmampuan
beraktivitas.
k. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
DS : - Pasien mengatakan stres terhadap batuk yang
dialaminya.
DO : - Gelisah.
l. Pola sistem kepercayaan
DS : - Pasien mengatakan mengalami kesejahteraan
spiritual.
DO : - Rajin beribadah.
2. Diagnosa Keperawatan
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. F
Umur : 2 Bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama ayah/Ibu : Ny. S & Tn. S
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Suko Anyar Cokro RT 63 RW 63,
Kec. Pakis, Malang
Suku bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Biaya di tanggung oleh : Orang Tua
7. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang mengasuh : Orang tua kandung
b. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan teman sebaya : Tidak ada respon dengan
teman
d. Lingkungan rumah : Baik
8. KEBUTUHAN DASAR
a. Makanan yang di sukai/ tidak disukai :
Selera : -
Alat makan yang dipakai : OGT, Spuit
Pola makan/jam : 3 x sehari (06.00, 12.00, 17.00)
b. Pola tidur :
Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
Tidur siang : -
Mandi : Diseka
c. Aktifitas bermain : Bedrest
d. Eliminasi : BAB dan BAK memakai pampers
14. TERAPI
a. Injeksi
Ampi Sulfaktan
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
CATATAN PERKEMBANGAN
CATATAN PERKEMBANGAN
CATATAN PERKEMBANGAN
RESUME
E :
S : Ibu pasien mengatakan keadaan anaknya sudah membaik
O:
- k/u lemah - Mukosa bibir kering
- kesadaran CM - N : 100x/mnt
- GCS 456 - RR : 30x/mnt
- Akral dingin - S : 36,6C
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi 4,5 & 6
RESUME
RESUME
RESUME
S : Ibu pasien mengatakan anaknya demam selama kurang lebih 4 hari, dan pucat.
O :
- k/u lemah - Hb 5,20 g/dl - Trombosit 504
10/ul
- tampak pucat - Eritrosit 311000000/ul - N : 101x/mnt
- mukosa bibir kering - Leukosit 20,10 10/ul - S : 36,5C
- akral dingin - Hematokrit 18,50% - R : 24x/mnt
A : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
P : 1. Berikan posisi yang nyaman
2. berikan oksigenasi 2 lpm nasal kanul
3. monitor tanda-tanda vital
4. monitor tanda-tanda infeksi
5. berikan nebulizer 2 jam sekali (ventolin)
6. berikan transfusi PRC 100 cc
7. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
I : 1. memberikan posisi yang nyaman
2. memberikan oksigenasi 2 lpm nasal kanul
3. memonitor tanda-tanda vital
4. memonitor tanda-tanda infeksi
5. memberikan nebulizer 2 jam sekali (ventolin)
6. memberikan transfusi PRC 100 cc
7.berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
ampicillin 200 mg
multivitamin syrup
E :
S : Ibu pasien mengatakan demam pada anaknya sudah turun, masih pucat.
O:
- k/u lemah - Hb 5,20 g/dl - Trombosit 504
10/ul
- tampak pucat - Eritrosit 311000000/ul - N : 115x/mnt
- mukosa bibir kering - Leukosit 20,10 10/ul - S : 36,6C
- akral dingin - Hematokrit 18,50% - R : 24x/mnt
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi 3,4,5&7
RESUME