Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN PERTUSIS

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. TRI RATNANINGSIH.S.Kep.Ns,.M.Kes

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

NUR FARIDHA 202207042

YETYK DWI FARIDHA 202207044

RIRIN KUSMIATI 202207010

KINTANIA 202207016

NURUL ROHMAWATI 202207050

PROGRAM AHLI JENJANG


PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA SEHAT MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2022/2023

4
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu
yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992).

Definisi Pertusis lainnya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan
yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang
bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993).

Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat.
Batuk adalah gejala khas  dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-
tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang
keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara
shingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang
baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak
terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan
penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk.

B. Etiologi

Pertusis biasanya disebabkan diantaranya Bordetella pertussis (Hemophilis


pertusis). Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella
para pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.

Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain :

1. Berbentuk batang (coccobacilus)


2. Tidak dapat bergerak
3. Bersifat gram negative.
4. Tidak berspora, mempunyai kapsul
5. Mati pada suhu 55 º C selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10º C)
6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik
7. Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap
penicillin

5
8. Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
a. Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)
b. Endotoksin (lipopolisakarida).

C. Patofisiologi

Infeksi diperoleh oleh inhalasi yang mengandung bakteri Bordetella pertusis.


Perubahan inflamasi dipandang sebagai organism proliferasi di mukosa sepanjang
aluran pernafasan, terutama di dalam bronkus dan bronkiolus, mukosa yang padat dan
disusupi dengan neutrofil, dan ada akumulasi lendir lengket dan leukosit di lumina
bronchial. Gumpalan basil terlihat dalam silia epitel trakea dan bronchial, dibawahnya
yang ada nekrosis dari epithelium basiliar. Obstruksi parsial oleh plak lendir di
saluran pernafasan. (Wong, 2004).

Bordetella pertusis setelah ditularkan melalui sekresi udara pernapasan


kemudian melekat pada silia epitel saluran pernapasan. Mekanisme patogenesis
infeksi oleh Bordetella pertusis terjadi melalui empat tingkatan yaitu perlekatan,
perlawanan terhadap mekanisme pertahanan pejamu, kerusakan lokal dan akhirnya
timbul penyakit sistemik.

Filamentous Hemaglutinin (FHA), Lymphosithosis Promoting Factor (LPF)/


Pertusis Toxin (PT) dan protein 69-Kd berperan pada perlekatan Bordetella pertusis
pada silia. Setelah terjadi perlekatan, Bordetella pertussis kemudian bermultiplikasi
dan menyebar ke seluruh permukaan epitel saluran napas. Proses ini tidak invasif oleh
karena pada pertusis tidak terjadi bakteremia. Selama pertumbuhan Bordetella
pertusis, maka akan menghasilkan toksin yang akan menyebabkan penyakit yang
dikenal dengan whooping cough.

Toksin terpenting yang dapat menyebabkan penyakit disebabkan karena


pertusis toxin. Toksin pertusis mempunyai 2 sub unit yaitu A dan B. Toksin sub unit
B selanjutnya berikatan dengan reseptor sel target kemudian menghasilkan subunit A
yang aktif pada daerah aktivasi enzim membrane sel. Efek LPF menghambat migrasi
limfosit dan makrofag ke daerah infeksi.

6
Toxin mediated adenosine diphosphate (ADP) mempunyai efek mengatur
sintesis protein dalam membrane sitoplasma, berakibat terjadi perubahan fungsi
fisiologis dari sel target termasuk limfosit (menjadi lemah dan mati), meningkatkan
pengeluaran histamine dan serotonin, efek memblokir beta adrenergic dan
meningkatkan aktifitas insulin, sehingga akan menurunkan konsentrasi gula darah.

Toksin menyebabkan peradangan ringan dengan hyperplasia jaringan limfoid


peribronkial dan meningkatkan jumlah lendir pada permukaan silia, maka fungsi silia
sebagai pembersih terganggu, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder (tersering oleh
Streptococcus pneumonia, H. influenzae dan Staphylococcus aureus). Penumpukan
lendir akan menimbulkan plak yang dapat menyebabkan obstruksi dan kolaps paru.

Hipoksemia dan sianosis disebabkan oleh gangguan perukaran oksigenasi


pada saat ventilasi dan timbulnya apnea saat terserang batuk. Terdapat perbedaan
pendapat mengenai kerusakan susunan saraf pusat, apakah akibat pengaruh langsung
toksin ataukah sekunder sebagai akibat anoksia.

Terjadi perubahan fungsi sel yang reversible, pemulihan tampak apabila sel
mengalami regenerasi, hal ini dapat menerangkan mengapa kurangnya efek antibiotik
terhadap proses penyakit. Namun terkadang Bordetella pertusis hanya menyebabkan
infeksi yang ringan, karena tidak menghasilkan toksin pertusis.

7
D. PATHWAY

E. Manifestasi Klinis
Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih
dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :
1. Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal
a. Lamanya 1-2 minggu

8
b. Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan bagian
atas, yaitu timbulnya rinore (cairan hidung) dengan lendir yang jernih:
1) Kemerahan konjungtiva, lakrimasi
2) Batuk dan panas ringan
3) Anoreksia kongesti nasalis
c. Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold
d. Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi semakin hebat,
sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket
2. Stadium paroksimal / stadium spasmodic
a. Lamanya 2-4 minggu
b. Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yang
bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik nafas pada
akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5 – 10 kali, selama batuk anak tak
dapat bernafas dan pada akhir serangan batuk anak mulai menarik nafas
denagn cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi melengking (whoop) dan
diakhiri dengan muntah.
c. Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan tanpa
adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.
d. Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol, lidah
terjulur, lakrimasi, salvias dan pelebaran vena leher.
e. Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal menangis dan
aktifitas fisik (makan, minum, bersin dll).
3. Stadium konvaresens
a. Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal
b. Gejala yang muncul antara lain : Batuk berkurang
c. Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang
d. Anak merasa lebih baik
e. Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat gangguan
pada saluran pernafasan.

9
F. Penatalaksanaan

Anti mikroba Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang
dini. Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap paling efektif
dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis yang
dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari. Kortikosteroid
1. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
2. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian
diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
3. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari Berguna dalam pengobatan pertusis terutama pada
bayi muda dengan seragan proksimal.Salbutamol

Penatalaksanan Keperawatan

1. Pembersihan jalan nafas.


2. Pemberian oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat yang disertai
sianosis.
3. Pemberian makanan dan obat.
4. Hindari makanan yang sulit ditelan dan makanan bentuk cair.
5. Pemberian terapi suportif.
6. Dengan memberikan lingkungan perawatan yang tenang,atasi dehidrasi berikan
nutrisi.
7. Bila pasien muntah-muntah sebaiknya diberikan cairan dan elektrolit secara
parenteral

G. Pencegahan

Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang
telah dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama
vaksin difteri dan tetanus. Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2
bulan. Kontraindikasi pemberian vaksin pertusis :
1. Panas lebih dari 33ºC
2. Riwayat kejang
3. Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya misalnya: suhu tinggi
dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilatik lainnya.

10
H. Komplikasi
1. Pada saluran pernafasan
a. Bronkopnemonia
Infeksi saluran nafas atas yang menyebar ke bawah dan menyebabkan
timbulnya pus dan bronki, kental sulit dikeluarkan, berbentuk gumpalan yang
menyumbat satu atau lebih bronki besar, udara tidak dapat masuk kemudian
terinfeksi dengan bakteri. Paling sering terjadi dan menyebabkan kematian pada
anak dibawah usia 3 tahun terutama bayi yang lebih muda dari 1 tahun. Gejala
ditandai dengan batuk, sesak nafas, panas, pada foto thoraks terlihat bercak-
bercak infiltrate tersebar.
b. Otitis media / radang rongga gendang telinga
Karena batuk hebat kuman masuk melalui tuba eustaki yang menghubungkan
dengan nasofaring, kemudian masuk telinga tengah sehingga menyebabkan
otitis media. Jika saluran terbuka maka saluran eustaki menjadi tertutup dan jika
penyumbat tidak dihilangkan pus dapat terbentuk yang dapat dipecah melalui
gendang telinga yang akan meninggalkan lubang dan menyebabkan infeksi
tulang mastoid yang terletak di belakang telinga.
c. Bronkhitis
Batuk mula-mula kering, setelah beberapa hari timbul lender jernih yang
kemudian berubah menjadi purulen.
d. Atelaktasis
Timbul akibat lender kental yang dapat menyumbat bronkioli.
e. Emphisema Pulmonum
Terjadi karena batuk yang hebat sehingga alveoli pecah dan menyebabkan
adanya pus pada rongga pleura.
f. Bronkhiektasis
Terjadi pelebaran bronkus akibat tersumbat oleh lender yang kental dan disertai
infeksi sekunder.
g. Aktifitas Tuberkulosa
h. Kolaps alveoli paru akibat batuk proksimal yang lama pada anak-anak sehingga
dapat menebabklan hipoksia berat dan pada bayi dapat menyebabkan kematian
mendadak.

11
2. Pada saluran pencernaan
a. Emasiasi dikarenakan oleh muntah-muntah berat.
b. Prolapsus rectum / hernia dikarenakan tingginya tekanan intra abdomen.
c. Ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada saat batuk.
d. Stomatitis.
3. Pada system syaraf pusat Terjadi karena kejang :
a. Hipoksia dan anoksia akibat apneu yang lama
b. Perdarahan sub arcknoid yang massif
c. Ensefalopat, akibat atrof, kortika yang difus
d. Gangguan elektrolit karena muntah
e. Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-
muntah. Kejang berat bisa terjadi karena penyebab anoksia. Kadang-kadang
terdapat kongesti dan edema otak, serta dapat pula terjadi perdarahan otak

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Mengenai semua golongan umur, terbanyak mengenai anak umur 1-5th
2) Lebih banyak anak laki –laki dari pada anak perempuan.
b. Keluhan Utama.
Batuk disertai muntah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang.
Batuk makin lama makin bertambah berat dan diikuti dengan muntah terjadi
siang dan malam. Awalnya batuk dengan lendir jernih dan cair disertai panas
ringan, lama–kelamaan batuk bertambah hebat (bunyi nyaring) dan sering,
maka tampak benjolan, lidah menjulur dan dapat terjadi pendarahan sub
conjungtiva.
d. Riwayat Penyakit Dahulu.
1) Adanya gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas.
2) Batuk dan panas ringan, batuk mula-mula timbul pada malam hari,
kemudian siang hari dan menjadi hebat.

12
e. Riwayat Penyakit Keluarga.
Dalam keluarga atau lingkungan sekitarnya,  biasanya didapatkan ada yang
menderita penyakit pertusis.
f. Riwayat Imunisasi
JENIS UMUR CARA JUMLAH
BCG 0 – 2 bulan 1C 1x
DPT 2, 3, 4 bulan 1M 3x
Polio 1-5 bulan Refisi 4x
Capak 9 bulan 5C 4x
Heportits 0, 1, 6 bulan 1M 3x

g. Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal


1) Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya
yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan
antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang
pernah diminum serat kebiasaan selama hamil.
2) Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara
persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dan
gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital.
Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa
kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis spontan
atau tidak.
3) Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan
gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola
eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya
ashyksia, trauma dan infeksi.

13
h. ADL
1) Nutrisi : Muntah, anoreksia.
2) Aktivitas : Pada stadium akut paroksimal terjadi lemas /  lelah
3) Istirahat tidur : Terganggu, akibat serangan batuk panjang dan
berulang-ulang.
4) Personal hygiene         : Lidah menjulur keluar dan gelisah yang berakibat
keluar liur berlebihan.
i. Eliminasi : Sering terberak-berak, terkencing-kencing  bila
sedang batuk
j. Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan umum : Saat batuk mata melotot, lidah menjulur, batuk  
dalam waktu yang lama dan berkeringat
2) Kesadaran : Composmetis
3) TTV : Nadi meningkat(120-125x/mnt), respirasi meningkat
(30-35x/mnt)
k. Head to toe
1) Kepala : Tidak ada bekas luka ataupun bengkak.
2) Rambut : Warna rambut hitam, lurus, distribusi merata, tidak
terdapat   ketombe.
3) Wajah : Simetris, bentuk bulat, tidak terdapat kelainan kulit
4) Mata : Sklera berwarna putih,mata tampak menonjol
5) Hidung : Lubang hidung simetris, hidung berair, terdapat
pernafasan cuping hidung.
6) Mulut : Mukosa lembab, lidah menjulur
7) Telinga : Daun telinga simetris, membran timpani putih
mengkilat, tidak ada benda asing.
8) Leher : Tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada tanda-
tanda pembesaran kaku kuduk dan pembesaran
kelenjar tiroid.
9) Dada    
Inspeksi : Terdapat tarikan otot bantu pernafasan dengan
cepat        
Palpasi : Tidak ada krepitasi
Perkusi : Paru sonor, jantung dallnes

14
Auskultasi : Wheezing inspirasi
10) Abdomen           
Inspeksi : Terdapat distensi abdomen 
Auskultasi       : Bising usus 9 x/menit
Palpasi             : Tidak terdapat pembesaran lien dan hepar, turgor kulit
bisa menurun bisa normal.
Perkusi             : Perut tidak kembung

l. Ekstremitas
1) Atas : Tidak ada odem, pada bagian kiri terpasang infus.
2) Bawah : Tidak ada odem, tidak ada bekas luka.
m. Genetalia          : Bersih, tidak berbau tak sedap, tidak terdapat varises
atau odem.
n. Anus
Inspeksi : Bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan.
Palpasi : Tidak ada benjolan, massa, ataupun tumor.

2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi yang berlebihan dan kental.
b. Pola napas tidak efektif b/d dispnea
c. Resiko tinggi infeksi terhadap (penyebaran). Factor resiko ketidak adekuatan
pertahanan utama
d. Nyeri
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

3. Intervensi keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi yang berlebihan dan kental
Tujuan : Status ventilasi saluran pernafasan baik, dengan cara mampu
membersihkan secret yang menghambat dan menjaga kebersihan jalan nafas.
Kriteria hasil :
1) Rata-rata pernafasan normal
2) Sputum keluar dari jalan nafas
3) Pernafasan menjadi mudah
4) Bunyi nafas normal

15
5) Sesak nafas tidak terjadi lagi

Intervensi Rasional
Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan Takipnea, pernapasan dangkal,dan
dan gerakan dada gerakan dada tak simetriks sering
terjadi karena ketidak nyamanan
gerakan dinding dada dan/ cairan paru
Auskultasi area paru,catat area Penurunan aliran udara terjadi pada
penurunan/tak ada aliran udara dan area konsulidasi dengan cairan. Bunyi
bunyi napas atventisius misalnya napas bronchial (normal pada
krekes,mengi. bronkus) dapat juga terjadi pada area
konsulodasi. Krekes,ronki,dan mengi
terdengar pada inspirasi dan/ ekspirasi
pada respon terhadap pengumoulan
cairan, secret .

Bantu pasien latihan napas sering. napas dalam memudahkan ekspansi


Tunjukkan/ bantu pasien melakukan maksimum paru-paru/jalan napas
batuk, misalnya menekan dada dan lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
batuk efektif. pembersihan jalan napas alami,
membantu silia untuk
mempertahankan jalan napas paten.
Penekanan menurunkan
ketidaknyamanan dada dan posisi
duduk memungkinkan upaya napas
lebih dalam dan kuat.
Pengisapan sesuai indikasi merangsang batuk atau pembersihan
jalan napas secara mekanik pada
pasien yang tak mampu melakukan
karena secret yang terlalu berlebihan.
Berikan cairan sedikitnya 2500 cairan (khususnya yang hangat)
ml/hari (kecuali kontraindikasi). memobilisasi dan mengeluarkan
Tawarkan air hangat daripada dingin. secret.

16
Kolaborasi pemberian obat sesuai untuk menurunkan sekresi secret
indikasi dijalan napas dan menurunkan resiko
keparahan

b. Pola napas tidak efektif b/d dispnea


Tujuan : Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru jelas atau bersih
Kriteria hasil:
1) Frekuensi pernapasan normal
2) Bunyi paru jelas/bersih
3) Kedalaman paru dalam rentang normal
4) Bunyi napas normal
5) Pengembangan dada normal antara inspirasi dan ekspirasi

Intervensi Rasional
Kaji frekuensi,kedalaman pernafasan, kecepatan biasanya meningkat.
ekspansi dada. Catat upaya pernafasan, Dispnea dan terjadi peningkatan kerja
termasuk penggunaan otot bantu/ napas Kedalaman pernafasan biasanya
pelebaran masal. bervariasi tergantung derajat gagal
napas. Ekspansi dada terbatas yang
berhubungan dengan atelektasis dan/
nyeri dada pleuritik.

Auskultasi bunyi napas dan catat bunyi napas menurun/ tak ada bila
adanya bunyi napas adventisius, seperti jalan napas obstruksi sekunder
krekels, mengi, gesekan pleural. terhadap perdarahan,bekuan atau
kolaps jalan napas kecil (atelaktasis).
Ronki dan mengi menyertai obstruksi
jalan napas/kegagalan pernafasan
Tinggikan kepala dan bantu mengubah duduk tinggi memungkinkan ekspansi
posisi (semi fowler). Bangunkan pasien paru memudahkan pernafasan.
turun tempat tidur dan ambulasi Pengubahan posisi dan ambulasi
meningkatkan pengisian udara

17
sesegera mungkin. segmen paru berbeda sehingga
memperbaiki difusi gas
Observasi pola batuk dan karakter kongesti alveolar mengakibatkan
secret batuk kering/iritasi. Sputu berdarah
dapat diakibatkan oleh kerusakan
jaringan (infark paru) atau
antikoagulan berlebihan
Dorong/bantu pasien dalam napas dapat meningkatkan/banyaknya
dalam dan latihan batuk. Pengisapan sputum dimana gangguan ventilasi
peroral atau naso trakeal bila dan ditambah ketidak nyamanan
diindikasikan upaya bernafas
Kolaborasi dalam pemberian oksigen memaksimalkan bernapas dan
tambahan bila diindikasikan. menurunkan kerja napas

c. Resiko tinggi infeksi terhadap ( penyebaran ). Factor resiko ketidak adekuatan


pertahanan utama (penurunan kerja silia).
Tujuan : Tidak terjadi resiko infeksi
Kriteria hasil :
1) Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
2) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi
Intervensi Rasional
Pantau tanda vital dengan ketat,khususnya selama periode waktu ini, potensial
selama awal terapi. terjadi komplikasi

Anjurkan klien untuk memperhatikan meskipun pasien dapat


pengeluaran secret (misalnya menemukan pengeluaran dan
meningkatkan pengeluaran daripada upaya infeksi atau
menelannya) dan melaporkan perubahan menghindarinya, penting bahwa
warna, jumlah dan secret. sputum harus dikeluarkan dengan
cara aman. Perubahan karakteristik
sputum menunjukkan terjadinya
infeksi sekunder.
Dorong teknik mencuci tangan baik menurunkan resiko penyebaran

18
infeksi
Batasi pengunjung sesuai indikasi. menurunkan pajanan terhadap
pathogen infeksi lain.
Kolaborasi berikan antimicrobial sesuai obat ini digunakan untuk
indikasi dengan hasil kultur sputum/darah, membunuh kebanyakan mikrobial
misalnya eritromisin.

d. Nyeri berhubungan dengan agens cidera


Tujuan : mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil : Nyeri berkurang
Inervensi Rasional
Kaji skala nyeri yang dialami klien. mengetahui tingkat skala nyeri
yang di alami klien
Berikan hiburan untuk mengalihkan rasa nyeri dapat berkurang.
nyeri

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor


biologis.
Tujuan : meningkatkan nutrisi dan berat badan menjadi normal.
Kriteria hasil :
1) Berat badan normal
2) Nutrisi terpenuhi
3) Peningkatan nafsu makan
Intervensi Rasional
Pantau berat badan klien timbang berat badan dan catat
peningkatan yang ada.
Berikan makanan yang bernutrisi memenuhi kebutuhan nutrisi klien
kolaborasi dengan nutrien

Berikan makanan yang menarik meningkatkan nafsu makan klien


perhatian klien

19
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Kasus

An. A berusia 4 tahun tinggal bersama orang tuanya ditempat yang padat penduduk.
Ibu klien mengatakan An. A mengalami batuk yang timbul mula-mula malam hari
dan memburuk pada siang hari. Ibu klien mengatakan sputum anaknya sulit keluar.
Setiap kali batuk An. A disertai rasa mual, terkadang sampai muntah. Nafsu makan
An. A menurun karena batuknya semakin hebat, ibunya memutuskan untuk dibawa
ke rumah sakit. Saat dilakukan pengkajian terdengar bunyi nyaring (whoop) saat
inspirasi, sputum/lender kental. Dari hasil pengukuran Tanda Tanda Vital S : 380C,
N : 102 x/mnt, TD : 90/60 mmHg, RR : 32 x/mnt. Muka klien terlihat memerah. Klien
tampak lemas, makanan klien tidak habiskan, klien mengalami penurunan berat badan
dari 16 kg menjadi 13kg saat dilakukan penimbangan.

B. Klasifikasi Data

Data Sujektif Data Objektif


- Klien mengatakan tinggal di daerah - Terdengar bunyi nyaring (whoop)
padat penduduk - Muka klien tampak memerah
- Ibu klien mengatakan anaknya batuk - Sputum/lender kental
yang timbul mula-mula malam hari dan - Makanan klien tidak dihabiskan
memburuk pada siang hari. - Klien tampak lemas
- Ibu klien mengatakan sputum anaknya - Klien mengalami penurunan berat
sulit dikeluarkan bdan 3kg.
- Ibu klien mengatakan nafsu makan - Data penunjang
anaknya menurun S          : 380C
N         : 102 x/mnt
TD       : 90/60 mmHg
RR       : 32 x/mnt

C. Analisa Data

20
Data Problem Etiologi
DS: Bersihan jalan napas Akumulasi secret
- Klien mengatakan tinggal di daerah tidak efektif
padat penduduk
- Ibu klien mengatakan anaknya batuk
yang timbul mula-mula malam hari dan
memburuk pada siang hari.
- Ibu klien mengatakan sputum anaknya
sulit dikeluarkan
DO:
- Terdengar bunyi nyaring (whoop)
- Muka klien tamak memerah
DS: Resiko tinggi infeksi Ketidak adekuatan
- Ibu klien mengatakan sputum anaknya terhadap pertahanan utama
sulit dikeluarkan ( penyebaran ) (penurunan kerja
DO: silia)
- Muka klien tampak memerah
- Sputum/lender kental
- Data penunjang
S          : 380C
N         : 102 x/mnt
TD       : 90/60 mmHg
RR       : 32 x/mnt
DS: Perubahan nutrisi Adanya
- Ibu klien mengatakan nafsu makan kurang dari mual/muntah
anaknya menurun dikarenakan rasa kebutuhan tubuh
mual ketika makan.
DO:
- Makanan klien tidak dihabiskan
- Klien tampak lemas
- Penurunan BB 3kg

D. Perencanaan

21
TUJUAN DAN
DIANGNOSA INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
a. Bersihan jalan Tujuan : 1. Kaji frekuensi/ 1. Takipnea,
napas tidak Status ventilasi saluran kedalaman pernapasan
efektif b/d pernafasan baik, dengan pernafasan dan dangkal,dan
sekresi yang cara mampu gerakan dada. gerakan dada
berlebihan dan membersihkan secret 2. Auskultasi area tak simetriks
kental yang menghambat dan paru sering terjadi
menjaga kebersihan 3. Bantu pasien karena ketidak
jalan nafas. latihan napas nyamanan
Kriteria Hasil : sering. gerakan dinding
1. Rata-rata Tunjukkan/ dada dan/ cairan
pernafasan normal bantu pasien paru
(18-24 x/menit) melakukan 2. Penurunan
2. Sputum keluar batuk, aliran udara
dari jalan nafas misalnya terjadi pada area
3. Pernafasan menekan dada konsulidasi
menjadi mudah dan batuk dengan cairan.
4. Bunyi nafas efektif. Krekes,ronki,da
normal tidak 4. Berikan cairan n mengi
terdengar bunyi sedikitnya terdengar pada
nafas tambahan 2500 ml/hari inspirasi dan/
5. Sesak nafas tidak (kecuali ekspirasi pada
terjadi lagi kontraindikasi) respon terhadap
. Tawarkan air pengumpulan
hangat cairan, secret
daripada dingin 3. Nafas dalam
5. Kolaborasi : memudahkan

pemberian ekspansi
maksimum
obat depresan
paru-paru/jalan
batuk,
napas lebih
ekspektorant
kecil. Batuk
sesuai indikasi.

22
adalah
mekanisme
pembersihan
jalan nafas
alami,
membantu silia
untuk
mempertahanka
n jalan napas
paten.
Penekanan
menurunkan
ketidaknyamana
n dada dan
posisi duduk
memungkinkan
upaya napas
lebih dalam dan
kuat.

4. Cairan
(khususnya
yang hangat)
memobilisasi
dan
mengeluarkan
secret.
5. Untuk
menurunkan
sekresi secret
dijalan napas
dan
menurunkan
resiko

23
keparahan
Resiko tinggi infeksi Tujuan : Tidak terjadi 1. Pantau tanda 1. Selama periode
terhadap ( penyebaran resiko infeksi vital dengan waktu ini,
potensial terjadi
) b/d ketidak Kriteria hasil : ketat,
komplikasi
adekuatan pertahanan 1. Mencapai waktu khususnya 2. Meskipun
utama (penurunan perbaikan infeksi selama awal pasien dapat
menemukan
kerja silia) berulang tanpa terapi.
pengeluaran dan
komplikasi 2. Anjurkan klien upaya infeksi
2. Mengidentifikasi untuk atau
menghindarinya
intervensi untuk memperhatikan
, penting bahwa
mencegah/menurunk pengeluaran sputum harus
an resiko infeksi secret dikeluarkan
(misalnya dengan cara
aman.
meningkatkan Perubahan
pengeluaran karakteristik
daripada sputum
menunjukkan
menelannya)
terjadinya
dan infeksi
melaporkan sekunder.
3. Menurunkan
perubahan
resiko
warna, jumlah penyebaran
dan secret. infeksi
4. Menurunkan
3. Dorong teknik
pajanan
mencuci tangan terhadap
baik pathogen infeksi
4. Batasi lain.
5. Obat ini
pengunjung digunakan
sesuai indikasi untuk
5. Kolaborasi membunuh
kebanyakan
berikan
mikrobial
antimicrobial
sesuai indikasi
dengan hasil

24
kultur
sputum/darah,
misalnya
eritromisin.
Perubahan nutrisi Tujuan : meningkatkan 1. Pantau berat 1. timbang
kurang dari nutrisi dan berat badan badan klien berat badan
kebutuhan tubuh b/d menjadi normal. 2. Berikan dan catat
mual/muntah Kriteria hasil : makanan yang peningkatan
1. Berat badan bernutrisi yang ada.
normal kolaborasi 2. memenuhi
2. Nutrisi terpenuhi dengan nutrient kebutuhan
3. Peningkatan nafsu 3. Berikan nutrisi klien
makan makanan yang 3. meningkatka
menarik n nafsu
perhatian klien makan klien

BAB III
PENUTUP

25
A. Kesimpulan

Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang
rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992).
Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat. Batuk
adalah gejala khas  dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-tiba dan
berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar.
Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara shingga
bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang baru lahir
berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak terdengar.
Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan penderita
sangat kelelahan setelah serangan batuk.

B. Saran
1. Sebagai Mahasiswa dapat memahami apa itu pertusis.
2. Sebagai Mahasiswa diharapkan mampu untuk  melakukan asuhan keperawatan
terhadap penderita pertusis dan difteri pada praktiknya. Karena seringkali pada
penderita pertusis dan difteri disertai dengan komplikasi. Keadaan ini akan
menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, penyakit batuk
rejan dan difteri perlu dicegah. Cara yang paling mudah adalah dengan pemberian
imunisasi bersama vaksin lain yang biasa disebut DPT dan polio.

26

Anda mungkin juga menyukai