Anda di halaman 1dari 31

TUBERKULOSIS PARU

OLEH:
Reza Faisal Muttaqien
201010330311056

PEMBIMBING:
dr. Hamida Sp.P
446/1677/419.41/2010
DEFINISI TUBERKULOSIS

Tuberkulosis (TB):
- Penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis)

- Sebagian besar kuman TB menyerang


paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya
(Depkes RI, 2006)
Gambaran Paru pada penderitaTB
Etiologi

Penyebab TB Paru adalah bakteri Mycobacterium


tuberculosis
Mempunyai ciri dan sifat :
• Bentuk batang
• Tahan terhadap asam pewarnaan
• Cepat mati dengan sinar matahari
langsung
• Dapat bertahan hidup ditempat gelap
dan lembab.
(Daniel, 1999; Bahar, 2007; PDPI, 2006)

4
Cara Penularan TB

Sumber penularan  pasien TB BTA positif.

Saat batuk atau bersin  menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk


droplet nuclei. Sekali batuk  3000 percikan dahak.

Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam


keadaan yang gelap dan lembab.

Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh


banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.

Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB  konsentrasi


percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Epidemiologi

Indonesia urutan ketiga terbanyak di dunia


setelah India dan Cina.
Setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru
dengan kematian sekitar 91.000 orang.
Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009
adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB
terjadi pada lebih dari 70% usia produktif
(15-50 tahun).
(WHO, 2010)
PATOGENESIS

(Depkes RI, 2006 & PDPI, 2006)


Diagnosis

• Diagnosis ditegakkan dengan melakukan:

- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Biakan
MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala respiratorik
 batuk > 3  minggu
 batuk darah
 sesak napas
 nyeri dada
2. Gejala sistemik
 Demam
 gejala sistemik lain adalah anemi, malaise, keringat
malam, anoreksia dan berat badan menurun

3. Gejala tuberkulosis ekstraparu


 pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar
getah bening
PEMERIKSAAN FISIK

 Terdapat retraksi otot-otot interkostal.


 Paru yang sakit akan terlihat tertinggal dalam pernapasan
 perkusi memberikan suara pekak
 auskultasi memberikan suara yang lemah sampai tidak
terdengar sama sekali, terkadang terdapat ronki.
 pembesaran kelenjar getah bening, umumnya dileher
terkadang didapatkan di ketiak. Pembesaran kelenjar
tersebut dapat menjadi “cold abscess”.

(Bahar, 2007 & PDPI, 2006)


Pemeriksaan Radiologi

• Pada awal penyakit saat lesi masih menyerupai


sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologinya
berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan
batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi
jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan
dengan batas yang tegas dan disebut tuberkuloma
(Depkes RI, 2006)
Pemriksaan Bakteriologi

Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi dapat berasal dari
dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan
bronkus, bilasan lambung, kurasan bronko-alveolar, urin,
feses dan jaringan biposi.
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktu / spot (dahak sewaktu kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktu / spot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.
Flow Chart Dx TB Paru
Uji Mantoux

Berdasarkan hal tersebut, hasil tes Mantoux dibagi dalam:


 Indurasi 0 – 5 mm : Mantoux negatif
 Indurasi 6 – 9 mm : hasil meragukan
 Indurasi 10 – 15 mm : Mantoux positif
 Indurasi lebih dari 15 mm : Mantoux positif kuat
Untuk pasien dengan HIV positif, test Mantoux ± 5 mm,
dinilai positif.
KLASIFIKASI

1. Tuberkulosis Paru
2. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis Paru

 Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak ( BTA )


 TB Paru BTA (+); Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak BTA (+), hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak BTA
(+) dan kelainan radiologi tuberkulosis aktif, hasil
pemeriksaan 1 spesimen dahak BTA (+) dan biakan (+).
 TB Paru BTA (-); Hasil pemeriksaan dahak 3 kali BTA (-),
gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukan
tuberkulosis aktif, hasil pemeriksaan dahak 3 kali BTA (-)
dan biakan (+)
Berdasarkan Kategori Pasien

KATEGORI PASIEN
Kasus baru TB paru dahak positif; kasus
baru TB paru dahak negatif dengan
I
kelainan luas di paru; kasus baru TB
ekstra-pulmonal berat

Kambuh, dahak positif; pengobatan gagal;


II
pengobatan setelah terputus
Kasus baru TB paru dahak negatif (selain
III dari kategori I); kasus baru TB ekstra-
pulmonal yang tidak berat
IV Kasus kronis (dahak masih positif setelah
menjalankan pengobatan ulang)
Tuberkulosis Ekstra Paru

• Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis


yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya kelenjar getah bening, selaput otak,
tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur
positif atau patologi anatomi dari tempat lesi.
Sasaran & Tujuan Penatalaksanaan TB

• Sasaran pengobatan TB paru


– meringankan tanda dan gejala TB paru serta
membersihkan M. tuberculosis.

• Tujuannya:
 mengidentifikasi kasus baru TB paru,
 mengisolasi pasien TB positif
 mengatasi secara cepat tanda dan gejala yang muncul,
 meningkatkan kepatuhan pasien selama pengobatan,
 menyembuhkan pasien secepat mungkin
Macam Farmakologi

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah


 INH
 Rifampisin
 Pirazinamid
 Streptomisin
 Etambutol
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
 Kanamisin
 Amikasin
 Kuinolon
Jenis dan dosis OAT

Obat Dosis Dosis yg dianjurkan Dosis Dosis (mg) / berat


(Mg/Kg Maks badan (kg)
BB/Hari) (mg)
Harian Intermitten < 40 40-60 >60
(mg/kgBB/hari) (mg/Kg/BB/kali)

R 8-12 10 10 600 300 450 600


H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35   750 1000 1500

E 15-20 15 30   750 1000 1500

Sesuai
S 15-18 15 15 1000 BB 750 1000
Paduan pengobatan TB alternatif
Kategori
 Pasien TB Fase awal
pengobatan TB Fase lanjutan
(setiap hari / 3 x seminggu)

Kasus baru TB paru dahak positif; kasus baru TB paru 6 HE

dahak negatif dengan kelainan luas di paru; kasus baru  


2 RHZE /2SHRZ
I TB ekstra-pulmonal berat 4 RH
 
   

  4 H3 R 3

Kambuh, dahak positif; pengobatan gagal; pengobatan


2 SRHZE + 1 HRZE
II setelah terputus 5 RHE
 
 

4 RH

 
Kasus baru TB paru dahak negatif (selain dari kategori 2 RHZE
III 6RHE
I); kasus baru TB ekstra-pulmonal yang tidak berat  
 

4R3H3

TIDAK DIPERGUNAKAN
Kasus kronis (dahak masih positif setelah menjalankan
IV (merujuk ke penuntun WHO guna pemakaian obat lini
pengobatan ulang)
kedua yang diawasi pada pusat-pusat spesialis)
OAT Kategori 1 Kombinasi Dosis Tetap

Berat badan Tahap Intensif tiap hari selama 56 Tahap Lanjutan 3x seminggu selama

hari 16 minggu

RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 4KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT

> 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT


OAT Kategori 2 Kombinasi Dosis Tetap

Tahap Intensif tiap hari RHZE Tahap Lanjutan3x seminggu

Berat (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E (400)

badan

Selama 58 hari Selama 28 hari Selama 2 Minggu

2 tab 4KDT + 500mg 2 tab 2KDT + 2 tab


30 – 37 kg 2 tab 4KDT
Streptomisin inj Etambutol

3 tab 4KDT + 750mg 3 tab 2KDT + 3 tab


38 – 54 kg 3 tab 4KDT
Streptomisin inj Etambutol

4 tab 4KDT + 1000mg 4 tab 2KDT + 4 tab


55 – 70 kg 4 tab 4KDT
Streptomisin inj Etambutol

5 tab 4KDT + 1000mg 5 tab 2KDT + 5 tab


> 71 kg 5 tab 4KDT
Streptomisin inj Etambutol
Jenis OAT Sifat Keterangan
Isoniazid (H) Bakterisid Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif,

terkuat yaitu kuman yang sedang berkembang. Mekanisme kerjanya adalah

menghambat cell-wall biosynthesis pathway

Rifampisin (R) bakterisid Rifampisin dapat membunuh kuman semi-dormant (persistent) yang

tidak dapat dibunuh oleh Isoniazid. Mekanisme kerjanya adalah

menghambat polimerase DNA-dependent ribonucleic acid (RNA) M.

Tuberculosis
 

Pirazinamid (Z) bakterisid Pirazinamid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Obat ini hanya diberikan dalam 2 bulan pertama

pengobatan.

Streptomisin (S) bakterisid obat ini adalah suatu antibiotik golongan aminoglikosida dan bekerja

mencegah pertumbuhan organisme ekstraselular.

Etambutol (E) bakteriostatik -


Efek Samping
Jenis Obat Ringan Berat
tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, Hepatitis, ikhterus
kesemutan, nyeri otot dan gangguan kesadaran.
Kelainan yang lain menyerupai defisiensi piridoksin
(pellagra) dan kelainan kulit yang bervariasi antara
lain gatal-gatal. Efek dapat dikurangi dengan
Isoniazid (H) pemberian piridoksin 100mg/hr atau Vit.B
kompleks
 

gatal-gatal kemerahan kulit, sindrom flu, sindrom Hepatitis atau ikterik, sindrom respirasi yang ditandai
perut, myalgia. Warna merah pada air seni, dengan sesak nafas, kadang disertai dengan kolaps
keringat, air mata, dan saliva. atau renjatan (syok), purpura, anemia hemolitik yang
Rifampisin (R)
akut, gagal ginjal. Pada kondisi tersebut pengobatan
 
harus dihentikan.

Reaksi hipersensitifitas : demam, mual dan Hepatitis, nyeri sendi, serangan arthritis gout. Dapat
Pirazinamid (Z)
kemerahan berikan (aspirin)
 
   
Gangguan penglihatan berupa berkurangnya Buta warna untuk warna merah dan hijau. Kembali
ketajaman penglihatan normal jika beberapa minggu dihentikan. Jangan
Etambutol (E)
berikan pada anak untuk menghindari resiko
 
kebutaan.

Reaksi hipersensitifitas : demam, sakit kepala, Kerusakan saraf VIII yang berkaitan dengan
muntah dan eritema pada kulit keseimbangan dan pendengaran. Dapat dipulihkan
dengan pengentian pengobatan atau dosis dikurangi
Streptomisin (S)
0,25gr untuk menghindari resiko kehilangan
 
keseimbangan dan tuli.
Terapi TB Pada Kehamilan dan Menyusui

• OAT harus tetap diberikan pada ibu hamil


kecuali streptomisin karena dapat menembus
plasenta yang menyebabkan gangguan
pendengaran janin, sedangkan pada ibu
menyusui OAT dan ASI dapat tetap diberikan
meskipun beberapa OAT dapat masuk
kedalam ASI namun dengan konsentrasi
rendah dan tidak menyebabkan toksik pada
bayi.
Terapi TB pada gagal ginjal

• Sebaiknya menghindari penggunaan


etambutol, karena waktu paruhnya
memanjang dan terjadi akumulasi etambutol.
Dalam keadaan sangat diperlukan, etambutol
dapat diberikan dengan pengawasan kreatinin.
Hindari juga pemberian Streptomisin,
kinamisin, dan kapreomisin. Sedapat mungkin
dosis disesuaikan dengan faal ginjal atau rujuk
ke ahli paru
Terapi TB Dengan Kelainan Fungsi Hati

• Bila bilirubin lebih dari nilai normal  OAT stop


• Bila gejala hati (+) SGOT SGPT >5x  OAT stop
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai