Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertusis (batuk rejan)disebut jug whooping cough,tusis quinta,violet cough dan di Cina
disebut batuk seratus harui. Pertusis adalah penyakit yang sangat menular menginfeksi kekebalan
pada manusia dan disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis (Makinen et al., 2005). Bordetella
pertussis adalah bakteri Gram-negatif berbentuk kokobasilus (Brady et al., 2011).Bordetella
pertussis merupakan jenis bakteri yang menginfeksi saluran pernafasan. Penyakit pertusis ini di
tandai dengan batuk yang berlangsung 28 hari sampai dengan 100 hari, individu yang sangat
rentan adalah bayi dan anak-anak muda (Elomaa et al., 2007).
Menurut data WHO,penderita penyakit pertussis berkisar sekitar 30 sampai 50 juta kasus per
tahunnya.Dampak akhir dari penyakit ini bisa menyebabkan kematian.Penyakit pertusis dapat
diderita oleh semua orang tetapi penyakit ini lebih serius bila terjadi pada bayi.
Di Indonesia terdapat kasus Pertusis sebanyak 5.643, tidak menutup kemungkinan angka
tersebut dapat bertambah tiap tahunnya. Salah satu cara untuk mengurangi jumlah kasus pertusis
ini adalah dengan pemberian vaksin. Vaksin yang digunakan adalah DPT (Diffteri, Pertussis,
Tetanus), vaksin ditujukan untuk menghasilkan sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit ini.
(junal Zaidin Asyabah,dkk).Pada tahun 2016 kasus KLB penyakit pertussis di Mbua,Kabupaten
Nduga 55 orang yang tewas dan terus bertambah(news.okezone.com)

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah defisini pertussis?
2. Bagaimana etiologi terjadinya batuk pertussis
3. Bagaimana manifestasi klinis batuk pertussis?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya batuk pertussis?
5. Bagaimana pathway batuk pertussis?
6. Bagaimana pemerikasaan penunjuang batuk pertussis?
7. Bagaimana komplikasi batuk pertussis?
8. Bagaimana diagnosis nanding batuk pertussis?
9. Bagaimana penatalaksanaan batuk pertussis?

1
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Keperawatan ATM berupa makalah tentang Asuhan
Keperawatan Pertusis
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari pertussis
2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya batuk pertussis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis batuk pertussis
4. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya batuk pertussis
5. Untuk mengrtahui patway batuk pertussis
6. Untuk mengetahui pemerikasaan penunjuang batuk pertussis
7. Untuk mengetahui batuk pertussis
8. Unutk mengetahui diagnosis banding batuk pertussis
9. Untuk mengetahu penatalaksanaan batuk pertussis

1.4. Manfaat
Bisa lebih mengetahui dan memahami bagaimana tentang hal yang bersangkutan dengan
pertussis,gangguan pertussis terjadi,bagaimana pencegahannya serta bagaimana menyusun
Asuhan Keperawatannya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI PERTUSIS


2.1.Definisi Pertusis
Pertusis adalah penyakit saluran pernapasan yang di sebabkan oleh bakteri Bordetella
pertussis.Nama lain penyakit ini adalah tussis quinta,whooping cough,batuk rejan,batuk
100 hari(Arif mansjoer,2000)
Pertusis adalah penyakit infeksi yang di tandai dengan radang saluran napas yang
menimbulkan serangan batuk panjang yang bertubi-tubi,berakhir dengan inspirasi
berbising.(Ramali 2003)
Pertusis adalah infeksi pernapasan yang sangat menular biasanya menyebabkan batuk
iritasi yang menjadi paroksismaldan berakhir dengan batuk rejan inspiratory bernada
tinggi.Proses penyakit berlangsung selama 6-8 minggu,yang mencakup tiga tahap 2
minggu dengan berbagai gejala.(Kimberly A.J.Bilotta,2009)

2.2. Etiologi
Pertusis pertama kali dapat diisolasi pada tahun 1900 oleh Bordet dan
Gengou,kemudian pada tahun 1906 kuman pertussis baru dapat dikembangkan dalam
media buatan.Genus Bordetella mempunyai 4 spesies yaitu Bordetella
pertussis,Parapertusis,Boredetella Bronkiseptika,dan Avium.
Bordetella pertussis adalah satu-satunya penyebab pertussis yaitu bakteri gram
negative,tidak bergerak,dan ditemukan dengan melakukan swab pada daerah nasofaring
dan ditanamkan pada media Bordet-Gengou.(Arif Mansjoer,2000)

3
2.3. Manifestasi klinis
 Masa inkubasi 5-10 hari (dapat memanjang hingga 21 hari dengan rata-rata 7 hari)
 Stadium kataralis (prodromal,preparokismal) 1-2 minggu.Gejala umum infeksi
saluran napas atas,injeksi dan peningkatan sekret nasal,dapat disertai demam
ringan.Penyakit ini sangat infeksius pada fase-fase awal.
 Stadium paroksismal (spasmodic)1-6 minggu.Batuk keras terus menerus yang
diawali dengan inspirasi panjang(whoop),batuk pada fase ekspirasi,dan diakhiri
dengan muntah.Disebut juga sebagai whoopping cough syndrome.Pola batuk terjadi
pada ekspirasi karena sulitnya membuang mucus dan secret tebal menempel pada
epitel saluran napas.
 Stadium penyembuhan(beberapa minggu hingga bulan)batuk akan menghilang
secara bertahap.Dengan demikian,total lama sakit antara 6-10 minggu. (essentials
medicine,2014:72)

2.4. Patofisiologi
Bordetella merupakan kombinasi kokobasili gram-negatif yang sangat kecil yang
tumbuh secara aerobic pada darah tepung atau media sintetik keseluruhan dengan factor
pertumbuhan nikotinamid,asam amino untuk energy danarang atau Damar siklodekstrin
untuk menyerap bahan-bahan berbahaya.Spesies Bordetella memiliki bersama tingkat
homologi DNA yang tinggi pada genavirulen.Hanya Bordetella pertussis yang dikeluarkan
toksis pertusis ( TP).Protein virulen utama.Penggolongan serologis tergantung pada
aglutinogen K labil panas.Dari 14 aglutionogen,6 adalah spesies untuk B.Pertusis.Serotip
bervariasi secara geografis dan sesuai waktu.
Bordetella pertussis menghasilkan bebebrapa bahan aktif secara biologis,banyak darinya
dimaksudkan untuk memainkan peran dalam penyakit dan imunitas.Pasca penambahan
aerosol,hemagglutinin felamentosa (HAF),beberapa aglutinogrn (terutama FIM2 dan
fim3),dan protein permukaan nonfibria 69kD yang disebut pertaktin(PRN)penting untuk
perlekatan terhadap sel epitel bersilia saluran pernapasan.Sitotoksin trachea,adenilat
silkase,dan TP tampak menghambat pembersihan organisme.Sitotoksin trachea,factor
demonekrotik,dan adenilat siklase diterima secara dominan,menyebakan cedera epitellokal

4
yang menghasilkan gejala-gejala pernapasan dan mempermudah penyerapan TP.TP terbukti
mempunyai banyak aktivitas biologis(misalnya sensitivitas histamine,sekresi
insulin,disfunfsi leukosit).Beberapa darinya merupakan manifestasi sistemik penyakit.TP
menyebabkan limfositisis segera pada binatang percobaan dengan pengembalian limfosit
agar tetap dalam sirkulasi darah.TP tampak memainkan peran sentral tetapi bukan tunggal
dalam patogenesi.(Nelson,2000)

5
2.5.Pathway

Bordetella
pertusis

Lewat udara dan droplet

Nempel pada saluran nafas


bagian bawah

Infeksi

Menghasilkan bahan aktif seperti Hemaglutinin


flamentosa (HAF) dan pertakin

Lesi pada Menghambat bersihan


epitel organisme

Nekrosis Fungsi silia


menurun

Peningkatan sputum
sekret

Perubahan Batuk rejan


pola nafas yang lama Bersihan jalan nafas
inefektif

Muntah

Berlangsung lama
Resti kekurangan
volume cairan

Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

http//id.scribd.com/search-pathway-pertusis

6
2.6.Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium :LED dan leukosit meningkat
2. Pada stadium kataralis dan permulaan stadium plasmodik jumlah leukosit meningkat
antara 15.000-45.000 per mm3 dengan limfositosis.Diagnosis dapat diperkuat dengan
mengisolasi dari sekresi jalan napas yang dikeluarkan pada waktu batuk.
3. Foto thorax,CT scan
4. Periksa sputum

2.7.Komplikasi
1. Terutama pada sistem pernapasan dan saraf pusat.Pneumonia komplikasi paling sering
terjadi pada ±90% kematian pada anak-anak ,B.Pertusis sendiri tetapi sering karena
bakteria sekunder (H.influenza,S.Pneumonia,S.auris,S.piogenes)
2. TBC laten dapat juga di aktifer
3. Atelektasis dapat timbul sekunder oleh karena ada sumbatan mucus yang kental.aspirasi
mucus atau muntah dapat menimbulkan pneumonia.
4. Panas tinggi sering menandakan adanya infeksi sekunder oleh bakteria
5. Batuk dengan tekanan darah tinggi dapat menimbulkan rupture alveoli,empisema
interstitial/subkutan dan pneumotoraks.Bronkiektasia dapat timbul dan menetap
6. Sering terjadi otitis media yang sering disebabkan oleh S.pneumonia.Pendarahan
epidural,perdarahan intracranial,rupture diafragma,hernia umbikalis,hernia
inguinalis,prolapses rekti,dehidrasi dan gangguan nutrisi.
7. Dapat pula terjadi konvulsi dan koma merupakan refleksi dari hipoksia
serebral(asfiksia)perdarahan subarachnoid,tetapi kadang-kadang kejang dapat disebabkan
oleh temperature tinggi.
8. Kejang-kejang oleh karena hyponatremia yang sekunder terhadap “syndrome of
inappropriate secretion of antidiuretic hormone.”

2.8.Diagnosis banding
1. Infeksi virus RSV(respiratory syncytial virus),parainfluenza,klebsiella sp,atau
C.pneumonia(pada bayi)

7
2. Infeksi M.pneumonia yang menyebakan bronchitis kronis(pada anak besar atau remaja)
(Kapita Selekta Kedokteran,2014,jilid 1:72)

2.9.Penatalaksanaan
1. Medikamentosa:
 Eritromisin40-50 mg/kgBB/hari per oral.terbagi menjadi 4 dosis(maksimal2
gram)diberikan selama 14 hari.Apabila diberikan pada stadium kataralis dapat
memperpendek periode penularan
 Alternatif:trimethoprim-sulfametoksasol(TMP-SMZ)6-8 mg/kgBB/hariPO,terbagi
mrnjadi 2 dosis(maksimal 1 gram)
2. Suportif:hindari factor yang menimbulkan serangan batuk,pemberian cairan,oksigen,dan
nutrisi secara adekuat.
3. Untuk bayi usia <6bulan,dianjurkan untuk pengobatan rawat inap karena dapat timbul
komplikasi serius seperti apnea,sianosis,atau kejang
(Kapita Selekta Kedokteran,2014,jilid 1:73)

8
B. KONSEP ASKEP PERTUSIS
1. Pengkajian (Ngastiyah. 1997)
a. Anamnesa
1) Identitas klien
2) Keluhan utama: batuk terus menerus, batuk berat, kering dan keras, sulit makan
atau anorexia, muntah-muntah, suhu meninggi, gelisah, gangguan pada waktu
bernafas serta berkeringat terus menerus.
3) Riwayat penyakit sekarang : riwayat 1 – 2 minggu gejala infeksi saluran nafas
bagian atas (bagian kataral). Memburuknya batuk pada episode spasmodik
diikuti dengan muntah (pada tahap paroksismal). Frekuensi batuk meningkat
sampai beberapa kali dalam 1 jam. Batuk diikuti dengan muntah dengan mukus
kental. Derajat distres penafasan selama spasme, terutama perubahan warna
selama spasme (wajah marah terang atau sianotik).
4) Riwayat penyakit dahulu: apakah dulu pernah mengalami hal yang serupa.
5) Riwayat penyakit keluarga: apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama, penyakit epilepsi atau penyakit susunan saraf pusat, adanya kontak dengan
penderita pertusis, riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetik.
6) Riwayat Imunisasi

Jenis Umur Cara Jumlah


BCG 0 – 2 bulan 1C 1x
DPT 2, 3, 4 bulan 1M 3x
Polio 1-5 bulan Refisi 4x
Capak 9 bulan 5C 4x
Hepatitis 0, 1, 6 bulan 1M 3x

b. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala: batuk panjang, kelelahan, demam ringan
Tanda: sesak, kelelahan otot dan nyeri

2) Makanan/cairan
Gejala: nafsu makan hilang, mual/muntah, penurunan BB.

9
Tanda: turgor kulit buruk, penurunan massa otot.
3) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
4) Integritas ego
Tanda: gelisah
5) Pernafasan
Gejala : batuk, tarikan nafas panjang.
Tanda : muka merah, sianotik

c. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan sputum
2) Pemeriksaan serologi untuk bordetella pertusis
3) Tes Elisa
4) Foto Rontgen

2. Pengelompokan Data

Data Subyektif Data Obyektif


- Klien mengeluh batuk - Suhu badan meningkat
- Klien mengeluh nyeri pada dadanya - Penurunan berat badan
- Klien mengeluh sesak - Turgor kulit buruk
- Klien mengeluh kurang nafsu - Nafsu makan hilang (1/4 porsi)
makan - Klien tampak gelisah
- Klien mengeluh mual-muntah - Kelemahan

3. Analisa Data

10
No Symptom Etiologi Problem
.
1. DS: Bordetella pertusis Ketidakefektifan
Klien mengeluh sesak ↓ bersihan jalan napas
Kien mengeluh batuk inhalasi droplet

DO: Alveolus
Frekuensi nafas tidak normal ↓
Bunyi nafas tidak normal reaksi antigen-antibodi

reaksi radang paru-paru

peningkatan produksi sekret

akumulasi sekret

bersihan jalan nafas tidak
efektif
2. DS: Bordetella pertusis Ketidakefektifan pola
Klien mengeluh sesak ↓ napas
Kien mengeluh batuk inhalasi droplet

DO: Alveolus
Frekuensi nafas tidak normal ↓
Bunyi nafas tidak normal reaksi antigen-antibodi
Sianosis ↓
reaksi radang paru-paru

peningkatan produksi sekret

akumulasi sekret

11
obstruksi jalan nafas

batuk-batuk

pola nafas tidak efektif
3. DS: batuk menetap Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri pada ↓
dadanya tuberkel pecah

DO: eksudasi
Klien tampak gelisah ↓
fibrosis jaringan paru

iskemia jaringan paru

merangsang reseptor saraf
untuk melepaskan
neurotransmiter bradikinin,
serotonin, histamin dan
prostaglandin

nyeri

4. DS: reaksi radang paru-paru Ketidakseimbangan


Klien mengeluh kurang nafsu ↓ nutrisi kurang dari
makan peningkatan aktivitas seluler kebutuhan tubuh
Klien mengeluh mual-muntah ↓
pemecahan KH, protein,
lemak dan adanya
DO: penekanan pada pusat lapar
Penurunan berat badan di otak
Kelemahan ↓

12
Kehilangan massa otot mual/muntah
Enggan makan ditandai ↓
dengan dihabiskannya ¼ anoreksia
porsi ↓
asupan kurang

BB menurun

nutrisi kurang dari
kebutuhan

4. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi secret
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
c. Nyeri akut berhubungan dengan batuk menetap
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual/muntah

13
5. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Ketidakefektifan bersihan jalan Tujuan Suction jalan nafas
napas  Status respirasi : ventilasi - Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Definisi: ketidak mampuan untu  Status respirasi : jalan napas paten suctioning
membersihkan sekresi atau - Auskultasi suara napas sebelum dan
Kriteria hasil :
obstruksi dari saluran pernapasan sesudah suctioning
untuk mempertahankan bersihan  Mendemonstrasikan batuk efektif dan
- Informasikan kepada klien dan
jalan napas. suara napas yang bersih, tidak ada
keluarga tentang suctioning
Batasasan karakteristik : sianosis dan dyspnea ( mampu
- Minta klien untuk menarik napas
mengeluarkan sputum, mampu
 Tidak ada batuk dalam sebelum suctioning di lakukan
bernafas dengan mudah,tidak ada
 Suara napas tambahan - Berikan O2 dengan menggunakan
pursed lips )
perubahan frekuensi napas nasal untuk memfasilitasi suksion
 Menunjukan jalan nafas yang paten
 Perubahan irama napas nasotrakeal
( klien merasa tidak tercekik, irama
 Sianosis - Gunakan alat yang seteril setiap
nafas, frekuensi pernapasan dalam
 Kesulitan berbicara atau melakukan tindakan
rentang normal, tidak ada suara
mengeluarkan suara - Anjurkan klien untuk istirahat dan
abnormal )
napas dalam setelah kateter
 Penurunan bunyi napas  Mampu mengidetifikasikan dan
dikeluarkan dari nasotrakeal
 Dipsneu mencegah faktor yang dapat
- Monitor status oksigen klien
 Sputum dalam jumlah yang menghambat jalan nafas
- Ajarkan keluarga bagaiman cara
berlebihan
melakukan suctioning
 Batuk yang tidak efektif
- Hentikan suctioning dan berikan

14
 Orthopneu oksigen apabila klien menunjukan
 Gelisah bradikasrdi, peningkatan saturasi O2

 Mata terbuka lebar dll.

Faktor-faktor yang Menegement jalan napas

berhubungan : - Buka jalan napas, gunakan teknik chin

 Lingkungan : lift atau jaw thrust bila perlu

- Perokok pasif - Posisikan kien untuk memaksimalakan

- Menghisap asap ventilasi

- Merokok - Identifikasi klien perlunya


pemasangan alat jalan napas buatan
 Obstruksi jalan napas :
- Pasang mayo bila perlu
- Spasme jalan napas
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Mokus dalam jumlah yang
- Keluarkan secret dengan batuk atau
berlebih
suction
- Eksudat dalam jalan
- Auskultasi suara napas, catat adanya
alveoli
suara tambahan
- Materi asing dalam jalan
- Lakukan suction pada mayo
napas
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Adanya jalan napas buatan
- Berikan pelembab udara kassa basah
- Sekresi bertahan/sisa
NaCl lembab
sekresi
- Atur intike untuk cairan
- Sekresi dalam bronki
mengoptimalkan keseimbangan

15
 Fisiologis : - Menitor respirasi dan status O2
- Jalan nafas alergik
- Asma
- Penyakit paru obstruksi
kronik
- Hiperplasi dinding
bronkial
- Infeksi
- Disfungsi neuromuscular
2 Ketidakefektifan pola napas Tujuan Menegament jalan napas
Definisi : inspirasi dan atau  Status respirasi : ventilasi - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
ekspirasi yang ridak memberi  Status respirasi : jalan nafas paten lift atau jaw thrust bila perlu
ventilasi  Status tanda-tanda vital - Posisikan klien untuk memaksimalkan
Batasan karakteristik : ventilasi
Kriteria hasil :
 Perubahan kedalaman - Identifikasi pasien perlunya
 Mendemonstrasikan batuk efekti dan
pernapasan pemasangan alat jalan napas buatan
suara napas yang bersih, tidak ada
 Perubahan ekskursi dada - Pasang mayo bila perlu
sianosis, dan dypsneu (mampu
 Mengambil posisi tiga titik - Lakukan fisoterapi dada jika perlu
mengeluarkan sputum, mampu
 Bradipneu - Keluarkan secret dengn batuk atau
bernafas dengan mudah, tidak ada
 Penurunan tekanan ekspirasi suction
pursed lips)
- Askultasi suara napas, catat adanya
 Penurunan ventilasi semenit  Menunjukn jalan nafs yang paten
suara tambahan

16
 Penurunan kapasitas vital (klien tidak merasa tercekik, irama - Lakukan suction pada mayo
 Dipneu nafas, frekuensi pernapasan dalam - Berikan bronkodilator jika perlu

 Peningkatan diameter anterior – rentang normal, tidak ada suara napas - Berikan pelembab udara kassa basah

posterior abnormal) NaCl lembab

 Pernapasan cuping hidung  Tanda-tanda vital dalam rentang - Atur intake untuk cairan

 Ortopneu normal (tekana darah, nadi, dan mengoptimalakan keseimbangan


pernapasan) - Monitor respirasi dan status O2
 Fase ekspirasi memenjang
 Pernapasan bibir Terapi Oksigen

 Takipneu - Bersihkan mulut, gidung dan secret


 Penggunaan otot aksesorius trekea
untuk bernapas - Pertahankan jalan nafas yang paten

Faktor yang berhubungan : - Atur peralatan oksigenisasi


- Monitor aliran oksigen
 Ansietas
- Pertahnkan posisi klien
 Posisi tubuh
- Observasi adanya tanda-tanda
 Deformitas tulang hipoventilasi
 Deformitas dinding dada - Monitor adanya kecemasan pasien
 Keletiahn terhadap oksigenisasi
 Hiperventilasi
Monitor tanda-tanda vital
 Sindrom hipoventilasi
- Monito TD, Nadi, suhu, dan RR
 Gangguan muskuloskeltal
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah

17
 Kerusakan neurologis - Monitor VS saat pasien berbaring,
 Inmaturitas neurologis duduk, atau berdiri

 Disfungsi neuromuscular - Auskulatasi TD pada kedua lengan

 Obesitas dan bandingkan


- Monitor TD, nad, RR sebelum, selama
 Nyeri
dan setelah aktivitas
 Keletihan otot pernapasan
- Monitor kualitas dari nadi
cedera medulla spinalis
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
- Monitor sianosis perifer
3 Nyeri akut Tujuan Management nyeri
Definisi : pengalaman sensori dan  Level nyeri - Lakukan pengkajian nyeri secara
emosional yang tidak  Control nyeri koprehensif termasuk lokasi,
menyenangkan yang muncul  Level nyaman karakteristik, durasi, frekuensi,
akibat kerusakan jaringan yang kualitas, dan fakor presipitasi
Karakteristik hasil:
actual atau potensila atau - Obsevasi reaksi nonverbal dari
digambarakn dalam hal kerusakan  Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidakyamanan
demikian rupa. penyebab nyeri, mampu menggukan
- Gunakan teknik komunikasi trapeutik
taknik nonfarmakologi untuk

18
Batasan Karakteristis mengurangi nyeri, mencari bantuan) untu mengetahui pengalaman nyeri
 Melaporkan bahwa nyer berkurang pasien
 Perubahan selera makan
dengan menggunakan manajemen - Kaji kultur yang mempengaruhi
 Perubahan tekanan darah
nyeri respon nyeri
 Perubahan frekuwensi jantung
 Mampu mengenali nyeri (skala, - Evaluasi pengalaman nyeri masa
 Perubahan frekuwensi
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) lampau
pernapasan
 Menyatakan rasa nyaman setelah - Evaluasi bersama pasien dan tim
 Laporan isyarat
nyeri berkurang kesehatan lain tentag ketidakefktifan
 Diaphoresis
control nyeri masa lampau
 Perilaku distraksi
- Bantu pasien dan keluarga ntuk
 Mengekspresikan perilaku mencari dan menemukan dukungan
 Masker wajah - Control lingkngan yang dapat
 Sikap melindungi area nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Focus menyempit ruang, pencahayaan dan kabisingan
 Indikasi nyeri yang dapat - Kurangi faktor prepitasi nyeri
diamati - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
 Perubahan posisi untuk - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menghindari nyeri mentukan intervensi
 Sikap tubuh melindungi - Ajarkan tentang teknik

 Dilatasi pupil nonfarmakologi

 Melaporkan nyeri secar verbal - Berikan analgetik untuk mengurangi


nyeri
 Gangguan tidur

19
Faktor yang berhubungan : - Evvaluasi ketidakefektifan control
nyeri
 Agen cedera fisik
- tingkatkan istirahat
- evaluasi keefektifan control nyeri
- kolaborasi denga dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- monitor penerimaan pasien tentang
manejemen nyeri
4 Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan Management nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh  status nutrisi : masukan makanan dan - kaji adanya alergi makanan
Definisi : asupan nutrisi tidak cairan - kolaborasi dengan ahli gizi untuk
cukup untuk memenuhi kebutuhan  status nutrisi : masukan nutrisi dan menetukan jumlah kalori dan nutrisi
metabolic berat badan terkontrol yang dibutuhkan klien
Batasan karakteristik : - anjurkan klien untuk meningkatkan
kriteria hasil :
 kram abdomen intake Fe
 adanya peningkatan berat badan
 nyeri abdomen - anjurkan pasien unuk meningkatkan
sesuai dengan tujuan
 menghindari makanan protein dan vitamin c
 berat badan ideal sesuai dengan tingg
 berat badan 20% atau lebih - berikan subtansi gula
badan
dibawah berat badan ideal - yakinkan diet yang dimakan
 mampu mengidentifikasi kebutuhan
 kerapuhan kapilar mengandung seraat untuk mencegah
nutrisi
konstipasi

20
 diare  tidak ada tanda-tanda malnutrisi - berikan makana yang terpilih (sudah
 kehilangan rambut berlebihan  menunujukan peningkatan fugsi dikonsultasikan defnga ahli gizi)

 bising usus hiperaktif pengecapan dari menelan - Anjurkan klien bagaimana membuat

 kuran makanan  tidak terjadi penurunan berat badan catatan makanan harian
yang berarti - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
 kurang minat pada makanan
kalori
 penurunan berat badan dengan
- Berikan informasi tentang kebuthan
asupan makanan adekuat
nutrisi
 kesalahan konsepsi
- Kaji kemampuan klien untuk
 kesalahan informasi
mendapatkan nutrisi yang di butuhkan
 membaran mukosa pucat
Monitor nutrisi
 ketidakmampuan memakan
makanan - BB klien dalam batas normal
 tonus otot menurun - Monitor adanya penurunan barat
 mengeluh supan makanan badan
kurang dari batasan - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
rekomendasi harian biasa dilakukan

 cepat kenyang setelah makan - Monitor interaksi anak atau orang tua

 sariawan rongga mulut selama makan


- Monitor lingkungan selama makan
 sreatosa
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan
 kelemahan otot pengunyah
tidak selama jam makan
 kelemahan otot untuk menelan
- Monitor kulit kering dan perubahan

21
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan rambut kusam,
dan mudah patah
- Monitor mual muntah
- Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva

22
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pertusis adalah infeksi pada saluran penafasan yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertusis yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri
dengan suara pernafasan dalam bernada tinggi atau melengking. Nama lain penyakit ini
adalah tussis quinta, whooping cough, batuk rejan, batuk 100 hari.

Mekanisme pathogenesis infeksi oleh Bordetella pertusis terjadi melalui empat


tingkatan yaitu perlekatan, perlawanan terhadap mekanisme pertahanan pejamu,
kerusakan local dan akhirnya timbul penyakit sistemik. Penularan terutama melalui
saluran pernafasan, dimana Bordetella pertusis akan terikat pada silia epitel saluran
pernafasan. Bordetella pertusis tidak memasuki jaringan sehingga tidak dijumpai dalam
darah. Adanya organisme ini pada permukaan saluran pernafasan dapat terlihat dari
bertambahnya sekret mukus. Dan lendir yang terbentuk dapat menyumbat bronkus kecil
hingga dapat menimbulkan empisema dan atelektasis.

Masa tunas 7 – 14 hari. Penyakit ini dapat berlangsung selama 6 minggu atau lebih
dan terbagi dalam 3 stadium: stadium kataralis, stadium spasmodik dan stadium
konvalesensi.

23

Anda mungkin juga menyukai