Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH INTERVENSI INTEGRITAS KULIT

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Dosen Pengampu :

Emyk Windartik

Ana Zakiyah, M.Kep

Raras Membarwani, S.Kep.,Ns., M.Kes

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 / MOJOKERTO 8

1. AGUNG PRIANTO 202207006


2. TRY YULIS SETIAWATI 202207007
3. CHAMILA ERISTYA 202207012
4. ERRIANIK YULIA HIDAYAH 202207028
5. NUR FARIDHA 202207042
6. NOVITA KURNIA ENDAH YUSANTI 202207059

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul “Makalah
Intervensi Integritas Kulit”

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sitem informasi
keperawatan. Makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ana Zakiyah, S.Kep.,M.Kep selaku Kepala Prodi Keperawatan Universitas Bina


Sehat PPNI Mojoketo
2. Emyk Windartik, Ana Zakiyah, M.Kep, Raras Membarwani, S.Kep.,Ns., M.Kes
selaku dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
3. Bapak/Ibu dosen Universitas Bina Sehat PPNI Mojokerto
4. Rekan-rekan kelompok atas usaha dan kerja kerasnya sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kurang
sempurna. Penulis berharap dengan makalah ini bermanfaat bagi pembaca bagi semua kalangan
dibidang akademis maupun pembaca lainnya.

Sidoarjo, 25 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1 KONSEP
1.1 Definisi...............................................................................................................................1
1.2 Batasan Karakteristik.........................................................................................................1
1.3 Intervensi............................................................................................................................2
BAB 2 KRITISI JURNAL
2.1 Tabel Kritisi Jurnal............................................................................................................4

BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Gangguan Integritas Kulit..................................................................................................8
3.2 Perawatan Luka Terkini.....................................................................................................9

BAB 4 SIMPULAN
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

iii
BAB 1

KONSEP

1.1 Definisi
Menurut SDKI (2016), gangguan integritas kulit/jaringan adalah kerusakan kulit
(dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,
tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligament).
Pengertian integritas kulit mengacu pada kulit sebagai struktur yang utuh dan
sehat dan dalam kondisi tidak rusak atau tidak mengalami gangguan atau kelainan.
Sedangkan gangguan integritas kulit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis. Penampilan kulit dan
integritas kulit dipengaruhi oleh faktor internal seperti genetika, usia, dan kesehatan serta
faktor eksternal seperti aktivitas. Selain itu, nutrisi yang buruk juga dapat mengganggu
penampilan atau integritas dan fungsi kulit (Pangaribuan et al., 2022).

1.2 Etiologi
Dalam (SDKI DPP PPNI, 2016), penyebab gangguan integritas kulit/jaringan
yaitu :
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3. Kelebihan/kekurangan volume cairan
4. Penuruna mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrem
7. Faktor mekanis (mis. penekanan pada tonjolan tulang,gesekan) atau faktor elektris
(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
8. Efek samping terapi radiasi
9. Kelembaban
10. Proses penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi

1
13. Perubahan hormonal
14. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas
jaringan

1.3 Batasan Karakteristik

Batasan karakteristik mayor untuk kerusakan integritas kulit harus terdapat


gangguan jaringan pada lapisan epidermis atau dermis. Indikasi kulit yang utuh dan
bagus selalu mengacu pada adanya kulit yang normal dan lapisan kulit yang tidak
mengalami gangguan akibat luka (Pangaribuan et al., 2022).
Sedangkan untuk batasan karakteristik atau biasa dikatakan tanda dan gejala pada
gangguan integritas kulit/jaringan adalah :
1. Tanda dan gejala mayor : kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit (objektif)
2. Tanda dan gejala minor : nyeri, perdarahan, kemerahan dan hematoma.

Menurut Aziz Alimul (2008) beberapa masalah yang dapat terjadi kerusakan integritas kulit
adalah :

a. Pendarahan, ditandai dengan adanya pendarahan disertai perubahan tanda vital seperti
kenaikan denyut nadi, kenaikan pernapasan, penurunan tekanan darah, melemahnya kondisi
tubuh, kehausan, serta keadaan kulit yang dingin dan lembab.

b. Infeksi, terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan, demem atau panas, rasa nyeri
dan timbul bengkak, jaringan di sekitar luka meneras, serta adanya kenaikan leukosit.

c. Dehiscene, merupakan pecahnya luka sebagian atau seluruhnya yang dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, sepertikegemukan, kekurangan nutrisi, terjadi trauma, dan lain-lain. Sering
ditandai dengan kenaikan suhu tubuh ( demam ), takikardia,dan rasa nyeri pada daerah luka.

d. Eviceration, yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam ke arah luar melalui luka. Hal ini
dapat terjadi luka tidak segera menyatu dengan baik atau akibat proses penyembuhan yang
lambat

2
1.4 Pathway

1.3 Intervensi
Menurut (SIKI DPP PPNI, 2018), terdapat intervensi utama dan pendukung dalam
diagnose gangguan integritas kulit/jaringan. Intervensi utama yaitu perawatan integritas
kulit dan perawat luka. Sedangkan pada intervensi pendukung terdapat berbagai macam
intervensi yaitu : dukungan perawatan diri, edukasi perawatan diri, edukasi perawatan
kulit, edukasi perilaku upaya kesehatan, edukasi pola perilaku kebersihan, edukasi

3
program pengobatan, konsultasi, latihan tentang gerak, manajemen nyeri, pelaporan
status kesehatan, pemberian obat, pemberian obat (intradermal, intramuscular, intravena,
obat kulit, obat subkutan, obat topical), penjahitan luka, perawatan area insisi, perawatan
imobilisasi, perawatan kuku, perawatan luka bakar, perawatan luka tekan, perawatan
pasca seksio seksaria, perawatan skin graft, teknik latihan penguatan otot dan sendi,
terapi lintah dan skrining kanker.

Perawatan Luka (I.14564) :

Definisi : Mengidentifikasi dan meningkatkan penyembuhan luka serta mencegah


terjadinya komplikasi luka

Tindakan :
Observasi
- Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi

Teraputik
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement (mis. Enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika
perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
-
-
-
-

4
- TINJAUANA ASUHAN KEPERAWATAN
- A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin,agama, pendidikan, pekerjaan,
golongan darah, alamat, tanggal MRS
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat, hubungan
dengan klien
2. Keluhan Utama
a. Keluhan Utama saat MRS
Adanya luka, nyeri, kemerahan,perdarahan dan hematoma
b. Keluhan Utama saat pengkajian
Adanya luka, nyeri, kemerahan, perdarahan dan hematoma

3. Diagnosa Medis
Berisi tentang diagnosa penyakit klien
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang keluhan utama saat perawat melakukan pengkajian
b. Riwayat Kesehatan Yang lalu
Berisi tentang riwayat penyakit yang lalu yang ada hubungannya dengan
penyakit sekarang
c. Riwayat kesehatan Keluarga
Berisi riawayat penyakit keluarga yang ada hubungannya dengan penyakit
sekarang
5. Riwayat Pola Fungsi Kesehatan Klien
a. Pola persepsi- manajemen Kesehatan
Persepsi pasien ini biasanya mengarah pada pemikiran negative terhadap dirinya
yang cenderung tidak patuh berobat dan perawatan
b. Pola nutrisi Metabolisme

5
c. Pola Eliminasi
d. Pola Latihan aktivitas
e. Pola Kognitif Perseptual
f. Pola Istirahat Tidur
g. Pola Konsep Diri- Persespsi Diri
h. Pola Peran dan Hubungan
i. Pola Reproduksi/ Seksual
j. Pola Pertahanan Diri
k. Pola keyakinan dan Nilai
6. Pemeriksaan Fisik

7.

6
BAB 2

KRITISI JURNAL

2.1 Tabel Kritisi Jurnal

NO KOMPONEN URAIAN
1 Judul Efektivitas Perawatan Luka Modern Dan Konvensional
Terhadap Proses Penyembuhan Luka Diabetik
2 Peneliti, tahun, jurnal Muhammad Irwan , Indrawati , Maryati, Risnah,
terbit Salmah Arafah (2022)
3 Introduction Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan
(Pengenalan masalah) metabolisme karbohidrat yang berlangsung kronis,
Angka penderita diabetes melitus di dunia tercatat 382
juta jiwa menderita penyakit ini pada 2013 dan
diperkirakan jumlahnya akan meningkat secara
signifikan menjadi 592 juta jiwa pada tahun 2035.
Prevalensi kejadian ulkus kaki diabetes pada penderita
diabetes melitus adalah antara 17-23% dan
diestimasikan seumur hidup penderita dapat mengalami
ulkus kaki hingga 25%. 15-30%. Penatalaksanaan pada
ulkus kaki diabetik secara komprehensif diperlukan
dalam manajemen luka diabetik agar fase penyembuhan
ulkus tidak memanjang dan tidak terjadi komplikasi.
Prinsip dari produk perawatan luka modern adalah
menjaga kehangatan dan kelembaban lingkungan sekitar
luka untuk meningkatkan penyembuhan luka dan
mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan
kematian sel. Didalam teknik perawatan luka
konvensional tidak mengenal perawatan luka lembab,
kasa biasanya lengket pada luka karena luka dalam
kondisi kering.
4 Goal (tujuan) Penelitian ini bertujuan menganalisis efektifitas

7
perawatan luka modern dan konvensional terhadap
penyembuhan luka diabetikum
5 Methodology (desain, Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi
populasi, sampling, experiment dengan rancangan pre-test post-test control
sample, instrument, uji, group design. Desain penelitian ini bertujuan untuk
dll) mengetahui efek intervensi yang diberikan terhadap
variabel dependen. Sampel dalam penelitian ini adalah
Pasien diabetes melitus dengan ulkus /luka diabetic pada
grade 2-4 dengan dasar luka bervariasi dan dalam proses
penyembuhan. Teknik pengambilan sampel
menggunakan nonprobability sampling dengan metode
consecutive sampling. Subjek pada penelitian ini terdiri
dari 2 kelompok, yaitu kelompok 1 (intervensi) yang
diberikan perlakuan moist dressing, kelompok 2 atau
control (perawatan luka konvensional)
6 Result 1. Rata-rata pasien berumur 54,25 tahun pada
kelompok balutan modern dengan Indeks Massa
Tubuh 20,29 dengan lama menderita DM 2 -6
Tahun, sedangkan pada balutan konvensional 47,5
tahun dengan lama menderita DM 3, 50 Tahun
dengan IMT minimal 18 dan maksimal 30.
2. rata-rata Penyembuhan luka pada perawatan pertama
dengan teknik balutan modern sebesar 39,25 dan
mengalami penurunan setelah perawatan luka ketiga
dengan rata-rata 33.56 dengan nilai minimal 27 dan
nilai maksimal 45 berdasarkan hasil observasi
instrument luka BJWAT.sedangkan nilai rata-rata
perawatan luka pertama dengan metode
konvensional 40.06 dan 39.00 pada perawatan luka
ke tiga dengan nilai minimal 32 dan nilai maksimal
51.

8
3. Adanya perbedaan rerata selisih skor perkembangan
perbaikan luka yang signifikan (ρ=0,002) pada dua
Kelompok.
7 Discuss Rata-rata skor BJWAT pada balutan konvensional dan
balutan modern mengalami penurunan, dimana pada
balutan modern adalah kelompok yang paling besar
mengalami penurunan skor BJWAT dengan nilai rerata
39.00. Hal utama yang dapat menghambat proses
perkembangan luka adalah menurunnya faktor
pertumbuhan dan tidak seimbangnya antara enzim
proteolitik dan inhibitornya. Perawatan luka yang
diberikan pada pasien harus dapat meningkatkan proses
perkembangan luka. Perawatan yang diberikan bersifat
memberikan kehangatan dan lingkungan yang lembab
pada luka.
Balutan modern memiliki prinsip kerja dengan menjaga
kelembaban dan kehangatan area luka. Jenis balutan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alginet,
Hidrofiber, Hidrogel. Pada luka dengan exudasi sedang
sampai tinggi dan luka basah dengan terowongan yang
dalam digunakan Alginet. Sedangkan pada luka yang
basah dan luka yang cenderung kering digunakan
Hidrogel (Duoderm gel®). Gel yang terbentuk pada
luka mudah dibersihkan dan dapat memberikan
lingkungan yang lembab pada luka. Kondisi ini dapat
meningkatkan proses angiogenesis, proliferasisel,
granulasi dan epitelisasi.
Prinsip balutan modern dan konvensional sama yaitu
menjaga kelembaban, kehangatan dan mencegah dari
trauma. Namun balutan tradisional kurang dapat
menjaga kelembaban karena NaCl akan menguap

9
sehingga kasa menjadi kering. Kondisi kering
menyebabkan kasa lengket pada luka sehingga mudah
terjadi trauma ulang. Kekurangan kasa dalam menjaga
kelembaban lingkungan luka menyebabkan masa
perawatan luka yang memanjang. Balutan modern
adalah pilihan yang baik untuk meningkatkan proses
perkembangan luka. Balutan Modern Perawatan luka
menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal
sebagai metode modern dressing.
8 Conslusion Perawatan luka konvensional dapat mempertahankan
kelembaban luka tetapi proses penyembuhan luka lebih
lambat di bandingkan perawatan luka modern. Terdapat
perbedaan rerata penyembuhan luka pada balutan
modern dibandingkan perawatan luka konvensional.
Perawatan luka Modern Moist dressing memiliki hasil
yang paling signifikan dalam penyembuhan ulkus kaki
diabetik dibandingkan dengan perawatan luka
konvensional.

2.1

10
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Gangguan Integritas Kulit


Diabetes mellitus (DM) adalah merupakan salah satu penyakit penyebab gangguan
integritas kulit. Diabetes mellitus (DM) termasuk penyakit gangguan metabolisme
karbohidrat yang berlangsung kronis, yang pada suatu saat dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang bersifat kronis. Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai dengan gangguan metabolik di dalam tubuh yang berkaitan dengan dua hal
penting yaitu kadar glukosa darah dan insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar
glukosa darah yang dihasilkan dari kegagalan dalam produksi insulin, aksi insulin, atau
keduanya. Diabetes melitus diklasifikasikan sebagai penyakit tunggal, tetapi penanganan
yang tidak tepat pada penderita diabetes melitus akan mengakibatkan berbagai komplikasi
sekunder seperti disfungsi ginjal, kelainan jantung, retinopati diabetik, neuropati, dan
aterosklerosis (Irwan et al., 2022).
Komplikasi lain yang paling sering terjadi pada penderita diabetes melitus adalah
neuropati khususnya tipe polineuropati sensorik menyebabkan penurunan sensibilitas
terhadap nyeri, tekanan, dan suhu sehingga pasien neuropati beresiko mengalami cidera dan
infeksi pada kaki tanpa diketahui. Ulkus kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi yang
paling serius dan dapat menyebabkan kecacatan pada penderita diabetes melitus. Terjadinya
ulkus kaki diabetik merupakan representasi dari neuropati. Salah satu penyebab dari ulkus
kaki diabetik adalah penurunan sirkulasi perifer yang sangat dipengaruhi oleh tingginya
kadar glukosa darah dan berhubungan erat dengan penyakit arterial perifer. Sirkulasi perifer
yang menurun akan menyebabkan kematian jaringan dan iskemik yang beresiko menjadi
ulkus kaki diabetik (Irwan et al., 2022). Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien
diabetik yang melibatkan gangguan pada saraf peripheral dan autonimik. Luka diabetik
adalah luka yang terjadi karena adanya kelainan pada saraf, kelainan pembuluh darah dan
kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak diatasi dengan baik, hal itu akan berlanjut
menjadi pembusukan bahkan dapat diamputasi (Nugraheni Sri Sulistyo Wardhani, Rosyida
and H.R, 2020). Prevalensi kejadian ulkus kaki diabetes pada penderita diabetes melitus
adalah antara 17-23% dan diestimasikan seumur hidup penderita dapat mengalami ulkus kaki

11
hingga 25%. 15-30% disebabkan karena tindakan amputasi. angka kematian pada 1 tahun
pasca amputasi sebesar 14,8% dan akan meningkat pada 3 tahun pasca amputasi sebesar
37%.
Menurut data peneliti dari data subjektif, luka yang lama sembuh terjadi karena
tingginya kadar glukosa yang ada dalam tubuh klien, tingginya kadar gula tersebut
disebabkan oleh proses autoimun. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien
akan mengalami polifagia dan kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan
lemas. Dari data objektif menurut peneliti: hal itu terjadi karena infeksi yang lama, invasi
kuman tersebut mengakibatkan luka meluas dan luka menjadi berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan DM dengan neuropati perifer (Nugraheni
Sri Sulistyo Wardhani, Rosyida and H.R, 2020).

3.2 Perawatan Luka Terkini

Penatalaksanaan gangguan integritas jaringan pada pasien diabetes mellitus dibagi


menjadi penatalaksanaan medis dan tindakan keperawatan. Penatalaksanaan medis
digunakan untuk memberikan terapi pada penyakit diabetes mellitus (Nugraheni Sri Sulistyo
Wardhani, Rosyida and H.R, 2020). Intervensi yang diberikan pada klien dengan diagnosa
keperawatan gangguan integritas jaringan meliputi ganti balutan agar luka tetap bersih,
monitor karakteristik luka termasuk drainase, warna, ukuran dan bau untuk mengetahui
keadaan luka, ukur luas luka yang sesuai, bersihkan dengan normal saline atau pembersihan
yang tidak beracun seperti cairan rl, dan tepat untuk mengurangi terjadinya infeksi, berikan
perawatan pada ulkus pada kulit yang diperlukan untuk mencegah perluasan ulkus, oleskan
salep yang sesuai dengan lesi, pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan
luka dengan tepat agar tetap steril. Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase,
reposisi pasien setidaknya 2 jam dengan tepat, anjurkan pasien dan keluarga pada prosedur
perawatan, anjurkan pasien dan keluarga mengenal tanda – tanda infeksi, dokumentasi
ukuran luka, lokasi dan tampilan (Nugraheni Sri Sulistyo Wardhani, Rosyida and H.R, 2020).
Penatalaksanaan pada ulkus kaki diabetik secara komprehensif diperlukan dalam
manajemen luka diabetik agar fase penyembuhan ulkus tidak memanjang dan tidak terjadi
komplikasi. Teknik perawatan luka saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat
pesat, dimana perawat luka sudah menggunakan modern dressing. Produk perawatan luka

12
modern memberikan kontribusi yang sangat besar untuk perbaikan pengelolaan perawatan
luka khususnya pada luka kronis seperti luka diabetes (Irwan et al., 2022).
Prinsip dari produk perawatan luka modern adalah menjaga kehangatan dan
kelembaban lingkungan sekitar luka untuk meningkatkan penyembuhan luka dan
mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan kematian sel. Kondisi yang lembab pada
permukaan luka dapat meningkatkan proses perkembangan perbaikan luka, mencegah
dehidrasi jaringan dan kematian sel. Kondisi ini juga dapat meningkatkan interaksi antara sel
dan faktor pertumbuhan. Oleh karena itu balutan harus bersifat menjaga kelembaban dan
mempertahankan kehangatan pada luka. Balutan modern memiliki prinsip kerja dengan
menjaga kelembaban dan kehangatan area luka. Jenis balutan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Alginet, Hidrofiber, Hidrogel. Pada luka dengan exudasi sedang sampai
tinggi dan luka basah dengan terowongan yang dalam digunakan Alginet. Sedangkan pada
luka yang basah dan luka yang cenderung kering digunakan Hidrogel (Duoderm gel). Gel
yang terbentuk pada luka mudah dibersihkan dan dapat memberikan lingkungan yang lembab
pada luka. Kondisi ini dapat meningkatkan proses angiogenesis, proliferasisel, granulasi dan
epitelisasi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 16 responden telah terbukti dapat menjaga
ulkus tetap dalam kondisi lembab seperty halnya pembalut luka hydrocolloid , ketika ada
kontak antara hydrocolloid dan eksudat luka maka akan memfasilitasi terjadinya debridement
autolitik (Irwan et al., 2022).
Dressing dengan menggunakan konsep lembab ini dapat dlikaukan perawatan luka
sekali dalam 3-5 hari. Prinsip umunya sama yaitu dengan pencucian dan pembersihan area
luka menggunakan NaCl, perbedaan terletak pada balutan yang dipakai. Perawatan luka
konvensional harus sering mengganti kain kassa atau balutan luka sedangkan perawatan luka
modern mempunyai prinsip menjaga kelembapan luka (Maria Agustina Making et al., 2022).
Balutan konvensional merupakan balutan luka yang menggunakan kasa sebagai balutan
utama. Balutan ini termasuk material pasif dengan fungsi utamanya sebagai pelindung,
menjaga kehangatan dan menutupi penampilan yang tidak meyenangkan. Disamping itu
balutan kasa juga dipakai untuk melindungi luka dari trauma, mempertahankan area luka,
atau untuk penekanan luka dan area sekitar luka dan mencegah kontaminasi bakteri (Irwan et
al., 2022).

13
Prinsip balutan modern dan konvensional sama yaitu menjaga kelembaban,
kehangatan dan mencegah dari trauma. Namun balutan tradisional kurang dapat menjaga
kelembaban karena NaCl akan menguap sehingga kasa menjadi kering. Kondisi kering
menyebabkan kasa lengket pada luka sehingga mudah terjadi trauma ulang. Kekurangan kasa
dalam menjaga kelembaban lingkungan luka menyebabkan masa perawatan luka yang
memanjang. Balutan modern adalah pilihan yang baik untuk meningkatkan proses
perkembangan luka. Balutan Modern Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance
ini dikenal sebagai metode modern dressing. Adanya lingkungan luka yang kelembabannya
seimbang dapat mem- fasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks
nonseluler yang sehat (Irwan et al., 2022).
4.

14
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Gangguan integritas kulit/jaringan adalah kerusakan kulit (dermis dan/atau
epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi dan/atau ligament). Dengan batasan karakteristiknya yaitu kerusakan jaringan
dan/atau lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan dan hematoma. Intervensi utama yang
dapat dilakukan untuk diagnosa gangguan integritas kulit adalah perawatan luka.
Terdapat beberapa metode perawatan luka yang berkembang hingga saat ini yaitu
metode konvensional dan modern dengan prinsip yang sama yaitu menjaga kelembaban dan
dengan pencucian dan pembersihan area luka menggunakan NaCl, perbedaan terletak pada
balutan yang dipakai. Jenis balutan yang digunakan dalam teknik modern adalah Alginet,
Hidrofiber, Hidrogel sedangkan pada teknik konvensional dengan kompres NaCl.
Perawatan luka konvensional dapat mempertahankan kelembaban luka tetapi proses
penyembuhan luka lebih lambat di bandingkan perawatan luka modern. Terdapat perbedaan
rerata penyembuhan luka pada balutan modern dibandingkan perawatan luka konvensional.
Perawatan luka Modern Moist dressing memiliki hasil yang paling signifikan dalam
penyembuhan ulkus kaki diabetik dibandingkan dengan perawatan luka konvensional.

15
DAFTAR PUSTAKA

Irwan, M. et al. (2022) ‘Efektivitas perawatan luka modern dan konvensional terhadap proses
penyembuhan luka diabetik’, Jurnal Ilmiah Mappaddis, 4, pp. 237–245. Available at:
http://ojs.lppmuniprima.org/index.php/mappadising/article/download/291/240/.

Maria Agustina Making, S. K. N. M. K. et al. (2022) Perawatan Luka dan Terapi


Komplementer. Media Sains Indonesia. Available at: https://books.google.co.id/books?
id=cLp%5C_EAAAQBAJ.

Nugraheni Sri Sulistyo Wardhani, Rosyida, I. and H.R, I. M. (2020) ‘Asuhan Keperawatan Pada
Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Gangguan Integritas Jaringan’, Jurnal
Keperawatan, 1(1), pp. 20–27.

Pangaribuan, S. M. et al. (2022) Konsep Dasar Praktik Keperawatan Profesional. Yayasan Kita
Menulis. Available at: https://books.google.co.id/books?id=5UdxEAAAQBAJ.

SDKI DPP PPNI, T. P. (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.

SIKI DPP PPNI, T. P. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 2nd edn. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.

16

Anda mungkin juga menyukai