Anda di halaman 1dari 13

REFARAT

PERTUSIS
Disusun oleh :
EVI YUSRARI
11777004
Pembimbing : dr. Nurhaedah T Sp.A
dr. Irwansyah
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
2016
Definisi
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang
disebabkan oleh Bordetella pertussis disebut
juga batuk rejan/batuk 100 hari/ whooping
cough.
Epidemiologi

Merupakan penyakit endemik dgn


siklus endemik setiap 3-4 thn

Di negara berkembang terutama Bayi


tanpa imunisasi

Anak usia < 5 tahun dgn imunokompromais

Di Indonesia angka kejadian pertusis jarang


ditemukan berkat terselenggaranya program
Imunisasi
Etiologi
• Genus Boredetela, mempunyai 4 spesies: B.pertusis, B.
parapertusis, B.bronkiseptika, B. avium
• Bordetela pertusis termasuk kokobasilus, gram (-), kecil,
ovoid, panjang 0,5-1 um, diameter 0,2-0,3 um, tidak
bergerak, tidak berspora masa inkubasi sekitar 6 hari.
• Dengan pewarnaan toloidin biru, dapat terlihat granula
bipolar metakromatik dan mempunyai kapsul
• Bisa didapatkan dengan swab pada daerah nasofaring
penderita pertusis dan kemudian ditanam pada agar media
Bordet – Gengou
Patogenesis

 Kuman setelah ditularkan melalui sekresi


udara pernafasan  melekat pada silia
epitel pernapasan
 Mekanisme patogenesis melalui 4 tingkatan:
 Perlekatan
 perlawanan mekanisme pertahanan
penjamu
 kerusakan local
 akhirnya timbul penyakit sistemik
 Setelah perlekatan B. pertusis pd
sillia→bermultiplikasi dan menyebar
keseluruh permukaan epitel pernafasan
(tdk invasif)→tdk terjadi bakteremia
 Slama pertumbuhan
B.pertusis→menghasilkan pertusis toksin
→menyebabkan whooping cough
3 Tahapan Gejala Klinis

Stadium Kataral • Ditandai dengan adanya batuk-batuk ringan, terutama


1-2 mgg pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan demam
ringan. Stadium ini menyerupai influenza.

• Batuk keras terus-menerus yang diawali inspirasi


memanjang (whoop)
Stadium • Batuk pada fase ekspirasi & diakhiri muntah
Paroksismal • Pola batuk terjadi pada ekspirasi karena sulitnya
1-6 mgg membuang mukus & sekret tebal yang menempel pada
epitel saluran napas
• Perdarahan subkonjungtiva

Stadium
konvalesensi • Batuk berkurang
(Tahap • Muntah berkurang
Penyembuhan • KU membaik
Bbrp mgg – bln)
DIAGNOSIS

• Riwayat kontak, adanya paroksismal dan bunyi whoop yang jelas,


Anamnesis adanya batuk lebih dari 2 minggu, riwayat imunisasi

• Biakan apusan sekret nasofaring (pada stadium kataralis & awal


stadium paroksismal) Media Bordet-Gengou
Pemeriksaan • Lekositosis dengan limfositosis absolut (pada akhir stadium kataralis
Laboratorium & selama selama paroksismal)
• Serologi (Elisa).

Pemeriksaan • Infiltrat perihiler, atelektasis, emfisema


Radiologi
(Foto Torax)
Diagnosis banding

 Pada bayi: bronkhiolitis, pneumonia bakterial,


kistik fibrosis, TB, benda asing
 InfeksiB. parapertusis, B. bronkiseptika dan
adenovirus dapat menyerupai sindrom klinis
B. pertusis  dibedakan dengan isolasi
kuman.
Pengobatan

 Eritromisin 50 mg/kgBB/hari atau ampisilin 100


mg/kgBB/hari mengeliminasi organisme
nasofaring selama 5-7 hari
 Terapi suportif: hindari serangan batuk, hidrasi
dan nutrisi, oksigen, pengisapan lendir
 Betametasol dan salbutamol mencegah
obstruksi, mengurangi batuk, dan lama whoop
 Imunoglobulin pertusis  tdk dianjurkan
Pencegahan

 Imunisasi
 1. imunisasi pasif: tidak efektif  tidak dianjurkan
 2. imunisasi aktif: dari kuman yang telah
dimatikan, diberikan bersama difteri dan tetanus,
dosis 12 IU, 3 kali sejak 2 bulan, jarak 8 minggu.
Prognosis

 Tergantung usia, anak lebih tua prognosis lebih


baik
 Risiko kematian bayi 0,5-1% karena ensefalopati
 Observasi jangka panjang: apnea atau kejang
sebabkan gangguan intelektual di kemudian hari
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai